facebooklogocolour

leninTepat 150 tahun yang lalu, pada 22 April 1870, di Simbirsk, Rusia, lahirlah Vladimir Ilyich Ulyanov. Sosok ini nantinya akan dikenal oleh kawan – dan juga musuhnya – dengan nama Lenin. Di mata kaum tertindas, nama Lenin menginspirasi rasa hormat dan kagum. Sebaliknya, di mata kaum penindas, hanya rasa takut dan benci yang akan kita temui. Apapun opini kita mengenai Lenin, tidak bisa diragukan lagi kalau dia telah mengubah sejarah abad ke-20. Ini tidak berarti kalau Lenin sudah tidak lagi relevan untuk abad ke-21, seperti yang ingin dipercaya banyak orang. Sebaliknya, di tengah krisis kapitalisme yang paling dalam yang tengah kita masuki, gagasannya menjadi semakin relevan.

Kemenangan Revolusi Oktober yang getarannya memporakporandakan semua tatanan lama di dunia tidak akan mungkin bisa tercapai tanpa Lenin. Tetapi akan keliru kalau kita mengatakan bahwa Lenin sendiri-lah yang bertanggung jawab atas kemenangan ini. Ini adalah kesalahan cara pandang “Teori Orang Besar”, yang cenderung menjadi pengkultusan individu yang kaku dan hampir-hampir tidak ada nilainya. Lenin, pada analisa terakhir, adalah personifikasi dari periode sejarah saat itu. Peralihan abad ke-20 adalah masa kebangkitan gerakan proletariat. Pada saat yang sama, kontradiksi-kontradiksi kapitalisme telah semakin tak tertanggungkan, yang lalu terekspresikan dalam Perang Dunia Pertama. Di masa seperti inilah, masa perjuangan kelas yang sengit dan penuh ledakan, lahir dan tertempa pemikir-pemikir dan pemimpin-pemimpin besar Marxis, seperti Plekhanov, Trotsky, Luxemburg, Karl Liebkhnect, Kautsky, Rakovsky, dan banyak lainnya.

Tetapi ini bukan berarti tidak ada ruang bagi peran individu dalam sejarah. Menolak “Teori Orang Besar” dalam sejarah bukan lantas menafikan agensi individu dan jatuh ke dalam kubangan determinisme sejarah. Manusialah yang membuat sejarah, tetapi ia tidak bisa membuatnya sesuka hati. Manusia hanya bisa bertindak dalam batas-batas yang telah disediakan dan ditetapkan oleh sejarah itu sendiri, dalam kata lain oleh kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang ada, yang merupakan akumulasi tindakan manusia dari masa lalu. Tingkatan kebebasan manusia ditentukan oleh pengetahuannya akan batas-batas ini, dan pemahamannya akan hukum gerak sejarah.

Di sinilah bisa kita temui kejeniusan Lenin, yang dengan seksama dan ketelitian yang hampir-hampir fanatik mempelajari kondisi masyarakat yang ada dan dari situ menelurkan rencana aksi untuk mengubahnya. Proses ini membutuhkan waktu yang panjang, bukan semata-mata seperti wahyu yang turun dari langit. Seorang yang menuntut buku panduan “Leninisme” yang baku seumur hidupnya tidak akan pernah bisa menemukannya, karena gagasan Lenin ditempa lewat diskusi sengit, polemik tajam, benturan-benturan dengan gagasan lain dan juga dengan realitas yang ada, serta aproksimasi tanpa henti yang terus disesuaikan dengan kenyataan.

Mempelajari Lenin berarti mempelajari metode yang digunakannya. Ini berarti memahami konteks tulisan tersebut: kapan, mengapa, untuk siapa, dan untuk tujuan apa dia menulis karya tersebut. Tidak jarang Lenin membesar-besarkan sebuah gagasan yang ingin dia tekankan demi tujuan polemik. Di satu tulisan, dia bisa mengambil pendekatan yang halus dan bersahabat, di tulisan yang lain dia menulis dengan tajam dan nada menghardik yang bisa membuatnya tampak keji. Misalnya, akan ada perbedaan antara sebuah karya yang ditulisnya untuk mendidik kader-kader internal organisasi dan karya yang ditujukan untuk buruh luas.

Tanpa pengetahuan akan sejarah gerakan revolusioner pada masa Lenin – entah di Rusia ataupun internasional – seorang akan terombang-ambing dalam memahami Leninisme, dan bahkan jadi korban pelintiran Stalinis. Kaum Stalinis biasa mengutip Lenin secara serampangan sehingga tidak mendidik sama sekali. Mereka asal mencatut kutipan di luar konteks untuk membenarkan posisi politik mereka yang sebenarnya jauh dari Marxisme. Karya Lenin didekati secara kaku, alih-alih dilihat sebagai sesuatu yang hidup. Kita harus menemukan kembali Lenin yang hidup ini, dan ini membutuhkan usaha yang sabar. Tidak ada jalan pintas.

Sumbangsih Lenin dalam kemenangan Revolusi Oktober adalah kegigihannya dalam mempersiapkan partai revolusioner untuk menyambut momen revolusi. Inilah pelajaran utama dari Lenin yang sampai hari ini masih relevan. Kapitalisme telah membusuk, tetapi ia tidak akan tumbang dengan sendirinya. Harus ada aksi sadar dari kaum buruh untuk menyapu kapitalisme dan membangun masyarakat baru, dan ini tidak bisa dilakukan tanpa adanya partai.

