facebooklogocolour

downloadTanggal 21 Januari 2024 menandai peringatan seratus tahun wafatnya Vladimir Ilyich Ulyanov, yang lebih dikenal dunia sebagai Lenin. Tidak diragukan lagi, dia adalah salah satu tokoh revolusioner terhebat yang pernah hidup. Dengan memimpin Partai Bolshevik, manusia yang luar biasa ini benar-benar mengubah jalannya sejarah.

Seluruh hidup Lenin didedikasikan untuk emansipasi kelas buruh, yang berpuncak pada kemenangan Revolusi Oktober pada 1917. Signifikansi peristiwa ini dengan tepat dijelaskan oleh Rosa Luxemburg:

“Lenin, Trotsky, dan kamerad-kamerad lainnya telah menunjukkan keberanian, wawasan revolusioner, dan konsistensi selama momen historis ini. Semua kehormatan dan kapasitas revolusioner yang tidak dimiliki oleh Sosial Demokrasi Barat telah diwakili oleh kaum Bolshevik. Pemberontakan Oktober mereka bukanlah hanya keselamatan bagi Revolusi Rusia saja, tetapi juga keselamatan bagi kehormatan sosialisme internasional.”[1]

Untuk pertama kalinya, kecuali Komune Paris yang heroik namun singkat itu, kelas buruh menaklukkan kekuasaan dan mempertahankannya. Untuk alasan itu, Revolusi Oktober dapat dianggap sebagai peristiwa terbesar dalam sejarah. Apa pun perkembangan selanjutnya, ini adalah pencapaian yang tidak akan pernah dapat dihapus dari sejarah.

Dan karena alasan inilah, di tangan kelas penguasa dan para pembelanya, Lenin menjadi individu yang paling dibenci dan difitnah dalam sejarah.

Fitnah

Walaupun para komentator borjuis kadang-kadang memuji Marx secara sinis atas analisisnya mengenai kapitalisme -- tentu saja mereka menolak kesimpulan-kesimpulan revolusionernya -- tidak demikian dengan Lenin. Dia dibenci sepenuhnya. Ini tidak mengejutkan kita.

Sama seperti serangan keji terhadap Revolusi Perancis yang diluncurkan oleh pers Inggris pada saat itu, para pembela kapitalisme juga mengutuk Lenin dan Revolusi Rusia. Tujuan mereka adalah mendiskreditkan dan menghapus makna sebenarnya dari sejarah Revolusi Rusia. Ini telah menjadi tugas mereka selama lebih dari satu abad.

Oleh karena itu, Lenin difitnah sebagai ‘diktator’, agen Jerman, agen tsar, tsar baru, dan akhirnya, pendahulu Stalin dan Stalinisme. Fitnah ini terus digaungkan dengan keras.

Kisah-kisah yang mereka sebarkan begitu menggelikan hingga bisa membuat orang tersipu malu membacanya. Ada ratusan orang bodoh yang disebut ‘sejarawan’ ini, dan mereka semua melantunkan lagu dari buku himne yang sama dan semuanya melontarkan klaim-klaim absurd yang sama tentang Lenin, yang tujuannya membuat darah orang mendidih. Hanya sedikit, jika ada, yang layak dibaca. Bahkan karya-karya mengenai Lenin yang lebih “baik” pun mengandung racun.

“Bolshevisme didirikan atas dasar kebohongan, dan menjadi preseden selama sembilan puluh tahun kemudian. Lenin tidak punya waktu untuk demokrasi, tidak percaya pada massa, dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan. Dia menginginkan sebuah partai revolusioner profesional garis keras yang kecil, terorganisir dengan rapat, dan berdisiplin ketat, yang akan melakukan persis seperti yang diperintahkan.”[2] Sampel ini diambil dari pena berbisa Anthony Read dalam The World on Fire.

“Di sinilah letak benih pemerintahan teror, aspirasi totaliter untuk sepenuhnya mengendalikan kehidupan dan opini publik,”[3] kata Richard Pipes, dalam sebuah kisah horor yang ditulis untuk menakut-nakuti mereka yang biasanya mudah cemas.

“Lenin adalah ketua partai modern pertama yang mencapai status dewa: Stalin, Mussolini, Hitler, dan Mao Zedong adalah penerusnya dalam hal ini,”[4] tulis Figes, yang tidak mau kalah dengan yang lainnya.

Para penipu dibayar dengan sangat baik ini tidak akan pernah menyerah. Kampanye kebohongan mereka akan terus berlanjut sampai kapitalisme digulingkan. Kita sebaiknya membiarkan mereka melakukan pekerjaan kotor mereka, seperti para penyihir di Macbeth.

Meskipun mereka telah berupaya semaksimal mungkin untuk membuat kaum muda takut pada Lenin dan Bolshevisme, ini tidak berjalan sesuai rencana. Orang-orang mulai mempertanyakan ‘narasi’ resmi, seperti kebanyakan hal lainnya. Malangnya bagi para antek borjuis ini, celoteh anti-komunis mereka tidak seefektif sebagaimana mestinya!

Akhirnya, Profesor Orlando Figes terpaksa mengakui, “Hantu revolusi 1917 belum terkubur.”[5] Dan, mengingat periode yang telah kita masuki, hantu revolusi 1917 tidak akan terkubur.

Mercusuar Harapan

Hari ini kita telah memasuki periode kekacauan tanpa preseden. Kapitalisme sebagai sistem sosio-ekonomi telah kehabisan tenaga dan puluhan juta rakyat di seluruh dunia mempertanyakan legitimasinya. Oleh karena itu, mereka secara aktif mencari jalan keluar dari kebuntuan ini. Namun, partai-partai lama semakin terdiskreditkan dan jutaan rakyat sudah muak dengan kaum reformis yang hanya ingin 'mereformasi' sistem kapitalisme sampai pada tingkat tertentu. Ini seperti meminta macan tutul untuk mengubah bintiknya atau mencoba mengeringkan lautan dengan sendok.

