facebooklogocolour

bolsonaro vs lula 2022 6Brasil akan melewati pemilu putaran keduanya pada 30 Oktober besok. Pemimpin Partai Buruh Lula da Silva akan berhadapan dengan presiden petahana sayap kanan Bolsonaro. Ini akan menjadi pemilu yang paling menentukan bagi nasib Brasil berikutnya. Ketidakstabilan, polarisasi dan kebencian yang meluas terhadap status quo merupakan periode yang tengah dimasuki oleh Brasil. Pemerintahan selanjutnya tidak akan kebal terhadap situasi ini, kecuali kelas pekerja memobilisasi dirinya di sekitar program revolusi sosialis untuk menggulingkan kapitalisme. 

Meskipun Bolsonaro sebelumnya membawa situasi ini semakin dalam, tapi dia masih jauh dari kekalahan telak. Hasil pemilu putaran pertama sangat ketat. Dia mendapatkan suara 43,2 persen dan Lula 48,4 persen. Lula bisa saja menang di putaran pertama, tapi kebijakan kolaborasi kelasnya dengan borjuasi justru menjadi penghambat. Di putaran kedua nantinya, Lula memiliki peluang besar untuk menang. Namun, untuk menjamin kemenangan penuh, Lula perlu meninggalkan kolaborasi kelas dan bergerak lebih tajam ke Kiri. 

Situasi Brasil di bawah Bolsonaro

Ada banyak perlawanan di seluruh dunia, tidak terkecuali Brasil. Kondisi ini mencerminkan krisis kapitalisme. Setelah pemilu 2018, Bolsonaro digambarkan oleh banyak Kiri akan menciptakan kediktatoran fasis. Tapi jauh dari fakta tersebut, pemerintahannya ditandai dengan krisis, gejolak politik serta bentrokan di antara faksi mayoritas borjuasi. 

Mereka yang mengatakan Bolsonaro adalah fasis jelas keliru. Fasisme adalah rezim politik yang didasarkan pada mobilisasi kemarahan massa borjuis kecil ke dalam geng-geng bersenjata dengan tujuan menghancurkan organisasi kelas pekerja. Secara historis fasisme berkuasa setelah kelas pekerja diremukkan. Kelas pekerja kehilangan kesempatan untuk memenangkan revolusi karena tidak memiliki kepemimpinan yang tepat. Kondisi ini membuat demoralisasi kelas pekerja. Dan kesempatan ini digunakan geng-geng fasis untuk menghancurkan kelas pekerja. 

Jelas Brasil tidak dalam kondisi tersebut. Bolsonaro tidak bergantung pada geng-geng fasis bersenjata. Memang ada kelompok kecil fasis di Brasil, dan mereka diuntungkan oleh kemenangannya. Mereka berbahaya dan harus dihadapi secara langsung. Tetapi kelas pekerja jauh dari kekalahan. Organisasi perjuangan mereka – serikat buruh dan partai politik – masih utuh. 

Krisis ekonomi mengguncang negeri ini dengan keras. Meskipun tumbuh sebesar 4,6 persen pada tahun 2021, tapi PDB turun 4,1 persen di tahun sebelumnya. Inflasi mencapai 10 persen pada 2021 dan terus mengalami kenaikan sampai sekarang. Utang publik terus meningkat hampir menyentuh 90 persen dari PDB mereka. Pengangguran, penanganan pandemi yang buruk serta penundaan vaksinasi membuat situasi negara semakin kacau. Bahkan Bolsonaro sendiri mengatakan, “Brasil bangkrut. Tidak ada yang bisa aku lakukan.” 

Dalam periode tersebut Bolsonaro terus diguncang demonstrasi massa. Protes besar-besaran terjadi dari kampanye pemilihan 2018 sampai 2021. Dalam kondisi seperti ini seharusnya Bolsonaro bisa digulingkan dengan mudah. Tapi sayangnya banyak para pemimpin reformis, baik dari partai maupun serikat buruh, mengerem perjuangan ini. Di bawah tekanan opini publik borjuis, mereka menganjurkan perjuangan elektoral yang lebih terhormat, ketimbang aksi massa yang militan. Ada ketidakpuasan di akar rumput yang tidak mendapatkan salurannya. Inilah alasan mengapa kelas pekerja dan kaum muda melihat Lula di pemilu kali ini sebagai pilihan untuk mengalahkan Bolsonaro. 

Seberapa Kiri Lula sekarang?

Semenjak Lula dibebaskan dari penjara, hak-hak politiknya telah dipulihkan. Dia dinyatakan tidak bersalah atas kasus tuduhan korupsi. Namun dia adalah pembela institusi borjuis yang bobrok. Saat meninggalkan penjara pada 2019 dia mengatakan, “Sisi buruk dari sistem peradilan; sisi buruk dari kejaksaan; sisi buruk dari polisi; dan sisi buruk dari dirjen pajak; bekerja demi mengkriminalisasi kiri, mengkriminalisasi partai buruh, mengkriminalisasi Lula.” Dia mengatakan ini seolah-olah lembaga reaksioner ini memiliki sisi baik. Padahal lembaga ini terbukti dengan sadar berusaha menjatuhkan dia dan partai buruh. Bahkan setelah dipenjara selama 18 bulan, Lula terus bergerak ke kanan.

Meninggalkan penjara dia menambahkan: “Saya meninggalkan tempat ini tanpa kebencian, pada usia 74, hati saya hanya memiliki ruang untuk cinta karena cinta akan menang di negara ini.” Dan juga, “Saya tidak punya keluhan dengan siapa pun”. Dengan “cinta” dia ingin mengalahkan Bolsonaro. Tapi mengalahkan Bolsonaro dan para pengikutnya tidak bisa “dengan cinta”. Kekuasaan tidak memiliki emosi. Hanya perjuangan kelas dan mobilisasi massa revolusioner yang dapat menyapu bersih semua elemen reaksioner ini. 