Sejak awal, Lenin menekankan pentingnya membangun sebuah partai yang profesional, disiplin dan rapat, tidak hanya secara organisasional tetapi terutama secara ideologi. Ia melihat pembangunan partai layaknya seorang jenderal perang, karena perang kelas adalah perang yang terbesar dan paling kejam. Partai adalah seperti angkatan bersenjata, dengan tentara-tentara yang dihimpun dan dilatih secara disiplin.

Tetapi analogi dengan angkatan bersenjata berhenti sampai di sini saja, karena mengumpulkan dan menempa kader-kader partai tidak bisa dilakukan dengan komando layaknya militer. Ada mitos bahwa Lenin mengorganisir partai Bolshevik seperti seorang diktator, yang memberikan perintah dari atas, tanpa diskusi dan demokrasi. Tetapi ini jauh dari kebenaran.

Satu-satunya hal yang mengikat seorang ke dalam partai adalah kepercayaannya pada gagasan. Inilah mengapa Lenin begitu keras kepala dalam mengklarifikasi gagasan Marxisme dalam partai Bolshevik yang dibangunnya. Dia habiskan banyak waktunya menjelaskan dengan sabar gagasan-gagasan fundamental Marxisme kepada anggota partai. Dia memenangkan orang ke sisinya dengan kekuatan gagasannya, dengan keuletannya berargumen. Inilah mengapa dia menulis begitu banyak artikel dan surat, yang terkumpul dalam 45 volume besar. Menjelaskan dengan sabar adalah karakter utama Lenin.

Untuk memenangkan orang ke partainya, Lenin tidak pernah mengambil jalan pintas. Selalu ada kecenderungan untuk menumpulkan gagasan dengan dalih ini akan memenangkan lebih banyak orang. Menurut logika ini, kalau kita terlalu revolusioner, terlalu radikal, ini akan menakutkan orang. Gagasan kita harus dibuat mudah dicerna agar bisa diterima khalayak ramai. Tetapi dalam praktiknya, menumpulkan gagasan agar mudah dicerna banyak orang biasanya mengarah pada pencampakan terhadap tujuan revolusi sosialis, dan pada akhirnya tidak memenangkan apapun.

Lenin dan Partai Bolsheviknya telah membuktikan bahwa hanya keteguhan pada gagasan fundamental Marxisme yang dapat membawa kita ke kemenangan revolusi. Kerja ini tidak mudah. Untuk waktu yang lama, Lenin dan Partai Bolshevik adalah partai yang kecil. Tetapi kader-kader mereka yang segelintir ini adalah bunga-bunga proletariat terbaik, yang telah tertempa puluhan tahun dalam perjuangan kelas. Ketika momen revolusi tiba, mereka dapat menyambutnya dan memenangkan mayoritas rakyat pekerja ke sisi mereka.

Perlu dicatat, pada permulaan Revolusi Rusia, pada Februari 1917, Partai Bolshevik hanya punya 8000 anggota di seluruh Rusia yang berpenduduk 150 juta. Tetapi dalam 8 bulan, mereka menjadi partai massa dan memimpin seluruh rakyat pekerja Rusia dalam menyapu feodalisme serta kapitalisme dari 1/5 muka bumi. Tidak ada mukjizat di sini. Lenin tidak punya kekuatan supranatural atau magis lainnya. Yang ada hanya keteguhan pada gagasan Marxisme, menerapkannya secara konsekuen ketika yang lain mencampakkannya.

Pada 2020, yaitu 150 tahun setelah kelahiran Lenin, dunia masih dihadapkan pada kontradiksi kapitalisme yang sama, tetapi kali ini dengan konsekuensi yang bahkan lebih mengerikan. Krisis 2008 yang lalu adalah krisis terdalam, dan kita masih belum keluar darinya. Kekayaan semakin terkonsentrasikan di tangan segelintir orang, sementara kemiskinan, kesengsaraan dan kebodohan jadi suratan takdir miliaran rakyat pekerja. Pencemaran lingkungan hidup demi profit kapitalis kini jadi ancaman nyata yang dapat mengakhiri eksistensi umat manusia. Dan kini, epidemi Covid-19 menyapu dunia, dan menjadi jelas kalau sistem pasar bebas kapitalisme tidak mampu memberikan solusi. Pemotongan anggaran kesehatan publik selama puluhan tahun terakhir telah membuat sistem pelayanan kesehatan kita tidak siap sama sekali untuk menghadapi epidemi. Sementara, kaum kapitalis dan pemerintahan mereka hanya memikirkan profit mereka, dan siap mengorbankan rakyat untuk terus melanjutkan produksi. Hasilnya, sampai artikel ini ditulis, lebih 150 ribu orang telah jadi korban.

Pilihan antara sosialisme atau barbarisme menjadi begitu nyata hari ini. Namun untuk bisa memilih sosialisme, kita harus punya partai revolusioner yang mampu mengambil pilihan tersebut. Partai ini harus kita bangun, dengan kegigihan dan keuletan seperti yang telah ditunjukkan oleh Lenin dan kawan-kawannya.