Revolusi pecah di Kenya. Selama berminggu-minggu kelas penguasa diguncang demonstrasi massa. Negara yang sebelumnya dipuji oleh imperialis Barat sebagai simbol harapan dan kesejahteraan kapitalisme di Afrika Timur kini menjadi sebaliknya: terpuruk karena utang.
Kini pemerintahan William Ruto kehilangan kendali atas situasi. Kaum muda secara spontan membanjiri jalanan. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang menunjukkan kebencian yang membara terhadap penguasa. Demonstrasi ini memiliki unsur revolusioner yang sama seperti Revolusi Sri Lanka.
Kenya sedang menghadapi krisis ekonomi hebat. Mereka terpuruk oleh utang. Jumlah utang mereka telah mencapai $80 miliar, menyumbang hampir tiga perempat dari keseluruhan output perekonomian Kenya. Demi mengatasi tekanan krisis kapitalisme global, pemerintah Kenya menjadi kecanduan berhutang. Strategi “gali lubang, tutup lubang” sudah mencapai batasnya, dan kini 30 persen dari anggaran negara dihabiskan untuk membayar utang-utang ini.
Menghadapi bencana ekonomi, pemerintah Kenya meletakkan beban krisis ini ke rakyat. Mereka mendorong RUU Keuangan yang menerapkan pajak bagi kebutuhan pokok. Ini segera memicu amarah rakyat Kenya, dan dengan cepat demonstrasi massa berubah menjadi insureksi.
IMF dan Bank Dunia menawarkan “bantuan” pinjaman untuk Kenya. Bantuan ini akan diberikan dengan 1 syarat: pinjaman harus dibayar dengan program penghematan. Itu artinya rakyat akan diperas darah, keringat, dan air matanya untuk membayar ketidakbecusan pemerintah. Sebagai pelayan imperialis Barat yang setia, Presiden William Ruto menerima syarat tersebut.
RUU Keuangan adalah tamparan keras bagi rakyat tertindas Kenya. Melalui RUU ini, pajak untuk kebutuhan sehari-hari dinaikkan secara drastis. Berbagai barang kebutuhan pokok dikenakan pajak, seperti roti, minyak sayur, sepeda motor, dan bahkan perawatan kanker. Lebih absurdnya lagi, mereka menerapkan pajak untuk popok dan pembalut.
Kaum muda turun ke jalan
Derita yang sudah naik seleher membuat rakyat tertindas Kenya kehabisan kesabaran. Tagar #RejectFinanceBill2024 (tolak RUU Keuangan 2024) dan #OccupyParliament (duduki parlemen) viral di media sosial. Sentimen protes didominasi kaum muda terutama generasi Z, yang sebelumnya dianggap apatis dalam politik. Gen Z adalah lapisan besar dari populasi Kenya. Merekalah yang berada di garis depan aksi perlawanan ini.
Aksi ini meluas di berbagai kota. Hampir sebagian besar kota, 34 dari total 47 provinsi dilanda pemberontakan massa. Kaum muda Kenya sangat revolusioner. Melalui slogan “Kenya bukanlah tikus percobaan IMF!” dan “Ruto harus pergi!”, mereka ingin menunjukkan bahwa pemberontakan ini harus dibawa ke kesimpulan akhir. Tidak hanya membatalkan RUU Keuangan tapi juga menggulingkan rezim Ruto. Aksi ini juga mempersatukan rakyat tertindas Kenya dari berbagai etnis, agama, dan suku yang sebelumnya sering diadu domba oleh kelas penguasa.
Pada awalnya, pemerintah William Ruto angkuh mengabaikan aksi tersebut. Pengesahan RUU Keuangan disetujui di parlemen. Ini justru meledakkan amarah massa. 40 menit setelah RUU tersebut disetujui, aksi massa berubah menjadi gerakan insureksi menduduki gedung parlemen.
Pemerintah yang panik segera merepresi demonstrasi dengan kejam. Massa dihadapkan dengan meriam air, gas air mata, serta penangkapan massal. Puluhan demonstran ditembak mati oleh aparat. Sejauh ini rezim telah membunuh setidaknya 39 orang demonstran. Alih-alih melemahkan gerakan dengan represi, langkah ini justru membuat massa semakin berani.
Aparat Kenya menjadi tidak berdaya dalam menghadapi demonstran. Massa yang marah sudah tidak takut lagi mati. Sebagian lapisan aparat bahkan sudah tidak mau lagi menembaki massa. Melihat taktik represi sudah tidak lagi berguna, pemerintah Ruto berusaha memberikan reforma dari atas guna mencegah revolusi dari bawah. Dia segera mengamendemen penghapusan pajak roti dan minyak sayur. Konsesi ini justru membuat massa semakin percaya diri.
Pada hari Selasa (25/06), massa menyerbu gedung parlemen. Semua pejabat di dalamnya kocar-kacir meninggalkan gedung. Massa bahkan terlihat memegang Gada Parlemen, simbol yang digunakan anggota parlemen mengesahkan RUU. Perampasan Gada Parlemen ini menunjukkan bahwa massa melalui kekuatan mereka sendiri mampu merobek ilusi kesucian negara dan menghentikan aktivitas pemerintah sepenuhnya.