Lenin tampak menonjol sebagai seorang raksasa, berbeda dengan semua ucapan dan perbuatan para pemimpin gerakan buruh, baik sayap kanan maupun kiri, yang dalam praktiknya telah menerima sistem kapitalisme. Mereka juga, bersama dengan kaum borjuis, memandang Lenin dengan rasa takut, atau paling banter menganggap Lenin “ketinggalan zaman”, ide-idenya tidak mempunyai nilai atau relevansi.

Namun Lenin dan ide-idenya tidak mudah dihilangkan. “Doktrin Marxis itu mahakuasa karena benar”, jelasnya. Marxisme merupakan “pandangan dunia integral yang tidak dapat didamaikan dengan segala bentuk takhayul, reaksi, atau pembelaan terhadap penindasan borjuis.”[6]

Marxisme adalah teori untuk mengubah dunia, di mana teori dan praktik tidak terpisah, tetapi membentuk satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu, Lenin, sebagai seorang Marxis sejati, mengabdikan hidupnya untuk kemenangan revolusi sosialis dunia. Dalam hal ini, ia menonjol sebagai mercusuar bagi kaum buruh yang sadar kelas di mana pun.

Hari ini, minat terhadap Lenin dan ide-idenya semakin membesar, dan ada upaya, terutama oleh banyak anak muda, untuk menemukan kembali program asli Leninisme dan Bolshevisme. Minat ini dan krisis mendalam sistem kapitalis menunjukkan relevansi Lenin di dunia hari ini.

Bolshevisme

Lenin berdiri di atas bahu Marx dan Engels, dan mempraktikkan ide-ide mereka. Leninisme hanyalah Marxisme di periode imperialisme yang penuh dengan revolusi dan kontra-revolusi.

Mengingat perjuangan gigih melawan tatanan kapitalis lama, Lenin menekankan pentingnya membangun sebuah partai yang disiplin dan kokoh secara teoritis. Dia adalah seorang revolusioner yang memiliki visi sedemikian rupa sehingga hanya dia yang bisa menjadi pemimpin partai yang paling berani, yang mampu mewujudkan pikiran dan tindakannya sampai pada kesimpulan logis. Ia menyatukan nasibnya dengan nasib dan tujuan partai proletar.

Mengingat pengkhianatan para pemimpin lama Sosial-Demokrat, sangatlah penting untuk menciptakan kepemimpinan revolusioner yang baru. Ini berarti Partai-partai Revolusioner baru harus dibentuk untuk mengorganisir kelas pekerja agar dapat mengambil alih kekuasaan. Berbeda dengan partai-partai reformis lama, yang sebagian besar telah menjadi mesin pemilu, partai-partai baru ini akan mengambil Partai Bolshevik sebagai modelnya, baik dari segi organisasi maupun pandangan revolusioner.

“Namun pada saat ini dalam sejarah, model Rusia-lah yang mengungkapkan kepada semua negara sesuatu -- dan sesuatu yang sangat penting -- tentang masa depan mereka yang sudah dekat dan tak terelakkan,”[7] jelas Lenin dalam Left-Wing Communism, an infantile disorder.

“Hanya sejarah Bolshevisme selama seluruh periode keberadaannya yang dapat menjelaskan secara memuaskan mengapa ia mampu membangun dan mempertahankan, dalam kondisi yang paling sulit, disiplin besi yang diperlukan untuk kemenangan proletariat.”[8]

Partai Bolshevik mampu memainkan peran tersebut, mengingat sejarahnya yang unik dan peran Lenin. Seperti yang dia jelaskan:

“Rusia mencapai Marxisme – satu-satunya teori revolusioner yang tepat – melalui penderitaan yang dialaminya selama setengah abad dalam melalui siksaan dan pengorbanan yang tiada taranya, kepahlawanan revolusioner yang tak tertandingi, energi yang luar biasa, pencarian yang penuh pengabdian, studi, uji coba praktis, kekecewaan, verifikasi, dan perbandingan dengan pengalaman Eropa. Berkat emigrasi politik yang disebabkan oleh tsarisme, Rusia yang revolusioner, pada paruh kedua abad kesembilan belas, memperoleh banyak hubungan internasional dan informasi yang sangat baik mengenai bentuk dan teori gerakan revolusioner dunia, yang tidak dimiliki negara lain.”[9]

Partai Bolshevik di bawah kepemimpinan Lenin adalah partai paling revolusioner dalam sejarah. Lenin memahami partai semacam itu perlu dibangun sebelum meletusnya peristiwa revolusioner. Partai revolusioner jelas tidak dapat diimprovisasi atau dibangun secara spontan pada saat revolusi; ini akan terlalu terlambat. Seluruh pengalaman di masa lalu menunjukkan ini.

Pertama-tama, penting untuk menciptakan jaringan kader-kader Marxis, yang akan bertindak sebagai kerangka kerja yang pada akhirnya dapat membentuk sebuah partai massa. Mengingat revolusi adalah urusan yang serius, Lenin memperjuangkan pembentukan partai yang beranggotakan ‘kaum revolusioner profesional’ yang akan mengabdikan diri mereka pada revolusi.

Lebih jauh lagi, partai revolusioner mesti dibangun di atas landasan teori Marxis. “Tanpa teori revolusioner, tidak akan ada gerakan revolusioner”, jelas Lenin dalam What is To Be Done?, sebuah karya yang didedikasikan untuk membangun partai semacam itu.[10] Lenin adalah penjaga gerbang teoretis partai, yang di bawah kepemimpinannya menegakkan moralitas proletar berdasarkan kepentingan revolusi sosialis.

Bagi Lenin, perjuangan untuk teori Marxis adalah tugas penting. Oleh karena itu, peran koran Iskra Lenin adalah terlibat dalam “perjuangan yang tegas dan gigih untuk menegakkan dasar-dasar Marxisme”, yang, jelasnya, “kembali diprioritaskan”[11].

