facebooklogocolour

ferdy sambo kebobrokan silop 1Dalam beberapa pekan ini kasus Ferdy Sambo telah menyita perhatian publik dan menciptakan banyak spekulasi. Salah satu hal yang layak disorot lebih jauh dari kasus pembunuhan ini adalah transaksi yang tercatat dalam mutasi rekening almarhum Joshua yang dilakukan setelah dia dibunuh. Ada sekitar 200 juta yang keluar masuk ke rekening Joshua, dimana asal muasal uang ini masih menjadi tanda tanya hingga saat ini. Ini menguatkan dugaan bahwa ada kejahatan lain yang coba ditutup-tutupi dari publik. Ditambah lagi dengan penanganan kasus yang bertele-tele serta motif yang tidak kunjung disampaikan ke publik, ini semua semakin mengungkapkan kebusukan institusi kepolisian

Selama berminggu-minggu, publik masih bertanya-tanya: motif apa yang melatarbelakangi pembunuhan tersebut. Tapi selama berminggu-minggu itu pula publik belum juga menemukan titik terang. Motif kasus ini begitu sulit untuk diungkap. Ada 63 anggota polisi yang diperiksa atas kasus ini. Dan di antaranya ada 5 jenderal yang ditangkap lantaran diduga terlibat jaringan Sambo. Pembunuhan ini tidak hanya melibatkan “oknum” melainkan 97 anggota kepolisian dari berbagai pangkat. Ini bukan satu dua apel yang busuk, melainkan lembaga kepolisian sudah terlalu busuk sampai ke akar-akarnya.

Hingga saat ini, terlihat jelas bahwa proses pengungkapan kasus sangatlah berbelit-belit. Walaupun telah melibatkan banyak lembaga mulai dari Kompolnas hingga DPR namun tak kunjung menemukan titik terang. Sangat mungkin bahwa motif kasus ini tidak akan pernah terungkap. Bukan karena polisi tidak mampu mengungkap, tapi karena pengungkapan kasus ini sangatlah berpotensi mengungkapkan semua kebobrokan polisi.

Kasus terus menggelinding, sementara tingkat kepercayaan publik terhadap polisi semakin menurun dengan tajam. Tidak hanya terhadap polisi saja tapi juga lembaga penegakan hukum yang lainnya seperti Kejaksaan Agung dan KPK. Kejaksaan Agung menempati posisi pertama dengan tingkat kepercayaan 63,4 persen, disusul KPK 58,8 persen, dan Polri, 54,2 persen. Rendahnya tingkat kepercayaan publik terhadap lembaga penegakan hukum sebenarnya bukanlah hal yang mengejutkan. Lembaga penegakan hukum terkesan membela tersangka. Bahkan DPR yang sempat menggelar rapat bersama dengan Kapolri untuk meminta klarifikasi atas perkembangan penyelesaian kasus ini pun terlihat bermain-main dan tidak tegas dalam meminta pertanggungjawaban Kapolri atas kasus tersebut. Jadi siapa yang bisa dipercaya ketika tampak jelas orang-orang berkuasa tersebut sedang mengutak-atik hukum sesuai kepentingan mereka. Rakyat hanya menjadi penonton pasif dalam drama ini.

Mungkin saat ini, opini masyarakat masih dipandang sebelah mata oleh mereka yang berkuasa. Rakyat masih dianggap sebagai penonton yang tidak memiliki kekuatan untuk mengungkap kasus tersebut. Tapi apa yang tidak mereka sadari, rakyat saat ini tahu mana yang benar dan rakyat pun sudah mulai melihat betapa bobroknya institusi penegakan hukum di negeri ini. Suatu saat rakyat akan menuntut pertanggungjawaban. Semakin rakyat melihat bahwa mereka yang berkuasa tidak pernah ada di pihak rakyat, semakin rakyat tergerak untuk menggulingkan kekuasaan tersebut.