Di tengah-tengah kisruh efisiensi anggaran dan panasnya demonstrasi #IndonesiaGelap, kelas penguasa membungkam band Sukatani karena lagunya “Bayar Bayar Bayar” yang mengungkapkan betapa korupnya lembaga kepolisian. Mereka diintimidasi dan dipaksa menyampaikan minta maaf pada Kapolri dan juga menghapus lagunya dari semua platform musik digital. Vokalis band ini, Novi Citra Indriyati, bahkan dipecat dari pekerjaannya sebagai guru oleh pihak sekolah, dengan alasan “melanggar syariat Islam”. Fakta ini saja menunjukkan bahwa kelas penguasa sangat takut pada setiap manifestasi ketidakpuasan yang menjalar terhadap pemerintah dan aparatusnya.
Serangan terhadap hak demokrasi ini langsung menuai banyak protes dari kaum muda dan rakyat luas. Banyak sekali yang bersolidaritas dengan band Sukatani. Tagar #kamibersamasukatani bergema di media sosial. Di platform X misalnya, hingga artikel ini dibuat ada 48.000 postingan dengan tagar tersebut. Bahkan sudah ada aksi yang membela Sukatani di beberapa daerah.
Arus kritikan tak terbendung terhadap polisi menjadi semakin gencar semenjak kasus represi tersebut terjadi. Lagu ini pun dinyanyikan seantero negeri sebagai mars wajib demonstrasi #IndonesiaGelap. Alih-alih membungkam, aksi represif polisi justru membuat band Sukatani dan lagunya semakin populer di dalam kesadaran rakyat.
Akibat tekanan publik yang semakin meluas, polisi pun kini terpaksa bermulut manis. Kapolri Jenderal Sigit Prabowo pada hari Minggu kemarin (23/2) mengajak band punk rock ini untuk menjadi duta polisi.
Solidaritas luas dari rakyat terhadap band Sukatani mencerminkan kebenaran dari kritik yang ada dalam lagu tersebut, yakni kebusukan dalam institusi aparatus negara borjuis serta mirisnya demokrasi di bumi Indonesia.
Fadli Zon, Menteri Kebudayaan menceramahi kita mengenai kebebasan berpendapat. Katanya kebebasan itu tidak boleh mengganggu hak dari orang lain.
“Kalau mengkritik pelaku atau oknum saya kira engga ada masalah. Tapi kalau itu bisa membawa institusinya ya kemudian terkena dampak, ini yang mungkin bisa jadi masalah. Misalnya jangan sampai menyinggung isu itu bahkan juga institusi-institusi yang bisa dirugikan,” kata dia.
Menteri Kebudayaan kita seolah-olah mendukung kebebasan berpendapat, tetapi sebenarnya dia hanya ingin berpesan bahwa kebebasan berpendapat hanya berlaku selama kebebasan tersebut tidak menyinggung kelas penguasa dan institusi dan pemerintahan yang menopangnya.
Kita diberitahu bahwa kita hidup dalam demokrasi dan kebebasan berpendapat yang tidak dapat diganggu gugat. Kenyataannya demokrasi dan kebebasan berpendapat ini ada sejauh kita tidak menggunakannya dengan cara yang tidak mengancam kepentingan kelas penguasa. Di balik imparsialitas polisi, pengadilan, hukum dan negara terdapat kepentingan kelas kapitalis.
Kita hidup di tengah krisis kapitalisme. Krisis kapitalisme adalah krisis demokrasinya. Ada ketidakpuasan umum terhadap kelas penguasa. Usaha merepresi kebebasan berpendapat pada akhirnya mengungkapkan ketakutan kelas penguasa terhadap gemuruh sosial yang mulai berkumpul di bawah permukaan.
Kebusukan polisi itu sesungguhnya sudah menjadi rahasia umum. Ada banyak daftar panjang kebusukan polisi bila kita sebutkan satu persatu. Yang ditakuti oleh Fadli Zon dan kelas penguasa adalah bagaimana lagu “Bayar, Bayar, Bayar” menjadi titik referensi yang ampuh dalam menyatukan dan mengartikulasikan kemarahan rakyat terhadap kebusukan polisi. Kebenaran inilah yang tidak disukai kelas penguasa. Jangan takut bersuara! jangan mau dibungkam karena kebenaran! Itulah seni dan bermusik yang revolusioner.
Para seniman, penulis, musisi, dan intelektual! Kita harus menghilangkan keraguan dan ketakutan kita sendiri! Ketakutan adalah belenggu yang sangat disukai kelas penguasa. Ada jutaan rakyat pekerja dan kaum tertindas lainnya mendukung kita, bila kita berani ketika bersuara melalui karya-karya kita! Kita harus mengerti bahwa ketika kita mengungkapkan kebenaran, maka kita akan didukung oleh rakyat pekerja yang 99% itu banyaknya, sementara lawan kita adalah kaum kapitalis yang hanya 1%. Mari bergabung bersama kami untuk menuju revolusi sosialis dan dunia yang lebih baik lagi, dunia yang bebas dari kekerasan dan kesewenang-wenangan polisi.
Kami mendukung band Sukatani dari upaya represi kelas penguasa. Kami mengutuk upaya polisi membredel karya-karyanya. Kami menyerukan kepada segenap kaum muda dan gerakan buruh untuk membela band Sukatani.
‘Bayar Bayar Bayar’
Mau bikin SIM bayar polisi
Ketilang di jalan bayar polisi
Touring motor gede bayar polisi
Angkot mau ngetem bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi
Mau bikin gigs bayar polisi
Lapor barang hilang bayar polisi
Masuk ke penjara bayar polisi
Keluar penjara bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi
Mau korupsi bayar polisi
Mau gusur rumah bayar polisi
Mau babat hutan bayar polisi
Mau jadi polisi bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi