Sekitar jam 1 pagi (3 Desember 2007), setelah menunggu lama, Komisi Elektoral Nasional Venezuela mengumumkan hasil referendum perubahan konstitusi. Proposal untuk merubah konstitusi Venezuela ditolak dengan hasil yang sangat tipis, 4.504.354 suara menolak (50.70%) dan 4.379.392 (49.29%) mendukung. Setelah pengumuman hasil tersebut, presiden Chavez segera tampil di televisi untuk menerima hasil referendum tersebut. Dia mengatakan bahwa proposal perubahan konstitusi untuk “saat ini” belum diterima, tetapi dia akan tetap melanjutkan perjuangannya untuk membangun sosialisme.
Seperti yang diperkirakan, hasil ini disambut dengan kegembiraan oleh kelompok oposisi sayap kanan dan semua kekuatan reaksioner. Untuk pertama kalinya di dalam hampir satu dekade, mereka menang. Di area-area kelas menengah yang kaya di Caracas, terlihat luapan kegembiraan. “Akhirnya kita telah menunjukkan bahwa Chavez dapat dikalahkan! Akhirnya arus menuju komunisme telah dihentikan! Akhirnya kita telah memberikan sebuah pelajaran kepada rakyat jelata tersebut!”
Kegembiraan para kaum reaksioner ini adalah prematur dan berlebih-lebihan. Melihat hasil referendum ini secara sekilas menunjukkan bahwa kekuatan oposisi hampir sama sekali tidak meningkat. Bila kita bandingkan hasil ini (setelah 88% suara telah terhitung) dengan hasil pemilihan presiden tahun 2006, suara kelompok oposisi hanya meningkat sekitar 100 ribu, tetapi Chavez kehilangan 2.8 juta suara. Suara ini tidak pergi ke suara oposisi, tetapi adalah suara absen. Ini berarti bahwa dukungan terhadap kekuatan konter-revolusi belum meningkat secara substansial semenjak satu tahun yang lalu.
Bagaimana kaum borjuis “menginformasikan” opini publik
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil ini. Kelas borjuis memiliki instrumen-instrumen yang kuat guna membentuk opini publik. Mereka mengorganisir sebuah mobilisasi media dengan kampanye histeris yang penuh dengan kebohongan dan fitnah terhadap Chavez, Revolusi Bolivarian, dan sosialisme. Kampanye yang tujuannya menakut-nakuti ini mempengaruhi bagian populasi yang lebih terbelakang.
Tekanan kelas borjuis sangatlah kuat. Gereja Katolik, yang dipimpin oleh Konferensi Episcopal yang reaksioner, mengkhotbahi pengikutnya untuk menentang Chavez dan “komunisme yang tidak bertuhan”. Ada iklan 2-halaman di koran Ultimas Noticias, salah satu koran terkemuka di Venezuela dan yang banyak dibaca oleh kaum Bolivarian. Iklan tersebut mengklaim bahwa negara akan mengambil anak-anak anda dari keluarga anda, dan anak-anak tersebut akan menjadi milik negara dan kebebasan beragama akan dihapus.
Di negara bagian Carabobo, koran regional Notitarde mempublikasikan sebuah head-line di halaman depan pada hari referendum yang mengatakan, “Hari ini anda memilih dan pilihan itu akan menjadi pilihan seumur hidup” dan di bawahnya terpampang sebuah foto toko daging yang kosong dengan bendera Kuba dan foto Castro dengan tulisan “inilah gambaran negara sosialis Kuba sekarang”.
Ini membeberkan kemunafikan kampanye di media internasional yang mengatakan bahwa “tidak ada kebebasan pers di Venezuela sekarang”. Kampanye yang berisik ini mencapai puncaknya beberapa bulan yang lalu saat pemerintah tidak memperbarui ijin siar RCTV, sebuah stasiun TV sayap kanan yang merupakan sarang konspirator konter-revolusi yang memainkan peran kunci di dalam kudeta April 2002.
Masalahnya adalah bukan bahwa Revolusi ini telah membatasi hak-hak demokratis kaum oposisi dan menginjak-injak “kebebasan pres”. Masalahnya adalah bahwa Revolusi ini terlalu baik terhadap lawannya, terlalu toleran, terlalu sabar, terlalu gentleman. Revolusi ini masih meninggalkan terlalu banyak kekuasaan di tangan oligarki dan agen-agennya. Revolusi ini masih menaruh sebuah senjata di tangan kaum oposisi yang mereka gunakan secara efektif untuk menyabotase revolusi ini, menghentikannya di jalurnya dan pada akhirnya menghancurkannnya.
