Isu premanisme sedang menjadi pembicaraan hangat di seluruh media. Pemerintah panik melihat premanisme semakin menjamur dan mengatakan akan menindak tegas mereka. Tetapi mereka lupa bahwa premanisme itu sendiri sebelumnya dipupuk mereka sendiri. Kita juga tidak bisa percaya pemerintah dapat menyelesaikan premanisme.
Ormas preman sirkel Hercules dan GRIB Jaya semakin agresif dan membuat onar di berbagai daerah. Di Depok mereka membakar mobil polisi dan tawuran bersama ormas preman lainnya Pemuda Pancasila. Bahkan mereka mengerahkan puluhan ribu orang untuk menggruduk kantor Gubernur Jawa Barat. Di Kalimantan Tengah mereka menyegel kantor perusahaan. Kita patut bertanya mengapa ormas-ormas preman ini semakin menjadi-jadi.
Ormas-ormas preman bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Mereka selalu ada untuk mengamankan bisnis, menjaga properti kapitalis, menjaga pabrik dan membubarkan pemogokan buruh, ketika tugas-tugas demikian tidak dapat dilakukan polisi karena dapat mendiskreditkan lembaga mereka. Polisi pun selalu membela ormas-ormas preman ketika mereka melakukan aksinya. Sebagai contoh ketika ada pemogokan di pabrik, ormas-ormas ini sengaja dibiarkan melakukan aksinya oleh polisi. Ormas-ormas ini juga digunakan untuk mempersekusi gerakan Papua pada 2019 di Surabaya.
Ormas-ormas preman ini merekrut sebagian besar dari lapisan lumpen yang membusuk di perkotaan. Mereka semakin berani ketika ada penguasa di belakang mereka. Ini terlihat ketika ormas milik Hercules, GRIB Jaya semakin agresif. Ormas ini semakin berani karena Hercules memiliki kedekatan dengan Prabowo.
Pada pemilu presiden 2014, 2019 dan 2024 Hercules secara terbuka mendukung Prabowo. Prabowo sendiri bahkan pernah menjadi Dewan Pembina GRIB Jaya. Apalagi sekarang Prabowo menjadi presiden, kekuasaan Hercules menjadi semakin tak terbendung. Ormas-ormas ini semakin kebal terhadap hukum, sampai-sampai polisi tidak berani menindak mereka.
Setelah melihat aksi-aksi ormas ini mulai meresahkan publik, pemerintah meresponsnya. Mereka meluncurkan satgas khusus anti-premanisme. “Negara tidak akan tinggal diam terhadap tindakan yang mengancam stabilitas nasional dan ketertiban sosial,” kata Menko Polkam Budi Gunawan.
Tapi bisakah kita percaya pada pemerintah saat ini, pada kelas yang berkuasa? Bisakah kita mengandalkan mesin kekerasan negara borjuis, yaitu polisi, untuk menyelesaikan problem premanisme sampai ke akar-akarnya. Kita tidak bisa menaruh sedikit pun kepercayaan pada negara borjuis hari ini dan aparatus kekerasannya untuk menyelesaikan problem yang justru sebenarnya mengakar dari sistem yang dibela oleh negara borjuis itu.
Untuk memahami masalah premanisme pertama-tama kita harus memahami terlebih dahulu karakter mendasar dari negara. Lenin dalam Negara Revolusi menulis bahwa negara pada intinya adalah “badan khusus orang-orang bersenjata”, yang bertindak sebagai “organ kekuasaan kelas, organ penindas satu kelas terhadap kelas yang lain.” Negara hari ini adalah negara borjuis, yang tujuannya untuk melanggengkan kekuasaan kelas pemodal atas kelas buruh. Dalam melaksanakan tugasnya ini, negara tidak hanya mengandalkan badan khusus orang-orang bersenjata formal (polisi dan tentara), tetapi juga dalam sejumlah kesempatan menggunakan organ-organ kekerasan informal lainnya, seperti organisasi paramiliter dan ormas preman.
