Kapitalisme telah merampas masa depan seluruh generasi muda, terutama Generasi Z. Krisis iklim, inflasi, dan peperangan semakin memperdalam rasa putus asa dan kekecewaan mereka akan masa depan. Mereka merasakan bahwa kehidupan mereka tidak aman, dengan kata lain dunia yang mereka tinggali hari ini semakin tidak kompatibel dengan mereka. Ini telah menciptakan pergeseran kesadaran kelas yang pesat di antara lapisan muda ini. Tidak heran semakin banyak yang mulai meraih kesimpulan revolusioner.
Di seluruh dunia Gen Z mencakup sekitar 30 persen dari populasi dunia. Gen Z memasuki masa dewasa pada saat krisis keuangan tahun 2008 dan sampai hari ini tidak mengetahui apa pun selain krisis ekonomi. Mereka adalah generasi yang dibesarkan oleh krisis, dan oleh karenanya tidak dapat membayangkan masa depan yang cerah. Betapa pun keras mereka bekerja, mereka tidak akan pernah mencapai stabilitas dan keamanan ekonomi seperti generasi orang tua mereka sebelumnya.
Tetapi karena fakta inilah mereka berdiri di garis depan dalam revolusi-revolusi yang pecah di belahan dunia. Angin selalu mengguncang dedaunan di atas pohon. Merekalah barometer aktif dalam setiap ketegangan-ketegangan sosial dan politik dunia saat ini. Generasi Z menjadi tonggak dari era revolusi saat ini.
Mereka dihancurkan oleh kapitalisme
Gen Z selalu disalahkan dan dianggap pemalas. Banyak stereotip negatif tentang Gen Z seperti: tidak memiliki etos kerja, hanya peduli tentang uang dll. Alih-alih mencari penyebab masalah ini, opini publik selalu menyalahkan mereka. Kebanyakan media-media menganggap ini bukan masalah serius yang mengancam masa depan. Mereka mengambil beberapa kepingan fakta tidak berguna untuk menjauhkan akar penyebab masalah ini. Padahal kondisi yang ada menunjukkan bahwa mereka sedang menghadapi kesulitan mendapatkan pekerjaan dan depresi.
Kesehatan mental Gen Z jauh lebih buruk dari generasi sebelumnya. Satu dari tiga anak berusia 10 sampai 17 tahun menujukkan bahwa mereka pernah mengalami kesehatan mental. Kemenkes menyebutkan bahwa kasus kesehatan mental meningkat 200 persen dari generasi sebelumnya.
Banyak yang menuduh bahwa generasi ini tidak memiliki ketahanan mental. Atau ini disebabkan oleh pola asuh orang tua yang tidak baik. Tidak mudah menujukkan bagaimana kondisi ini bisa berkontribusi pada kesehatan mental. Tetapi satu hal yang pasti, krisis kapitalisme telah membuat situasi dunia berubah dengan cepat, tidak menentu, membingungkan, menjadi lebih brutal bahkan lebih buruk, dan pada akhirnya generasi mudalah yang menanggung bebannya.
Krisis, pengangguran dan tekanan biaya hidup menghancurkan Gen Z. Di Indonesia, jumlah Gen Z pada 2024 mencapai 80-85 juta jiwa. Generasi ini menjadi penyumbang terbesar pengangguran. Ada 9,9 juta Gen Z yang menganggur. Angka ini sangat mengawatirkan. BPS menyebut bahwa durasi pencarian kerja bagi generasi ini mengalami peningkatan. Ditambah dengan jumlah pekerjaan formal semakin menurun selama 15 tahun terakhir, ini membuat mereka sulit menemukan pekerjaan.
Selain masalah pekerjaan, generasi ini juga dihadapkan dengan jeratan utang pinjol, biaya perumahan yang tinggi, serta krisis iklim. Tidak hanya itu saja, mereka menjadi putus asa dan depresi. Mereka adalah generasi yang terasing dan marah.
Banyak komentar Gen Z mengungkapkan rasa kelelahan dan kehilangan semangat karena banyaknya penolakan kerja. Kondisi ini terekam oleh wawancara Tempo dengan salah satu lulusan Universitas Airlangga yang selama 2 tahun belum mendapatkan perkerjaan: “Lowongan magang saja bahkan dicari yang sudah berpengalaman. Perusahaan tidak mau menerima orang baru memulai.”
