Bab 11. Trotsky
‘Nikolai sang Penjagal’
Sekarang sudah menjadi hal yang biasa untuk menggambarkan Tsar Nikolai dengan sepuhan warna yang paling gemilang dan humanistis. Kita harus mengingatkan diri kita sendiri akan karakter dan peran sesungguhnya dari Tsar Nikolai, yang pada jamannya dikenal juga dengan nama “Nikolai sang Penjagal” (Nikolas the Bloody). Ini merujuk terutama pada sikap sang “Bapa Kecil” ini terhadap aktivitas-aktivitas para pelaku pogrom. Sejak awal dia berkuasa, Nikolai telah menunjukkan bahwa dia tidak segan-segan menggunakan kekerasan, bahkan untuk alasan yang paling kecil sekalipun. Pada 1895, setahun menyusul kenaikan tahtanya, sang Tsar mengirim telegraf kepada sebuah resimen grenadier (resimen khusus) yang terkenal dalam menumpas keributan-keributan buruh: “Sungguh puas dengan sikap tenang dan berani yang ditunjukkan oleh para tentara selama kerusuhan di pabrik.” Pada 1905, dia merespons dengan semangat yang sama: “Teror harus dilawan dengan teror,” tulisnya kepada ibunya pada Desember 1905, dimana dia memuji represi brutal terhadap kaum tani Baltik yang memberontak. “Orlov, Richter dan yang lainnya sedang melakukan kerja yang sangat baik. Banyak kelompok-kelompok pemberontak yang telah ditumpas, rumah-rumah dan properti mereka dibakar.” Tidak lama kemudian, setelah mendapat kabar bahwa Riga telah direbut kembali dan Kapten Ritcher telah mengantung mati para agitator, sang Tsar berkomentar: “Sosok yang Luar Biasa!” Pada 1905, Bernard Pares, penulis buku sejarah Rusia yang terkemuka, bertanya pada seorang petani Rusia apa yang telah terjadi selama 5 tahun terakhir. Setelah berpikir sejenak, sang petani menjawab: “Lima tahun yang lalu ada kepercayaan [pada Tsar] dan juga rasa takut. Sekarang, kepercayaan itu telah hilang semuanya dan hanya rasa takut yang tertinggal.”[1]
Sebagai respons terhadap gerakan revolusioner kaum buruh, rejim mengorganisir pogrom yang keji terhadap kaum Yahudi, kaum sosialis, dan “intelektual”. Dalam satu bulan menyusul 17 Oktober, sekitar 4,000 orang dibunuh, dan lebih dari 10,000 terluka. Banyak kaum Sosial Demokrat yang terbunuh dalam serangan-serangan ini, terutama Nikolai Bauman, seorang pemimpin Bolshevik yang dibunuh di Moskow setelah baru saja dibebaskan dari penjara. Pemakaman Bauman berubah menjadi demonstrasi buruh yang besar. Peti jenazahnya diarak di jalan-jalan dan diiringi lagu-lagu revolusioner oleh sebuah band musik. “Para pemimpin partai berbaris di belakang dengan karangan bunga, bendera merah dan spanduk besar, yang menerakan slogan-slogan perjuangan mereka dalam warna emas. Mereka diapit oleh milisi buruh dan pelajar yang bersenjata. Dan di belakang mereka baris demi baris orang-orang yang berkabung, sekitar 100,000, berbaris dalam formasi militer, 10 orang per baris. Prosesi ini terus berlanjut sepanjang hari, berhenti di berbagai tempat di kota untuk mengumpulkan lebih banyak orang. Ketika prosesi ini melewati Konservatori, sebuah band orkestra pelajar bergabung dengannya, yang memainkan, berulang kali, lagu perkabungan revolusi: You Fell Victim to a Fateful Struggle (Kau Menjadi Korban Untuk Perjuangan). Kekhidmatan prosesi ini, musik yang melankolis dan organisasi militer mereka memenuhi jalan-jalan dengan perasaan yang gelap. Ketika malam tiba, ribuan obor dinyalakan, yang membuat bendera-bendera merah terang menyala. Orasi-orasi yang disampaikan di pemakaman ini sangatlah emosional dan membangkitkan semangat perlawanan. Janda Bauman menyerukan kepada massa yang berkumpul untuk membalas kematian suaminya, dan ketika mereka kembali ke pusat kota terjadi bentrokan-bentrokan sporadis dengan geng-geng Black Hundred.”
Ada banyak kasus lainnya dimana geng-geng Black Hundred menyiksa dan membunuh rakyat secara brutal. Geng-geng Black Hundred ini dibiayai dan dipersenjatai oleh pihak otoritas sebagai bala bantuan tambahan negara. Tidaklah sulit untuk membuktikan koneksi antara pogrom-pogrom ini dengan pihak otoritas, dari kepala polisi daerah sampai ke Tsar. Nikolai menaruh perhatian khusus secara pribadi pada kerja Perhimpunan Warga Rusia yang ada di belakang Black Hundred. Hubungan langsung antara Nikolai dan Black Hundred tidaklah diragukan, seperti yang telah ditunjukkan oleh sejarah: “Tsar dan para pendukungnya di istana … mendukung dan memelihara Perhimpunan Warga Rusia, seperti juga beberapa pemimpin gereja, termasuk Pendeta John of Kronstadt, teman dekat keluarga kerajaan, Uskup Hermogen dan Pendeta Iliodor. Nikolai sendiri memakai lencana Perhimpunan ini dan mengucapkan ‘semoga berhasil’ pada para pemimpin Perhimpunan ini dalam upaya mereka untuk menyatukan ‘warga Rusia yang loyal’ di bawah autokrasi. Menteri Dalam Negeri, atas perintah tsar, membiayai koran-koran mereka dan dengan diam-diam memasokkan senjata ke mereka.”[2]
Sentimen anti-Yahudi Tsar sangatlah diketahui dengan baik: “Dia terutama membenci kaum Yahudi. Ketika Stolypin, ketua Dewan Menteri 1906-11, mengusulkan untuk melonggarkan sejumlah restriksi yang dikenakan pada kaum Yahudi di Pale of Settlement[3], Tsar menjawab: ‘Kendati argumen-argumen yang paling meyakinkan untuk mendukung keputusan afirmatif dalam masalah ini, hati nurani saya dengan keras kepala semakin menekankan agar saya tidak mengambil keputusan ini. Sampai saat ini hati nurani saya tidak pernah membohongi saya. Oleh karenanya, dalam kasus ini juga, saya akan mengikuti hati nurani saya.’ Bukan untuk apa-apa Tsar menjadi anggota Perhimpunan Warga Rusia yang anti-Yahudi, menyokongnya secara finansial dan menyambut presidennya, Dr. Dubrovin, dengan hangat. Dia tidak punya simpati pada para korban pogrom setelah penerbitan Manifesto Oktober 1905. Sebaliknya, dia menganggap pogrom-pogrom ini sebagai pemberontakan terhadap ‘kelancangan’ kaum sosialis dan revolusioner.”[4]
Kaum Yahudi menderita kekejaman yang brutal di tangan geng-geng Black Hundred, yang dipasok miras dan didorong oleh polisi untuk menyerang kaum Yahudi. Dan semua horor ini diorganisir oleh yang duduk di atas. Di markas-markas polisi di Petersburg, ribuan selebaran dicetak, yang isinya memprovokasi kekerasan terhadap kaum Yahudi yang dituduh telah merusak Rusia, dan menyerukan kepada massa untuk “mencabik-cabik mereka dan membunuh mereka semua”. Jenderal Trepov secara pribadi menyunting selebaran yang disubsidi oleh Menteri Dalam Negeri sebesar 70.000 rubel. Pogrom yang paling brutal terjadi di Odessa, dimana 800 orang Yahudi dibunuh, 5.000 terluka dan lebih dari 10.000 menjadi tunawisma. Kaum lumpenproletariat, yakni sampah-sampah masyarakat, diprovokasi untuk melakukan aksi-aksi yang teramat kejam terhadap orang-orang yang tak berdaya. Trotsky menulis:
“Gelandangan ini adalah raja. Satu jam yang lalu dia adalah budak yang gemetaran, yang selalu dikejar-kejar oleh polisi dan selalu lapar. Sekarang dia telah menjadi seorang despot. Dia diperbolehkan melakukan apa saja, dia bisa melakukan apa saja, dia adalah tuan raja properti dan kehormatan, hidup dan mati. Bila dia mau, dia dapat melempar seorang wanita tua dari jendela lantai tiga, bersama dengan piano besar. Dia dapat menghantamkan kursi ke kepala bayi. Dia dapat memerkosa seorang gadis cilik di tengah keramaian. Dia dapat menghujamkan paku ke badan seseorang… Dia membantai seluruh keluarga, dia mengguyuri sebuah rumah dengan bensin dan membakarnya, dan bila ada yang ingin melarikan diri, dia habisi orang itu dengan pentungan. Segerombolan orang-orang buas mendatangi sebuah rumah fakir miskin Armenia, menikam orang-orang tua, para pasien, perempuan, anak-anak… Pikirannya membabi buta gila dipenuhi alkohol dan kegeraman, dan dia tidak akan berhenti menyiksa. Apapun bisa dia lakukan. Tuhan lindungilah Tsar!”[5]
