facebooklogocolour

Interval Singkat

peyn lenin i 084

Di musim semi Lenin akhirnya berhasil menggelar sekolah partai di dua ruang kecil yang disewa dari seorang pekerja kulit di desa Longjumeau di Paris. Tujuan sekolah ini adalah untuk menekankan pentingnya teori bagi pembangunan kader. Lenin terutama berharap supaya buruh yang berhubungan dengan massa dikirim oleh komite-komite lokal untuk menghadiri sekolah partai. Tentu saja ada sekolah-sekolah partai lainnya di Capri dan Bologna, tetapi sekolah-sekolah ini didominasi oleh pendukung Bogdanov, dan jelas kalau sekolah di Longjumeau diorganisir Lenin sebagai tandingan. Lenin mendedikasikan seluruh jiwanya untuk sekolah ini, mempersiapkan kuliah-kuliahnya dengan sangat cermat. Dia memberi total 45 kuliah mengenai ekonomi politik, masalah agraria, dan teori dan praktik sosialisme. Zinoviev dan Kamenev memberi kuliah mengenai sejarah partai. Kuliah-kuliah lainnya diberi oleh Charles Rappaport dan Inessa Armand. Di antara murid sekolah ini adalah seorang buruh muda dari Kiev yang tidak dikenal oleh siapapun, Andrei Malinovsky, yang adalah seorang intel, yang melaporkan setiap aspek sekolah ini ke Biro Okhrana di Paris. Herannya, Malinovsky ini tidak punya hubungan keluarga dengan Roman Malinovsky [agen polisi rahasia yang berhasil menyusup menjadi anggota Komite Pusat Bolshevik].

Walaupun sekolah ini jelas diorganisir oleh Bolshevik, di antara pemberi ceramah adalah kaum Bolshevik, Vperyodis, Menshevik, Bundis, dan konsiliator, tetapi tidak ada kaum likuidator. Ini adalah gagasannya Lenin. Bila memungkinkan, dia ingin mengisolasi kaum likuidator, memilah elemen Menshevik yang terbaik (terutama kaum Menshevik Pro-Partai), dan menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan dari elemen-elemen “sentris” dan reformis kiri. Tetapi sejarah menunjukkan kalau kebanyakan kaum reformis kiri merasa lebih mudah untuk mengekor kaum reformis kanan ketimbang menyebrang ke sisi revolusi. Ini benar untuk para pemimpin reformis kiri, tetapi tidak demikian untuk anggota akar rumput, seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman 1905-06 dan 1910-14 dan juga 1917. Di sini sekali lagi kita saksikan kelenturan taktiknya Lenin. Akan tetapi tujuan utamanya adalah membangun Bolshevik sebagai sebuah tendensi yang mandiri dengan garis yang jelas. Untuk ini perlu meluncurkan perjuangan yang keras kepala untuk memenangkan elemen-elemen terbaik dalam Partai. Tetapi prasyarat pertama adalah mengorganisir diri sebagai sebuah tendensi terpisah.

Untuk alasan ini, Lenin bahagia ketika mereka berhasil meluncurkan sebuah koran baru di Petersburg, Zvezda (Bintang), dengan dewan redaksi yang mengikutsertakan Bolshevik V. Bonch-Bruyevich, tetapi juga N. Yordansky dari kelompok Plekhanov dan I. Pokrovsky, seorang deputi Duma yang simpatik pada Bolshevik. Tetapi dia bahkan lebih bahagia dengan terbitnya koran Msyl’ (Pemikiran) di Moskow karena ini adalah koran yang murni Bolshevik. Dia menulis ke Maxim Gorky: “Selamati kami atas terbitnya koran kecil kami sendiri di Moskow, sebuah koran Marxis. Ini adalah hari bahagia bagi kami.”[1]

Tetapi umumnya tidak terlalu banyak hari bahagia pada saat itu. Atmosfer kehidupan di pengasingan yang tidak sehat, dengan percekcokan yang tidak ada habis-habisnya, bak bola besi berat yang menggantung di leher mereka. Lenin mengeluh: “Hidup di tengah-tengah situasi ‘anekdotal’ ini, di tengah-tengah berbagai percekcokan dan skandal ini, di neraka dan sampah buruk ini, sangatlah memuakkan. Menyaksikan semua ini juga memuakkan. Tetapi kita tidak boleh terpengaruh oleh mood kita. Kehidupan kaum eksil hari ini seratus kali lebih buruk dibandingkan sebelum revolusi. Kehidupan pengasingan dan percekcokan adalah dua hal yang tak terpisahkan. Tetapi percekcokan ini dapat diabaikan – sembilan puluh persen berlangsung di luar negeri. Percekcokan ini adalah detail kecil. Yang penting adalah Partai dan gerakan Sosial Demokratik sedang berkembang dan melangkah maju menghadapi semua kesulitan yang disodorkan oleh situasi sekarang. Pembersihan Partai Sosial Demokratik dari ‘penyimpangan’ berbahayanya, yakni likuidasionisme dan otzovisme, sedang berlangsung dengan mulus, dan dalam kerangka persatuan Partai telah bergerak maju lebih jauh daripada sebelumnya.”[2]

Namun, di surat lainnya untuk kakak perempuannya Anna, dia menulis: “Saya tidak tahu apa saya masih akan hidup untuk menyaksikan gelombang pasang selanjutnya.”[3]

Konsiliasionisme membayangkan kalau politik dapat direduksi menjadi aritmetika dan di sinilah letak kekeliruannya. Dua tambah dua tidak selalu empat. Dua orang di atas perahu, yang satu mengayuh ke arah yang berbeda dari yang lainnya, tidaklah lebih baik daripada satu orang pengayuh yang tahu persis ia mau ke mana. Berbagai tendensi yang beragam dalam PBSDR masing-masing bergerak ke arah yang berseberangan, dengan taktik-taktik yang kontradiktif yang mengalir dari perspektif dan tujuan yang sama sekali berbeda. Upaya untuk menyatukan tendensi-tendensi yang tak terdamaikan ini menciptakan sebuah situasi yang mustahil, yang segera menjadi jelas bagi semua pihak. Ketegangan yang menajam di dalam partai dapat disaksikan di mana-mana. Pada Mei 1911, kaum Bolshevik menarik mundur perwakilannya (N.A. Semashko) dari Biro Luar Negeri Komite Pusat. Biro Rusia Komite Pusat, yang lumpuh karena perseteruan internal, secara praktis sudah tidak lagi eksis. Ini tak terelakkan.

“Persatuan dari semua kelompok, yang dicapai dengan susah payah pada Januari 1910, dengan cepat mulai pecah,” tulis Krupskaya. “Seiring dengan munculnya masalah-masalah praktis kerja di dalam Rusia, menjadi semakin jelas kalau kerja sama mustahil dilakukan.”[4]

Pleno Januari tidak menyelesaikan satu hal pun. Lenin segera menuntut digelarnya konferensi yang baru. Tetapi kolaborator-kolaborator terdekatnya dengan keras kepala menolak pecah dengan sayap oportunis partai. Rykov, Kamenev, Zinoviev dan kaum Bolshevik konsiliator lainnya masih berpegang teguh pada ilusi kompromi. Lenin dengan nada mengejek menyebut ini “... maksud baik, kata-kata manis, perasaan baik hati, dan keimpotenan untuk mempraktikkannya.”[5] Akhirnya, berkat dorongan Lenin, sebuah pertemuan khusus anggota KP diadakan di Paris dari 28 Mei hingga 4 Juni, 1911. Semua anggota KP yang di luar negeri hadir (kecuali Yanov dari Bund Yahudi). Lenin, Rykov, dan Zinoviev hadir sebagai perwakilan Bolshevik; Tyszka dan Dzerzhinsky dari Sosial Demokrasi Polandia dan Lituania; Lieber dari Bund; B.I. Gorer dari Golos, dan M.V. Dzolin dari Latvia. Tidak heran kalau pertemuan ini langsung memanas.

Kaum likuidator dan Bund langsung mempertanyakan legalitas pertemuan ini. Setelah debat yang tajam, pertemuan ini akhirnya menerima resolusi Lenin kalau pertemuan ini dianggap sebagai pertemuan Komite Pusat.[6] Diputuskan kalau sebuah konferensi akan digelar dan sebuah komite dibentuk untuk mengorganisirnya. Ini terlalu banyak bagi kaum Menshevik. Martov dan Dan mengundurkan diri dari dewan redaksi Sotsial Demokrat sebagai bentuk protes. Setelah ini tidak ada lagi koran PBSDR di mana Bolshevik bekerja sama dengan Menshevik. Perpecahan ini sudah menjadi kenyataan. Kaum Menshevik menolak mengakui pertemuan Juni di Paris. Mereka menganggap ini sebagai “pertemuan pribadi”. Mereka menolak digelarnya konferensi partai, karena mereka takut, dan ada benarnya, kalau mereka akan kalah. Lenin, sebaliknya, menaruh semua harapannya pada anggota akar rumput kelas buruh. Pada titik ini sudah tidak bisa ada lagi kompromi, bahkan kaum konsiliator sudah ketakutan “terisolasi”. Namun Lenin, seperti biasanya, siap menarik semua kesimpulan dari situasi yang ada. Setelah dia memutuskan “cukup sudah”, dia tidak akan ragu. Lenin mengarahkan serangannya yang tajam dan tak segan-segan ke “kaum konsiliator”.