Lenin menulis Apa yang Harus Dikerjakan? selama periode kemunduran teoretis dan revisionisme dalam Sosial Demokrasi Rusia. Sebagian besar pamflet Lenin ini ditujukan untuk membantah argumen tendensi 'Ekonomis', yang mencampakkan perjuangan politik demi 'spontanitas' dan buruh-isme. Karya tersebut juga berupaya melawan pengaruh 'Marxisme Legal', yang menyingkirkan seluruh konten revolusioner Marxisme.

Bagi Lenin, pembelaan teori Marxis memerlukan lebih dari sekedar pengulangan formula lama; ini berarti penerapan metode Marxisme pada situasi konkrit. Penting untuk tidak memaksakan teori pada realitas. Realitas adalah titik tolaknya. Seperti yang diperingatkan oleh Lenin, teori, bila direduksi menjadi sebuah dogma abstrak, dapat disalahgunakan untuk membenarkan revisionisme:

“Marxisme adalah doktrin yang sangat mendalam dan memiliki banyak sisi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika potongan-potongan kutipan dari Marx -- terutama ketika kutipan-kutipan tersebut dicomot secara tidak tepat -- selalu ditemukan di antara 'argumen' orang-orang yang menyimpang dari Marxisme.”[12]

Ia menekankan Marxisme bukanlah dogma yang tak hidup, atau doktrin yang sudah-jadi dan statis, melainkan panduan yang hidup untuk bertindak. Ini berarti sangat penting untuk menghubungkan gagasan Marxisme dengan situasi nyata, dan tidak mengkhayal saja. “Kebenaran itu konkret”, jelas Lenin berulang kali. Ujian terbesar bagi kaum revolusioner adalah menghubungkan ide-ide ini dengan gerakan nyata kelas buruh. Dengan cara ini, mereka dapat memperoleh dukungan rakyat.

Fleksibilitas

Lenin selalu teguh dalam prinsip, namun sangat fleksibel dalam organisasi dan taktik. Inilah salah satu kekuatan terbesar Lenin. Ia memahami bahwa pembangunan Partai Revolusioner yang sejati, seperti halnya Partai Bolshevik, bukanlah sebuah garis lurus. Untuk memenangkan buruh, terutama mereka yang masih berada di bawah pengaruh partai-partai reformis, diperlukan taktik yang fleksibel. Ini bukanlah masalah sekunder. Dalam karyanya yang luar biasa, Left-Wing Communism, an infantile disorder, Lenin menjelaskan:

“Hanya ada satu hal yang kurang untuk memungkinkan kita bergerak maju dengan lebih percaya diri dan tegas menuju kemenangan, yaitu kesadaran universal dan menyeluruh dari semua kaum Revolusioner di semua negara akan perlunya menunjukkan fleksibilitas yang maksimal dalam taktik mereka.”[13]

Lenin mengembangkan kemampuan untuk bisa menilai dan “merasakan” situasi yang ada setiap kali ada perubahan tajam. Ia mampu membedakan mana yang esensial dan mana yang sekunder.

Seperti yang dijelaskan Trotsky:

“Ini adalah bakat unik Lenin, yang ia miliki hingga tingkat tertinggi: dengan wawasan revolusionernya yang intens, ia dapat melihat dan menunjukkan kepada orang lain apa yang paling penting, paling diperlukan, dan paling esensial. Kamerad-kamerad yang, seperti saya, diberi kesempatan untuk mengamati aktivitas dan cara berpikir Lenin dari jarak dekat, tidak bisa tidak dengan antusias mengagumi -- ya, saya ulangi, dengan antusias mengagumi -- kecerdasannya, ketajaman pemikirannya yang menolak semua yang bersifat eksternal, kebetulan, dangkal, yang menyentuh pokok permasalahan dan memahami metode tindakan yang esensial. Kelas buruh belajar untuk menghargai hanya para pemimpin yang, setelah membuka jalan baru, melangkah maju dengan tegas bahkan jika prasangka kaum proletar itu sendiri menghambat kemajuan mereka untuk sementara waktu.”[14]

Di atas segalanya, Lenin mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada, dan mampu melihat ke depan. Ini biasanya menuntut perubahan taktik agar sesuai dengan kebutuhan baru. Sekali lagi, perubahan ini tidak selalu berjalan mulus dan bisa menimbulkan polemik tajam di dalam partai. Bukan tanpa alasan Bolshevisme dikenal sebagai sekolah untuk orang-orang yang keras.

Pada setiap tahapan perkembangan partai, dari lingkaran awal gerakan bawah tanah hingga kerja massa pada 1905, sampai 1917 dan seterusnya, Lenin harus mengatasi perlawanan dari mereka yang berpegang erat pada metode-metode masa lalu. Setiap kali dia mengusulkan perubahan taktik, dia biasanya mendapat perlawanan keras. Alasan penolakan tersebut adalah karena kehidupan partai selalu mengembangkan rutinitas tertentu. Ketika situasi berubah, rutinisme ini berbenturan dengan tuntutan baru. Ada banyak contoh mengenai ini.

Upaya Lenin untuk memprofesionalkan Partai Buruh Sosial Demokrasi Rusia (PBSDR) pada Kongres Kedua tahun 1903, di mana ia berusaha menjauhkan partai dari mentalitas ‘lingkaran kecil’ yang informal pada periode awal, menyebabkan perpecahan antara Bolshevik dan Menshevik.

Revolusi 1905 membuka tantangan baru. Untuk memanfaatkan kondisi kerja yang telah menjadi terbuka, Lenin mencoba mendobrak metode kerja bawah tanah. Ini membawanya ke dalam konflik dengan “pengurus partai”. Mereka adalah kaum revolusioner yang setia, yang dibesarkan dalam kondisi kerja bawah tanah, dan ini membentuk cara pandang mereka. Sehingga ketika situasi terbuka untuk kerja legal, mereka sulit beradaptasi dan menjadi penghambat. Ini menyebabkan konflik besar dalam partai.