Keesokan harinya Lula yang berbicara di depan Serikat Buruh Metal Sao Bernardo do Campo di Sao Paulo mengatakan bahwa dia tidak memiliki dendam dan mulai bekerja secara terbuka melawan sentimen yang tumbuh di antara rakyat untuk melawan Bolsonaro. “Ada orang yang mengatakan perlu menjatuhkan Bolsonaro. Ada orang yang berbicara mengenai impeachment. Lihat, rakyat telah memilih. Secara demokratis kita menerima hasil pemilu. Orang ini memiliki masa jabatan empat tahun.” Ya, Lula sangat menghormati mandat demokrasi borjuis. 

Dua dekade sebelumnya mungkin banyak orang yang menganggap Lula adalah figur radikal yang bisa mengubah nasib Brasil. Banyak aktivis Kiri, juga di Indonesia, yang hanya bisa melihat apa yang ada di permukaan, dan membebek Lula. Tapi kenyataannya dia adalah reformis kiri yang selalu mengikatkan dirinya dengan borjuasi. Saat ini Lula telah memilih perwakilan dari partai kapitalis, yakni mantan gubernur Sao Paulo Geraldo Alckmin. Dia adalah figur yang berperan dalam pemakzulan presiden Dilma pada 2016. Selain itu, sebagai gubernur, dia merepresi banyak perlawanan rakyat, seperti misalnya gerakan protes kenaikan tarif angkutan umum pada 2013. Lula sengaja memilih Alckmin demi menghilangkan ketakutan borjuasi akan terpilihnya sayap Kiri. 

Selain itu dia juga menjelaskan bahwa dia tidak akan membatalkan privatisasi perusahaan listrik negara Eletrobas. Serta tidak ada rencana baginya untuk membatalkan undang-undang anti buruh yang disahkan sebelumnya di tahun 2017. Demi meraih kepercayaan dari kapitalis besar dia mengatakan, “Para pebisnis tahu [apa yang diharapkan dari] sebuah pemerintahan tertentu.” Para kapitalis menyambut baik Alckmin yang berada di kubu Lula, karena memberikan jaminan bahwa langkah-langkah Lula tidak akan bergerak ke Kiri. Kini Lula menganggap Alckmin sebagai “kawan’ untuk melawan Bolsonaro. Alih-alih percaya pada kelas pekerja dan program sosialis, Lula berusaha meraih kepercayaan kelas borjuasi untuk memenangkan pemilu.

Sekolah keras kehidupan

Terlepas dari semuanya, sebagian besar kelas pekerja dan kaum muda melihat Lula sebagai satu-satunya alat di tangan mereka untuk mengalahkan Bolsonaro. Kendati dengan semua keterbatasannya, Lula sangat mungkin menang. Tapi pemerintahan di masa depan adalah pemerintahan krisis. Situasi ekonomi hari ini tidak akan mengizinkan baginya untuk memperbaiki kesejahteraan.

Menurut proyeksi pemerintah sendiri, defisit fiskal diperkirakan mencapai $12,25 miliar pada tahun 2023. Kondisi ini akan memaksa pemerintahan selanjutnya untuk mengetatkan ikat pinggang. Selain itu bila Lula menang maka pekerjaannya akan jauh lebih sulit dibanding pada saat dulu dia menjabat pada 2003. Pada awal 2000an, perekonomian dunia sedang mengalami boom, yang berimbas sangat positif pada perekonomian Brasil. Ini memberi banyak ruang bagi Lula untuk memberi reforma bagi rakyat pekerja. Tidak demikian hari ini. Situasi fiskal Brasil sangat buruk. Dan hampir 93 persen anggaran negara habis digunakan untuk gaji dan pensiun. Faktor ini bisa menghambat kapasitas Lula untuk memperluas program sosial demi mengentaskan kemiskinan di Brasil.

Perlambatan ekonomi dunia, terutama yang terjadi di China dan Amerika, sudah membebani pertumbuhan. Ini diperparah oleh inflasi yang tak terkendali. Ruang untuk reforma sudah hampir-hampir tidak ada. Pemerintahan yang berdiri selanjutnya adalah pemerintahan yang penuh kontradiksi. Lula tidak akan bisa mendamaikan tuntutan buruh di dalam batas-batas kapitalisme. 

Pemerintahan hasil dari pemilu ini akan mewarisi semua yang terburuk dari rezim sebelumnya. Di bawah kapitalisme, bukan pemerintah yang mendikte kelas kapitalis, tapi sebaliknya. Bila Lula menang, dia akan menjadi tawanan dari sistem kapitalisme. Pemerintahan ini tidak akan kebal terhadap hukum dan logika pasar kapitalisme. 

Kemarahan publik yang meningkat bahkan sebelum Covid-19 akan mendorong kelas pekerja berjuang. Kelas pekerja akan menghadapi sekolah kehidupan yang keras. Bila mereka tidak menemukan saluran kemarahan ini pada Partai Buruh, mereka akan mencari saluran lainnya. Perjuangan akan mengalir ke front-front industri dan serikat-serikat buruh. Kelas pekerja akan bangkit kembali jauh lebih kuat dan berpengalaman. Masa depan yang dihadapi Brasil adalah perjuangan kelas yang tajam. Satu-satunya jalan bagi Lula adalah bergerak ke program sosialisme. Bila tidak, dia akan ditinggalkan oleh sejarah. Tidak ada jalan bagi Brasil selain menghancurkan kapitalisme untuk mewujudkan sosialisme: sebuah pemerintahan buruh tanpa majikan, bos dan jenderal!