Pada bulan April 1917, yakni 97 tahun yang lalu, Lenin menerbitkan Tesis April-nya yang terkenal itu. Tesis ini memberikan gambaran bagaimana tugas-tugas selanjutnya dari partai Bolshevik pada periode revolusi sebagai “…sebuah minoritas kecil, [yang] berhadapan dengan sebuah blok dari seluruh elemen oportunis borjuis kecil, para Sosialis Populer dan Sosialis Revolusioner…yang telah menyerah pada pengaruh kaum borjuis dan menyebarkan pengaruh tersebut di antara kaum proletar.”[1] Tesis ini memperoleh pembenarannya pada bulan-bulan selanjutnya pada tahun 1917, tepatnya pada Oktober 1917, ketika soviet-soviet buruh, tani dan prajurit mengambil alih kekuasaan dari tangan Pemerintahan Sementara.
Lenin sangat paham akan dinamika revolusi Rusia. Ia memahaminya seperti seorang dokter bedah mendeteksi sebuah kelahiran masyarakat baru. Revolusi-revolusi yang sebelumnya telah pecah mengambil karakternya yang borjuis karena “…disebabkan kurangnya kesadaran-kelas dan organisasi kaum proletariat[…]”,[2] Untuk itu Lenin yang paham akan hal ini memperingatkan kepada rekan-rekan separtainya, dengan nada yang kurang lebih demikian: ‘bila borjuis Jerman tiba terlambat ke panggung sejarah, Rusia tiba kemudian, maka tidak seharusnya kita kaum revolusioner Rusia terlambat di belakang kesadaran proletariat’.
Lenin memahami bahwa tugas proletariat di masa mendatang adalah tugas-tugas demokratik, yakni; menghapus sisa-sisa feodalisme, pembagian tanah bagi tani penggarap, pembentukan negara demokratis. Akan tetapi, karena satu-satunya kelas yang bisa memenuhi tugas-tugas tersebut adalah kelas proletariat, maka segera setelah proletariat mencapai tugas ini, ia tidak akan berhenti pada tugas-tugas tersebut. Karena karakter proletariat yang terkonsentrasi di dalam produksi, maka proletariat akan segera melangkah pada tugas-tugas sosialis, yaitu menyita dan mengambil alih properti borjuis. Bukan menegasikan seperti anggapan kawan-kawan Kiri kita, namun revolusi ini berjalan terus tanpa berhenti pada tahapan demokratik; permanen dan tak terinterupsi.
Kaum revolusioner Rusia sebelumnya sangat paham akan keterbelakangan Rusia di bawah otokrasi Tsar yang telah “…merampas ‘hasil produksi yang penting’ dari petani, merampas sumber penghidupannya, memaksa petani untuk mengungsi dari tanah mereka – dan oleh karena itu, menghambat pertumbuhan populasi dan perkembangan kekuatan-kekuatan produksi.” [3] Oleh karenanya perdebatan mengenai keterbelakangan Rusia serta bagaimana perjuangan ini mengambil bentuknya tercermin di dalam perjuangan internal partai Bolshevik dan juga antar berbagai partai di dalam gerakan revolusioner Rusia. Bila Rusia Tsar begitu terbelakang, apa prospek sosialisme? Apa tahapan selanjutnya di dalam masyarakat Rusia dan kelas mana yang bisa memimpin masyarakat Rusia untuk keluar dari keterbelakangan tersebut?
Berkali-kali proletariat Rusia melangkah ke panggung sejarah. Kali ini, pada Oktober tahun 1917, mereka mencampakkan mereka-mereka yang sinis, melangkah dengan berani mengambil kepemimpinan atas masyarakat. Hanya kaum revolusioner picik seperti ‘bangkai berbau busuklah’ yang terlempar dari sejarah perjuangan proletariat, sementara kaum Bolshevik mampu merasakan denyut nadi proletariat Rusia kala itu. Tentu saja di balik itu semua, sebuah peran besar pemikiran Lenin melalui perjuangan internal partai yang sengit mampu mengubah jalannya peristiwa. Hal itu ditandai dengan salah satu dokumen Tesis April-nya yang terkenal.
Tidak banyak diketahui bahwa pada saat itu mayoritas kepemimpinan Bolshevik memberikan dukungan mereka kepada Pemerintahan Provisional yang dipimpin oleh kaum borjuasi liberal, dan tidak punya perspektif melangkah lebih jauh. Mereka percaya bahwa tahapan selanjutnya adalah tahapan demokratis, di mana kepemimpinan ada di tangan kaum borjuasi dan kaum proletar cukup menjadi oposisi saja di dalam pemerintahan demokratis ini. Sementara Lenin dengan Tesis Aprilnya mengatakan bahwa kaum proletariat harus merebut kekuasaan lewat soviet-sovietnya, bahwa tidak boleh ada kepercayaan sama sekali kepada Pemerintahan Provisional dan kaum borjuasi liberal.
“Oh! Tidak! Lenin membuat dirinya sebagai Tsar yang baru”. Begitulah para tukang nyinyir, bebal yang tidak memahami satu pun permasalahan Uni Soviet. Kita menafikan perkataan orang tersebut dan kembali pada permasalahan yang merudung Uni Soviet kala itu.
Pembangunan sosialisme di sebuah negeri terbelakang adalah hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, bahkan oleh kaum Bolshevik sendiri. Namun kaum Marxis tidak mengingkari bahwa kaum buruh bisa mengambil kekuasaan terlebih dahulu di negeri terbelakang seperti di Rusia. Mata rantai putus pada sambungannya yang paling lemah; Revolusi Rusia akan menjadi prolog bagi revolusi Eropa. Inilah ekspresi pemahaman dialektika materialis akan hubungan-hubungan kekuatan di Eropa yang sangat di pahami oleh Marx, Engels, Lenin, dan Trotsky. Tanpa pemahaman demikian sangatlah sulit membayangkan keberhasilan Revolusi Oktober.
Tesis April mempertahankan keteguhan posisi ini. Melalui Tesis April-nya, Lenin telah memenangkan ide, tidak hanya di jajaran partai Bolshevik, namun juga di lapisan massa terbelakang Rusia. Bukan Lenin yang menjadi penguasa dan membuat dirinya sebagai Tsar yang baru. Namun, kaum buruhlah yang berkuasa yang termanifestasikan di dalam diri Lenin dan Bolshevik.
[1] Lenin, Tugas-Tugas Proletariat Dalam Revolusi Sekarang ini, Pravda, No. 26, 7 April 1917
[2] Ibid
[3] Trotsky, Hasil dan Prospek, hal. 2