Piatnisky, seorang Bolshevik, yang saat itu ada di Odessa mengingat apa yang terjadi: “Di sana saya menyaksikan peristiwa berikut: segerombolan anak-anak muda, antara 25 sampai 30 tahun, di antara mereka adalah polisi berbaju preman dan anggota-anggota Okhrana (intel), menciduk orang-orang yang mukanya seperti orang Yahudi – laki-laki, perempuan, dan anak-anak – melucuti pakaian mereka dan menggebuki mereka tanpa belas kasihan… Kami segera mengorganisir sekelompok kaum revolusioner dengan senapan… Kami kejar mereka dan tembaki mereka. Mereka melarikan diri. Tetapi tiba-tiba sebarisan tentara muncul menengahi kami dan para pelaku pogrom ini, bersenjata lengkap dan menghadap ke kami. Kami mundur. Para tentara ini pergi, dan gerombolan pelaku pogrom ini datang kembali. Ini terjadi beberapa kali. Menjadi jelas bagi kami kalau para perusuh ini bekerja sama dengan militer.”[6] Laporan pemerintah yang disusun oleh Witte jelas-jelas mengekspos peran polisi dalam pembantaian ini. Mereka tidak hanya mengorganisir segerombolan lumpenproletar dan mencekoki mereka dengan alkohol, tetapi juga mengarahkan mereka ke tempat-tempat persembunyian orang-orang Yahudi dan bahkan berpartisipasi secara langsung dalam membantai orang-orang Yahudi. Gubernur Odessa, Neidgart, mengakui bahwa “gerombolan massa liar yang terlibat dalam kerusuhan dan perampokan ini menyambut dia dengan antusias.” Baron Kaulbarks, komandan militer setempat, memberikan pidato di depan polisi dengan pembukaan: “Mari kita jujur saja. Mari kita akui bahwa kita semua, dalam hati kita, bersimpati dengan pogrom ini!”[7]
Tidak ada yang bisa mengatakan bahwa Nikolai tidak mengetahui apapun mengenai pogrom ini, walaupun tentunya hubungannya dengan Black Hundred tidak diumumkan secara terbuka. Tetapi Nikolai tahu betul apa yang sedang terjadi, dan menyetujuinya, seperti yang terungkap dalam korespondensi pribadinya. Pada 27 Oktober, dia menulis kepada ibunya:
“Ibuku yang Tercinta…
“Saya akan memulai dengan mengatakan bahwa seluruh situasi telah membaik dibandingkan minggu lalu… Di hari-hari pertama setelah Manifesto [Oktober] diumumkan, elemen-elemen subversif memunculkan kepala mereka, tetapi sebuah reaksi yang kuat dengan cepat hadir dan seluruh massa warga yang loyal tiba-tiba menunjukkan kekuatan mereka. Hasilnya jelas, dan tidak mengejutkan. Kelancangan kaum sosialis dan kaum revolusioner telah membuat geram orang; dan karena sembilan dari sepuluh pengacau ini adalah orang Yahudi, maka kegeraman ini diarahkan ke mereka. Inilah alasan mengapa pogrom-pogrom ini terjadi. Luar biasa bagaimana pogrom-pogrom ini meledak secara bersamaan di seluruh kota Rusia dan Siberia… Kasus-kasus di Toms, Simeropol, Tver dan Odessa menunjukkan dengan jelas apa yang dapat dilakukan oleh gerombolan massa yang geram; mereka mengepung rumah-rumah dimana kaum revolusioner ini tinggal, membakarnya dan membunuh siapapun yang mencoba kabur.”[8]
Kerensky mengkonfirmasi hubungan antara para pelaku pogrom dan pihak otoritas, termasuk Tsar: “Kebijakan Shcheglovitov [Menteri Keadilan Rusia 1906-1915] didorong oleh Tsar, yang keras kepala dalam hal ihwal politik. Kebijakannya dalam pengadilan-pengadilan kasus pogrom yang melibatkan anggota-anggota Perhimpunan Warga Rusia [yakni Black Hundred, pelopor kaum fasis] sungguh mengungkapkan apa yang sedang terjadi. Dalam dokumen Komite Pemeriksaan Aktivitas-Aktivitas Para Mantan Menteri dan Pejabat yang dibentuk oleh Pemerintahan Provisional [setelah Revolusi Februari 1917], ada sebuah pernyataan yang dibuat Lyadov, kepala departemen Kementrian Keadilan. Lyadov mengatakan bahwa di antara surat-surat permohonan grasi yang diterima di kementriannya, Tsar selalu mengabulkan permohonan grasi dari para anggota Perhimpunan Warga Rusia dan menolak permohonan dari kaum revolusioner.”[9]
Bagaimana caranya melawan pogrom? Tentu bukan dengan memohon pada polisi dan sistem peradilan, yang seperti kita lihat berdiri di belakang Black Hundred. Gelombang pogrom mengedepankan masalah pertahanan diri dengan cara yang paling konkret dan mendesak. Bukannya memohon pada hukum, tetapi bentuk pertahanan diri buruh! Pertahanan dari Black Hundred, untuk membela orang Yahudi, orang Armenia, dan kaum intelektual. Dimana memungkinkan, organisasi-organisasi buruh bersatu dan mencoba memerangi geng-geng rasis. Dalam hal ini kita harus merangkul perwakilan dari kaum borjuasi kecil revolusioner dan kaum minoritas yang tertindas, tetapi organisasi buruh harus mengambil kepemimpinan. Hanya percaya pada kekuatan kita sendiri! Kelas buruh harus melawan fasisme dengan metode-metodenya sendiri! Ini adalah posisi Lenin, yang dalam artikelnya mengenai sebuah pogrom di Bielostok menjelaskan kebijakan Bolshevik. “Di sini kita kutip beberapa petikan dari sebuah telegram yang diterima dari Bielostok: ‘Pogrom anti-Yahudi yang diorganisir secara sadar telah dimulai’. ‘Walaupun rumor-rumor pogrom telah tersebar luas, tidak ada satupun perintah datang dari kementrian hari ini!’ ‘Provokasi pogrom yang gencar telah dilakukan selama 2 minggu terakhir. Di jalan-jalan, terutama di malam hari, selebaran disebar, yang menyuruh orang untuk membantai tidak hanya orang Yahudi tetapi juga kaum intelektual. Polisi menutup mata mereka.’
“Polisi mengorganisir pogrom jauh hari sebelumnya. Polisi memprovokasi pogrom ini; selebaran dicetak di kantor-kantor pemerintah, yang menyerukan pembantaian terhadap orang Yahudi. Ketika pogrom berlangsung, polisi tidak dapat ditemui. Tentara diam saja menyaksikan tindak-tanduk Black Hundred. Tetapi belakangan ini polisi memainkan sandiwara peradilan terhadap aksi-aksi pogrom ini.” Lenin mengutuk sandiwara yang dimainkan oleh pemerintah dalam menginvestigasi dan memeriksa aksi-aksi pogrom ini, dan mengajukan alternatif revolusioner: “Hukum keras para pelaku pogrom ini – ini adalah tugas langsung kalian pada rakyat. Jangan bertanya pada pemerintah apakah kebijakan-kebijakan sudah diambil untuk melindung kaum Yahudi dan mencegah pogrom, tetapi tanya berapa lama pemerintahan ini bermaksud melindungi para pelaku pogrom yang sesungguhnya, yang adalah anggota pemerintah itu sendiri. Tanya kepada pemerintahan ini apakah mereka pikir rakyat akan selalu keliru dalam menilai siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas pogrom-pogrom ini. Kecam pemerintahan ini secara terbuka dan publik; serukan kepada rakyat untuk mengorganisir milisi pertahanan-diri sebagai satu-satunya cara untuk melawan pogrom.”[10]
Gelombang pogrom yang berdarah-darah ini mengedepankan masalah pertahanan diri buruh secara konkret. Masalah perjuangan bersenjata adalah masalah hidup dan mati bagi kelas buruh dan revolusi. Namun ini tidak ada kesamaan sama sekali dengan taktik terorisme individual atau “gerilya urban”. Ini bukanlah konspirasi rahasia yang dilakukan oleh sekelompok kecil teroris di belakang punggung kaum buruh. Ini adalah sebuah strategi revolusioner yang terhubungkan dengan massa. Milisi-milisi ini terikat erat dengan soviet dan organisasi buruh lainnya. Organisasi-organisasi buruh yang legal mengorganisir lapangan tembak dimana buruh bisa belajar menggunakan senjata secara terbuka. Kaum Bolshevik menyerukan pembentukan sebuah front persatuan di antara semua organisasi buruh, kelompok-kelompok borjuis kecil demokrat dan kelompok-kelompok nasionalis – sebuah persekutuan dari semua kekuatan yang siap berjuang untuk mempertahankan pencapaian-pencapaian revolusi dan melawan Black Hundred.
