Koran revolusioner (revolutionary newspaper) bukanlah lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan bualan-bulan. Bukan pula lembaran-lembaran yang dihiasi gambar-gambar produk untuk dipasarkan. Atau, bukan pula lembaran-lembaran yang sesak dengan berita para selebriti – yang sedang bermasalah, sedang jalan-jalan, sedang memburu makanan; sedang menikah, cerai, jatuh cinta, dll. Koran revolusioner adalah lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan panduan bagaimana mewujudkan revolusi.
Keberadaan koran sangatlah penting bagi kaum revolusioner yang ingin mewujudkan revolusi Sosialis. Ketika kita berbicara tentang kaum revolusioner besar dalam sejarah, mereka tak pernah jauh dari lembaran-lembaran ini; Marx dengan Neue Rheinische Zeitung, Lenin dengan Iskra dan Pravda, Gramsci dengan Ordine Nuovo, James Connolly dengan The Workers Republic, Trotsky dengan Nasha Slovo, dan Rosa Luxemburg dengan Rote Fahne.
Hubungan antara kaum revolusioner dengan kertas-kertas revolusioner sangat erat. Kertas-kertas revolusioner milik kaum revolusioner akan selalu berbicara tentang perjuangan kelas dan revolusi. Ini tidak akan kita temui di koran-koran borjuis yang berorientasi profit, seperti Kompas, Republika, Koran Tempo, Media Indonesia, dll. Karena pentingnya koran untuk mewujudkan suatu tujuan yang terkait dengan massa, kaum borjuis pun melakukan hal yang sama. Lihat saja misalnya Surya Paloh dengan Media Indonesia, kelompok gereja dengan Kompas, kaum liberal dengan Koran Tempo, dll. Bahkan dalam cerita heroik klasik, dalam Revolusi Besar di Perancis misalnya, Marat [2] bukanlah siapa-siapa tanpa L’Ami du Peuple. Ini bukan kebetulan. Koran merupakan pusat terdokumentasikannya gagasan-gagasan, yang akan dialirkan ke massa agar mereka mendukung tujuan-tujuan tersebut.
Dalam banyak peristiwa revolusioner, peran koran terbukti mampu membawa massa melompati gagasan-gagasan umum (mainstream) sejarahnya. Fakta historis, revolusi selalu dimulai dari kelompok minoritas revolusioner yang mencoba menyebarkan pandangan baru tentang dunia dan kehidupan. Kelompok yang tak henti-hentinya memusuhi kelas penguasa penindas, mendidik massa hingga mencapai kesadaran politik, dan terus-menerus mengajak mereka untuk mewujudkan revolusi sosial. Kelompok yang paham bahwa hegemoni penguasa tidak hanya pada persoalan riil ekonomik, tetapi penguasa penindas juga menghegemoni pola pikir massa melalui media-medianya (elektronik ataupun cetak). Koran revolusioner, selain sebagai alat untuk menyampaikan gagasan-gagasan revolusioner ke massa, juga sebagai alat untuk mengkonter media-media borjuis.
Tetapi pengertian lebih jauh tentang pentingnya koran tidaklah sebatas ini. Koran revolusioner tidak hanya tertarik memenangkan massa dengan ide-ide, tetapi, yang terpenting, membawa mereka untuk bergerak atas dasar ide-ide ini. Karena kesuksesan revolusioner akan mungkin terjadi di banyak proses jika bisa menemukan cara bagaimana membuat hubungan-hubungan yang kuat antara prinsip-prinsip, pengalaman-pengalaman dan tugas-tugas yang harus dikerjakan. Sebagaimana pernah dikatakan Lenin, “Koran tidak hanya sebagai agitator dan propagandis kolektif. Koran juga sebagai organiser.” [What is to be done]
Lembaran-lembaran kertas revolusioner mutlak diperlukan untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek. Tetapi tidak juga hanya sebatas itu, koran harus bisa membuat sambungan antara prinsip-prinsip, pengalaman dan tugas-tugas pada saat yang tepat dengan cara yang benar.