Sekarang Lenin telah memutuskan untuk menuntaskan proses ini. Dengan tibanya fase revolusi yang baru, terus-menerus mengulur-ulur waktu dengan kaum Menshevik adalah tindakan yang tak bertanggung jawab. Kaum Bolshevik kekuatannya mulai tumbuh di Rusia. Front persatuan dengan Menshevik Pro-Partai telah membuahkan hasil, dimana selapisan buruh Menshevik yang terbaik mulai bergabung ke Bolshevik. Lenin sekarang berenang bersama arus sekali lagi. Mereka-mereka yang tertinggal di belakang, yang menolak melangkah maju, harus ditinggalkan. Perpecahan yang menentukan dengan elemen-elemen buruk ini sekarang sudah niscaya. Lenin hanya melalui pengalaman Pleno Januari, yang segera jadi lelucon, guna meyakinkan kamerad-kameradnya bahwa mustahil bergabung dengan kaum likuidator. Eksperimen ini kini harus disimpulkan, supaya Partai dan revolusi tidak mengalami kehancuran yang tak dapat diperbaiki. Yang harus dilakukan sekarang juga adalah menyatukan sayap revolusioner partai di atas basis yang prinsipil, guna mengambil peluang dari kebangkitan revolusioner yang baru.

Sikap Lenin yang tegas ini didasarkan atas pertimbangan politik. Evolusi politik Menshevisme jelas ke kanan. Menshevisme mewakili satu varian oportunisme di Rusia. Walaupun kondisi objektif di Rusia, dan tekanan dari sayap revolusioner, memaksa kaum Menshevik mengadopsi semacam sepuhan “kiri”, konten utama teori dan praktik mereka jelas anti-revolusioner: penekanan pada parlementerisme, pembentukan blok dengan kaum liberal, oposisi terhadap semua yang dapat membuat kaum borjuis liberal Kadet takut, tuntutan untuk menghentikan semua aktivitas bawah tanah dan mengsubordinasi kegiatan partai di bawah undang-undang Tsaris. Bagaimana mungkin kebijakan-kebijakan seperti itu bisa didamaikan dengan Marxisme? Sayangnya, argumen Lenin tidak digubris. Banyak perangkat partai Bolshevik yang menimbang polemik ini murni dari sudut pandang praktis dan organisasi. Salah seorang “practico” Partai ini mengomentari posisi Lenin seperti demikian:

“Mengenai ‘badai di cangkir teh’ di luar negeri yang telah kita dengar, tentu saja: blok Lenin-Plekhanov di satu sisi dan blok Trotsky-Martov-Bogdanov di sisi lain. Sikap buruh terhadap blok yang pertama, setahu saya, mendukung. Tetapi umumnya buruh mulai kesal dengan para eksil ini: ‘Biarlah mereka gontok-gontokan sampai puas hatinya; tetapi bagi kami, yang menghargai kepentingan gerakan, kerja, dan semuanya akan beres sendiri.’ Ini yang terbaik menurut saya.”[7]

Kalimat di atas ditulis oleh Stalin. Ini secara akurat mencerminkan karakter dari banyak aktivis Partai di Rusia, yakni empirisme vulgar dan kebencian mereka terhadap teori. Umumnya mereka cenderung mendukung posisi Lenin karena posisi Lenin lebih selaras dengan konsepsi mereka akan partai yang disiplin dan tersentralisir. Tetapi sementara bagi Lenin organisasi partai hanyalah alat untuk menerapkan gagasan dan teori revolusioner, bagi para “practico” atau perangkat partai ini, atau setidaknya kebanyakan dari mereka, mereka melihat partai dari sudut pandang organisasional semata. Bahkan setelah perpecahan final pada 1912, Lenin masih harus menghadapi banyak masalah dari para perangkat partai, yang, seperti Stalin, menganggap bahwa perpecahan ini tidak lebih dari percekcokan di antara kaum eksil, dan pengalihan perhatian yang menyebalkan dari kerja praktis mereka. Pada April 1912, Lenin mengirim sebuah surat yang tajam ke Ordzhonikidze, Spandaryan dan Stasova, menegur mereka karena mereka menganggap kecil perjuangan melawan likuidasionisme:

“Jangan menganggap remeh kampanye kaum likuidator di luar negeri. Sungguh kekeliruan besar kalau orang-orang meremehkan apa yang berlangsung di luar negeri dan ‘mengabaikannya.’”[8]

Kerja Massa di bawah Reaksi

Selama tahun-tahun reaksi kaum Bolshevik harus belajar bagaimana menggunakan setiap peluang untuk kerja massa legal. Salah satu area kerja kunci adalah serikat buruh. Kaum Menshevik, dengan kecenderungan oportunis mereka untuk beradaptasi pada lapisan buruh yang paling terbelakang, selalu lebih kuat dalam serikat buruh dibandingkan dengan kaum Bolshevik. Mengulang posisi kaum Ekonomis, mereka berpendapat kalau serikat buruh harus secara politik “netral”, sesuatu yang tidak sepaham dengan prinsip dasar Marxisme. Sebagai unit dasar organisasi kelas buruh, benar kalau serikat buruh harus merangkul seluas mungkin kelas proletariat. Hanya fasis yang tidak boleh masuk, sebagai musuh langsung kelas buruh yang bermaksud meremukkan tidak hanya serikat buruh tetapi semua hak demokratik yang telah dimenangkan oleh buruh, dan dengan demikian melikuidasi embrio masyarakat baru yang sedang tumbuh dari dalam rahim masyarakat lama.

Akan tetapi, sementara serikat buruh harus berupaya mengorganisir semua lapisan kelas buruh, bahkan lapisan yang secara politik terbelakang, ini sama sekali bukan berarti kaum Marxis tidak berjuang untuk memenangkan mayoritas di serikat buruh, atau bahkan serikat buruh harus “netral” secara politik. Perjuangan untuk memenangkan hak buruh tidak bisa dibatasi pada perjuangan ekonomi semata, tetapi niscaya menjangkau politik. Menuntut agar serikat buruh absen dari aktivitas politik (sebuah tuntutan, yang ironisnya, menyatukan kaum reaksioner dan kaum anarko-sindikalis) berarti terperosok ke jebakan partai-partai borjuis. Serikat buruh yang non-politik, seperti yang dijelaskan oleh Lenin berulang kali, adalah serikat buruh kuning, serikat buruh borjuis. Bahkan Kongres Internasionale Kedua di Stuttgart menyatakan bahwa kaum Sosial Demokrat harus berjuang untuk memenangkan kepemimpinan serikat buruh, dan Martov menentang ini, dengan dalih bahwa ini tidak sesuai dengan kondisi Rusia.

Kombinasi kerja legal dan ilegal berarti bahwa Bolshevik wajib berpartisipasi dalam organisasi massa buruh di bawah semua kondisi. Revolusi sosialis tak dapat dibayangkan tanpa kerja sabar yang panjang untuk membangun basis yang kuat dalam serikat buruh, dengan menggunakan taktik yang luwes dan cerdik untuk memerangi tidak hanya polisi dan pemerintah tetapi juga birokrasi serikat buruh yang ingin membuat serikat buruh aman bagi kelas penguasa dengan membersihkannya dari elemen-elemen revolusioner. Proletary nomor 21, yang terbit pada Februari 1908, memuat resolusi Komite Pusat PBSDR mengenai serikat buruh. Anggota-anggota partai diberi instruksi untuk membentuk ranting-ranting Partai di dalam serikat buruh dan untuk bekerja di dalam serikat buruh di bawah arahan partai. Ketika persekusi polisi membuat mustahil mengorganisir serikat buruh atau membangun kembali serikat buruh yang telah dibubarkan, KP mengusulkan agar ranting-ranting serikat buruh dan serikat buruh diorganisir secara ilegal. Mengenai organisasi-organisasi legal seperti badan asuransi, badan amal, dan perkumpulan buruh lainnya, resolusi KP menginstruksikan ranting lokal Partai untuk membentuk di dalam mereka “kelompok Sosial Demokrat guna melakukan kerja Partai di antara massa proletariat seluas mungkin.” Untuk menangkal semua usaha kaum Menshevik untuk mengartikan resolusi ini secara oportunis, resolusi ini memperjelas bawah “aktivitas proletariat tidak boleh terbatas pada badan-badan ini saja” dan keberadaan serikat buruh yang ilegal “tidak boleh melemahkan tugas militan untuk mengorganisir proletariat dalam serikat buruh.”[9]

Walaupun kaum Menshevik mempertahankan posisi kuat mereka di mayoritas serikat buruh sampai pada 1917, kaum Bolshevik terus tumbuh. Pada November 1907, ada 12 perkumpulan buruh dan serikat buruh, tetapi pada 1909 jumlah ini telah meningkat menjadi 19. Perkumpulan-perkumpulan ini sering kali harus menggunakan nama palsu untuk menutupi kegiatan mereka yang sesungguhnya. Misalnya, kaum Bolshevik di St. Petersburg mengorganisir sebuah perkumpulan dengan nama “Sumber Pencerahan dan Pengetahuan”, yang lain lagi bernama “Pencerahan”, atau di Vyborg dengan nama “Edukasi”, dan seterusnya. Sering kali perkumpulan dan klub ini memainkan peran serikat buruh.