Namun Lenin tidak bersedia menyerah. Peluang baru menuntut perubahan dalam pendekatan. Oleh karenanya, dia harus bertarung dengan para pengurus partai dan metode mereka. Sudah waktunya membuka Partai! Lenin tidak berbasa-basi:

“Kita membutuhkan kekuatan kaum muda. Saya akan menembak siapa pun yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang bisa direkrut. Ada banyak orang di Rusia; yang harus kita lakukan adalah merekrut anak-anak muda secara lebih luas dan lebih berani, lebih berani dan lebih luas, dan lagi lebih luas dan lagi lebih berani, tanpa takut pada mereka. Ini adalah masa perang. Kaum muda -- pelajar, dan terlebih lagi kaum buruh muda. Singkirkan semua kebiasaan lama tidak bergerak, menghormati pangkat, dan sebagainya. Bentuklah ratusan lingkaran pendukung Vperyod dari kalangan pemuda dan dorong mereka untuk bekerja dengan maksimal.”[15]

Lenin menuntut para pemimpin Bolshevik untuk pecah dari rutinitas lama dan mempersiapkan organisasi mereka untuk perang. Jika tidak, ada bahaya nyata peluang-peluang baru akan terbuang percuma. Sekali lagi Lenin menyerukan aksi:

“Kalian harus memastikan untuk mengorganisir, mengorganisir, dan mengorganisir ratusan lingkaran, dan sepenuhnya menyingkirkan kebodohan (hierarki) komite. Ini adalah masa perang. Entah kalian menciptakan organisasi perjuangan yang baru , muda, segar, energetik di mana pun untuk melakukan beragam kerja Sosial-Demokratik revolusioner di antara semua strata masyarakat, atau kalian akan tenggelam, dengan mengenakan aura birokrat ‘komite’.”[16]

Pendekatan rutinis pemimpin Bolshevik juga mencakup sikap mereka terhadap Soviet yang baru terbentuk pada saat Revolusi 1905. Soviet dibentuk secara spontan oleh kaum buruh dalam perjuangan mereka, yang berasal dari komite pemogokan yang diperluas. Soviet segera menjadi kekuasaan alternatif terhadap rezim Tsar lama.

Alih-alih menerima formasi kelas baru ini, beberapa pemimpin lama Bolshevik menganggap soviet sebagai pesaing Partai. Mereka mengambil pendekatan yang sepenuhnya sektarian. Lenin harus mengintervensi secara pribadi untuk memperbaiki kesalahan ini. Faktanya, Lenin menganggap Soviet sebagai “embrio pemerintahan buruh”[17], yang menunjukkan wawasannya yang jauh ke depan, dan ini dibuktikan dalam Revolusi 1917.

Pada 1905, Partai Buruh Sosial Demokrasi Rusia, yang terdiri dari faksi Menshevik dan Bolshevik, berubah menjadi partai massa. Ini menunjukkan potensi yang sangat besar selama revolusi, namun ini tidak bertahan lama.

Kekalahan Revolusi 1905 mengawali periode reaksi berdarah di Rusia. Gerakan mengalami kemunduran besar. Ini pada gilirannya menyebabkan banyak desersi dari Partai, terutama dari anggota-anggota borjuis-kecil yang tidak tahan pada tekanan. Suasana di dalam Partai sangat buruk dan kaum Bolshevik hanya tersisa segelintir saja.

Ada banyak masalah selama tahun-tahun reaksi ini. Lenin terpaksa memutuskan hubungan dengan orang-orang yang di satu sisi sudah menyerah pada perasaan putus asa dan bergeser ke ultrakiri-isme, seperti kaum Bolshevik yang bersikeras memboikot pemilihan Duma Negara lama setelah kekalahan Revolusi 1905, dan di sisi lain mereka yang ingin membubarkan partai seluruhnya (“kaum likuidator”).

Sekali lagi, Lenin harus meluncurkan perjuangan teoretis untuk melawan mereka yang berusaha merevisi prinsip-prinsip filosofis paling fundamental dari gerakan Marxis, termasuk materialisme itu sendiri. Pada periode inilah Lenin menulis Materialisme dan Empirio-Kritisme sebagai polemik melawan tren dalam gerakan Marxis Rusia yang berpaling dari materialisme dialektis dan mengarah ke jalan buntu filosofis idealisme subjektif.

Di bidang organisasi, ada upaya untuk menggabungkan faksi Menshevik dan Bolshevik setelah Revolusi 1905. Namun, perbedaan politik yang semakin besar menghalangi fusi ini. Kaum Menshevik mengandalkan kaum liberal sebagai kekuatan untuk memimpin revolusi, sedangkan kaum Bolshevik mengandalkan kaum buruh dan petani miskin. Akhirnya, mereka berpisah jalan, dan Partai Bolshevik secara resmi dibentuk pada April 1912.

Mempersenjatai kembali partai

Ada mitos yang diciptakan bahwa Lenin memerintah Partai Bolshevik dengan tangan besi, padahal sebenarnya tidak demikian. Sering kali Lenin berada dalam posisi minoritas, bahkan di dalam badan kepemimpinan. Otoritas Lenin tidak didasarkan pada tangan besi, namun pada otoritas politiknya, yang dibangun dengan pendekatan yang sabar.

Ketika Lenin dihadapkan pada Revolusi Februari pada 1917, taktik baru yang ia anjurkan hanya mendapat sedikit dukungan.

Revolusi telah menggulingkan Tsarisme dan telah membentuk Pemerintahan Provisional, yang terdiri dari perwakilan-perwakilan borjuis. Pada saat yang sama, kaum buruh Rusia mendirikan Soviet dalam skala yang bahkan lebih luas dibandingkan 1905. Para pemimpin Bolshevik di Rusia – terutama Kamenev dan Stalin – terbuai oleh revolusi dan sentimen 'persatuan' yang mendominasi pada masa-masa awal revolusi. Sebagai akibatnya, mereka mengambil sikap yang keliru terhadap Pemerintahan Provisional. Alih-alih menentang pemerintah, mereka memberinya 'dukungan kritis', termasuk dukungan mereka terhadap perang imperialis.

