Skip to content
Sosialis Revolusioner
Menu
  • Berita
  • Analisa
    • Gerakan Buruh
    • Agraria & Tani
    • Gerakan Perempuan
    • Gerakan Mahasiswa
    • Ekonomi
    • Politik
    • Pemilu
    • Hukum & Demokrasi
    • Imperialisme & Kebangsaan
    • Krisis Iklim
    • Lain-lain
  • Teori
    • Sejarah
      • Revolusi Oktober
      • Uni Soviet
      • Revolusi Indonesia
      • Lain-lain
    • Sosialisme
    • Materialisme Historis
    • Materialisme Dialektika
    • Ekonomi
    • Pembebasan Perempuan
    • Organisasi Revolusioner
    • Iptek, Seni, dan Budaya
    • Lenin & Trotsky
    • Marxisme vs Anarkisme
  • Internasional
    • Asia
    • Afrika
    • Amerika Latin
    • Amerika Utara
    • Eropa
    • Timur Tengah
  • Perspektif Revolusi
  • Program
  • Pendidikan
  • Bergabung
Menu

Amerika Serikat: Makna Kemenangan Zohran Mamdani

Dipublikasi 9 November 2025 | Oleh : Moses Kabelen

Zohran Mamdani terpilih sebagai wali kota New York. Ini merupakan salah satu hasil pemilu paling mengejutkan dalam sejarah Amerika Serikat di mana seorang kandidat sosialis memenangkan hati jutaan pemilih. Tetapi ini bukanlah fenomena kebetulan. Ada gelombang anti-kemapanan yang mendominasi lanskap politik AS. Gelombang ini membawa polarisasi tajam ke kanan dan ke kiri dalam sejarah AS selama dekade terakhir. Bila sebelumnya polarisasi ini secara terdistorsi membawa kemenangan demagog kanan Trump, kali ini ia mengarah pada seseorang yang menyebut dirinya “sosialis demokrat”. 

Sembilan bulan yang lalu, Zohran sama sekali hampir tidak dikenal. Dalam jajak pendapat ia hanya memperoleh 1%. Namun seruannya untuk membekukan biaya sewa apartemen, transportasi gratis, kenaikan pajak untuk orang kaya, layanan penitipan anak yang terjangkau, serta oposisinya terhadap perang genosida di Gaza dengan cepat menarik dukungan massa luas. Dia mengumpulkan 42.000 sukarelawan yang mendorongnya meraih kemenangan telak dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat atas Andrew Cuomo, kandidat favorit kepemimpinan Partai Demokrat.

Sejak saat itu basis relawannya terus membengkak menjadi 104.000 orang. Secara kolektif mereka mengetuk 3 juta pintu rumah dan menelpon 4,4 juta warga New York selama kampanye. Cabang New York dari Democratic Socialist of America (DSA) – yang memiliki sekitar 10.000 anggota di kota ini – menjadi tulang punggung basis relawan ini.

Semua ini kontras dengan kampanye Cuomo yang didukung jutaan dolar oleh donatur kaya. Di belakangnya ada super miliarder, termasuk Bill Ackman, pendukung Trump, serta Mike Bloomberg. Kampanye Cuomo sendiri menghabiskan $40 juta, termasuk iklan-iklan televisi dan radio yang tak henti-hentinya menggelegar. Ia juga didukung oleh para petinggi Partai Demokrat, termasuk Bill Clinton dan anggota Kongres Carolina Selatan Jim Clyburn.

Tetapi pada akhirnya jutaan pekerja yang marah terhadap krisis biaya hidup dan kesenjangan kekayaan yang menjijikkan itu, serta pembantaian di Gaza yang didukung AS, merekalah yang menentukan kemenangan ini. Dengan kata lain, gelombang ketidakpuasan anti-kemapananlah yang menjadi latar belakang kemenangan ini.

Ini bukan pertama kalinya seorang “sosialis” dengan tiket Partai Demokrat berlaga. Pada 2015 kita telah menyaksikan fenomena yang serupa. Saat itu, Bernie Sanders memulai kampanye presiden pertamanya dengan ide-ide yang sama melawan Trump. Kampanyenya menarik jutaan rakyat yang muak dengan status quo, sebelum akhirnya Bernie Sanders mengkhianati pemilihnya dengan memberikan dukungannya kepada Hillary Clinton. Gelombang kemuakan ini kemudian berhasil dieksploitasi Trump.

Namun di bawah Trump, tidak ada perubahan fundamental dalam kehidupan rakyat pekerja. Mereka masih menanggung biaya hidup yang semakin meningkat sementara lapangan pekerjaan semakin berkurang. Ini menyiapkan ayunan ke kiri, yang kini termanifestasikan dalam kemenangan Zohran. Program-programnya menyentuh akar permasalahan rakyat, yakni biaya hidup tinggi di kota New York.