Memenetrasi secara sistematis bahkan serikat buruh yang paling birokratik dan sayap-kanan adalah tugas dari setiap organisasi revolusioner yang serius, yang berjuang untuk memenangkan pengaruh massa. Kaum Bolshevik melakukan kerja ini di tengah kondisi reaksi yang paling sulit. Begitu suksesnya mereka dalam memenangkan posisi dalam serikat-serikat buruh legal, ini membuat polisi semakin cemas, seperti yang dapat dibaca dari arsip Okhrana pada Mei 1907, yang diakses setelah Revolusi Oktober: “Serikat-serikat buruh telah menjadi organisasi Sosial Demokratik sepenuhnya, dan oleh karenanya sangatlah berbahaya bagi strata penguasa.”[10] Kepala polisi yang cemas menuntut langkah tegas terhadap serikat-serikat ini sebelum “sarang-sarang konspirasi revolusioner” ini mengobarkan pemberontakan bersenjata sekali lagi.

Kerja di organisasi legal tidak hanya terbatas di serikat buruh. Kaum Bolshevik mendayagunakan setiap konferensi legal yang diselenggarakan oleh pemerintah atau kaum liberal, seperti Konferensi Universitas Seluruh Rusia pada Januari 1908, dimana kaum Bolshevik mengajukan tuntutan-tuntutan kelas, seperti hak organisasi buruh untuk memperoleh perwakilan dalam dewan pengurus universitas, dengan hak berpartisipasi dalam penentuan kurikulum, memilih pengajar yang cocok untuk ilmu-ilmu sosial, dan pengakuan hak tiap-tiap bangsa untuk menerima pendidikan dalam bahasanya sendiri. Tentu saja tuntutan-tuntutan ini ditolak, dan para perwakilan buruh lalu walkout. Tidak semua acara ini berakhir dengan baik. Medan aktivitas lainnya adalah koperasi. Ini memiliki sisi praktis yang penting, karena selama masa reaksi yang sulit ini buruh menggunakan koperasi untuk banyak keperluan (asuransi, dsb.). Di Kongres Perwakilan Perkumpulan Koperasi Seluruh-Rusia yang pertama, yang digelar di Moskow pada April 1908, kaum Bolshevik membentuk sebuah kelompok – yang ditentang oleh Menshevik – untuk memimpin perjuangan koperasi buruh dan serikat buruh melawan koperasi borjuis yang memiliki mayoritas. Setelah sejumlah kaum Bolshevik berpidato, polisi melarang semua pidato yang berbicara mengenai perjuangan kelas, serikat buruh, dana mogok dan lockout, dan isu-isu subversif lainnya (termasuk pemilihan sebuah biro kongres). Yang melanggar akan ditangkap. Sebagai bentuk protes, kongres ini dibubarkan.

Medan kerja penting lainnya adalah kerja di antara kaum perempuan. Organisasi-organisasi perempuan yang legal eksis dan menyelenggarakan sejumlah konferensi, yang diintervensi oleh kaum Bolshevik secara sistematis. Pada Kongres Perempuan Seluruh Rusia yang Pertama, pada Desember di Petersburg, ada banyak buruh perempuan di antara delegasi. Dalam agenda kongres adalah perjuangan melawan alkoholisme, perlindungan hukum untuk tenaga kerja perempuan dan anak-anak, kesetaraan hak untuk kaum Yahudi, dan status politik dan legal untuk perempuan. Kaum buruh perempuan mengajukan sebuah resolusi yang menuntut hak pemilu universal, langsung, setara dan rahasia, tanpa diskriminasi sex, ras, dan agama. Presidium kongres menolak membacakan resolusi ini, dan menggantikannya dengan resolusi lain yang bergaris borjuis liberal, yang ditanggapi dengan walkout oleh para buruh perempuan. Cerita yang sama terulang di Kongres Dokter Pabrik dan Perwakilan Industri Manufaktur Seluruh-Rusia yang Pertama, yang digelar di Moskow pada April 1909, di bawah slogan megah “Festival Rekonsiliasi”. Tetapi ketika buruh yang hadir mulai mengutuk kondisi keselamatan dan kebersihan yang parah di tempat kerja mereka, cahaya rekonsiliasi segera meredup. Setelah polisi memerintahkan agar tidak boleh ada yang mengajukan pertanyaan “yang dapat memprovokasi perjuangan kelas”, semua buruh dan sejumlah dokter walkout, dan presidium kongres lalu membubarkan kongres tersebut.[11]

Organisasi-organisasi legal ini sering kali meliputi lapisan buruh yang terbelakang dan apolitis. Namun bahkan dalam organisasi yang tampaknya tidak menjanjikan ini kaum Bolshevik melakukan kerja politik, dan menggunakan mereka untuk membangun dan memperkuat hubungan mereka dengan massa. Seperti seorang pendaki gunung yang dengan ulet mencari setiap celah rongga untuk pegangan memanjat, kaum Bolshevik mencari setiap celah legal dan menggunakannya sepenuhnya. Mereka bahkan mengintervensi Konferensi Anti-Alkohol yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Anti Miras pada Desember 1909. Perlahan, dan dengan susah payah, kaum Bolshevik menyusun kembali kekuatannya dan membangun kembali hubungannya dengan massa, yang telah dipatahkan oleh kontra-revolusi. Namun ini bukan usaha yang mudah. Kaum revolusioner masih berenang melawan arus. Kondisi kelas buruh umumnya masih mengalami demoralisasi. Kaum Bolshevik melarang aksi-aksi avonturis yang dapat membahayakan buruh. Fokus utama sekarang adalah menjaga kekuatan yang ada, maju perlahan, selangkah demi selangkah, dan menunggu perubahan situasi. Hanya pada 1912, dengan pembantaian Lena[12], arus mulai berubah. Pemulihan gerakan buruh, seperti yang diramalkan oleh Trotsky, terhubungkan dengan kebangkitan ekonomi. Sampai pada tahun 1910, statistik jumlah buruh yang mogok, yang menyediakan indikator kasar mengenai keadaan gerakan, terus menurun, seperti yang bisa dilihat di tabel di bawah ini:

Tahun

Jumlah buruh yang mogok[13]

1907

740.000

1908

176.000

1909

64.000

1910

46.000

Lalu, pada 1910-13, boom ekonomi menandai akhir depresi panjang yang mendominasi tahun-tahun awal abad ke-20. Produksi besi baja, yang terhubungkan dengan persiapan perang rejim Tsar, meningkat dari 2,9 juta ton pada 1909 menjadi 4,6 juta ton pada 1913. Pada periode yang sama produksi batu bara meningkat dari 1,591 miliar ton menjadi 2,214 miliar ton. Ledakan ekonomi ini memberikan dorongan besar bagi kebangkitan perjuangan kelas. Kaum buruh meregangkan ototnya dan menemukan kembali kekuatan ekonominya. Pada paruh kedua tahun 1910, sudah ada peningkatan jumlah pemogokan, yang terjadi bersamaan dengan pemulihan ekonomi. Peningkatan produksi mengubah atmosfer di pabrik-pabrik dan meningkatkan rasa percaya diri kelas buruh. Pada pertengahan 1910, kelas buruh sekali lagi meluncurkan ofensif. 10 ribu buruh tekstil Moskow mogok pada musim panas. Gelombang pemogokan ini lalu menyebar ke Riga, Vladimir, Kazan, Saratov, Warsawa, Odessa, Kostroma, dan sentra-sentra industri lainnya. Penyebab segera pemogokan ini adalah upah murah, kondisi kerja yang buruk, dan denda pabrik. Tetapi ini hanyalah ekspresi segera dari perasaan kekecewaan yang jauh lebih dalam dan luas. Sekarang, setelah merasakan kekuatan yang baru, mereka mulai bergerak kembali. Kaum buruh telah belajar dari kekalahan Revolusi 1905, dari tahun-tahun penindasan, pemecatan, pemotongan gaji, dan seribu satu penghinaan dan ketidakadilan. Mereka bahkan mogok untuk menuntut agar manajemen lebih sopan ketika berbicara dengan buruh, dengan tidak menggunakan kata panggilan “ty”, yang biasa digunakan orang dewasa ketika memanggil anak kecil.