Lenin sangat marah. Saat masih berusaha meninggalkan Swiss menuju Rusia, ia menulis serangkaian artikel – Letters From Afar, yang menjadi dasar Tesis April yang terkenal itu – menentang Pemerintahan Provisional borjuis dan menyerukan revolusi baru.

Kaum Bolshevik telah lama dibesarkan dalam perspektif ‘kediktatoran demokratik proletariat dan tani', yang dihubungkan dengan gagasan untuk mengobarkan revolusi sosialis di Barat. Meskipun formulasi ini memandang revolusi yang akan datang sebagai revolusi borjuis untuk menyapu bersih sisa-sisa feodalisme dan mempersiapkan landasan bagi perkembangan kapitalis, kepemimpinan revolusi ini tidak akan jatuh ke tangan kaum borjuis, yang memainkan peran kontra-revolusioner, melainkan ke tangan buruh dan tani. Namun, formula ini mempunyai karakter aljabar di mana pertanyaan mengenai kelas mana yang akan memainkan peran utama dalam aliansi ini dibiarkan terbuka, sebagai ‘variabel yang tidak diketahui’.

Posisi Bolshevik sangat kontras dengan Menshevik, yang mengatakan bahwa revolusi mendatang akan bersifat borjuis dan oleh karena itu harus dipimpin oleh kaum borjuis. Kaum buruh, di mata mereka, hanya boleh memainkan peran pendukung.

Trotsky, sebaliknya, telah mengemukakan teori 'revolusi permanen' sebagai perspektif revolusi Rusia. Meskipun setuju dengan kaum Bolshevik bahwa kaum borjuasi adalah kontra-revolusioner, ia percaya bahwa satu-satunya kelas yang mampu memimpin revolusi adalah kelas buruh, yang didukung oleh kaum tani miskin. Namun, alih-alih mendirikan 'kediktatoran demokratik', Trotsky mengedepankan perspektif pendirian negara buruh yang pertama-tama akan menghapuskan feodalisme (yaitu tugas 'demokratik'), namun kemudian melanjutkan ke penuntasan tugas-tugas sosialis. Revolusi sosialis ini, pada gilirannya, akan memprovokasi revolusi di Barat, yang akan membantu kaum buruh Rusia. Ini memberikan karakter 'permanen' pada revolusi.

Posisi yang dikemukakan oleh Lenin pada April 1917 pada dasarnya identik dengan posisi Trotsky. Namun, posisi ini ditentang oleh para pemimpin 'Bolshevik tua', yang tetap berpegang pada formula ‘kediktatoran demokratik’.

Lenin terpaksa menggunakan seluruh otoritas politiknya untuk mengubah arah Partai. Dengan demikian, ia harus menghadapi kaum ‘Bolshevik tua’ yang menuduhnya “Trotskis”!

Menghadapi oportunisme para pemimpin Bolshevik, dan mengingat apa yang dipertaruhkan, Lenin meluncurkan pertempuran sengit:

“Saya lebih memilih perpecahan langsung dengan siapa pun di Partai kita, siapa pun itu, daripada memberikan konsesi pada patriotisme sosial Kerensky dkk., pada sosial-pasifisme dan Kautskyisme Chkheidze dkk.”[18]

Dia melanjutkan:

“Kaum buruh harus diberitahu kebenarannya. Kita harus mengatakan bahwa pemerintahan Guchkov-Milyukov dkk. adalah pemerintahan imperialis. ... semua kekuasaan negara [harus dialihkan] ke tangan kelas buruh, musuhnya kapital, musuhnya perang imperialis, dan hanya setelah itu mereka memiliki kekuatan untuk menyerukan penumbangan semua raja dan semua pemerintahan borjuis.”[19]

Dia kemudian mengalihkan perhatiannya pada 'kaum Bolshevik tua':

“Tetapi saat ini kita mendengar protes dari orang-orang yang menyebut diri mereka ‘Bolshevik tua’'. Bukankah kita selalu bersikukuh, kata mereka, bahwa revolusi borjuis-demokratik hanya dapat dituntaskan melalui ‘kediktatoran revolusioner-demokratik proletariat dan tani’? Apakah revolusi agraria, yang juga merupakan revolusi borjuis-demokratik, sudah tuntas? Sebaliknya, bukankah faktanya revolusi borjuis-demokratik bahkan belum dimulai?

“Jawaban saya: slogan dan gagasan Bolshevik secara keseluruhan telah dikonfirmasi oleh sejarah; namun secara konkret alur peristiwa berjalan dengan berbeda; alur peristiwa lebih orisinal, lebih unik, lebih beraneka ragam daripada yang diperkirakan siapa pun.

“Mengabaikan atau mengesampingkan fakta ini berarti mengikuti jejak ‘kaum Bolshevik tua’ yang lebih dari sekali telah memainkan peran yang sangat disesalkan dalam sejarah partai kita dengan mengulang-ulang secara bodoh formula-formula yang dipelajari dengan menghafal alih-alih mempelajari ciri-ciri spesifik dari realitas yang baru dan hidup...

“Orang yang sekarang hanya berbicara tentang ‘kediktatoran revolusioner-demokratik proletariat dan tani' sudah tertinggal oleh waktu, akibatnya, ia telah membelot ke borjuasi kecil melawan perjuangan kelas proletar; orang tersebut harus dimasukkan ke arsip barang-barang antik pra-revolusioner ‘Bolshevik’ (bisa disebut arsip ‘Bolshevik tua’) ...

“Untuk saat ini, sangatlah penting untuk memahami kebenaran yang tak-terbantahkan bahwa seorang Marxis harus mempertimbangkan kehidupan yang nyata, fakta-fakta realitas yang sesungguhnya, dan tidak berpegang teguh pada teori masa lalu, yang, seperti semua teori, paling banter hanya mengurai hal yang utama dan umum, hanya aproksimasi dari kehidupan dengan segala kompleksitasnya.