Gen Z lainnya pun merasakan hal yang sama. “Setiap kali saya melamar pekerjaan, saya selalu berharap ini akan menjadi kesempatan saya. Tetapi setelah berulang kali ditolak, saya mulai merasa tidak ada harapan lagi,” ujar Dina, salah seorang lulusan universitas yang masih menganggur.
Belum lagi akhir-akhir ini ramai PHK di DKI Jakarta yang dari Januari-Juni 2024 mencapai 7.469 orang. Kapitalisme menghadapi jalan buntu. Bila mereka yang bekerja saja banyak di PHK dan diupah rendah, apalagi mereka yang sedang mencari pekerjaan. Inilah dasar mengapa banyak kaum muda semakin pesimis dan “malas” terhadap situasi.
Mereka benci status quo
Gen Z juga merasa resah pada kebusukan politik, krisis demokrasi dan ketidakstabilan di negara mereka. Kepercayaan generasi muda terhadap lembaga politik yang menopang kapitalisme semakin runtuh.
Namun alih-alih menyerah pada keputusasaan, kaum muda justru berada di garis depan perjuangan melawan sistem kapitalisme. Ini bisa kita saksikan dalam gerakan Black Lives Matter di AS yang menyebar ke banyak negara,pemberontakan anak muda di Iran yang pecah setelah kematian Mahsa Amini, gerakan perkemahan pro-Palestina di kampus-kampus di AS, Kanada, Inggris, dll., serta perjuangan revolusioner yang meletus di Sri Lanka pada 2022 maupun di Kenya dan Bangladesh hari ini.
Kapitalisme telah membusuk dan merampas masa depan kaum muda. Kelas pekerja dan kaum muda dipaksa membayar krisis, melalui penghematan dan inflasi. Meskipun dalam jangka pendek kaum kapitalis berusaha untuk keluar dari lubang ini, pemotongan lebih lanjut sedang dipersiapkan. Generasi mudalah yang pasti akan menanggung dampak terbesar dari serangan ini.
Satu-satunya cara untuk menyelesaikan krisis ini adalah dengan menggulingkan sistem kapitalis itu sendiri, yang sudah tidak lagi kompatibel dengan Gen Z dan aspirasi masa depan mereka. Tidak cukup hanya melawan kapitalisme, atau mengotak-atiknya, Gen Z, yaitu lapisan proletar muda hari ini, harus memiliki perspektif untuk membangun masyarakat yang sepenuhnya baru, yaitu Sosialisme. Kita harus mengganti sistem kapitalis dengan perekonomian kolektif yang terencana secara rasional serta dijalankan secara demokratis oleh kelas pekerja, bukan demi profit kapitalis, melainkan demi kebaikan seluruh umat manusia.
Dengan tuas-tuas ekonomi (pabrik, bank, pertambangan, perkebunan, dsb.) yang tidak lagi ada di tangan segelintir kapitalis, tetapi di tangan rakyat pekerja, maka kita bisa menjamin pekerjaan layak tidak hanya bagi semua lulusan universitas, tetapi semua kaum muda dan rakyat pekerja. Tidak boleh ada tangan, apalagi sarjana, yang menganggur.
Kerusakan lingkungan hidup yang sangat mengusik Gen Z juga dapat langsung diatasi. Operasi tambang dan perkebunan yang sebelumnya berdampak buruk pada lingkungan dapat langsung dibenahi oleh kelas pekerja karena operasinya tidak lagi didasarkan pada pengejaran laba sebesar mungkin untuk kapitalis, tetapi didasarkan pada upaya menjaga keharmonisan dengan lingkungan dan komunitas di sekitarnya.
Tendang keluar semua politisi dan pejabat busuk yang kini memerintah kita. Sudah saatnya lapisan rakyat pekerja muda yang mengambil kendali pemerintahan, merombaknya secara fundamental dari atas hingga bawah, menggantinya dengan demokrasi buruh. Satu hal yang pasti, kaum muda Gen Z sedang memasuki tahapan sejarah pembusukan kapitalisme. Bersama dengan kelas pekerja lainnya kaum muda Gen Z akan berjuang demi masa depan yang lebih baik di bawah sosialisme.