Di beberapa tempat kelompok tempur buruh ini berhasil memukul mundur gerombolan perusuh ini. Dalam memoarnya, Piatnitsky menceritakan pogrom yang dilakukan terhadap kaum Yahudi di Odessa, dan pembentukan sebuah front persatuan di antara kaum Bolshevik, Menshevik, Bund (kaum sosialis Yahudi), Dashnak (kaum nasionalis Armenia) dan para pendukung Paol-Zion [sebuah organisasi yang dibentuk pada tahun 1905 yang berusaha menggabungkan Zionisme dan Marxisme; beberapa dari mereka bergabung dengan Partai Bolshevik setelah Revolusi Oktober]. Awalnya mereka berhasil memukul mundur gerombolan rasis ini. Namun mereka kemudian berhadap-hadapan dengan tentara dan polisi, dan mereka terpaksa mundur, dengan beberapa orang kehilangan nyawa mereka. Perjuangan bersenjata awalnya diajukan sebagai masalah pertahanan. Akan tetapi, dalam perang, perbedaan antara bertahan dan menyerang memiliki karakter yang relatif. Sebuah perjuangan pertahanan yang berhasil dapat berubah menjadi aksi menyerang. Di Kharkov, milisi membangun barikade-barikade dan tentara yang sudah terdemoralisasi menyerah tanpa melawan. Di Yekaterinoslav kaum buruh melawan pasukan Cossack dengan bom-bom buatan sendiri, dan membunuh beberapa tentara Cossack. Di Chita mereka berhasil membebaskan para tapol, termasuk para kelasi dari Armada Laut Hitam. Pertempuran-pertempuran kecil yang parsial ini mempersiapkan jalan untuk pertempuran penentuan antara kaum buruh dan autokrasi, sesuatu yang menurut Lenin tak terelakkan.
Membuka Partai
Pada awal tahun 1905, kelompok Bolshevik dan kelompok Menshevik sungguh-sungguh adalah kelompok sekte, yang tidak memiliki pengaruh di antara massa rakyat. Tetapi setelah 9 Januari, mereka mulai tumbuh dengan pesat. Ketika V. Frunze, organisator komite Partai di pusat industri tekstil di Ivanovo-Voznesensk, tiba di kota pada bulan Mei, dia menemukan “tidak kurang dari 400 sampai 500 aktivis”, mayoritas buruh. Martov mengatakan bahwa ada 600 anggota Bolshevik pada pertengahan 1905, yakni komite terbesar di pusat industri daerah. Martov juga mengklaim bahwa pada bulan Oktober organisasi bawah tanah Partai memiliki anggota “beberapa puluh ribu buruh, dan beberapa ribu tentara dan tani”. Pada September, agitasi Sosial Demokratik telah mendapatkan gaungnya tidak hanya di antara para buruh yang mogok tetapi juga di pertemuan-pertemuan massa, di universitas-universitas. Slogan-slogan yang paling radikal mulai mendapatkan dukungan. Pengaruh partai, termasuk para buruh yang berpartisipasi dalam organisasi-organisasi yang terhubungkan langsung dengan partai, mencakup “ratusan ribu rakyat kota dan pedesaan”.[11]
Pertumbuhan pesat pengaruh partai di antara massa mengharuskan partai untuk mengadaptasi metode dan strukturnya agar partai bisa tumbuh. Perjuangan untuk membangun Partai dan memperluas pengaruhnya ke lapisan-lapisan kelas yang paling luas sekarang menjadi urgen. Dalam serangkaian konferensi internal pada musim gugur, Lenin mendorong untuk membuka pintu Partai, dan memperkenalkan prinsip pemilihan dari atas hingga bawah, guna mengubah komposisi komite-komite partai, dengan masuknya lapisan kaum muda dan buruh yang baru dan segar. Perangkat partai harus diberikan tekanan dengan membebaskan gagasan-gagasan baru dan kritik dari bawah. Dan bila perlu, perangkat partai harus diperbarui dengan menggantikan beberapa elemen yang lebih tua dan konservatif dengan orang-orang baru yang lebih mampu merefleksikan mood massa. Selama tahun 1905, Lenin sangatlah tidak sabar dengan kelambanan perangkat partai di Rusia dalam berorientasi ke massa dan menggunakan peluang-peluang yang sedang terbuka. Setelah Manifesto Oktober, kondisi-kondisi kerja Partai berubah secara radikal. Kebebasan berkumpul dan pers telah dimenangkan, begitu juga hak berserikat buruh. Kelompok diskusi bermunculan di mana-mana. Dari semua sisi, kaum buruh dan kaum muda sedang mencari sebuah kendaraan untuk mengekspresikan aspirasi mereka untuk mengubah masyarakat.
Metode-metode dan cara-cara berpikir lama sulit sekali diubah. Selama 1905 ada perseteruan yang tajam mengenai masalah membuka pintu partai dan mendemokrasikan struktur-struktur internal. Harus kita ingat, sampai pada musim gugur 1905 Partai masih beroperasidi bawah tanah. Tetapi dengan perubahan iklim politik, Partai harus beradaptasi untuk bekerja secara legal dan semi-legal, dan menggunakan semua energinya untuk memenetrasi massa. Di situasi seperti ini mentalitas lingkaran kecil beserta strukturnya harus diubah dan digantikan dengan ranting-ranting Partai yang lebih luas.
Lenin menuntut untuk membuka pintu Partai ke kaum buruh dan kaum muda. Akan tetapi ini ditentang oleh aparatus partai, yang menginterpretasikan prinsip-prinsip organisasional dari sudut pandang yang sempit dan mekanis. Pada kenyataannya tidak ada buku resep untuk menentukan struktur dan aturan-aturan sebuah partai revolusioner. Struktur dan aturan-aturan partai harus berubah mengikuti situasi. Prinsip pemilihan dan demokrasi internal tidaklah sama untuk sebuah partai bawah tanah dan untuk sebuah partai yang ingin meraih basis massa dalam kondisi kerja yang legal. Kerja bawah tanah niscaya berarti ada limit-limit tertentu dalam demokrasi internal. Seberapa besar batasan ini harus sesuai dengan kebutuhan keamanan. Pada musim gugur 1905 Lenin menuntut agar pintu partai dibuka. Ini terutama karena adanya perubahan kondisi-kondisi objektif. Tetapi tidak hanya karena itu saja. Pengalaman dari periode sebelumnya telah membuat Lenin khawatir akan kesempitan cara berpikir dari para aparatus partai. Kekeliruan mereka mengenai soviet sekarang telah membuat Lenin yakin bahwa harus ada perubahan dalam partai dan peningkatan komposisi kelas buruh dalamnya. Para aktivis partai harus bisa memahami massa dan berbicara dengan bahasa yang sama dengan mereka, bukannya memisahkan diri dari mereka.
Struktur partai harus diubah secara radikal untuk mempertimbangkan kondisi-kondisi yang baru. Ranting-ranting pabrik yang baru dibentuk mengadakan pertemuan terbuka. Ranting pabrik Lessner mencatat kehadiran 70 buruh dalam salah satu pertemuan mereka. Komite-komite distrik di daerah industri besar dipecah menjadi unit-unit sub-distrik yang lebih kecil. Sejumlah daerah membentuk klub-klub buruh, dalam skala distrik atau skala pabrik. Dalam serangkaian konferensi internal pada musim gugur 1905, prinsip pemilihan diperkenalkan ke seluruh tingkatan, dari atas hingga bawah. Ini adalah cara untuk memastikan partisipasi yang lebih besar dari kaum buruh dalam partai. Ini juga adalah cara untuk memberikan tekanan pada perangkat partai, dengan masuknya pandangan-pandangan baru dan kritik dari bawah, dan bila perlu mengubah komposisi komite-komite dengan bergabungnya buruh yang muda dan baru, supaya suara buruh dan insting kelas mereka dan pengalaman perjuangan mereka dapat didengar dan mendikte aktivitas-aktivitas partai. Perkembangan selanjutnya adalah menyelenggarakan pertemuan gabungan skala kota, dimana seluruh anggota dapat bertemu dan mendiskusikan kerja mereka. Komite-komite distrik di area-area industri yang besar dibagi menjadi unit-unit sub-distrik yang lebih kecil. Di beberapa wilayah, komite kota bahkan memiliki aturan-aturan mereka sendiri yang sesuai dengan kondisi-kondisi di area mereka masing-masing, seperti di Petersburg dan Ivanovo-Voznesensk.