Abstensi
Semua yang disebut di atas adalah benar, tetapi ini tidak menjawab mengapa suara “tidak” menang. Elemen utama di dalam kekalahan ini adalah abstensi: banyak sekali kaum Chavista yang tidak memilih. Pertanyaan yang harus ditanyakan adalah: mengapa mereka tidak memilih? Kaum birokrat dan kaum kelas menengah yang sinis akan menyalahkan massa karena apatisme mereka. Ini benar-benar salah. Massa secara konsisten telah memilih Chavez di setiap pemilu dan referendum. Mereka memilih Chavez pada bulan Desember yang lalu. Tetapi, sekarang ada tanda-tanda kelesuan. Mengapa?
Setelah bertahun-tahun berbicara mengenai sosialisme, kaum oligarki masih berkuasa dan menggunakan kekayaan dan kekuatan mereka untuk menyabotase dan melemahkan Revolusi ini. Penjahat-penjahat kudeta 2002 masih bebas. Media sayap kanan masih bebas mengeluarkan kebohongan dan fitnah terhadap Revolusi ini. Aktivis-aktivis tani dibunuh dan tidak ada satu halpun yang dilakukan terhadap ini.
Walaupun pemerintah telah melakukan sejumlah reformasi yang telah membantu kaum miskin dan terpinggirkan, mayoritas rakyat masih hidup di dalam kemiskinan. Masalah ketiadaan tempat tinggal masih belum terselesaikan. Sabotase dari tuan-tuan tanah dan kaum kapitalis menyebabkan kelangkaan produk-produk utama. Semua ini mempengaruhi moralitas massa.
Mayoritas rakyat masih mendukung Chavez dan Revolusi ini, tetapi terlihat gejala-gejala kelelahan yang jelas. Setelah 9 tahun bergerak, rakyat jemu akan kata-kata dan pidato-pidato, parade-parade dan demonstrasi, mereka juga lelah akan pemilu dan referendum yang tidak ada akhirnya. Mereka ingin tindakan-tindakan yang lebih tegas: tindakan untuk melawan para tuan tanah dan kapitalis, tindakan untuk melawan para gubernur dan pejabat-pejabat yang korup.
Yang terutama, rakyat ingin tindakan terhadap Kolom Ke-lima dari kaum Chavista sayap kanan yang mengenakan kaos merah dan berbicara mengenai sosialisme abad ke-21 tetapi mereka sebenarnya menentang sosialisme yang sesungguhnya dan menyabotase revolusi ini dari dalam. Bila Gerakan Bolivarian dan PSUV (Partai Persatuan Sosialis Venezuela) tidak dibersihkan dari kaum birokrat dan pengejar-karir yang reformis ini, tidak ada satu hal pun yang dapat dicapai.
Kolom Ke-Lima
Para birokrat sekali lagi menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk mengorganisir kampanye massa yang serius. Mereka gagal menjawab kebohongan dari pihak oposisi. Mereka gagal menjelaskan banyak poin-poin di dalam proposal perubahan konstitusi yang akan menguntungkan kelas pekerja, seperti waktu kerja 36-jam per minggu. Bagaimana mungkin mereka dapat menjelaskan hal tersebut kalau mereka sendiri menentang kebijakan sosialis seperti itu? Sabotase dari Kolom Ke-Lima ini diketahui luas oleh lapisan bawah Gerakan Bolivarian – dan juga musuh-musuh mereka. Majalah Time berkomentar sinis:
“Bahkan beberapa orang dari kubu Chavez ingin memperlambat laju radikalnya. Mereka berargumen bahwa banyak proposal perubahan konstitusi ini yang lebih mengenai pemusatan kekuasaan di tangan Chavez daripada penguatan rakyat. Di antara proposal tersebut adalah: menghapus batas jabatan presiden; menaruh Bank Sentral di bawah kendali Presiden; dan pembentukan posisi wakil-wakil presiden regional. Pemimpin propinsi seperti Ramon Martinez, seorang gubernur negara bagian Sucre Timur dan juga seorang sosialis, menganggap bahwa proposal terakhir itu merupakan usaha sentralisasi otoritas federal, dan juga merupakan pengkhianatan Revolusi Bolivariannya Chavez (yang mengambil nama pahlawan kemerdekaan Amerika Latin abad ke-19, Simon Bolivar). ‘Revolusi ini seharusnya menciptakan pluralisme di Venezuela,’ kata Martinez. ‘Kita tidak menginginkan negara-super seperti Uni Soviet’.”