“Teori berwarna abu-abu, tetapi hijau adalah pohon kehidupan yang abadi.

“Menjawab persoalan ‘penuntasan’ revolusi borjuis dengan cara lama berarti mengorbankan Marxisme yang hidup.”[20]

Pada awal April 1917, Lenin benar-benar terisolasi dalam Partai Bolshevik ketika ia mengemukakan perspektif baru tentang revolusi sosialis. Pemimpin-pemimpin lama telah menjadi penghalang, seperti halnya para pengurus sebelumnya. Satu-satunya pemimpin yang mendukungnya adalah Kollontai. Yang lainnya menentang.

Namun dengan kekuatan argumen Lenin dan pengalaman kaum Bolshevik di lapangan, ia segera mampu memenangkan mayoritas partai dan mengarahkan jalan partai menuju Revolusi Oktober.

Tetapi, pada Oktober 1917, pada hari-hari sebelum pemberontakan, ia kembali lagi menghadapi oposisi dari dalam tubuh kepemimpinan, terutama dari Zinoviev dan Kamenev, yang telah menemaninya selama bertahun-tahun. Sekali lagi, ia harus menggunakan seluruh otoritas politiknya untuk menjamin keberhasilan pemberontakan.

Segalanya telah menyiapkan Lenin untuk momen revolusi. “Mereka berani!”, mengutip Rosa Luxemburg. Lenin telah mempraktikkan ide-ide Marxisme. Tidak ada lagi yang bisa dituntut dari kaum buruh Rusia. Mereka telah menyapu bersih kapitalisme dan pertuantanahan dan mendirikan Republik Soviet.

Internasionalisme

Bagi Lenin, Revolusi Oktober bukanlah tujuan akhir dalam dirinya dirinya, melainkan hanya tembakan pembuka bagi kelas buruh untuk merebut kekuasaan di seluruh dunia. Internasionalisme ini bukan karena alasan sentimental, namun muncul dari karakter internasional kapitalisme, yang telah meletakkan fondasi material bagi masyarakat tanpa kelas yang baru. Terutama, kapitalisme telah menciptakan kelas buruh internasional, yang misi historisnya adalah menjadi penggali kubur kapitalisme.

Di atas dasar yang kokoh inilah Lenin merumuskan posisi kelas yang prinsipil sehubungan dengan Perang Dunia Pertama pada 1914, ketika partai-partai Internasional Kedua tergopoh-gopoh mengantre untuk membela kelas kapitalis mereka sendiri. Dan perjuangan untuk mempertahankan panji internasionalisme proletar ini, yang mana Lenin adalah minoritas kecil, mencapai puncaknya dengan penggulingan kapitalisme di Rusia secara revolusioner pada 1917, dan pendirian Komunis Internasional sebagai partai revolusi sosialis sedunia pada 1919.

Lenin tidak pernah mendukung gagasan ‘sosialisme di satu negara’, seperti yang diajukan oleh kaum Stalinis beberapa tahun kemudian. Ini bertolak belakang dengan pandangannya mengenai revolusi dunia. Bagi Lenin, Revolusi Rusia tidak dimaksudkan untuk membangun 'sosialisme Rusia', yang merupakan omong kosong dalam kondisi terbelakang seperti itu. Kemenangan di Rusia, terciptanya benteng proletar, merupakan titik awal revolusi dunia. Bukan kebetulan Lenin menekankan bahwa tanpa revolusi di Barat, Revolusi Rusia pasti akan gagal.

Seperti yang dijelaskan Lenin sendiri pada 29 Juli 1918:

“Kita tidak pernah menyimpan ilusi bahwa kekuatan proletariat dan rakyat revolusioner di satu negara, betapa pun heroik dan betapa pun terorganisir serta disiplinnya mereka, dapat menggulingkan imperialisme internasional. Ini hanya dapat dicapai melalui upaya bersama kaum buruh seluruh dunia… Kita tidak pernah menipu diri sendiri dengan berpikir bahwa ini dapat dicapai lewat upaya satu negara saja. Kita tahu bahwa upaya kita pasti akan mengarah pada revolusi sedunia, dan bahwa perang yang dimulai oleh pemerintah imperialis tidak dapat dihentikan oleh upaya pemerintah imperialis itu sendiri. Ini hanya dapat dihentikan melalui upaya seluruh buruh; dan ketika kita berkuasa, tugas kita… adalah mempertahankan kekuasaan itu, obor sosialisme itu, sehingga kekuasaan itu bisa menyebarkan sebanyak mungkin percikan untuk menambah kobaran api revolusi sosialis.”[21]

Ide ini berulang kali diekspresikan oleh Lenin. Lenin sepenuhnya mengandalkan keberhasilan revolusi dunia dan berupaya mewujudkannya.

Namun, teori anti-Marxis tentang ‘sosialisme di satu negara’ menjadi landasan Stalinisme. Bahkan menerima teori anti-Marxis ini dijadikan syarat keanggotaan partai-partai komunis Stalinis.

Pada 1956, setelah Khrushchev mengekspos Stalin di Kongres ke-20, ada krisis mendalam di jajaran partai komunis. Ini kemudian memuncak dengan ditumpasnya Revolusi Hongaria oleh pasukan Rusia di akhir tahun yang sama. Semua yang telah diajarkan kepada anggota Partai Komunis dipertanyakan dan ada banyak diskusi tentang masa lalu partai dan signifikansi Revolusi Rusia.

Selama diskusi, ketika kutipan-kutipan Lenin diajukan untuk menentang teori sosialisme di satu negara, sejumlah pemimpin Partai Komunis begitu kebingungan sehingga mereka bahkan mempertanyakan keabsahan Revolusi Oktober.