Peningkatan produksi terjadi berbarengan dengan konsentrasi kapital, dengan merger-merger yang menciptakan pabrik yang semakin hari semakin besar. Pada 1914, 56,5 persen pabrik adalah pabrik dengan lebih dari 500 buruh. Rusia Tsaris sekarang adalah salah satu kekuatan dunia dalam hal konsentrasi kapital. Rusia tetap merupakan ekonomi yang sangatlah terbelakang dan semi feodal, tetapi dengan konsentrasi industri dan kapital perbankan yang besar, yang bahkan lebih terkonsentrasi dibandingkan banyak negeri-negeri kapitalis maju lainnya. Ini adalah manifestasi dari hukum perkembangan yang tergabungkan dan tak terimbang, salah satu hukum Marxis. Proses monopoli ini ditunjukkan oleh fakta bahwa pada 1913 sembilan pabrik memproduksi 53,1 persen besi baja, tujuh pabrik jam memproduksi 90 persen jam, enam perusahaan Baku memproduksi 65% minyak bumi, dan seterusnya. Jumlah perusahaan monopoli di Rusia tidak kurang dari 150-200 perusahaan. Dominasi pabrik-pabrik raksasa, yang mengkonsentrasikan sejumlah besar buruh dalam kondisi yang mengerikan, terutama di industri metal, adalah faktor kuat yang mendorong gelombang pemogokan sebelum Perang Dunia Pertama dan memberinya karakter revolusioner.[14]

Banyak pemogokan ini yang menang. Dari 265 pemogokan, 140 (52,8%) menang. Yang bahkan lebih signifikan adalah jumlah pemogokan politik. Pada 1909, menurut data pemerintah, 7,7 persen pemogokan bersifat politik; pada 1910, 8,1 persen; tetapi pada 1912 jumlah meningkat drastis menjadi 75,8 persen. Angka-angka ini adalah barometer mood massa. Gerakan buruh ini tidak hanya terbatas pada pemogokan saja. Gelombang radikalisasi juga mempengaruhi kaum intelektual, terutama kaum muda. Gerakan mahasiswa bangkit kembali, dan dengan cepat berada di bawah pengaruh Sosial Demokrasi revolusioner. Pada Januari-Maret 1911, kaum Bolshevik sudah ada dalam posisi untuk menyerukan pemogokan mahasiswa di St. Petersburg, Moskow, Kiev, Kharkov, Tomsk dan Warsawa. Juga ada demo-demo massa, beberapa dari mereka sangatlah politis, seperti demo massa besar yang berlangsung selama pemakaman Tolstoy pada November 1910. Sang novelis Rusia yang termasyhur ini dibenci oleh kaum reaksioner karena pandangan-pandangannya yang progresif, dan bahkan telah diekskomunikasi oleh Sinode Agung Gereja Ortodoks. Tetapi kendati dibenci oleh otoritas, mustahil mencegah massa untuk menggunakan pemakamannya, tidak hanya untuk mengucapkan selamat tinggal padanya, tetapi juga terutama mengekspresikan kebencian mereka terhadap sistem dan rejim yang autokratik ini.

Konferensi Praha

Kegagalan untuk mencapai persatuan meyakinkan Lenin akan perlunya pecah sepenuhnya. Dia mulai menyerukan digelarnya sebuah konferensi untuk semua elemen revolusioner yang sejati di Rusia. Pada Februari 1910, Lenin menulis kalau konferensi harus digelar “dengan segera dan dengan cara apapun.”[15] Kaum Bolshevik dan kaum Menshevik Pro-Partai bekerja sama untuk membentuk Komisi Organisasi Rusia. Plekhanov sudah tidak lagi terlibat dalam kerja ini. Beban kesalahan-kesalahan Mensheviknya telah mencegahnya, pada momen yang krusial ini, untuk pecah sepenuhnya dengan kaum Likuidator. Dalam sebuah surat ke Maxim Gorky, Lenin menulis: “Plekhanov bimbang, dia selalu bertingkah seperti ini – seperti sebuah penyakit – sebelum kita harus pecah.”[16]

Konferensi Praha (notulen pertemuan ini belum diterbitkan) adalah titik balik yang menentukan. Konferensi ini diselenggarakan di bawah kondisi kerja bawah tanah yang sangatlah sulit. Posisi di dalam Rusia masih terlalu berbahaya untuk menggelar konferensi di sana. Persiapan konferensi terhalang oleh penangkapan, walaupun konferensi-konferensi lokal diselenggarakan pada November 1911. Akhirnya konferensi ini digelar di Praha. Persiapan dilakukan oleh Piatnitsky dan Dzerzhinsky, dengan bantuan kaum Sosial Demokrat Ceko. Lenin menulis kepada yang belakangan akan perlunya kerahasiaan absolut. Pada 19 Oktober 1911, dia menulis ke Antin Nemec: “Tidak boleh ada seorangpun, tidak boleh ada satu organisasi pun yang mengetahui ini.” Kendati semua kerahasiaan ini, beberapa perwakilan tertangkap dalam perjalanan ke konferensi, dan setiap detail konferensi ini diketahui oleh Okhrana.

Konferensi dibuka pada 5 Januari, 1912, dan berlangsung selama 12 hari. Pada kenyataannya, kehadiran Konferensi Praha tampaknya tidak menjanjikan awalnya. Hanya ada 14 delegasi dengan hak pilih, dan hanya dua dari mereka adalah Bolshevik. Kaum Sosial Demokrat Latvia, Bund, Polandia, Lituania dan Kaukasus, kelompok Vperyod, Plekhanov dan juga Pravda-nya Trotsky dikirimi surat undangan, tetapi tidak ada yang hadir. Plekhanov juga tidak hadir, dengan alasan sakit. Tendensi-tendensi ini entah menentang diselenggarakannya konferensi ini, atau setidaknya sangatlah ragu akan perpecahan ini. Bahkan sekarang tendensi konsiliasionis masih kuat dalam kamp Bolshevisme. Perbedaan dan keraguan muncul ke permukaan selama Konferensi Praha. Y.D. Zevin, seorang Menshevik Pro-Partai (yang di kemudian hari bergabung ke Bolshevik dan adalah salah satu 26 komisar Baku yang dibunuh oleh Inggris), memicu kontroversi dengan membela garis yang telah diberikan kepadanya oleh Plekhanov. Plekhanov, seperti yang telah dikhawatirkan oleh Lenin, sudah menjadi ragu. Di sesi pembukaan, Zevin membaca sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa dia berpartisipasi dalam konferensi ini “hanya selama ini bukanlah konferensi seluruh-Partai tetapi konferensi untuk sebagian partai saja.”

Sejumlah delegasi Rusia, termasuk Ordzhonikidze yang dipercaya Lenin, bersikeras ingin mengundang partai-partai Sosial Demokratik lainnya (Polandia, Lituania, Latvia, dsb.) dan para redaktur Vperyod, Trotsky, dan kaum Menshevik. Tetapi mereka semua menolak hadir. “Saya menolak mengundang mereka,” tulis Lenin di kemudian hari, “tetapi para delegasi mengundang kelompok Vperyod dan Trotsky dan Plekhanov.”[17] Tidak hanya itu saja. Setidaknya empat delegasi lainnya ingin mengundang para redaktur Golos Sotsial Demokrat (Martov, Dan), koran utamanya kaum Menshevik, yang ditentang oleh Lenin. Ada juga ketidaksepakatan lainnya. Beberapa delegasi mengkritik Sotsial-Demokrat karena menerbitkan artikel-artikel yang tidak bisa dipahami oleh buruh jelata. Kecurigaan dari para delegasi yang bekerja di dalam Rusia terhadap para pemimpin di pengasingan muncul ke permukaan dalam sebuah tuntutan, yang diajukan oleh Goloshchekin, Ordzhonikidze, dan Spandaryan, agar organisasi Bolshevik di luar negeri dibubarkan. Ordzhonikidze mengatakan bahwa organisasi di pengasingan “tidak sah”, dan bahkan mempertanyakan persatuan dengan kelompoknya Plekhanov. Spandaryan bahkan menuntut agar semua organisasi di pengasingan dibubarkan. “Biarlah mereka yang ingin bekerja ... bergabung dengan kami di Rusia.” Di sini sekali lagi kita saksikan manifestasi dari kesempitan berpikir para “practico” partai. Sekali lagi, Lenin harus mengoreksi cara pandang orang-orang ini.