Dari semua ini kita dapat melihat bagaimana konsepsi organisasional Lenin sangatlah fleksibel. Sentralisme demokratis mencakup dua gagasan yang tampaknya kontradiktif – sentralisme dan demokrasi. Tetapi di tiap pemogokan, kita dapat melihat bagaimana kedua gagasan ini dapat dikombinasikan dalam praktek: kebebasan diskusi yang paling luas sampai saat keputusan diambil, tetapi setelah itu kesatuan aksi sepenuhnya. Di momen-momen tertentu dalam sejarahnya, Partai Bolshevik memberikan penekanan keras pada sentralisme, contohnya selama periode panjang ketika mereka harus bekerja di bawah tanah. Tetapi dalam periode ketika mereka dapat bekerja dalam kondisi legal yang “normal”, kaum Bolshevik memilih bentuk organisasi yang paling terbuka dan demokratis. Partai revolusioner adalah organisme hidup, bukan fosil mati. Pada tahapan tertentu dalam sejarahnya Partai Bolshevik menekankan aspek sentralismenya, tetapi pada waktu yang lain elemen demokrasi mendominasi. Sementara sebelumnya pers partai hanya menjangkau selapisan kecil buruh, sekarang pers partai dapat menjangkau massa dengan jurnal-jurnal legal, pertemuan-pertemuan dan cara-cara lain. Pertemuan-pertemuan diadakan dengan penjagaan dari pasukan pertahanan partai di klub-klub buruh, perpustakaan dan tempat-tempat publik lainnya.
Selama 1905, dan terutama setelah Manifesto Oktober, ada peluang besar untuk bekerja di organisasi massa yang legal dan semi-legal, seperti serikat buruh, embrio komite pabrik, perhimpunan asuransi, dsb. Mengenai klub-klub buruh, yang dibentuk pada “masa-masa yang bebas ini”, Schwarz menulis: “Klub-klub buruh dan buruh sosial demokratik kebanyakan adalah organisasi non-partisan, yang sering kali tidak ingin menjadi anggota resmi partai. Mereka fokus pada pendidikan umum dan politik.”[12] Kaum Menshevik memulai kerja ini. Klub mereka di Pabrik Baltik di Petersburg memiliki 120 anggota. Mengikuti contoh ini, distrik Vyborg, yang adalah basisnya kaum Bolshevik, membentuk sebuah klub dengan 300 anggota. Biasanya klub semacam ini beranggotakan 200 sampai 300 orang, setidaknya di Moskow dan Petersburg.
Satu indikasi dari gerakan revolusioner yang sedang berkembang adalah menjamurnya organisasi serikat buruh. Tugas memenetrasi serikat buruh, yang merupakan unit dasar organisasi kelas buruh, adalah prioritas utama kaum Sosial Demokrat. Bahkan lapisan-lapisan yang paling terbelakang terdorong untuk berorganisasi. Namun justru kelemahan serikatburuh-isme di Rusialah yang memberi soviet otoritas besar dan kekuatan sebagai organisasi utama kaum proletar. Soviet menjadi pusat aktivitas yang terutama, dan pada tingkatan tertentu menggantikan serikat buruh pada 1905. Walaupun demikian serikat buruh masih merupakan medan kerja yang penting, terutama untuk buruh yang lebih terampil. Ini terutama benar untuk pusat-pusat industri besar, seperti Moskow dan Petersburg. Akan tetapi kaum Bolshevik sering kali lamban dalam mengambil kesempatan ini, dan lebih memilih bekerja dalam lingkaran kecil. Lenin berulang kali mengecam rutinitas organisasional ini. Dalam ranah kerja serikat buruh, kaum Menshevik juga bergerak lebih cepat daripada kaum Bolshevik, dan ini membuat Lenin frustrasi. Kaum Menshevik mengambil inisiatif membentuk serikat buruh di Petersburg, Moskow, Saratov, Baku, Odessa, dsb. Serikat-serikat buruh ini dengan cepat mengadopsi tradisi Sosial Demokratik. Secara umum, kaum Sosialis Revolusioner tidak melakukan kerja dalam serikat buruh. Akan tetapi, biasanya dalam serikat buruh ada banyak buruh yang bukan anggota partai atau non-partisan. Dan memang inilah peran penting serikat buruh, yakni menyatukan lapisan-lapisan kelas buruh yang paling luas guna berjuang demi kepentingan mereka. Tugas kaum sosialis adalah meraih pengaruh dalam serikat buruh dan mendapatkan mayoritas.
Ada banyak serikat buruh non-partisan, terutama di selatan dan daerah Volga. Di barat, kaum Bund dan Menshevik mendominasi. Moskow adalah basisnya Bolshevik. Satu-satunya alasan mengapa kaum Menshevik dapat mengambil inisiatif di Moskow adalah karena kaum Bolshevik di sana awalnya memiliki posisi yang keliru mengenai serikat buruh. Mereka mencoba membentuk serikat-serikat buruh yang terpisah, dengan identitas partai politik yang jelas, dan mereka membenarkan taktik ini dengan tujuan untuk memerangi “non-partai-isme”. Contohnya, mereka membentuk sebuah serikat buruh Bolshevik untuk pekerja pabrik roti, teknisi, tukang mesin dan tukang bubut. Ini adalah posisi yang sepenuhnya keliru, yang di kemudian hari dikritik oleh Lenin dalam karyanya yang terkenal “Komunisme Sayap Kiri: Penyakit Kekanak-kanakan”, dimana dia secara eksplisit mengatakan bahwa adalah keliru kalau kaum Marxis mencoba memecah belah serikat buruh dan membentuk serikat buruh “revolusioner” yang terpisah dari organisasi massa. Dalam hal ini aparatus partai Bolshevik juga menunjukkan kalau mereka tidak memahami posisi Lenin. Tentu saja partai harus memerangi kecenderungan “non-partai”, tetapi serikat buruh harus merangkul semua lapisan kelas buruh terlepas dari afiliasi partai mereka. Satu-satunya tendensi politik yang harus dilarang dalam serikat buruh adalah fasisme. Lenin menulis sebuah artikel mengenai ini dalam Novaya Zhizn pada 2 Desember 1905.
Pers Partai
Akan sangat sulit sekali untuk mengatakan secara tepat berapa jumlah anggota partai pada 1905. Bila kita lihat angka di St. Petersburg, Martov menghitung bahwa pada paruh pertama 1905 kaum Menshevik memiliki 1200-1300 buruh, dan kaum Bolshevik beberapa ratus. Pada Oktober, kedua organisasi ini memiliki jumlah buruh yang sama (yang angkanya tidak dia beri, tetapi jelas lebih besar daripada paruh pertama). Dalam kata lain, kaum Bolshevik secara proporsional tumbuh lebih besar. Penulis lain memberikan angka yang berbeda. V.I. Nevsky menghitung jumlah anggota buruh dari kedua faksi di St. Petersburg hanya berkisar antara 890 dan 1000 pada akhir musim semi.[13] Akan tetapi pada bulan-bulan mendatang jumlah anggota mereka meningkat. Pada akhir musim panas, kaum Bolshevik Moskow memiliki 1035 anggota. Kaum Bolshevik Riga, pada musim semi, memiliki 250 anggota di 25 pabrik, walaupun Menshevik masih memegang mayoritas di sana. Komite Ivanovo-Voznesensk jumlah anggotanya berlipat dua pada paruh pertama tahun 1905, dari 200 menjadi 400; Voronezh meningkat dari 40 menjadi 127; Nizhny Novgorod dari 100 menjadi 250, dan Minsk dari 150 menjadi 300. Dari situ, pertumbuhannya pesat. Walaupun angka-angka ini tidak lengkap dan tidak tepat, jelas bahwa ada pertumbuhan yang sangat pesat, dengan jumlah anggota berlipat dua dan tiga dalam waktu beberapa bulan. Pada akhir tahun, organisasi Nizhny Novgorod berlipat tiga, dari 500 ke 1500 anggota. Di Saratov dan Minsk, Partai Bolshevik memiliki 1000 anggota pada Desember.[14]
Kaum Bolshevik paling kuat di Utara, Timur Laut, Daerah Industrial Tengah, Volga, dan Ural. Kaum Menshevik juga tumbuh, tetapi pengaruh mereka paling kuat di Utara – Tiflis, Kutais, Batum, Guri di Kaukasus, yang sekarang adalah basis Menshevik – dan di Barat. Menurut estimasi terbaru, ada sekitar 8.400 “kaum Bolshevik yang terorganisir” pada 1905. Kemungkinan, Menshevik memiliki jumlah anggota yang sama besar.[15] Tetapi dalam konteks gejolak pra-revolusioner, pengaruh partai jauh lebih luas. Cakupan aksinya meningkat jauh setelah diterbitkannya Manifesto Oktober. Martov mengingat: “Secara keseluruhan, selama periode ini, sebelum hari-hari Oktober, Sosial Demokrasi dapat menghimpun beberapa ribu buruh, pelajar, tentara dan tani; tetapi pengaruh langsung dari organisasi Sosial Demokrasi mencapai ratusan ribu massa di kota-kota dan pedesaan.”[16]
Pertumbuhan kaum Bolshevik sangatlah pesat terutama di ibukota St. Petersburg. Pada akhir tahun, organisasi St. Petersburg mencapai 3.000 anggota, sepuluh kali lipat dibandingkan pada awal tahun. Pertumbuhan anggota ini disertai dengan transformasi internal akibat dari masuknya buruh-buruh yang segar dan muda ke dalam badan-badan kepemimpinan pada tingkatan lokal dan propinsi. Mereka adalah “pemimpin-pemimpin alami” kelas buruh yang dimuntahkan oleh revolusi itu sendiri. Lenin dapat mengklaim bahwa “pada musim semi 1905 partai kita adalah sebuah perhimpunan lingkaran-lingkaran bawah tanah; tetapi pada musim gugur partai kita telah menjadi partai jutaan proletariat.” Ini bukan klaim sembarangan. Kaum buruh yang terorganisir dalam partai jumlahnya puluhan ribu. Tetapi ada selapisan luas kaum buruh, ratusan ribu jumlahnya, yang sedang mencari-cari gagasan sosialis dan menganggap diri mereka Sosial Demokrat.