Selain itu label “sosialis demokratik” menjadi komponen utama kesuksesannya. Sebuah jajak pendapat CNN mengungkapkan bahwa 85 persen dari sekitar satu juta pemilih Zohran menganggap diri mereka “sosialis demokratik”. Secara keseluruhan 25% pemilih New York mengidentifikasi diri mereka dengan label ini. Ini menyusul jajak pendapat pada bulan September yang menemukan 74% calon pemilih Demokrat di seluruh negeri menganggap sosialisme demokratik sebagai istilah yang paling mendekati pandangan politik mereka.

Seperti perspektif yang kami katakan sebelumnya, bahwa kelas pekerja AS jauh dari reaksioner, dan mereka tidak sedang bergeser ke kanan apalagi ke fasisme. Sebaliknya, kelas pekerja AS terdorong oleh krisis untuk mendukung politisi yang berani melawan status quo. Meningkatnya daya tarik politisi anti-status-quo entah dari kanan atau kiri hanyalah cerminan terdistorsi dari usaha kelas pekerja untuk mencari solusi atas problem-problem yang mereka hadapi. Ini hanya mengungkapkan betapa dalam krisis kapitalisme dan polarisasi kesadaran kelas pekerja AS.

Segera setelah berita kemenangannya tersiar, ada perayaan besar di antara rakyat pekerja atas kemenangan Zohran. DSA New York meluncurkan poster yang menyatakan “sosialisme menang”. Tidak diragukan lagi kemenangan Zohran merupakan kemenangan simbolis melawan kapitalisme dan zionisme.

Namun kita tidak boleh berpuas diri. Selama tuas-tuas ekonomi dan politik masih di bawah kendali segelintir mereka yang kaya, kebijakan-kebijakan Zohran akan menemui perlawanan dari pemilik modal. Ini sudah terlihat sejak ia memenangkan pemilihan pendahuluan di bulan Juni. Kapitalis telah mengancam akan melakukan aksi mogok modal (capital strike) terhadap New York yang dipimpin Zohran. Juga Trump telah mengancam akan menahan dana federal bagi kota itu — sebuah langkah balasan politik yang khas darinya. Di sisi lain, Gubernur New York dari Partai Demokrat, Kathy Hochul, terus menegaskan penolakannya terhadap pajak baru untuk kaum kaya. Sementara itu, pers borjuis telah menerbitkan ratusan artikel memfitnah dan menyerang Zohran.

Meskipun Cuomo sendiri telah dikalahkan, tetapi ratusan birokrat dan pejabat pemerintah kota tetap bertahan di pos mereka. Mereka tidak akan tunduk begitu saja pada Zohran. Tuan mereka adalah kapitalis dan mereka akan membela kepentingan ini sekuat tenaga.

Terlepas niat baik Zohran yang ingin mengakhiri penderitaan kelas pekerja, ini saja tidak cukup. Kita tidak kekurangan politisi liberal yang memiliki program muluk-muluk di atas kertas yang juga berbicara banyak mengenai memperbaiki kondisi rakyat. Tetapi selama sistem kapitalisme masih berdiri, maka program-program untuk menyejahterakan rakyat menjadi utopis. Pada akhirnya sistem tersebut melayani siapa? Kelas pekerja atau kapitalis?

Kapitalisme adalah sistem ekonomi dan politik di mana segelintir orang menguasai alat-alat produksi yang menentukan hajat hidup orang banyak. Sistem ini perlu digulingkan dan diganti dengan kekuasaan kelas pekerja. Itu artinya alat-alat produksi ini tidak lagi tunduk melayani kelas kapitalis untuk memeras profit, melainkan tunduk pada supremasi kelas pekerja.

Ketika media borjuis dengan jujur mengatakan bahwa populis kiri dan kanan akan sulit mewujudkan programnya di era sekarang, ini mengandung elemen kebenaran. Mustahil mengelola krisis kapitalisme hari ini. Cepat atau lambat mereka akan mematuhi dikte dari kapitalisme yang sedang krisis. Alih-alih reforma, yang kita saksikan adalah kontra reforma.

Satu-satunya cara terbaik berjuang untuk reforma-reforma yang serius adalah berjuang untuk revolusi, dan bukan mengubah dari dalam. Dalam sejarah tidak ada reforma serius yang dicapai dengan mengemis dan memohon pada penguasa. Di mana pun perjuangan untuk mencapai reforma yang serius adalah melalui revolusi. Hanya dengan mengambil alih alat-alat produksi ini—bank-bank dan pabrik-pabrik besar—di bawah kendali dan kontrol kelas pekerja maka kita bisa menyelesaikan krisis biaya hidup serta memberikan perumahan murah bagi kelas pekerja.