“Ada yang mengatakan: kita harus memerangi kaum eksil. Tetapi kita harus paham siapa lawan kita. Selama rejim Stolypin masih eksis di Rusia, akan selalu ada kaum eksil di pengasingan. Tetapi para eksil ini terhubungkan lewat ribuan benang dengan Rusia dan kalian tidak akan bisa memutuskan benang-benang ini, coba saja.”[18]

Akan tetapi, kendati oposisi dari para perangkat partai Bolshevik, gol utama Konferensi Praha tercapai. Konferensi Praha menandai perpecahan final antara Bolshevisme dan Menshevisme. Karena kaum Menshevik memboikot Konferensi Praha, maka persiapan untuk Konferensi yang murni Bolshevik dilanjutkan, dalam kata lain perpecahan menjadi resmi. Lenin telah menetapkan pikirannya. Perpecahan ini sudah tidak bisa ditunda lagi. Sayap revolusioner harus pecah secara radikal dari sayap oportunis, dan Lenin tidak menggubris tekanan dari kaum konsiliator. Resolusi terakhir menyatakan bahwa kelompok likuidator di seputar koran Nasha Zarya dan Dyelo Zhizni di St. Petersburg “telah sepenuhnya berdiri di luar partai.” Nasha Zarya dan Dyelo Zhizni adalah organ sayap kanan ekstrem Menshevisme (Potresov dan yang lainnya). Resolusi ini juga menyatakan kalau kelompok-kelompok eksil di luar negeri tidak boleh menggunakan nama PBSDR.

Plekhanov sekarang merasa tidak nyaman sendirian dengan kaum Bolshevik, tetapi nasi sudah menjadi bubur, dan keragu-raguan kaum Menshevik Pro-Partai tidak ada gunanya. Walaupun mereka adalah lapisan terbaik dari Menshevik Kiri, dan jelas jujur dan setia pada perjuangan kelas buruh, mereka adalah sekutu yang bimbang dan ragu-ragu, yang menjadi kecut pada momen yang menentukan. Ini adalah ekspresi dari tendensi sentris, yakni sebuah tendensi yang berdiri di antara reformisme kiri dan Marxisme sejati. Tindak tanduk mereka sangatlah tipikal dengan semua tendensi sentris di sepanjang jaman, di manapun. Tetapi Lenin sekarang sudah tidak lagi ingin berkompromi dan proposal mereka ditolaknya. Kendati nada non-kompromis yang diadopsi oleh konferensi ini, Lenin paham kalau Konferensi Praha bukanlah akhir, tetapi hanyalah awal dari perjuangan untuk memenangkan mayoritas kelas buruh, dan juga elemen-elemen Partai lainnya yang dapat dimenangkan.

Mengenai masalah organisasi, Lenin sekali lagi menekankan perlunya membuka Partai, untuk membentuk organisasi-organisasi luas yang dapat menyerap massa buruh yang baru terbangunkan ke dalam kehidupan politik oleh situasi yang baru. Sebuah komisi dibentuk untuk merancang resolusi organisasi. Bentuk partai harus bisa beradaptasi pada perubahan situasi. Ada kebutuhan mendesak untuk melibatkan lebih banyak orang ke dalam kerja, memberi mereka tanggung jawab. Sampai sekarang, sekelompok kecil aktivis di sel-sel bawah tanah telah terbiasa melakukan semua tugas dengan sendirinya. Sekarang dibutuhkan pembagian tanggung jawab yang lebih luas, partisipasi lebih besar, dan inisiatif lebih besar dari para buruh Sosial Demokratik di pabrik-pabrik, serikat-serikat buruh dan semua organisasi dimanapun Partai berada. Organisasi-organisasi luas ini harus mengambil peran yang lebih besar dalam kerja Partai. Komposisi komite-komite ranting harus dirotasi untuk mengurangi ancaman penangkapan dan organisasi-organisasi legal harus direbut dari kendalinya kaum liberal. Inilah karakter utama Leninisme, yang tidak ada kesamaannya dengan sektarianisme. Proklamasi pembangunan sebuah partai yang mandiri tidak dilakukan sebagai formalitas atau tindakan hampa semata, tetapi sebagai langkah pertama untuk mengorganisir kerja kaum revolusioner di organisasi-organisasi massa, dimana mereka wajib berjuang untuk memisahkan massa dari kepemimpinan borjuis liberal dan oportunis. Konferensi Praha menekankan peran koran partai sebagai organisator, dan menetapkan Rabochaya Gazeta sebagai organ resmi partai.

Satu sesi penting dari Konferensi Praha adalah merancang sebuah program aksi yang konkret untuk membangun Partai. Lenin menekankan pentingnya laporan-laporan dari daerah, yang menjadi darah dan daging untuk kerangka perspektifnya. Elemen kunci dalam memenangkan mayoritas buruh ke Bolshevisme adalah kerja fraksi Duma. Taktik elektoral Bolshevik diajukan oleh Lenin di konferensi ini: oposisi terhadap monarki tsaris dan partai-partai borjuis dan tuan-tanah yang mendukungnya, serta mengekspos kaum liberal dan mempertahankan kemandirian dari mereka. Fraksi Duma harus berusaha mencapai kesepakatan hanya dengan para perwakilan kaum borjuis kecil revolusioner (kaum tani), yakni dengan Trudovik dan Sosialis Revolusioner. Partai akan memajukan kandidat di semua wilayah, tetapi di bawah kondisi tertentu dapat mencapai kesepakatan sementara dengan “kelompok-kelompok lain”, termasuk kaum Likuidator. Resolusi ini menjelaskan:

“Partai harus meluncurkan perjuangan keras melawan autokrasi tsaris dan partai-partai tuan-tanah dan kapitalis yang mendukungnya, dan pada saat yang sama dengan gigih mengekspos gagasan kontra-revolusioner dan demokrasi palsu dari kaum borjuis liberal (yang dipimpin oleh Partai Kadet). Perhatian khusus harus diberikan selama kampanye pemilu untuk mempertahankan kemandirian partai proletariat dari semua partai-partai non-proletarian, untuk mengungkapkan watak borjuis-kecil dari sosialisme palsunya kelompok-kelompok demokratik (terutama kaum Trudovik, kaum Narodnik, dan Sosialis-Revolusioner), dan mengekspos bahaya terhadap perjuangan demokrasi yang disebabkan oleh kebimbangan mereka mengenai masalah perjuangan revolusioner massa.”[19]

Provokator Malinovsky

Selain kelompok-kelompok di atas, ada juga tendensi lain yang hadir di Konferensi Praha, kendati dalam kapasitas “tidak resmi”. Polisi rahasia Tsaris, Okhrana, telah berhasil memasukkan agen-agen provokator mereka ke tingkatan tertinggi Partai. Dua dari mereka hadir sebagai delegasi di kongres pembentukan Bolshevik. Delegasi dari Moskow tidak lain adalah agen provokator yang terkenal itu, Roman Malinovsky, yang juga adalah anggota fraksi Duma Bolshevik. Ia ditemani oleh seorang intel lainnya, A.S. Romanov, delegasi dari wilayah industri sentral. Setiap pidato dan resolusi diketahui polisi karena laporan dari mereka. Dalam usaha untuk melindungi anggota-anggota Komite Pusat yang baru dari bahaya penangkapan, metode rahasia tertentu digunakan. Setiap delegasi menulis nama-nama kandidat Komite Pusat dan kemudian menyerahkannya ke Lenin. Hasil pemilihan KP bahkan tidak diumumkan di Konferensi. Tetapi Roman Malinovsky, seorang intel yang sangatlah bertalenta, telah berhasil memenangkan kepercayaan Lenin. Malinovsky telah berhasil tidak hanya masuk ke Komite Pusat tetapi juga fraksi Duma. Ada agen-agen provokator di semua partai oposisi di Rusia. PBSDR lalu dihantam oleh serangkaian pencidukan di Petersburg pada Februari dan Maret 1912. Di sepucuk surat tertanggal 28 Maret 1912, Lenin dengan cemas menulis bahwa “situasi kita sangat buruk di sana.”

Kehadiran seorang mata-mata di tingkatan yang begitu tinggi dalam Partai menunjukkan efisiensi dan usaha luar biasa dari polisi rahasia Tsaris. Ini bukan insiden yang terisolasi. Taktik provokasi dan mata-mata telah dikembangkan menjadi sebuah seni oleh rejim Tsar. Partai Bolshevik terus disusupi oleh polisi, dan beberapa dari mereka berhasil memenetrasi posisi kunci. Misalnya Zhitomirsky, yang bahkan sebelum 1905 telah menempati posisi penting dalam organisasi bawah tanah di Berlin, dimana dia bekerja sama dengan Piatnitsky dalam mentranspor literatur Bolshevik ke Rusia. “Di permukaan dia adalah salah satu dari kita,” ingat Bobrovskaya, “seorang yang jujur dan 100 persen Bolshevik.”[20] Setelah kekalahan Desember, dan markas Bolshevik sekali lagi pindah ke luar negeri, Zhitomirsky menawarkan jasanya untuk membangun kembali koneksi-koneksi lama di Eropa dan mengorganisir transportasi literatur Bolshevik ke Rusia. Tawaran ini diterima. Tidak lama kemudian, dia menjadi anggota komisi teknis Komite Pusat yang penting, yang bertanggung jawab atas semua kerja bawah tanah. Walhasil polisi Tsaris selalu satu langkah di depan. Satu per satu, kelompok-kelompok Bolshevik terungkap dan digerebek oleh Polisi. Hanya pada 1911 dia tertangkap basah. Zhitomirsky diselamatkan oleh tuannya sebelum dia dapat dimintai pertanggungjawaban, dan ada banyak lainnya yang menggantikannya.