Hadirnya kondisi kerja yang legal juga menciptakan kesempatan luas bagi kerja pers partai. Pers ilegal yang lama sudah tidak memadai untuk situasi yang baru ini. 10 hari setelah Manifesto Oktober diterbitkan oleh rejim Tsar, edisi pertama koran Bolshevik Novaya Zhizn terbit. Koran ini diterbitkan secara legal atas nama istrinya Maxim Gorky, Maria Fedornovna Andreyeva. Editornya adalah seorang penyair, Minsky. Akan tetapi ini hanyalah kedok. Dewan editorial yang sesungguhnya adalah Krassin dan Gorky, yang bertanggung jawab sebagai editor koran sampai Lenin kembali pada November. Kehati-hatian ini sangatlah diperlukan. Walaupun Novaya Zhizn adalah koran legal, ia diterbitkan di bawah pengawasan sensor yang ketat. Ketika edisi pertama memuat program PBSDR, koran ini segera disita. Novaya Zhizn menjadi organ resmi Bolshevisme sampai pada Desember. Oplahnya adalah sekitar 50.000 sampai 80.000, sebuah pencapaian yang besar untuk sebuah partai yang satu bulan yang lalu adalah organisasi bawah tanah.
Atas saran Gorky, kaum Bolshevik bekerja sama dengan penerbit liberal yang membantu penerbitan koran mereka. Seperti biasa, Gorky memainkan peran yang luar biasa besar dalam mendapatkan dukungan finansial untuk penerbitan koran ini dari para penulis dan intelektual yang cukup berada. Di bawah pengaruh revolusi, banyak sekali penulis dan penyair, yang sebelumnya tidak pernah membayangkan diri mereka berpartisipasi dalam gerakan politik revolusioner, sekarang menjadi aktif terlibat dengan kaum Bolshevik lewat pers partai mereka. Penyair-penyair dan penulis-penulis ternama, seperti Balmont, Leonid Andreyev dan tentu saja Gorky, memberikan kontribusi artikel dan uang. Sampai mana mereka terkonsolidasi ke dalam partai, ini dipertanyakan. Akan tetapi, para “kawan petualang” ini (“fellow travellers”), yang menjadi julukan mereka, jelas memainkan peran yang berguna dalam menyebarkan dan mempopulerkan gagasan-gagasan Bolshevik. Walaupun koran ini terbit di bawah nama jurnalis-jurnalis borjuis, koran ini pada kenyataannya adalah organ resmi partai pada periode tersebut. Ada juga koran-koran legal Bolshevik lainnya di propinsi-propinsi: Borba dan Vperyod di Moskow, Kavkazky Rabotchy Listok di Tbilisi, dsb. Kaum Bolshevik juga berkolaborasi dalam penerbitan-penerbitan legal lainnya yang diterbitkan oleh kaum borjuasi liberal dan kaum Menshevik. Secara umum, mereka menggunakan platform apapun yang bisa memberi mereka akses ke massa yang lebih luas.
Kaum Menshevik masih memiliki aparatus yang lebih kuat, lebih banyak uang dan sumber daya, fasilitas yang lebih baik untuk transportasi dan mencetak literatur, dan lebih banyak anggota yang tenar. Namun keanggotaan mereka lebih lepas dan lebih kurang disiplin dibandingkan dengan kaum Bolshevik, yang menarik elemen-elemen buruh dan muda yang paling militan dan sadar kelas. Tetapi masih banyak yang harus dilakukan dan waktu semakin mepet. Lenin terus menekankan pentingnya memenangkan massa. Dalam artikel pertamanya di Novaya Zhizn, yang ditulisnya tidak lama setelah kembali ke Rusia pada awal November, Lenin sekali lagi memberikan penekanan keras pada pentingnya membuka partai. Menjawab para perangkat partai yang menentang ini dengan alasan bahwa membuka partai akan mencairkan partai, Lenin menulis:
“Ada bahaya yang bisa saja hadir akibat influks tiba-tiba dari elemen-elemen non-Sosial Demokrat dalam jumlah yang besar ke dalam partai. Bila ini terjadi maka Partai dapat terlikuidasi di antara massa, dan Partai tidak akan lagi menjadi pelopor kelas yang sadar. Perannya akan tereduksi menjadi sekedar mengekor. Dan bahaya ini jelas dapat menjadi bahaya yang serius jika kita memiliki kecenderungan demagogi, jika kita tidak punya disiplin partai (program, taktik, pengalaman organisasional), atau jika prinsip-prinsip ini goyah dan tidak kokoh. Tetapi pada kenyataannya tidak ada ‘jika; semacam ini. Kita kaum Bolshevik tidak pernah menunjukkan kecenderungan demagogi… kita telah menuntut kesadaran kelas dari mereka-mereka yang bergabung dengan Partai, kita telah menekankan pentingnya kontinuitas dalam perkembangan Partai, kita telah menanamkan disiplin dan menuntut agar setiap anggota Partai dilatih dalam organisasi Partai.”
Setelah menekankan pentingnya membangun fondasi partai, Lenin lalu menekankan sisi yang lain:
“Kelas buruh secara insting dan spontan adalah Sosial Demokrat, dan lebih dari 10 tahun kerja yang telah dilakukan oleh Sosial Demokrasi sudah mengubah spontanitas ini menjadi kesadaran. Jangan menciptakan momok! Jangan lupa bahwa dalam partai yang hidup dan tumbuh akan selalu ada elemen-elemen yang tidak stabil, yang goyah, yang dipenuhi kebingungan. Tetapi elemen-elemen ini dapat dipengaruhi dan mereka akan tunduk di bawah pengaruh kaum Sosial Demokrat inti yang setia dan kokoh.”
Sekali lagi, Lenin dengan tajam membantah gagasan keliru bahwa kesadaran sosialis harus diperkenalkan ke dalam kelas buruh “dari luar”. Dia berkeras bahwa kaum buruh “secara insting dan spontan” adalah sosialis. Tugas kaum revolusioner adalah memberikan ekspresi sadar dan terorganisir pada aspirasi tak-sadar atau semi-sadar dari kaum buruh untuk mengubah masyarakat. Lagi dan lagi selama periode ini Lenin menekankan pentingnya membuka partai, merekrut dengan cepat elemen-elemen baru kaum buruh dan kaum muda yang sedang memasuki perjuangan, berbicara dengan bahasa yang sama seperti buruh, menghubungkan aktivitas kelompok kader yang kecil dengan aktivitas massa yang baru saja bangun. Lenin yang sebelumnya mendukung keanggotaan yang ketat pada 1903 sekarang menulis: “Pada Kongres Partai yang Ketiga saya mengusulkan agar ada 8 anggota buruh untuk setiap 2 anggota intelektual dalam komite-komite Partai. Usulan tersebut sudah sangat usang hari ini! Sekarang organisasi Partai yang baru harus memiliki komposisi 1 anggota intelektual sosial demokratik untuk beberapa ratus anggota buruh sosial demokratik.”[17] Benar bahwa mereka-mereka yang menyebut diri mereka sendiri Bolshevik tidak pernah memahami maksud Lenin – dan ini tetap benar bahkan sampai hari ini. Tetapi ini bukan salahnya Lenin. Bahkan musik yang paling indah sekalipun bisa dirusak oleh seorang penyanyi yang tuli nada.
