facebooklogocolour

malaysia bersih 4 demo 150830Ribuan demonstran kaos kuning memadati Lapangan Merdeka pada Minggu (30/8). Sambil berjalan kaki, serta membawa poster-poster besar, massa meneriakkan yel-yel anti pemerintah. Di beberapa tempat, seperti dilaporkan oleh The Nation, juga berkerumun ratusan orang di sepanjang Jalan Pudu dan Tun Abdul Rahman  (TAR) meneriakkan “Bersih, Bersih” serta melambaikan bendera dan meniupkan terompet.

Ini bukan pertama kalinya pemerintahan Malaysia diguncang demonstrasi-demonstrasi besar. Beberapa tahun yang lalu ketika Gelombang Musim Semi mencapai Arab, Malaysia juga turut diguncang demonstrasi sama. Sekitar 1.667 laki-laki dan perempuan dikabarkan ditangkap pada saat itu. Gelombang represi dan penangkapan mungkin cukup menghentikan demonstrasi pada saat itu, tapi kekecewaan bertahun-tahun terhadap skandal-skandal kotor pemerintah tidaklah sanggup mereka hentikan begitu saja.

Setelah mencoba memblokir situs penyelenggara demonstrasi, pemerintah Malaysia juga mengecam bahwa demonstrasi ini bersifat ilegal. Deputi Perdana Menteri Malaysia Zahid Hamidi mengatakan bahwa penyelenggara aksi akan menghadapi tuntutan hukum dengan tuduhan penghasutan, mengumpulkan massa dsb. “Kami juga mengikuti setiap kata yang mereka katakan. Kami tahu bahwa aksi tersebut dilakukan oleh mereka," begitu ancamnya. Di beberapa tempat di mana titik-titik kecil demonstran berkumpul 12 orang telah ditangkap karena mengenakan kaos “Bersih 4.0”. Namun ancaman dari kelas penguasa tidak menghentikan aksi-aksi ini yang bahkan  semakin militan.

Krisis dan Skandal Korupsi

Krisis kapitalisme yang jauh dari selesai telah mengguncang penguasa di berbagai negeri. Di Eropa gelombang penghematan direspons dengan demonstrasi besar-besaran. Sekarang, gelombang krisis ini menyapu di Asia tidak terkecuali Malaysia. Pemerintahan Malaysia yang terkenal represif,  mengekang kebebasan berpendapat, dan korup, terlihat tidak berdaya menghadapi demonstrasi ini. Pada saat itu, mungkin mereka bisa menggunakan aparatus kekerasan untuk menangkapi para demonstran ini, namun kali ini mereka harus berpikir ulang. Meningkatkan represifitas berarti membawa krisis ini lebih jauh, bahkan bisa mengancam keseluruhan sistem yang mereka pertahankan itu.

Devaluasi Yuan dan jatuhnya harga minyak dunia membawa tekanan yang besar terhadap perekonomian Malaysia. Rapuhnya perekonomian mereka tercermin di dalam  cadangan devisa  yang terus merosot sampai 100 miliar dolar AS, yang mereka gunakan untuk mengantisipasi kejatuhan lebih lanjut mata uang mereka. Angka pengangguran yang meninggi, ditambah dengan biaya hidup yang meningkat drastis, kelas penguasa Malaysia tidak mampu berbuat apa-apa di hadapan para demonstran ini.

Kelas penguasa Malaysia yang korup mencoba menutupi borok mereka dengan memecat Deputi Perdana Menteri  dan Jaksa Agung yang mencoba mengungkapkan skandal korupsi yang melibatkan Perdana Menteri Najib Razak dalam skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB) senilai 700 juta dollar yang mengalir ke rekening pribadinya dengan mengatakan bahwa ini adalah “sabotase politik”. Selain itu, mereka juga mengatakan mengatakan bahwa demonstrasi yang terjadi hanyalah segelintir orang saja. Kelas penguasa mulai kehilangan kepercayaan dirinya dan mencoba meyakinkan dirinya bahwa tidak terjadi apa-apa di luar sana. Ini adalah kegaduhan biasa yang bisa cepat diatasi, begitu pikir mereka.  Meskipun demonstrasi ini tidak mencakup seluruh populasi seperti apa yang diungkapkan kelas penguasa, namun sepanjang perjalanannya, demonstrasi ini menanamkan kesadaran yang dalam akan watak kelas penguasa Malaysia sebenarnya. Persoalan apakah demonstrasi ini diikuti segelintir atau keseluruhan, ini hanya masalah waktu.

Membersihkan Korupsi dengan Perjuangan Kelas

Saat berbicara di depan reporter BBC, salah seorang demonstran mengatakan:

“Sebetulnya turunnya Najib tidaklah cukup,"

"Kalau pun dia turun, terus diganti timbalan (wakil)nya, dan pemerintahan berjalan sama saja, ya tidak ada artinya."

"Kami ingin terjadinya suatu evolusi, atau reformasi, agar politik Malaysia lebih matang dan maju," tegasnya.

Apa yang diungkapkan para demonstran ini melampaui apa yang telah dikatakan pemerintah bahwa, “demonstran itu dangkal dan miskin dalam hal patriotisme dan kecintaan pada negeri”. Tapi apa itu patriotisme dan kecintaan dalam negeri kalau setiap hari mereka melihat seluruh kekayaan negeri mengalir ke kantong segelintir kelas penguasa. Dan apa yang mereka maksud mengenai pintar, ketika apa yang dimaksud pintar adalah pintar mempertahankan status quo.

Para demonstran memahami signifikasi tuntutan mereka, bahwa penggulingan Najib saja tidak cukup, bahwa perlu membawa perjuangan ini ke tahap selanjutnya. Tentu penggulingan Najib saja tidak cukup, dan hanya menyelesaikan setengah dari apa yang kita inginkan. Lebih jauh lagi kita perlu menghapuskan akar dari korupsi itu sendiri, yakni kapitalisme. Pemilihan umum yang bersih serta kebebasan berpendapat seperti yang diinginkan rakyat pekerja Malaysia, hanya bisa dicapai bila rakyat pekerja Malaysia berpartisipasi serta mengontrol kekayaan negeri dan menggunakannya untuk kesejahteraan masyarakat. Ini tidak bisa tidak mensyaratkan penghancuran masyarakat kelas.

Kenyataannya rakyat pekerja Malaysia memiliki segala apa yang mereka butuhkan untuk mengusir kelas borjuasi mereka. Demonstrasi massa yang terjadi akhir-akhir ini memperlihatkan dengan jelas potensi revolusioner ini. Bila kelas pekerja Malaysia mempunyai partai revolusioner mereka sendiri, ini tentu akan mengubah jalannya situasi. Situasi dunia yang penuh gejolak memperlihatkan bahwa ketiadaan partai revolusioner gelombang demonstrasi ini berakhir dengan kekalahan. Cepat atau lambat rakyat pekerja dan kaum muda revolusioner Malaysia akan menarik kesimpulan ini.

31 Agustus 2015