Siapapun yang membaca kalimat-kalimat di atas akan segera mengerti mengapa tidak ada kampanye yang serius. Ramon Martinez bukanlah seorang sosialis, dia adalah pemimpin partai Podemos yang pecah dari Gerakan Bolivarian di awal kampanye referendum, dan kemudian mengobarkan kampanye besar-besaran untuk kubu suara “Tidak”. Tindakan Ramos Martinez tidaklah mengejutkan siapapun. Tetapi, ini bukanlah kasus yang terisolasi. Di negara bagian Apure, gubernur disana tidak mengorganisir kampanye dan banyak gubernur lainnya yang juga bertindak serupa. Para birokrat ini mengulangi kampanye kosong yang mereka lakukan satu tahun yang lalu saat pemilihan presiden.
Seorang kamerad dari negara bagian Merida menjelaskan: “Kampanye disini adalah kampanye yang bodoh dimana poster-poster hanya mengatakan bahwa bila kamu memilih Chavez, ini adalah karena ekspresi ‘cinta kasih’, sedangkan kampanye dari sayap kanan sangatlah kejam. Kelompok oposisi mengatakan bahwa semuanya akan diambil oleh negara, bahwa jika kamu memiliki 2 rumah, satu rumah akan disita; jika kamu memiliki 2 mobil, satu mobil akan diambil oleh negara; bahwa bayi yang baru lahir akan dirampas oleh negara ‘sosialis’.”
Setelah hasil referendum diumumkan, dilangsungkan sebuah acara telpon-langsung di RNV, salah satu stasiun radio negara, dan kebanyakan orang-orang yang menelepon menyalahkan para birokrat karena tidak ada kampanye untuk suara “Ya”. Banyak penelepon yang menyebutkan sikap para gubernur dan walikota “Chavista” yang bukan hanya tidak mengorganisir kampanye, tetapi secara aktif menyabotase kampanye tersebut. Birokrat-birokrat ini takut akan perubahan konstitusi ini seperti halnya kaum oposisi. Mereka mengerti bahwa rakyat akan melihat referendum ini sebagai bagian dari usaha untuk menghadapi bukan hanya kelas penguasa tetapi juga elemen-elemen birokratis dan reformis di dalam kepemimpinan gerakan Bolivarian.
Taktik Baduel
Deklarasi-deklarasi yang dibuat oleh kaum oposisi setelah pengumuman hasil referendum ini adalah sangat penting. Pembicara pertama adalah salah satu pemimpin pelajar yang reaksioner. Di tempat yang ke-tiga adalah Rosales, kandidat presiden dari pihak oposisi yang kalah Desember yang lalu. Tetapi pembicara ke-dua adalah Jendral Baduel, mantan Menteri Pertahanan yang baru saja kita bicarakan di dalam artikel sebelumnya.
Apa yang Baduel bicarakan? Dia berbicara mengenai rekonsiliasi nasional dan menawarkan untuk bernegosiasi dengan Chavez. Dia menyangkal semua maksud untuk mengorganisir sebuah kudeta. Singkatnya, dia menawarkan muka yang penuh senyum dan jabat-tangan persahabatan. Ini adalah taktik yang cukup pintar dan mengkonfirmasikan impresi kami bahwa Baduel adalah seorang kontra-revolusioner yang pintar. Taktik kaum oposisi yang baru ini juga menunjukkan perimbangan kekuatan yang sesungguhnya, yang masih tidak berpihak pada kelompok konter-revolusi walaupun mereka memenangkan referendum.
Revolusi Bolivarian tidak boleh percaya sama sekali terhadap wajah penuh senyum kaum Konter-Revolusi. Ingatlah kata-kata Shakespeare: “ada pisau di dalam senyuman seseorang”! Tawaran rekonsiliasi ini adalah sebuah jebakan. Tidak akan bisa ada rekonsiliasi antara Revolusi dan Konter-Revolusi karena tidak akan bisa ada rekonsiliasi antara yang kaya dan yang miskin, antara penjajah dan yang dijajah.
Satu-satunya alasan perubahan taktik ini adalah karena pihak oposisi tidak mampu mengalahkan Chavez dengan aksi langsung. Mereka terlalu lemah dan mereka mengetahui hal ini. Elemen oposisi yang lebih bodoh sekarang mabuk dengan kesuksesan mereka. Tetapi setelah malam penuh kemabukan, esok paginya akan datang sakit kepala yang parah. “Kemenangan” ini diraih dengan sangat tipis. Usaha keras kaum oposisi hanya berhasil meraih 100 ribu suara ekstra. Terlebih lagi, pertempuran ini tidak bisa dimenangkan hanya dengan pemilu.