Trotsky pada 1905
Dari semua pemimpin Sosial Demokrasi, yang memainkan peran paling utama selama 1905 adalah Trotsky. Lunacharsky, yang adalah kolaborator terdekat Lenin pada saat itu, menulis:
“Popularitas Trotsky di antara kaum proletariat Petersburg pada saat penangkapannya [pada Desember] sangatlah besar dan terus meningkat karena sikap heroiknya di pengadilan. Saya harus mengatakan bahwa dari semua pemimpin sosial demokratik selama 1905-06 Trotsky menunjukkan, kendati usianya yang muda, bahwa dialah yang paling siap. Tidak seperti yang lainnya, Trotsky tidak memiliki cara pandang yang sempit yang biasanya menjangkiti para eksil, yang telah saya katakan juga kadang mempengaruhi Lenin pada saat itu. Trotsky memahami lebih baik dari yang lainnya bagaimana caranya mengobarkan perjuangan politik dalam skala nasional yang luas. Dari revolusi ini Trotsky mendapatkan popularitas yang sangat besar, sementara Lenin dan Martov [Menshevik] secara efektif tidak meraih apapun. Plekhanov telah kehilangan banyak popularitasnya, karena tendensi kuasi-Kadet yang ditunjukkannya. Trotsky berdiri paling depan dari semuanya.”
Trotsky hanya berumur 26 ketika dia menjadi presiden Soviet Petersburg. Ketua pertama Soviet Petersburg adalah seorang pengacara dan simpatisan Menshevik, G.S. Khrustalyov-Nosar. Dia adalah figur aksidental seperti Pendeta Gapon, yang tidak memainkan peran independen. Pada kenyataannya, peran kepemimpinan Soviet dimainkan oleh Trotsky, yang menjadi ketua setelah Khrustalyov ditangkap pada November. Mayoritas proklamasi dan manifesto Soviet ditulis oleh Trotsky, dan dia meraih popularitas yang besar di antara kaum buruh. Lunacharsky mengingat bahwa Trotsky “melakukan kerja terpisah tidak hanya dari kami [Bolshevik] tetapi juga dari Menshevik. Kerjanya dilakukan terutama dalam Soviet, dan bersama Parvus dia mengorganisir semacam kelompok terpisah yang menerbitkan koran Nachalo yang sangatlah militan dan diedit dengan sangat baik dan murahharganya.” Dan dia menambahkan: “Saya ingat seseorang mengatakan ini di depan Lenin: ‘Bintang Khrustalyov mulai pudar dan sekarang figur kuat dalam Soviet adalah Trotsky.’ Wajah Lenin menjadi muram untuk sesaat, kemudian dia mengatakan: ‘Trotsky telah meraih ini dengan kerjanya yang brilian dan tak kenal menyerah.’”[18]
Kita hanya bisa secara penuh memahami reaksi Lenin ini bila kita ingat bahwa kaum Bolshevik Petersburg membuat kekeliruan yang fundamental persis pada masalah penting ini – sikap terhadap Soviet. Kekeliruan ini membuat mereka kehilangan kesempatan untuk memenangkan mayoritas buruh yang aktif di ibukota. Kesalahan kaum Bolshevik Petersburg memungkinkan kaum Menshevik meraih mayoritas di Soviet. Sejak pecah dari Menshevik satu tahun sebelumnya, Trotsky telah mencoba mempertahankan posisi yang independen dari faksi Bolshevik dan Menshevik. Karena sikapnya ini, Lenin mengecamnya. Akan tetapi, kendati perbedaan yang tajam mengenai masalah persatuan partai – perbedaan yang menjadi semakin tidak relevan selama 1905 – jelas kalau posisi Trotsky dalam semua masalah politik sangatlah dekat dengan Lenin. Ini dinyatakan dengan baik oleh para pemimpin dari kedua faksi.
Walaupun fakta ini diketahui dengan baik, para sejarawan Stalinis mencoba menggambarkan Trotsky pada 1905 sebagai seorang “Menshevik”, seperti yang bisa kita baca di kutipan berikut ini: “Penolakan Trotsky terhadap demokrasi revolusioner (?) secara efektif adalah pembelaan terhadap gagasan hegemoni borjuis (!) yang diusung oleh Menshevik.”[19] Ini sepenuhnya tidak benar. Perbedaan-perbedaan yang memisahkan Trotsky dari kaum Menshevik sedini Februari 1905 telah dipaparkan jelas oleh para pemimpin Menshevik sendiri. Dari akhir 1904, Trotsky dan Parvus, seorang Sosial Demokrat Jerman, mengembangkan serangkaian gagasan yang di kemudian hari menjadi basis untuk Teori Revolusi Permanennya Trotsky. Kita akan kaji teori ini nanti, dan melihat posisi Lenin dan kaum Menshevik terhadap teori ini. Tetapi pertama-tama, mari kita luruskan sejarah yang telah diselewengkan oleh kaum Stalinis.
Ini yang dikatakan oleh pemimpin Menshevik, Fyodor Dan, sedini tahun 1905:
“Trotsky, juga, memiliki pandangan-pandangan yang secara fundamental berbeda dengan Iskra [koran Menshevik saat itu] mengenai kesimpulan-kesimpulan politik dari situasi yang diciptakan oleh peristiwa 9 Januari [1905, yakni peristiwa Minggu Berdarah]. Trotsky menulis bahwa setelah 9 Januari gerakan kelas buruh ‘meluncur ke arah pemberontakan’. Oleh karenanya slogan Majelis Konstituante dalam dirinya sendiri sudah tidak bisa lagi menjadi slogan dasar dan umum Partai. Setelah 9 Januari [menurut Trotsky] kita harus mempersiapkan pemberontakan bersenjata dan menggantikan pemerintahan Tsar dengan sebuah Pemerintahan Provisional Revolusioner, dan hanya pemerintahan ini yang dapat menyelenggarakan sebuah Majelis Konstituante.”[20]
Kata-kata ini langsung dari mulut sang pemimpin Menshevik, Fyodor Dan, yang menulisnya ketika dia dan Trotsky adalah musuh politik. Gagasan-gagasan dasar Trotsky ini, yang dipaparkannya dalam pamflet “Till the Ninth of January”, bersesuaian dengan posisi umum yang dibela oleh Lenin. Dalam buku sejarah Sosial Demokrasi Rusia yang ditulis oleh Martov, dia berpolemik tidak hanya dengan gagasan Lenin tetapi juga teorinya Trotsky dan Parvus.[21]
Barangkali pencapaian terbesar Trotsky pada saat itu adalah penerbitan sebuah koran massa revolusioner, yang terbit setiap hari. Dengan bantuan Parvus, dia mengambil alih koran Ruskaya Gazeta yang sebelumnya adalah koran liberal, mengganti namanya menjadi Nachalo dan mengubahnya menjadi koran buruh yang populer dan militan, dengan harga yang murah (satu kopek). Oplahnya melejit dari 30.000 menjadi 100.000, dan mencapai 500.000 pada bulan Desember. Nachalo di atas kertas adalah korannya Menshevik dan menggantikan koran Iskra yang sudah mati itu; tetapi secara praktek koran ini dikendalikan oleh Trotsky. Ia memiliki oplah yang jauh lebih besar daripada Novaya Zhizn. Kamenev, yang adalah salah satu editor Novaya Zhizn, menceritakan ke Trotsky suasana di stasiun-stasiun kereta: “Orang-orang hanya menginginkan koran-koran revolusioner. ‘Nachalo, Nachalo, Nachalo,’ begitu teriak orang-orang yang menunggu. ‘Novaya Zhizn’ dan kemudian ‘Nachalo, Nachalo, Nachalo.’ Lalu saya berujar pada diri sendiri dengan perasaan sebal,” Kamenev mengaku, “mereka memang menulis lebih baik daripada kami.”[22]