Pemerintah dan pengusaha sering kali menggunakan jasa ormas-ormas preman untuk merepresi gerakan buruh. Pada Tragedi 1965-66 kelas penguasa juga menggunakan ormas-ormas preman untuk memburu, menangkap, menyiksa, dan membantai jutaan buruh dan tani. Film dokumenter Jagal mengisahkan ini dengan sangat baik. Bahkan setelah Reformasi ‘98 masih umum kita temui praktik-praktik penggunaan jasa preman ini untuk memprovokasi demonstrasi maupun membubarkan aksi pemogokan. Kelas penguasa dengan sengaja memelihara ormas-ormas preman ini untuk kepentingan mereka.
Lantas ketika hari ini pemerintah membentuk satgas anti-premanisme, ini hanya karena ulah para preman ini sudah mulai menciptakan keresahan luas yang dapat mengancam kestabilan iklim investasi kapitalis. Kepolisian sesekali juga perlu menjaga citranya agar tidak kehilangan legitimasinya di mata rakyat luas.
Lalu apa solusi sebenarnya dari masalah premanisme ini? Setelah memahami esensi dari apa itu negara dan badan khusus orang-orang bersenjata kita bisa menyimpulkan bahwa hanya kelas pekerja sendirilah yang bisa menyelesaikan problem premanisme sampai ke akar-akarnya. Kita semua tahu bahwa banyak ormas-ormas preman ini dibeking politisi besar dan partai politik. Mustahil untuk kita menaruh kepercayaan pada badan atau organ yang sama yang sebelumnya bersekutu juga dengan kelompok preman ini.
Kita juga harus mengingat bahwa premanisme adalah masalah struktural dan sistemis. Dengan kata lain keberadaan mereka justru diciptakan oleh sistem kapitalisme itu sendiri. Basis kelas dari kelompok preman ini biasanya diisi oleh borjuis-kecil dan lumpen proletariat. Lumpen proletariat adalah kelompok sosial yang membusuk di masyarakat. Mereka tidak memiliki peran produktif dalam masyarakat dan sering kali menjadi korban eksploitasi. Mereka membusuk karena kapitalisme tidak mampu menyediakan pekerjaan bagi mereka. Populasi mereka akan terus bertambah dan dijaga oleh kapitalisme. Contohnya seperti gelandangan, pengangguran, dan bahkan kelompok kriminal. Karena kondisi objektif – kemiskinan kronik dan tidak adanya pekerjaan yang stabil – mereka mudah dibeli untuk digunakan oleh kelas penguasa untuk menindas kelas pekerja. Dan ini sudah terbukti sepanjang sejarah bahkan sampai hari ini dengan keberadaan ormas-ormas seperti Pemuda Pancasila. Premanisme cuma bisa dihapuskan ketika kita menghapuskan kapitalisme, karena kapitalisme-lah yang terus menciptakan kemiskinan kronik dan pengangguran ini
Pembentukan satgas anti premanisme ini bukanlah solusi. Untuk konsumsi media, satgas ini akan menangkapi preman-preman kelas teri. Sejumlah kriminal kere akan digelandang di depan kamera sebagai pencitraan. Setelah isu ini sudah tidak lagi jadi sorotan publik luas, satgas ini akan menghilang perlahan. Tidak akan ada satu hal pun yang berubah.
Solusi sejati adalah menyediakan pekerjaan bagi semua orang, yang dengan demikian menghantam basis sosial premanisme, dan itu tidak dapat dilakukan dalam batas-batas kapitalisme. Kapitalisme adalah biang pengangguran dan kemiskinan. Orientasi profit dari kapitalisme membuat banyak orang terlempar menjadi pengangguran. Hanya ekonomi terencana sosialis yang bisa menjamin pekerjaan untuk semua orang yang ingin bekerja dan menghapus pengangguran. Hanya dengan Sosialisme maka premanisme dapat dihapuskan.