Ada beberapa alasan mengapa Okhrana begitu berhasil menyusupi gerakan revolusioner saat itu. Seperti yang telah kita lihat, kekalahan Revolusi 1905 telah menyebabkan demoralisasi luas, terutama di antara kaum intelektual. Tetapi tidak hanya mereka saja. Banyak orang kehilangan kompas mereka. Kemunduran ideologis, skeptisisme, sinisme, apostasi, semua adalah efek samping alami dari periode reaksi macam ini, yang terlalu sering kita jumpai dalam sejarah. Seorang revolusioner tanpa pemahaman teori yang kokoh atau tanpa tulang punggung, yang terisolasi di penjara, di bawah interogasi tanpa-henti oleh intel yang pintar, dapat tunduk dan retak di bawah tekanan. Setelah itu, semua ada logikanya sendiri. Kemudahan agen-agen ini menduduki posisi penting juga tidak sulit untuk dipahami. Selama periode reaksi yang ganas, dengan organisasi-organisasi partai remuk dan anggota-anggota yang paling berpengalaman dalam pengasingan, niscaya tempat mereka akan diisi oleh elemen-elemen baru yang belum teruji. Di antara elemen-elemen ini polisi dengan relatif mudah memasukkan agen-agen mereka. Karena begitu minimnya personel yang berkemampuan, siapapun yang menunjukkan kemampuan dapat dengan mudah menduduki posisi kepemimpinan. Dan jalan mereka dipermudah dengan menangkapi siapapun yang menjadi penghalang.

Dalam konteks ini, tidaklah sulit untuk menjelaskan melejitnya Roman Malinovsky. Dilahirkan di Polandia, Malinovsky adalah seorang yang punya kemampuan, pintar, dan energetik, walaupun dengan karakter avonturis. Sebelum pindah ke Moskow, dia adalah Presiden Serikat Buruh Metal St. Petersburg. Malinovsky pernah ditangkap dan diasingkan karena kerja partai. Reputasinya oleh karenanya sempurna, dan tidak ada satu hal pun yang mencurigakan. Dia menjadi agen polisi Tsar pada 1910. Sebetulnya polisi membantunya terpilih menjadi kandidat parlementer Bolshevik dengan menangkapi kandidat-kandidat lainnya! Arsip polisi di kemudian hari menunjukkan kalau dia dibayar untuk setiap penangkapan: 500 rubel, 700 rubel, dst. Tetapi kemungkinan besar orang seperti Malinovsky tidak hanya bekerja untuk uang saja. Ada orang yang punya psikologi petualang, yang tidak punya prinsip dan menikmati hal-hal yang merangsang, dan bahkan merasa bangga bisa bersandiwara dan menipu orang. Dalam dunia kriminal, orang-orang macam ini meraih uang banyak sebagai penipu andal, sampai mereka tertangkap. Malinovsky adalah seorang mantan revolusioner yang sudah patah semangat, yang sinismenya memadamkan semua insting kelas dan hati nurani. Elemen avonturis, kesenangan bersandiwara dan menjalankan dua kehidupan, bahaya menjadi mata-mata, dalam kasusnya ini semua mungkin menumpulkan perasaan bersalahnya dan membutakannya akan konsekuensi besar tindakannya. Terlepas dari semua itu, dia tampaknya merasa bangga dengan “kerjanya”, yang sangatlah sukses selama beberapa waktu.

Selama dia duduk di Duma, Malinovsky melakukan kerja yang begitu baik dan begitu populer sehingga tidak ada seorangpun yang mencurigainya. Ketika Menshevik menuduhnya sebagai seorang intel, Lenin dengan tegas menolak tuduhan tersebut. Ini juga dapat dipahami. Konflik faksional saat itu begitu penuh racun sehingga banyak gosip murahan yang tak bertanggung jawab. Lenin menganggap ini sebagai gosip dan serangan faksional yang biasa terjadi, yang dilontarkan mengenai seorang anggota fraksi Duma Bolshevik oleh musuh-musuhnya. Bobrovskaya mengingat atmosfer dalam lingkaran partai di Moskow tidak lama setelah Konferensi Praha. Saudara laki-lakinya baru saja ditangkap dan apartemen mereka digeledah polisi tidak lama setelah dia menyerahkan alamat lokasi-lokasi pertemuan rahasia ke Malinovsky, sebelum dia berangkat sebagai delegasi:

“Ketika saya diperbolehkan mengunjungi kakak saya, dia berbisik pada saya: ‘Ada mata-mata di Moskow; Saya yakin setelah interogasi pertama saya dengan polisi. Mereka tahu semuanya.’ Akan tetapi, Malinovsky adalah orang yang paling tidak kami curigai; siapapun kecuali dia, bintang masa depan kami, yang pidato-pidatonya dari tribune Duma menarik perhatian rakyat.”[21]

Kendati semua keberhasilan mereka dalam menyusupi organisasi-organisasi revolusioner, bahkan sampai tingkatan yang sangat tinggi, semua provokasi, mata-mata, penangkapan, pada akhirnya tidak menolong mereka. Rejim yang secara historis sudah bangkrut cenderung melebih-lebihkan signifikansi kekuatan aparatus negara mereka, terutama aparatus penindas mereka. Ini adalah prasangka yang kadang-kadang dapat menjangkiti sejumlah “Marxis”, yang lalu menganggap kekuatan negara sebagai sesuatu yang sakti – yang tidak jauh berbeda dengan delusinya kelas penguasa. Pada kenyataannya, semua kekuatan aparatus negara ini dapat runtuh menjadi pasir, ketika ia dihadapkan dengan kekuatan massa yang terorganisir, yang keukeuh ingin mengakhiri perbudakannya dan mengubah masyarakat. Sungguh sulit membayangkan sebuah negara yang lebih kuat daripada rejim Tsar, dengan tentaranya, kepolisiannya yang besar, pasukan Cossack dan birokrasi yang luas. Salah satu aparatus negara ini adalah intel atau polisi rahasia. Di sini seni provokasi telah dikembangkan dengan begitu hebatnya. Tetapi pada momen kebenaran, semua ini percuma. Kelas buruh, di bawah kepemimpinan Partai Bolshevik, menyapu semuanya dengan sapuan tangannya. Sebuah organisasi revolusioner, tentu saja, akan melakukan semua hal yang memungkinkan untuk memerangi dan menangkal usaha negara kapitalis untuk memata-matai dan menyusupi barisannya. Ini adalah fakta kehidupan, bahkan di negeri yang paling “demokratik” sekalipun. Tetapi pada analisa terakhir, usaha ini tidaklah menentukan, dan bahkan bisa menjadi konter-produktif. Secara paradoksikal, intel-intel seperti Malinovsky, justru karena harus menghindari kecurigaan terpaksa melakukan kerja revolusi. Setelah Bolshevik merebut kekuasaan, Lenin berfalsafah ketika dia menilik kembali kasus Malinovsky. Jelas Malinovsky telah mengkhianati lusinan kamerad dan mengirim mereka ke penjara, kerja rodi, dan liang kubur. Tetapi sementara dia melakukan ini dia harus membantu partai menerbitkan koran harian Pravda. Dengan satu tangan dia mengirim kamerad-kameradnya ke penjara, dan dengan tangan yang lain, untuk menghindari deteksi, dia membantu membangun partai revolusioner. Begitulah ironi kehidupan! Dan ironi ini menemani Malinovsky sampai kematiannya. Ketika, tidak lama sebelum meledaknya Perang Dunia Pertama tiba-tiba Malinovsky menghilang dan kaum Menshevik melipatgandakan serangan mereka, Lenin masih menolak untuk percaya, walaupun insiden ini menjadi pengalihan perhatian yang tidak menyenangkan. Ketika Malinovsky akhirnya dipecat, ini karena pelanggaran disiplin, dimana dia meninggalkan posnya tanpa ijin!

Hanya setelah Revolusi Oktober, ketika Bolshevik membuka arsip polisi, mereka mempelajari kebenaran yang mencengangkan ini mengenai siapa sesungguhnya Malinovsky. Apa yang terjadi selanjutnya adalah misteri yang hanya bisa kita baca di novel-novel spionase. Ketika arsip-arsip Okhrana terungkap, Malinovsky bekerja di Jerman sebagai diplomat Soviet. Ketika dia dipanggil kembali ke Moskow, dia pasti langsung tahu apa yang sudah terungkap. Walaupun dia bisa saja lari dengan mudahnya, dia kembali ke Rusia. Mengapa dia kembali? Apa mungkin dia sudah begitu patah semangat sehingga dia tidak peduli lagi akan nasibnya sendiri? Atau, yang lebih memungkinkan, dia bermaksud memohon belas kasihan Partai, dengan janji kesetiaan pada Revolusi? Bila demikian, ini berakhir buruk baginya. Malinovsky harus membayar pengkhianatannya dengan nyawanya.

Setelah Konferensi

Tidak lama setelah Konferensi Praha, pada 28 Februari, 1912, kaum Menshevik dan kelompok-kelompok lainnya mengorganisir sebuah konferensi terpisah di Paris. Perpecahan sudah menjadi fakta, yang diakui oleh semuanya. Hadir di pertemuan Paris ini adalah komite luar negeri Bund, kelompok Plekhanov, kelompok Vperyod, kelompok Golos, kelompok Trotsky, dan kaum konsiliator. Mereka mengecam aktivitas-aktivitas “memecah-belah” dan “kudeta” yang dilakukan Bolshevik. Seperti yang sudah-sudah, mereka membuat heboh di luar negeri, menulis artikel di korannya SDP dan mengirim surat protes ke Biro Sosialis Internasional. Tetapi semuanya sia-sia. Perpecahan antara Marxisme revolusioner dan oportunisme di Rusia adalah antisipasi dari perpecahan dalam gerakan buruh internasional pada 1914. Walaupun tidak ada seorangpun yang mengira para pemimpin Internasional Kedua akan berkhianat pada momen Perang Dunia Pertama [dengan mendukung pemerintahan borjuasi mereka], Lenin sudah menarik kesimpulan mengenai konflik antara Marxisme dan oportunisme dari pengalaman di Rusia dan posisi para pemimpin Internasional Kedua dalam kaitannya dengan itu. Mengenai situasi di SPD Jerman, dia mengatakan “dari luar tampak ada persatuan, dari dalam ada dua tendensi yang jelas berbeda,” dan dia meramalkan keniscayaan konflik antara kedua tendensi ini.

Lenin melihat Konferensi Praha sebagai momen kelahiran kembali Partai. Setelah Konferensi Lenin menulis ke Maxim Gorky: “Kita akhirnya berhasil – kendati para bajingan likuidasionis – membangkitkan kembali Partai dan Komite Pusatnya.”[22] Dia berharap agar tendensi revolusioner, setelah memisahkan dirinya dari Menshevik, dapat mulai bekerja untuk memenangkan kelas buruh. Akan tetapi proses membersihkan sayap revolusioner tidaklah mudah dan bukan tanpa konflik internal. Respons dari tendensi-tendensi lainnya di Konferensi Praha, seperti yang telah diduga, penuh dengan histeria, dan banyak kaum Bolshevik yang masih bimbang bahkan setelah Konferensi Praha. Dalam suratnya ke kakak perempuannya Anna, Lenin menceritakan atmosfer di antara kaum eksil:

“Di antara orang-orang kita sendiri sekarang lebih banyak pertengkaran dan percekcokan dibandingkan sebelumnya, bahkan tidak pernah separah ini. Semua kelompok dan sub-kelompok telah bergabung untuk menentang konferensi yang terakhir [Konferensi Praha] dan para organisatornya, sampai-sampai terjadi baku hantam dalam pertemuan di sini. Pendeknya, sedikit sekali hal yang menarik atau bahkan menyenangkan di sini yang bisa saya tulis.”[23]

Lebih parahnya, banyak aktivis di Rusia, termasuk kaum Bolshevik, yang adalah konsiliator. Lenin mengakui ini dalam surat pribadinya ke Gorky kalau “kaum buruh muda di Rusia ... sangatlah kesal dengan mereka-mereka yang ada di luar negeri.”[24] Surat-surat Lenin di bulan-bulan menyusul Konferensi Praha mengungkapkan kecemasannya. Pada 28 Maret dia menulis ke para pendukungnya di Rusia: “Saya sangatlah kesal dan terganggu oleh kekacauan komunikasi dan kontak kita (dan kalian). Sungguh ini membuat seorang putus asa!” Dia mengakui kalau “situasi buruk” di St. Petersburg. Dan tidak hanya di sana: “Tidak ada resolusi dari manapun, tidak satu pun, untuk menuntut kembalinya uang kita! [dana Bolshevik yang ditahan oleh Internasionale Kedua.] Sungguh memalukan. Tidak ada laporan yang dikirim dari Tiflis maupun Baku (sentra-sentra yang sangat penting). Dimana resolusinya? Memalukan!” Lalu dia menulis: “Kalian keliru kalau diam saja tidak membalas kaum Likuidator. Ini adalah kesalahan besar!”[25] Ada banyak surat-surat seperti ini.

Sementara, para musuh Konferensi Praha tidak diam saja. Trotsky mencoba mengorganisasi pertemuan lainnya pada Agustus 1912 di Berne, tetapi hanya kaum Likuidator yang hadir, yang seakan-akan menggaris bawahi kesia-siaan posisinya Trotsky. Trotsky menulis dalam otobiografinya mengenai pertemuan ini:

“Pada 1912, ketika kurva politik di Rusia jelas sedang naik, saya berusaha menyelenggarakan sebuah konferensi persatuan untuk semua faksi Sosial Demokratik. Untuk menunjukkan kalau saya tidaklah sendirian dalam harapan saya untuk memperbaiki persatuan Sosial Demokrasi Rusia, saya dapat mengutip Rosa Luxemburg. Pada musim panas 1911, dia menulis: ‘Kendati semua ini, persatuan partai masih dapat diselamatkan bila kedua pihak dapat dipaksa untuk menggelar konferensi bersama-sama.’ Pada Agustus 1911, dia mengulang kembali: ‘Satu-satunya cara untuk menyelamatkan persatuan adalah dengan menggelar sebuah konferensi yang dihadiri oleh orang-orang dari dalam Rusia, karena orang-orang dari dalam Rusia semua menginginkan perdamaian dan persatuan, dan mereka mewakili satu-satunya kekuatan yang dapat menenangkan para ayam jago yang bertengkar di luar negeri.’

“Di antara kaum Bolshevik sendiri, tendensi konsiliator saat itu masih sangat kuat, dan saya berharap ini dapat membujuk Lenin untuk juga terlibat dalam sebuah konferensi umum. Namun Lenin menentang persatuan ini dengan segenap kekuatannya. Seluruh alur peristiwa yang menyusul membuktikan bahwa Lenin benar. Konferensi ini bertemu di Wina pada Agustus 1912, tanpa kaum Bolshevik, dan saya menemukan diri saya secara formal dalam ‘sebuah blok’ dengan kaum Menshevik dan segelintir kelompok Bolshevik yang membangkang. ‘Blok’ ini tidak punya basis kesepakatan politik yang sama, karena dalam semua hal yang penting saya berseberangan dengan kaum Menshevik. Konflik antara saya dan kaum Menshevik berlanjut segera setelah konferensi [Agustus] ini. Setiap hari, konflik-konflik tajam tumbuh dari pertentangan fundamental antara dua tendensi, sosial-revolusioner dan reformis-demokratik.”

“ ‘Dari suratnya Trotsky,’ tulis Axelrod [salah seorang pemimpin Menshevik] pada 4 Mei, sebelum konferensi, ‘saya mendapat kesan yang menyakitkan kalau dia tidak punya niat sama sekali untuk mencapai kesepakatan yang riil dan bersahabat dengan kami dan kawan-kawan kami di Rusia ... untuk bersama-sama melawan musuh bersama.’ Dan memang pada kenyataannya saya tidak pernah punya niat untuk bersekutu dengan kaum Menshevik guna melawan kaum Bolshevik. Setelah konferensi, Martov mengeluh dalam suratnya ke Axelrod kalau Trotsky sedang menghidupkan kembali ‘kebiasaan individualisme literatur Lenin-Plekhanov yang paling buruk.’ Surat menyurat antara Axelrod dan Martov yang diterbitkan beberapa tahun yang lalu, mengungkapkan jelas-jelas kebencian mereka pada saya. Kendati jurang besar yang memisahkan saya dari mereka, saya tidak pernah punya perasaan seperti itu pada mereka. Bahkan sampai hari ini, saya ingat kalau pada tahun-tahun awal saya berutang budi banyak pada mereka.”