Garis politik Nachalo tidak ada kesamaan sama sekali dengan Menshevisme dan dalam semua masalah fundamental sesuai dengan posisi Lenin, sebuah fakta yang diakui dengan hangat oleh Lenin beberapa tahun kemudian. Sampai pada bulan Oktober [1905], orang-orang masih bisa berbicara mengenai persekutuan episodik dengan kaum borjuasi liberal. Para editor Novaya Zhizn pada edisi pertama mereka masih menggunakan slogan lama Plekhanov: “Berbaris terpisah, memukul bersama!” Akan tetapi, dari luar negeri Lenin terus menekankan ketidakpercayaannya pada kaum liberal dan memperingatkan bahwa kaum liberal pada akhirnya akan berkhianat. Pada edisi keenam Novaya Zhizn, Kamenev sudah mulai menulis artikel dengan garis yang berbeda, dan berargumen bahwa setiap usaha untuk membentuk sebuah pemerintahan liberal di belakang punggung kaum buruh akan ditolak dan kaum buruh harus menumbangkan pemerintahan provisional macam ini. Inilah yang terjadi pada 1917. Di edisi selanjutnya, edisi nomor 7, sebuah artikel oleh N. Minsky menyatakan “antara kebijakan borjuis dan kebijakan Sosial Demokratik tidak ada, dan tidak akan bisa ada, bahkan poin-poin kesamaan yang eksternal dan aksidental.” Dalam masalah yang sentral ini, posisi Nachalo sama dengan posisi Lenin. Maka dari itu, ketika edisi pertama Nachalo-nya Trotsky terbit, koran ini disambut dengan hangat oleh koran Novaya Zhizn-nya Bolshevik, yang menulis: “Edisi pertama Nachalo telah terbit. Kami menyambut kamerad seperjuangan kami ini. Edisi pertama ini patut mendapat perhatian karena penjabaran yang brilian mengenai pemogokan Oktober yang ditulis oleh Trotsky.”[23]
Martov, yang mestinya adalah ko-editor koran Nachalo bersama dengan Trotsky, sering tidak setuju dengan garis koran tersebut, tetapi tidak dapat membuat Trotsky mengubahnya. Dalam bukunya mengenai sejarah pada periode tersebut, dia menceritakan serangkaian perbedaan yang dia miliki dengan Trotsky. Misalnya, ketika Struve mencoba bernegosiasi dengan Witte, seorang birokrat liberal, koran Nachalo dengan keras menyerang Struve sebagai “seorang agen Witte”. Artikel utama Nachalo edisi 8 menyatakan bahwa “revolusi telah melampaui fase pertamanya, kaum oposisi Zemstvo [liberal] telah melangkah mundur ketakutan dan telah menjadi sebuah kekuatan kontra-revolusioner.” Martov merasa geram membaca artikel ini dan mengatakan bahwa formula ini sepenuhnya “bertentangan dengan konsepsi tradisional Menshevisme”. Dan dia mengeluh bahwa garis politik Nachalo sama dengan Bolshevik, dan mengutip panjang sejumlah artikel yang mengganggunya.[24] Pemimpin Menshevik, Fyodor Dan, menulis sebuah surat ke Kautsky, mengeluh: “Di St. Petersburg mereka menerbitkan sebuah koran, Nachalo, yang menggantikan Iskra, dan selama November dan Desember 1905 koran ini memuat pernyataan-pernyataan yang paling radikal, yang hampir-hampir tidak dapat dibedakan dari koran Bolshevik, Novaya Zhizn.”[25] Penulis biografi Martov, Israel Getzler, membuat poin yang sama: “Dengan demikian Martov menemui dirinya menjadi minoritas di Nachalo, yang telah menjadi penyebar Trotskisme dan bukannya Menshevisme.”[26]
Salah satu fitnah keji yang dilemparkan ke Trotsky oleh kaum Stalinis adalah tuduhan bahwa dia mendukung tuntutan untuk membentuk sebuah kongres buruh. Tuduhan ini sengaja dilontarkan untuk mendistorsi posisi Trotsky. Pada Juli 1906, menulis dari penjara, Trotsky menerbitkan sebuah pamflet yang menganjurkan diselenggarakannya sebuah Kongres Nasional Soviet. Gagasan ini lalu dijadikan karikatur oleh kaum Stalinis, dimana Trotsky dituduh mendukung gagasan “Kongres Buruh”nya Menshevik. Di pamfletnya “Our Tasks in the Struggle for a Constituent Assembly”, Trotsky mengajukan tiga tuntutan dasar: 1) soviet-soviet perwakilan buruh tingkat daerah; 2) Kongres Soviet Seluruh-Rusia; 3) Soviet Buruh Seluruh-Rusia sebagai sebuah organisasi permanen yang dibentuk oleh Kongres Buruh.[27] Gagasan ini secara brilian mengantisipasi apa yang terjadi pada 1917. Solomon Schwarz, yang jelas bukan seorang simpatisan Trotsky, menunjukkan dengan jelas bahwa gagasan Trotsky tidak ada kesamaan sama sekali dengan gagasan “Kongres Buruh”yang diajukan oleh Menshevik, yakni pembentukan sebuah Partai Buruh reformis: “Akan tetapi, dari argumentasinya jelas kalau Trotsky berbicara mengenai Soviet Seluruh-Rusia yang ‘permanen’ hanya selama durasi revolusi. Kongres Buruh versi Axelrod [Menshevik] adalah lebih luas, lebih kompleks, dan lebih terkait dengan gagasan pembentukan sebuah Partai Buruh yang luas dan baru atau mengubah Partai Sosial Demokrasi menjadi partai semacam itu.”[28] Dan dia menambahkan dalam catatan kaki: “Selama seluruh eksistensinya yang singkat (13 November – 3 Desember) Nachalo tidak pernah memuat satu pun artikel yang mendiskusikan masalah Kongres Buruh.”
Walaupun dalam periode sebelumnya Lenin dan Trotsky berpolemik dengan tajam, Lenin memiliki opini yang tinggi akan pencapaian-pencapaian Trotsky, yang sangat bertolak belakang dengan opininya akan kebijakan-kebijakan keliru yang diadopsi oleh para perangkat partai Bolshevik di dalam Rusia sebelum kembalinya Lenin. Maka dari itu Krupskaya, dalam edisi Rusia kedua memoarnya, dalam sebuah paragraf yang, seperti yang lainnya telah dihapus dari edisi-edisi selanjutnya, mengutip sebuah surat yang ditulis Lenin pada September [1905], yang juga tidak pernah diterbitkan: “Dalam surat pada September yang ditujukan pada ‘Augustus’ Lenin menulis: ‘Untuk menunggu sampai kau meraih persetujuan penuh dengan Komite Pusat atau di antara para agen adalah Utopia. Kita tidak ingin sebuah klik kecil tetapi sebuah Partai!’ Dalam surat yang sama, menjawab keluhan bahwa orang-orang kita telah mencetak selebaran-selebarannya Trotsky, Ilyich menulis: ‘… Mereka sedang mencetak selebaran-selebarannya Trotsky… Ya ampun… tidak ada yang salah dengan ini, selama selebaran-selebaran ini dapat diterima dan telah diperbaiki!’.”[29]
Pada saat persidangan 52 anggota Soviet Petersburg yang berlangsung pada September 1906, Trotsky membuat nota pembelaan atau pledoinya menjadi sebuah gugatan yang brilian terhadap rejim autokrasi dan pembelaan terhadap hak untuk mengadakan revolusi. “Kekuatan historis yang diwakili oleh sang jaksa dalam pengadilan ini adalah kekerasan terorganisir yang dilakukan oleh minoritas terhadap mayoritas! Kekuatan yang baru, yang perintisnya adalah Soviet, mewakili kehendak terorganisir dari mayoritas, yang berdiri menantang kekuasaan minoritas. Oleh karena perbedaan ini, hak revolusioner Soviet berdiri di atas semua spekulasi yuridis dan moral…”[30] Sesungguhnya Trotsky sedang mengobarkan seruan pemberontakan bersenjata dari podium persidangan ini. Setelah menggunakan sidang ini sebagai platform agitasi, tujuan utamanya telah tercapai. Ketika pengadilan menolak tuntutan para tahanan untuk menginterogasi seorang senator yang telah memulai percetakan yang menyebarkan literatur yang menghasut kerusuhan pogrom, para tahanan lalu melakukan protes yang memaksa hakim untuk menendang keluar mereka dari ruang persidangan dan menghukum mereka in absentia.
Walau Lenin mengakui peran Trotsky, Lenin merasa jengkel pada sikap keras kepala Trotsky yang menolak untuk bergabung dengan Bolshevik, walaupun tidak ada perselisihan politik yang fundamental – dan Lenin menganggap ini adalah karena keangkuhan pribadi Trotsky. Tetapi sesungguhnya bukan karena itu. Hal terutama yang membuat Trotsky tidak ingin bergabung dengan Bolshevik adalah karena tingkah laku para perangkat partai Bolshevik di St. Petersburg, yang membuatnya mengambil jarak dari mereka. Ini menjelaskan keengganannya untuk bergabung dengan faksinya Lenin dan mengapa dia berkeras ingin menyatukan kembali faksi Bolshevik dan Menshevik, yang telah bergerak dengan tajam ke kiri dan telah menunjukkan sikap yang lebih fleksibel terhadap Soviet dibandingkan dengan kaum Bolshevik di lapangan. Pada tahun-tahun selanjutnya, masalah “konsiliasionisme” adalah masalah yang secara tajam memisahkan Lenin dan Trotsky, tetapi bahkan pada 1905 perbedaan ini segera tersapu ke samping.