“Saya tidak pernah bisa (meskipun saya terus mencoba) meyakinkan seorang Trotskis bahwa kutipan-kutipan ini membuktikan bahwa Lenin adalah seorang penjudi gila,” tulis Alison Macleod, yang bekerja untuk koran Daily Worker [koran Partai Komunis Inggris]. “Apa hak Lenin untuk menggulingkan Kerensky, jika merebut kekuasaan di Rusia saja tidak cukup? Hak apa yang dia punya untuk mempertaruhkan jutaan nyawa demi revolusi di Jerman, padahal dia tidak punya kuasa untuk mewujudkannya?”[22]

Benar-benar terguncang dan kecewa, Macleod meninggalkan Partai Komunis Inggris pada April 1957 setelah bekerja di Daily Worker selama belasan tahun, bersama ribuan orang lainnya. Dia dan banyak lainnya telah menerima pendidikan yang keliru dan dibohongi oleh Moskow. Akibatnya, banyak orang yang meninggalkan gerakan revolusioner.

Keyakinan Lenin akan keberhasilan revolusi di Jerman bukanlah pertaruhan sia-sia, seperti yang diklaim Macleod. Faktanya, peluang kemenangan Revolusi Jerman 1923 sangatlah tinggi. Bagaimanapun juga, Partai Komunis Jerman (KPD) adalah Partai Komunis yang paling kuat di luar Uni Soviet dan krisis pada musim panas 1923 telah menghasilkan situasi yang revolusioner. Massa bergerak ke KPD untuk mencari jalan keluar.

Sayangnya, para pemimpin KPD tidak sanggup memenuhi tugas tersebut. Ketika mereka ke Moskow untuk meminta nasihat, Lenin sudah lumpuh karena penyakit stroke yang dideritanya dan Trotsky sedang tidak ada di tempat. Yang menasihati mereka adalah Stalin dan Zinoviev, yang mendesak mereka untuk menahan diri ketika kaum Komunis Jerman seharusnya bersiap untuk merebut kekuasaan. Akibatnya, peluang tersebut terbuang sia-sia, dengan konsekuensi yang buruk.

Kemenangan revolusi Jerman akan mengubah alur sejarah dunia sepenuhnya. Ini akan mematahkan keterisolasian Uni Soviet dan memicu krisis revolusioner yang masif di Eropa. Namun, kekalahannya mengakibatkan kekecewaan yang pahit, terutama di Rusia, yang memperkuat birokrasi Soviet, yang kemudian menjadi landasan bagi Stalinisme. Stalinisme, sebagai konsekuensinya, menjadi penghalang besar bagi revolusi dunia, dan membuka jalan bagi kemenangan Hitler dengan teori ‘fasisme sosial’ mereka yang memecah belah kelas buruh Jerman. Ini kemudian membawa dunia ke kengerian Perang Dunia Kedua.

Ini bukanlah sesuatu yang sudah ditakdirkan. Kemenangan revolusi di Jerman akan mampu menghentikan perkembangan tersebut. Namun yang kurang di Jerman bukanlah Partai Komunis massa, yang sudah ada, melainkan pemimpin seperti Lenin dan Trotsky.

Tidak seperti para pemimpin Stalinis, Lenin memiliki keyakinan besar terhadap kelas buruh dan kemampuannya untuk menggulingkan kapitalisme di seluruh dunia. Namun yang dibutuhkan adalah kepemimpinan revolusioner yang sejati untuk memandu perjuangan mencapai kesimpulan yang logis. Itulah keseluruhan pelajaran dari Bolshevisme.

Membela Lenin

Bukan hanya kepentingan kaum kapitalis, tetapi juga kepentingan kaum Stalinis demi alasan mereka sendiri, untuk menyamakan panji bersih Lenin dengan rezim Stalin yang berlumuran darah. Tidak ada kekejian yang lebih besar lagi.

Terlepas dari perannya yang krusial, Lenin adalah orang yang sangat sederhana, tidak seperti karikatur sempurna yang disajikan oleh kaum Stalinis. Dia terus terang mengakui kesalahannya supaya dapat belajar darinya. Berkali-kali setelah Revolusi Oktober dia melihat ke belakang dan menertawakan kesalahan dan “kebodohan” yang mereka buat. Meskipun demikian, Lenin membuat lebih sedikit kesalahan dibandingkan kebanyakan orang dan mampu memperbaikinya. Ini meningkatkan otoritasnya. Dia tidak takut pada kebenaran, bagaimanapun situasinya, dan di sinilah terletak kekuatannya.

Lenin tidak lahir dalam bentuk sempurna, seperti Athena dari dahi Zeus, sebagaimana digambarkan oleh kaum Stalinis selama bertahun-tahun. Dalam skema yang keliru ini, tidak ada ruang untuk perkembangan ide atau bahkan kesalahan. Lenin digambarkan sebagai idealisasi yang terpisah dari kenyataan. Kaum Stalinis membutuhkan sosok seperti itu sebagai kedok untuk menjamin infalibilitas mereka. Mereka dengan sinis mengubah Lenin menjadi ikon yang tidak berarti. Tapi ini adalah gambaran yang sepenuhnya salah. Lenin jauh dari itu.

Kenyataannya, Lenin mengembangkan dirinya. Dia terus-menerus memperluas wawasannya, belajar dari orang lain, dan setiap hari mengangkat dirinya ke tingkat yang lebih tinggi. Dia menaklukkan ide-ide Marxisme dan memperkaya pemahamannya di setiap langkah. Ini memberi Lenin pendidikan yang tiada duanya. Ini memberinya keyakinan dan kepastian.

Seluruh hidupnya didedikasikan untuk perjuangan Marxisme dan pembangunan partai revolusioner. Tahun-tahun terakhirnya adalah perjuangan melawan penyakit stroke dan melawan cengkeraman birokrasi Soviet, yang mengancam degenerasi revolusi dan juga bahaya restorasi kapitalis.