“Episode blok Agustus ini telah diikutsertakan dalam semua buku ‘anti-Trotsky’ yang diproduksi kaum epigon [Stalinis]. Untuk orang-orang yang baru dan yang tidak tahu menahu, masa lalu disajikan sedemikian rupa agar Bolshevisme tampak lahir dari laboratorium sejarah lengkap dengan semua senjatanya – sementara sebenarnya sejarah perjuangan kaum Bolshevik dalam melawan kaum Menshevik adalah juga sejarah usaha terus-menerus untuk mencapai persatuan. Setelah kembali ke Rusia pada 1917, Lenin membuat usaha terakhirnya untuk bersatu dengan kaum Menshevik-Internasionalis. Ketika saya tiba dari Amerika pada Mei tahun yang sama, mayoritas organisasi Sosial Demokratik di provinsi-provinsi beranggotakan kaum Bolshevik dan Menshevik yang bersatu. Di konferensi partai pada Maret 1917, beberapa hari sebelum tibanya Lenin, Stalin berkhotbah mengenai persatuan dengan partainya Tsereteli[26] [Menshevik]. Bahkan setelah Revolusi Oktober, Zinoviev, Kamenev, Rykov, Lunacharsky, dan lusinan lainnya berjuang mati-matian untuk membentuk koalisi dengan kaum Sosialis Revolusioner dan Menshevik. Dan orang-orang yang sama inilah yang hari ini mencoba mempertahankan eksistensi ideologis mereka dengan kisah-kisah skandal mengenai konferensi persatuan di Wina pada 1912!”[27]

Blok Agustus adalah sebuah persatuan yang tak prinsipil karena blok ini terdiri dari berbagai tendensi yang tidak punya kesamaan sama sekali, kecuali kebencian mereka terhadap Lenin. Semua celoteh mengenai “persatuan” tidaklah relevan sekarang. Ketika perwakilan Vperyod walkout, yang tersisa hanya kaum Likuidator, dan Trotsky tidak punya kesamaan dengan mereka. Ini adalah sebuah blok yang sama sekali tidak alami, seperti yang secara jujur diakui Trotsky di kemudian hari. Trotsky jelas keliru dalam usahanya untuk mencapai persatuan pada saat itu, tetapi kekeliruannya adalah kekeliruan seorang revolusioner sejati yang mempertimbangkan kepentingan kelas buruh dan kemenangan sosialisme. Bertahun-tahun kemudian Trotsky memberikan putusan finalnya mengenai Blok Agustus dan perannya di sana:

“Saya berbicara mengenai apa yang disebut Blok Agustus pada 1912. Saya berpartisipasi aktif dalam blok ini. Boleh dikatakan sayalah yang membentuknya. Secara politik saya berseberangan dengan kaum Menshevik dalam semua masalah fundamental. Saya juga berseberangan dengan kaum Bolshevik ultra-kiri, yakni kaum Vperyodis. Dalam kecenderungan politik umum, saya jauh lebih dekat dengan kaum Bolshevik. Tetapi saya menentang ‘rejim’ Leninis karena saya belum memahami bahwa untuk bisa memenuhi gol revolusioner dibutuhkan sebuah partai yang tersentralisir dan kokoh. Dan oleh karenanya saya membentuk blok episodik ini, yang terdiri dari elemen-elemen heterogen yang melawan sayap proletariat partai.”

“Dalam Blok Agustus kaum Likuidator punya faksi mereka sendiri. Kaum Vperyodis juga punya semacam faksi. Saya berdiri terisolasi, dengan kawan-kawan yang sepaham tetapi tanpa faksi. Mayoritas dokumen ditulis oleh saya, yang menghindari perbedaan-perbedaan prinsipil guna mencapai semacam kesepakatan bulat dalam ‘masalah-masalah politik yang konkret’. Tidak ada satu kata pun mengenai masa lalu! Lenin mengkritik habis-habisan Blok Agustus dan pukulan terkerasnya dihantarkan ke saya. Lenin membuktikan bahwa selama saya secara politik tidak setuju dengan kaum Menshevik dan kaum Vperyodis, maka kebijakan saya adalah avonturisme. Ini keras tetapi benar.”

“Mari saya ingatkan bahwa gol saya bukanlah untuk mendukung faksi kanan ataupun ultra-kiri dalam melawan kaum Bolshevik, tetapi untuk menyatukan seluruh partai secara keseluruhan. Kaum Bolshevik juga diundang hadir ke konferensi Agustus. Tetapi karena Lenin menolak mentah-mentah untuk bersatu dengan kaum Menshevik (dan dia sungguh-sungguh benar), yang tersisa bagi saya adalah sebuah blok yang tak wajar dengan kaum Menshevik dan kaum Vperyodis. Kedua, fenomena Bolshevisme sebagai partai revolusioner sejati saat itu sedang berkembang untuk pertama kalinya, yang tidak ada presedennya dalam Internasionale Kedua. Tetapi dalam mengatakan semua ini saya tidak bermaksud menyangkal kekeliruan saya. Dengan pengecualian konsepsi revolusi permanen yang jelas adalah perspektif yang tepat, pada periode itu saya belum membebaskan diri saya, terutama dalam ranah organisasi, dari sifat-sifat borjuis-kecil. Saya terjangkiti penyakit konsiliasionisme terhadap Menshevisme dan sikap curiga terhadap sentralisme Leninis. Segera setelah konferensi Agustus, blok ini mulai pecah. Dalam beberapa bulan saya tidak hanya secara prinsipil tetapi juga secara organisasional berada di luar blok ini.”[28]

Insiden “Blok Agustus” ini di kemudian hari dibesar-besarkan oleh para pemalsu sejarah Stalinis, yang menciptakan mitos “Blok Trotsky” dengan kaum Likuidator. Blok Agustus jelas menunjukkan karamnya konsiliasionisme, dengan menunjukkan kemustahilan persatuan antara Bolshevisme dan Menshevisme. Trotsky terutama kesal dengan perpecahan dalam partai, yang memorak-porandakan semua rencananya. Dia menyerang Lenin, yang lalu membalasnya. Pada momen yang sangat panas ini, kata-kata kasar dilontarkan oleh kedua pihak, yang kemudian digali kembali dari arsip partai dan digunakan oleh kaum Stalinis untuk kepentingan faksional yang tak prinsipil, dengan tujuan mencoreng nama Trotsky setelah meninggalnya Lenin. Ini dilakukan walaupun Lenin dalam Surat Wasiatnya secara eksplisit mengatakan bahwa “masa lalu non-Bolsheviknya Trotsky tidak boleh digunakan untuk mencoreng namanya.”

 ____________

Catatan Kaki:

[1] LCW, To Maxim Gorky, January 3, 1911, vol. 34, 437.

[2] Dikutip di Krupskaya, Reminiscences of Lenin, 208.

[3] Dikutup di S. Payne, Lenin, 247.

[4] Krupskaya, Reminiscences of Lenin, 224.

[5] Lenin, Collected Works, in Russian, vol. 48, 16.

[6] See KPSS v rezolyutsiyakh, vol. 1, 247.

[7] Dikutip di Trotsky, Stalin, 131.

[8] LCW, Letter to G.K. Ordzhonikidze, S.S. Spandaryan, and Yelena Stasova, April 1912, vol. 35, 33.

[9] LCW, vol. 13, 532–33, note.

[10] Dikutip di Istoriya KPSS, vol. 2, 319.

[11] See LCW, vol. 15, 510–11, note.

[12] Pembantaian Lena. Pada 17 April 1912, tentara Tsaris menembaki buruh tambang di Siberia, dekat dengan sungai Lena, yang sedang melakukan pemogokan. 270 buruh dilaporkan mati tertembak, dan 250 luka-luka. Insiden ini memercikkan gelombang demo dan pemogokan buruh di Rusia.

[13] Istoriya KPSS, vol. 2, 322

[14] See Rashin, Formirovaniye Rabochego Klassa Rossiy, 98.

[15] LCW, Towards Unity, February 13 (26), 1910, vol. 16, 155.

[16] LCW, Letter to Maxim Gorky, September 15, 1911, vol. 36, 185.

[17] LCW, Letter to G.L. Shklovsky, March 12, 1912, vol. 35, 25.

[18] Dari Party Archives, dikutip di the Istoriya KPSS, vol. 2.

[19] Dikutip di A.Ye. Badayev, Bolsheviks in the Tsarist Duma, 20.

[20] C. Bobrovskaya, Provocateurs I Have Known, 13.

[21] Ibid., 28.

[22] LCW, Letter to Maxim Gorky, February 1912, vol. 35, 23.

[23] Letter to his sister Anna, March 24, 1912, LCW vol. 37, 474.

[24] LCW, Letter to Maxim Gorky, August 25, 1912, vol. 35, 54.

[25] LCW, vol. 35, 28, 29, dan 36.

[26] Irakli Tsereteli (1882-1959) adalah salah seorang pemimpin utama Menshevik dari Georgia. Ia adalah anggota Komite Eksekutif Soviet Petrograd yang dibentuk setelah Revolusi Februari 1917. Ia lalu menjabat sebagai Menteri Pos dan Telegraf pertama dalam Pemerintahan Provisional. Setelah Revolusi Oktober Tsereteli memimpin blok anti Soviet dalam Majelis Konstituante yang menolak mengakui Pemerintahan Soviet.

[27] Trotsky, My Life, 224–26.

[28] Trotsky, In Defense of Marxism, 177–78.