Alkitab mengatakan “mustahil melayani dua tuan”. Zohran tidak bisa bersandar pada Partai Demokrat untuk mewujudkan reformanya. Partai Demokrat adalah partainya kelas kapitalis dan selamanya akan berdiri di pihak bisnis besar dan bukan pekerja. Anda tidak bisa mengubah dan menceramahi harimau untuk makan rumput. Pendahulu sosialisme utopis, Robert Owen, sudah mencoba melakukan ini dan dia gagal total, seperti halnya semua orang yang menirunya setelah itu. Tidak! Zohran harus bersandar pada kelas pekerja yang menjadi pemilih dan pendukungnya. Semua ini hanya bisa dicapai dengan pecah dengan Partai Demokrat dan membangun partai buruh massa AS yang sepenuhnya independen dari Partai Demokrat.

Zohran memiliki semua potensi ini. Ia didukung jutaan relawan yang menginginkan perlawanan serius terhadap bisnis besar dan miliarder. Dengan satu video Instagram saja, ia dapat mengajak 100.000 relawan dan lima juta pengikutnya untuk membentuk partai politik massa kelas pekerja yang baru—suatu yang absen dalam lanskap politik AS. Partai semacam ini bukan sekedar kendaraan elektoral, tetapi partai yang mengorganisir perlawanan serius kelas pekerja dan kaum muda terhadap kapitalisme.

Memutus hubungan dengan Partai Demokrat dan berjuang untuk kebijakan kelas independen dengan membangun partai massa pekerja akan menarik dukungan dari jutaan rakyat pekerja AS. Bila Zohran tetap menempuh kolaborasi kelas dengan terus berada dalam Partai Demokrat, terlepas dari niat baiknya, maka ia mau tidak mau akan mengkhianati basis pemilihnya sendiri. Jika semua ini terjadi, maka media borjuis akan menyoroti kegagalannya sebagai kegagalan tak terelakkan dari “sosialisme”. Ini akan menodai panji sosialisme dan membuat jutaan pendukungnya bisa berayun lagi ke pelukan demagog sayap kanan.

Ada kemarahan terhadap status quo. Hasil pemilu di New York adalah salah satu indikasi dari pergeseran kesadaran kelas pekerja ke kiri. Zohran sendiri mengatakan bahwa kemarahan ini tidak hanya dirasakan di New York melainkan di seluruh penjuru negeri.

“Saya pikir pada akhirnya ini adalah kampanye tentang ketimpangan, dan Anda tidak harus tinggal di kota termahal di negara ini untuk mengalami ketimpangan tersebut, karena ini adalah isu nasional. Dan yang dicari oleh warga Amerika dari seluruh penjuru negeri adalah orang-orang yang akan memperjuangkan mereka, tidak hanya meyakini hal-hal yang selaras dengan kehidupan mereka, tetapi benar-benar memperjuangkan dan mewujudkan hal-hal tersebut,” ujarnya.

Hari ini banyak rakyat pekerja yang mendukung Zohran, tidak hanya di New York, tetapi juga di seluruh AS dan bahkan di banyak negara lainnya. Kami akan terus berdiskusi dengan mereka untuk menunjukkan bagaimana caranya gerakan “Sosialisme Demokratik” ini dapat sungguh-sungguh berhasil. Gerakan Zohran ini hanya bisa berhasil bila gerakan ini dengan serius memajukan asas-asas fundamental sosialisme, yakni kepemilikan bersama atas tuas-tuas utama ekonomi. Di New York-lah kita temui singgasana kapitalis finans, yaitu Bursa Saham New York dengan kekayaan 28,3 triliun dolar AS. Ini semua adalah hasil keringat rakyat pekerja AS yang dikuasai segelintir kapitalis. Dengan kekayaan ini, bila diletakkan di tangan kelas pekerja, kita bisa mewujudkan semua program kampanye Zohran tidak hanya untuk warga New York tetapi untuk seluruh rakyat pekerja AS.

Rakyat pekerja AS sedang belajar dari pengalaman gerakan Zohran ini. Dan mereka akan belajar banyak selama kaum sosialis berani terus mewartakan kebenaran, bahwa tanpa menggulingkan kapitalisme mustahil merealisasikan program kampanye Zohran.

Ingin menghancurkan kapitalisme ?
Teorganisirlah sekarang !


    Dokumen Perspektif

    Perspektif Dunia 2025: Dunia Terjungkir Balik – Sistem Kapitalisme dalam Krisis
    Perspektif Politik 2025: Bersiap Untuk Revolusi
    srilanka
    Manifesto Sosialis Revolusioner
    myanmar protest
    Perspektif Revolusi Indonesia: Tugas-tugas kita ke depan
    ©2025 Sosialis Revolusioner | Design: Newspaperly WordPress Theme