Kebangkitan gerakan niscaya menghasilkan sebuah hasrat kuat di antara massa buruh untuk bersatu. Dorongan untuk menyatukan kembali faksi Menshevik dan Bolshevik menjadi tak terbendung setelah Oktober. Pada pertengahan November, kaum Sosial Demokrat Odessa dalam sebuah pertemuan yang dihadiri 1500 orang memutuskan untuk menyatukan kedua faksi ini.Hal yang sama terjadi di Saratov dan Tver. Di Moskow dan St. Petersburg komite-komite dan kelompok-kelompok lokal sudah bekerja sama bahkan sebelum Oktober. Di seluruh Rusia, ranting-ranting dari kedua faksi mengeluarkan resolusi menuntut persatuan. Piatnitsky menjelaskan bagaimana ketika kaum Sosial Demokrat Odessa menerima proposal unifikasi dari Komite Pusat, proposal ini “disambut dengan hangat oleh para anggota partai, dari faksi Menshevik maupun Bolshevik. Ini mudah dipahami: kekuatan kita yang kecil, lemah dan terpencar-pencar telah menjadi begitu jelas bagi setiap anggota Partai selama pogrom…Menjadi jelas bagi komite bahwa proposal persatuan akan disetujui dengan mayoritas besar pada pertemuan-pertemuan Partai dari kedua faksi, karena di manapun pendukung persatuan berbicara mereka didukung hampir dengan suara bulat.”[31]
Lenin, yang telah kembali ke Rusia pada 4 November, sekarang merasa yakin akan perlunya unifikasi segera kedua faksi PBSDR ini. Perubahan posisinya bukanlah sebuah kebetulan. Selain karena seluruh situasi menuntut persatuan ini, dia juga sedang berjuang untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan sektarian dari kaum Bolshevik terhadap Soviet, untuk memperbaiki rejim internal Bolshevik dan masalah-masalah lain. Mungkin Lenin percaya bahwa unifikasi ini akan membantunya untuk mengatasi kecenderungan sektarian di antara kaum Bolshevik. Tetapi alasan utamanya adalah tekanan dari bawah dan fakta bahwa perpecahan ini menghalangi pertumbuhan Partai. “Bukanlah rahasia bagi siapapun bahwa mayoritas buruh Sosial Demokrat sangatlah tidak senang dengan perpecahan dalam Partai dan menuntut persatuan,” tulisnya. “Bukanlah rahasia bagi siapapun bahwa perpecahan ini membuat kaum buruh Sosial Demokrat (atau buruh yang siap menjadi Sosial Demokrat) enggan untuk bergabung dengan Partai Sosial Demokrat [Rusia]… Oleh karenanya sekarang kita tidak hanya harus menuntut persatuan, tidak hanya berjanji untuk bersatu, tetapi sungguh-sungguh bersatu – melalui keputusan mayoritas buruh yang terorganisir dalam kedua faksi ini.”[32]
Tentu saja, tidak bisa ada persatuan kalau ada perbedaan-perbedaan yang prinsipil. Korannya Trotsky, Nachalo, memainkan peran besar dalam memastikan kemungkinan persatuan di atas basis yang prinsipil. Di bawah hantaman revolusi, bahkan para pemimpin Menshevik mulai bergeser ke kiri, setidaknya dalam kata-kata. Fyodor Dan menulis ke Kautsky pada November 1905: “Kami hidup di sini dalam situasi mabuk. Atmosfer revolusioner mempengaruhi semua orang seperti anggur.”[33] Harus dicatat di sini bahwa kaum Menshevik Petersburg jauh lebih kiri dibandingkan kepemimpinan Menshevik yang ada dalam pengasingan, dan bergerak lebih jauh ke kiri di bawah pengaruh Trotsky dan Parvus. Selama revolusi, kaum Bolshevik dan Menshevik di ibukota telah merapat. Pada musim gugur mereka telah membentuk sebuah komite gabungan. Nachalo dan Novaya Zhizn mendukung persatuan. Komite Pusat Bolshevik, dengan kehadiran Lenin, dengan suara bulat mengesahkan sebuah resolusi yang menyatakan bahwa perpecahan ini sesungguhnya disebabkan oleh kondisi-kondisi kehidupan pengasingan, dan bahwa perkembangan revolusi itu sendiri telah menyingkirkan basis perpecahan PBSDR.
Kedua faksi membuat konsesi. Kaum Menshevik sekarang menerima formula Lenin untuk paragraf pertama anggaran dasar Partai. Ini cukup ironis, karena kaum Bolshevik telah membuka pintu mereka dan melonggarkan rejim internal mereka sesuai dengan situasi yang baru. Argumen-argumen lama mengenai konspirasi dan ultra-sentralisme sudah tidak relevan lagi. Komite Pusat Bolshevik dan Komite Organisasional Menshevik juga telah membentuk sebuah struktur federal dan telah melakukan negosiasi untuk unifikasi. Kedua faksi akan mengadakan konferensi mereka sendiri untuk mempersiapkan Kongres Persatuan secepat mungkin. Untuk mempersiapkan unifikasi, kaum Bolshevik mengusulkan agar diselenggarakan sebuah konferensi bersama, tetapi kaum Menshevik memilih untuk mengadakan konferensi mereka sendiri pada November, sementara kaum Bolshevik juga mengadakan konferensi mereka di Tammerfors, Finlandia, pada 12-17 Desember.
Sementara kaum buruh Moskow sedang berjuang keras melawan reaksi. Menimbang situasi yang semakin genting, keamanan harus diperketat dan aparatus bawah tanah harus semakin diperkuat. Pada 11 Desember hukum elektoral yang baru diumumkan. Konferensi Tammerfors memutuskan untuk secara aktif memboikot parlemen Duma, berdasarkan perspektif bahwa pemberontakan bersenjata sudah dekat. Logika dari posisi ini jelas. Secara umum kita hanya boleh memboikot parlemen kalau kita ada dalam posisi untuk menumbangkannya dan menawarkan sesuatu yang lebih superior untuk menggantikannya. Dari semua sisi gejala-gejala pemberontakan revolusioner terlihat dengan jelas. Antara akhir Oktober dan awal Desember, Rusia dilanda pemogokan, pemberontakan tani, pemberontakan tentara, pemberontakan di Georgia dan Baltik.
________________
Catatan Kaki
[1] Quoted in O. Figes, A People’s Tragedy. The Russian Revolution 1891-1924, hal. 203.
[2] O. Figes, op. cit., hal. 198-9 dan 196.
[3] Pale of Settlement atau Pemukiman Pale adalah istilah yang digunakan oleh rejim Tsar untuk merujuk pada sejumlah daerah di Rusia dimana kaum Yahudi diperbolehkan tinggal. Pale diciptakan oleh Catherine The Great pada 1791 setelah usaha untuk menyingkirkan seluruh kaum Yahudi dari Rusia gagal. Pemukiman Pale ini terutama meliputi daerah-daerah yang sekarang dikenal sebagai Polandia, Lituania, Belarus, dan Ukraina.
[4] Lionel Kochan, Russia in Revolution, hal. 62-3.
[5] Trotsky, 1905, hal. 150-1.
[6] O. Piatnitsky, op. cit., hal. 82.
[7] Trotsky, 1905, hal. 150, note.
[8] O. Figes, op. cit. hal. 197-8.
[9] Kerensky, The Kerensky Memoirs. Russia and History’s Turning Point, hal. 79.
[10] LCW, The Reaction is Taking to Arms, vol. 10. hal. 509 dan 510-1 (penekanan saya).
[11] Martov and others, Obshchestvennoe Dvizhenie v Rossii v Nachale 20 Veka, vol. 3, hal. 575.
[12] Schwarz, op. cit., hal. 242.
[13] Surh, op. cit., hal. 261, note.
[14] See Istoriya of KPSS, vol. 2, hal. 35, 36 dan 116.
[15] See Lane, op. cit., hal. 12.
[16] Martov and others, Obshchestvennoe Dvizhenie v Rossii v Nachale 20 Veka, vol. 3, hal. 575.
[17] LCW, The Reorganisation of the Party, vol. 10, hal. 31, hal. 32 (penekanan saya), dan hal. 36, footnote.
[18] A. Lunacharsky, Revolutionary Silhouettes, hal. 60-1 dan 60.
[19] V.A. Grinko and others, The Bolshevik Party’s Struggle against Trotskyism (1903-February 1917), hal. 58.
[20] F. Dan, op. cit., hal. 305.
[21] Martov and others, Obshchestvennoe Dvizhenie v Rossii v Nachale 20 Veka, vol. 3, hal. 553-4.
[22] Lihat Trotsky, My Life, hal. 171-8.
[23] Dikutip di Trotsky, My Life, hal. 182.
[24] See Martov and others, Obshchestvennoe Dvizhenie v Rossii v Nachale 20 Veka, vol. 3, hal. 592-6.
[25] See A. Ascher, Paul Axelrod and the Development of Menshevism, hal. 241-2.
[26] I. Getzler, Martov, hal. 110
[27] Kutipan ini dapat ditemui dalam Karya Trotsky dalam bahasa Rusia, Sochinyenyie, vol. 2, hal. 435.
[28] Schwarz, op. cit., hal. 231.
[29] Krupskaya, O Vladimirye Ilyiche, vol. 1, hal. 144.
[30]The Age of the Permanent Revolution, hal. 59.
[31] Piatnitsky, op. cit., hal. 87.
[32] LCW, The Reorganisation of the Party, vol. 10, hal. 37-8.
[33] Dikutip di Ascher, op. cit., hal. 241.