Menciptakan hubungan antara prinsip-prinsip dan pengalaman massa berarti, bagi partai revolusioner dan koran yang dimilikinya, menyatukan seluruh pengalaman massa yang telah dibentuk melalui perjuangan, dan kemudian memisahkan pengalaman yang terbaik dari seluruh pengalaman tersebut untuk dijadikan sebagai dasar pijakan bagi perjuangan berikutnya. Hal ini bisa dilakukan ketika perjuangan kelas tertindas sedang bergerak membangun kekuatan untuk menciptakan kemenangan; tiap kemenangan akan menciptakan kemenangan berikutnya. Dan fungsi koran adalah mengorganisasi dan menjembatani proses ini hingga kemenangan akhir.
Ketika Lenin menerbitkan Pravda, dia tahu benar peran sentral dari koran buruh; dia juga tahu benar betapa besar peran koran terhadap perjuangan buruh. Bagi Lenin, saat mendirikan Pravda pada tahun 1912, dengan memahami bersama pengalaman perjuangan buruh, maka akan didapati makna politik dalam pengalaman itu.
Lenin berulangkali menyatakan betapa pentingnya koran revolusioner bagi perjuangan. Lenin pernah merasa kesulitan mengorganisir tanpa koran pada periode kekalahan setelah revolusi 1905. Pada tahun-tahun itu sangat sulit untuk memproduksi tulisan-tulisan dan memasukkannya ke Rusia. Bolshevik hampir tidak terdengar suaranya samesekali. Lenin menulis pada tahun 1911:
“Saat ini, posisi partai adalah seperti sedemikian rupa dimana hampir di setiap daerah ada kelompok-kelompok dan sel-sel buruh informal, yang sangat kecil yang bertemu dengan tidak teratur … Mereka tidak terhubungkan satu sama lain. Jarang sekali mereka mendapatkan koran.” (Collected Works, Volume 17, hal. 202)
Kemudian, kebangkitan perjuangan buruh terlihat setelah Bolshevik mampu menerbitkan koran resmi yang terbit dua minggu sekali, Zvezda, yang berkantor di St. Petersburg. Kemudian pada konferensi partai bulan Januari 1912, Bolshevik memutuskan untuk meluncurkan koran harian, Pravda. Pravda dimulai penerbitannya pada tanggal 22 April.
Di sinilah kemajuan perjuangan benar-benar bangkit. Pravda berhasil menggiring opini massa yang berbeda dari sebelumnya. Pravda juga berhasil memberitakan tindakan brutal pasukan Tsar saat menembaki kerumunan aksi massa tak bersenjata di tambang emas Lena pada tanggal 5 April, yang menewaskan sekitar 500 orang. Peran Pravda ini membuat hari berikutnya terjadi aksi massa yang semakin besar di seluruh Rusia, yang melibatkan 300.000 pekerja. Dan aksi berlanjut pada bulan Mei (May Day) dengan jumlah massa berkisar 400.000 orang.
Pravda, saat itu, meluncur ke massa sebagai koran yang mencerminkan suasana hati mereka. Sebagaimana digambarkan Lenin, “Saat mereka melihat berita mengenai sekelompok pekerja …, para pembaca Pravda, yang kebanyakan tersebar dan terpisah satu sama lain karena kondisi eksternal yang parah dalam kehidupan di Rusia, mendapatkan beberapa ide bagaimana kaum proletar dari berbagai serikat buruh dan berbagai tempat yang sedang berjuang, bagaimana mereka bangkit untuk membela demokrasi kelas buruh.”
Keberadaan koran revolusioner sangat penting untuk menjangkau para militan baru, membuatnya mengerti bahwa mereka adalah bagian dari jaringan luas yang ingin melakukan perlawanan untuk mewujudkan revolusi, dan dalam proses, untuk meningkatkan pengaruh partai revolusioner (partai Marxis) ke dalam kelas tertindas.
Catatan:
[1] Koran (newsletter) di sini tidak terikat pada bentuk, tetapi diartikan sebagai media yang berfungsi untuk mengkonstruksi gagasan-gagasan lewat tulisan.
[2] Jean-Paul Marat adalah pemimpin Revolusi Prancis 1789. Dia adalah seorang propagandis ulung, dimana artikel-artikelnya selalu menyerang dengan tajam musuh-musuhnya.