Di kota lain, massa juga berusaha untuk menghancurkan gedung pemerintahan dan rumah-rumah pejabat. Berbagai bisnis yang diketahui milik anggota parlemen juga menjadi target amuk massa, mulai dari supermarket hingga klub malam.
Pemerintah mengulur waktu
Meski insureksi telah terjadi, pemerintah Ruto masih belum runtuh. Pemerintah masih dapat membersihkan gedung parlemen dan anggota parlemen dapat segera kembali bekerja. Dalam merespons aksi insureksi, Ruto pada awalnya mengancam akan meningkatkan represi. Tetapi, sehari kemudian Ruto dengan cepat berbalik arah.
Melalui konferensi pers, Ruto secara mendadak membatalkan pengesahan RUU Keuangan. Ruto bahkan mengatakan bahwa ia telah “menyerah” dan menjanjikan “keterlibatan generasi muda dari negara kita untuk mendengarkan isu mereka dan sepakat dengan mereka mengenai bidang prioritas yang menjadi perhatian mereka”.
Ini selalu terjadi dalam setiap sejarah, ketika massa jauh lebih kuat dari pemerintah. Kelas penguasa selalu ingin mengooptasi kaum muda untuk “bekerja dari dalam” dan pada akhirnya melanjutkan agenda mereka. Kita tidak kekurangan contoh bagaimana aktivis-aktivis mahasiswa 1998 di Indonesia akhirnya benar-benar menjadi perabot pemerintahan.
Meski demikian, kita harus menyadari bahwa pernyataan mundur ini digunakan untuk mengulur waktu sampai massa lelah. Melalui pernyataan tersebut, Ruto berharap meredam aksi massa. Ketika aksi sudah mulai melemah, maka pemerintah segera kembali pada taktik represi untuk menghancurkan gerakan sepenuhnya.
Memahami makna sebenarnya dari kemunduran Ruto, massa terus menyerukan sentimen revolusioner. Sebuah post di Twitter/X menunjukkan tubuh pemuda yang tewas bersimbah darah ditutupi dengan bendera Kenya dengan caption “Untuk Presiden William Ruto. Ini sudah bukan sekedar RUU Keuangan.”. Tagar #RevolutionNowOrNever (Revolusi Sekarang atau Tidak Selamanya), dan slogan “Duduki Rumah Negara” segera trending di media sosial.
Belajar dari kegagalan Sri Lanka
Apa yang terjadi di Kenya saat ini memiliki fitur yang sama dengan Revolusi Sri Lanka pada 2022. Berawal dari aksi damai memprotes kenaikan harga kebutuhan pokok, massa dengan cepat beralih ke insureksi. Mereka menduduki istana presiden, dan dalam sekejap rezim yang terlihat perkasa runtuh seperti rumah kartu.
Persamaan antara Revolusi Kenya dan Sri Lanka adalah keduanya berangkat dari aksi spontan. Namun spontanitas mewakili kekuatan, tapi juga kelemahan. Bila tidak ada kepemimpinan revolusioner, maka spontanitas bisa menguap begitu saja ke udara.
Kepemimpinan revolusioner yang mampu membawa pada kemenangan akhir sangat penting dalam situasi revolusi. Bila tidak, maka kelompok lain yang tidak bisa dipercaya akan membawa pada pemulihan rezim, dan berakhir ke kontra-revolusi. Alam membenci kekosongan. Ketika terdapat kekosongan kepemimpinan layak dalam gerakan, maka kepemimpinan yang buruk akan mengambil alih. Inilah satu-satunya alasan mengapa revolusi Sri Lanka kalah.
Revolusi Sri Lanka berakhir dengan perubahan kosmetik tanpa menggulingkan kapitalisme. Gerakan kaum revolusioner di Kenya harus belajar dari kegagalan Sri Lanka agar dapat meraih kemenangan total atas revolusi.
Langkah ke depan
Belajar dari kegagalan revolusi Sri Lanka, kaum revolusioner Kenya harus dengan segera membangun kekuatan alternatif revolusioner. Aksi spontan harus diubah menjadi aksi terorganisir dengan membangun komite-komite revolusioner. Komite-komite harus secara luas melibatkan kelas pekerja dan rakyat tertindas lainnya.
Melalui komite-komite revolusioner tersebut, rakyat tertindas dapat membangun kekuatan tandingan dari pemerintah kapitalis dan menggulingkannya.
Dengan menggulingkan kapitalisme melalui kekuatan terorganisir, kelas pekerja dan rakyat tertindas dapat mengekspropriasi pabrik dan perbankan di bawah kontrol demokratik kelas pekerja. Dengan sumber daya besar yang sudah dinasionalisasi ini, mereka dapat membatalkan hutang. Melalui ekonomi terencana sosialis, kita bisa mengalokasikan sumber daya yang besar yang selama ini dimiliki kapitalis untuk menjamin kebutuhan dasar rakyat terpenuhi, seperti: kesehatan, pendidikan, dan perumahan.
Hanya dengan program sosialis, rakyat Kenya dapat sepenuhnya merdeka. Revolusi sosialis di Kenya yang berhasil akan menjadi inspirasi bagi jutaan rakyat tertindas di Afrika dan dunia. Ini bisa menjadi percikan api yang memicu terjadinya ledakan revolusi sosialis dunia yang dapat memperkuat republik sosialis Kenya!
Runtuhkan pemerintahan William Ruto!
Runtuhkan kapitalisme!