Perjuangan ini terkait langsung dengan pembelaan terhadap prinsip-prinsip dasar Marxisme, yang telah diperjuangkan Lenin sepanjang hidupnya. Stalin dan konco-konconya memiliki sikap sauvinis terhadap masalah kebangsaan, khususnya yang berkaitan dengan Georgia, dan inilah yang membuat Lenin sadar akan ancaman besar degenerasi politik di kalangan petinggi Partai Bolshevik sendiri.

Peringatan seratus tahun kematian Lenin memberi kita kesempatan untuk merefleksikan kehidupan dan kontribusinya yang luar biasa, dan menimba ilmu darinya. Ini akan memungkinkan kita untuk menemukan Lenin yang sesungguhnya dan ide-idenya. Bukan untuk alasan akademis, namun untuk mempersiapkan diri menghadapi peristiwa besar yang ada di depan kita.

Saat ini, kita masih dihadapkan pada pilihan antara sosialisme atau barbarisme. Mengingat kebangkrutan organisasi-organisasi massa reformis, krisis yang dihadapi umat manusia dapat direduksi menjadi krisis kepemimpinan revolusioner secara internasional. Internasional kita, yang mendasarkan dirinya pada ide-ide Lenin dan guru-guru besar Marxis lainnya, sedang membangun kekuatan internasional untuk menyelesaikan krisis ini.

Mempelajari Lenin saat ini, di tengah krisis dunia, menawarkan pengalaman konkret yang paling berharga dalam menyelesaikan problem-problem yang dihadapi kelas buruh di era perang dan revolusi.

Bagi kami, gagasan Lenin adalah pedoman terbaik untuk revolusi dunia. Namun bagi banyak orang, bahkan bagi mereka yang dianggap 'kiri', mereka tidak memahami gagasan Lenin sama sekali. Kita tidak perlu menggubris kaum skeptis dan sinis ini, yang menganggap Lenin 'ketinggalan jaman'.

Partai-partai Komunis di bawah Stalinisme mengalami degenerasi total. Mereka sudah lama meninggalkan ide-ide Lenin dan Bolshevisme dan malah mengadopsi pandangan reformis.

Para mantan Stalinis kini bergabung dengan kampanye para sejarawan borjuis untuk menghitamkan nama Bolshevisme. Ya, mereka bisa mengecam Lenin, mereka bisa merobohkan patung-patung, mereka bisa menjarah aset-aset negara, tapi ada satu hal yang tidak bisa mereka lakukan: mereka tidak akan pernah bisa membunuh ide yang waktunya sudah tiba. Fakta inilah yang menghantui mereka dan memberi mereka mimpi buruk.

Dengan meningkatnya minat terhadap Lenin dan revolusi, ada baiknya mengulangi kata-kata Lenin sendiri pada 6 Maret 1919:

“Mereka tampaknya sangat takut bahwa sepuluh atau selusin Bolshevik akan menginfeksi seluruh dunia. Namun kita, tentu saja, tahu bahwa ketakutan ini konyol – karena mereka telah menginfeksi seluruh dunia…”[23]

Dengan ini, kita mesti mendedikasikan diri untuk membangun kembali kekuatan revolusi sosialis yang sejati pada tingkatan yang lebih tinggi. Ini berarti membela ide-ide Lenin dan segera membangun kekuatan revolusioner sejati. Itulah tugas penting kita yang urgen, 100 tahun setelah kematian Lenin.

 

[1] R Luxemburg, The Russian Revolution, Workers Age Publishers, 1940, hal. 12

[2] A Read, The World on Fire, W. W. Norton & Co, 2008, hal. 5-6

[3] R Pipes, The Russian Revolution, Vintage, 1991, hal. 349

[4] O Figes, A People's Tragedy, Pimlico, 1997, hal. 391

[5] ibid. hal. 824

[6]VI Lenin, “Tiga Sumber dan Tiga Komponen Marxisme”, Koleksi Karya Lenin , Vol. 19, Kemajuan Penerbit, 1973, hal 21

[7] V I Lenin, “Left-Wing Communism, an infantile disorder”, Lenin Collected Works, Vol. 31, Progress Publishers, 1966, hal. 22

[8] ibid. hal. 24

[9] ibid. hal. 25-26

[10] V I Lenin, What is to be done?, Wellred Books, 2018, hal. 26

[11] V I Lenin, “Certain Features of the Historical Development of Marxism”, Lenin Collected Works, Vol. 17, Progress Publishers, 1974, hal. 43

[12] V I Lenin, “Letter to Comrades”, Lenin Collected Works, Vol. 26, Progress Publishers, 1972, hal. 214

[13] V I Lenin, “‘Left Wing’ Communism: an Infantile Disorder”, The Classics of Marxism, Vol. 2, Wellred Books, 2015, hal. 187

[14] L Trotsky, On Lenin, George G.Harrap & Co, 1971, hal. 193-194

[15] V I Lenin, “A Letter to Bogdanov and S.I. Gusev”, Lenin Collected Works, Vol. 8, Progress Publishers, 1977, hal. 143-145

[16] ibid. hal. 146

[17] V I Lenin, “The First Stage of the First Revolution”, Lenin Collected Works, Vol. 23, Progress Publishers, 1964, hal. 304

[18] V I Lenin, “Letter to J.S. Hanecki”, Lenin Collected Works, Vol. 35, Progress Publishers, 1973, hal. 310

[19] ibid. hal. 312

[20] V I Lenin,  “Letters on tactics”, Lenin Collected Works, Vol. 24, Progress Publishers, 1974, hal. 44-45

[21] V I Lenin, “Speech at a joint session of the All-Russia Central Executive Committee, the Moscow Soviet, Factory Committees and Trade Unions of Moscow”, Lenin Collected Works, Vol. 28, Progress Publishers, 1965, hal. 24-25

[22] A Macleod, The Death of Uncle Joe, Merlin Press, 1997, hal. 212, emphasis added.

[23] V I Lenin, “Founding of the Communist International”, Lenin Collected Works, Vol. 28, Progress Publishers, 1965, hal. 481