Kaum borjuis dengan perutnya yang buncit dan istrinya dan anak-anaknya, penjaga toko kelontong kecil, pelajar “manja yang kaya”, pejabat pemerintah, yang membenci kemenangan “rakyat jelata”, orang-orang tua yang rindu akan “hari-hari” Republik Ke-empat, para spekulator, pencuri dan penipu, orang-orang yang dimanipulasi oleh hirarki gereja yang reaksioner, rakyat kelas menengah yang jemu akan “anarki”: semua elemen ini tampil sebagai kekuatan yang besar di dalam pemilihan, tetapi di dalam perjuangan kelas mereka tidak mempunyai berat apapun.
Perimbangan Kekuatan Kelas
Perimbangan kekuatan kelas yang sesungguhnya ditunjukkan oleh demonstrasi pada akhir kampanye referendum. Seperti pada bulan Desember 2006, kaum oposisi melakukan segalanya untuk memobilisasi massa mereka dan berhasil mengumpulkan massa yang besar. Tetapi, keesokan harinya jalan-jalan di Caracas sentral dibanjiri oleh lautan kaos dan spanduk merah. Dua demonstrasi ini menunjukkan bahwa basis aktif kaum Chavista adalah 5 atau 8 kali lebih besar daripada kaum oposisi.
Gambaran ini bahkan lebih jelas ketika kita berbicara mengenai kaum pemuda/pemudi. Para pelajar sayap kanan adalah pasukan penggempur dari pihak oposisi. Mereka adalah kekuatan utama yang mengorganisir provokasi kekerasan terhadap kaum Chavista. Mereka mampu memobilisasi 50.000 orang di dalam demonstrasi terbesar mereka, ini adalah perkiraan yang paling optimis. Tetapi para pelajar Chavista memiliki massa 200ribu atau 300ribu di dalam demonstrasi mereka. Di dalam medan perjuangan yang menentukan ini – yakni di dalam area pemuda/pemudi – kekuatan aktif kubu Revolusi mempunyai jumlah yang jauh melebihi kubu Konter-Revolusi.
Di sisi revolusi berdiri mayoritas kaum buruh dan tani. Ini adalah hal yang menentukan! Tidak akan ada bohlam yang bersinar, tidak akan ada roda yang berputar, tidak akan ada telpon yang berdering tanpa ijin dari kelas pekerja. Ini adalah kekuatan yang sangatlah besar bila mereka diorganisir dan dimobilisasi untuk transformasi sosialis.
Dan tentara? Bagaimana dengan tentara? Kaum reformis seperti Heinz Dieterich selalu mengulang-ulang tema ini layaknya gramofon yang mandeg. Ya, tentara adalah hal yang menentukan. Tetapi tentara selalu merefleksikan tendensi di dalam masyarakat. Tentara Venezuela telah melalui hampir satu dekade yang penuh dengan badai revolusioner. Ini telah meninggalkan sebuah impresi!
Tidak dapat diragukan bahwa mayoritas tentara reguler, yang merupakan anak dari buruh dan petani, loyal terhadap Chavez dan Revolusi. Hal yang sama adalah benar bagi kebanyakan sersan-sersan dan anggota militer junior dan non-komisi lainnya. Tetapi, semakin tinggi jabatan militer, semakin tidak jelas situasi ini. Di dalam minggu-minggu terakhir ini, ada kabar burung mengenai konspirasi dan beberapa pejabat tinggi militer ditangkap. Ini adalah peringatan yang serius!
Di antara para pejabat tinggi militer, banyak yang loyal terhadap Chavez; yang lainnya bersimpati terhadap pihak oposisi atau adalah kaum konter-revolusioner yang terselubung. Kebanyakan dari mereka mungkin adalah tentara karir yang tidak politis, yang simpatinya dapat berayun ke dua arah tergantung pada keadaan umum di dalam masyarakat.
Kenyataan bahwa Jendral Baduel memutuskan untuk mengambil taktik rekonsiliasi dan penuh waspada menunjukkan bahwa tidak ada basis yang serius untuk sebuah kudeta pada saat ini. Kaum kontra-revolusioner yang serius (termasuk penasehat CIA mereka) menyadari bahwa waktunya belum matang untuk sebuah operasi kudeta seperti April 2002. Kenapa tidak? Karena usaha untuk meluncurkan kudeta pada tahap ini akan membawa massa turun ke jalan, siap untuk berjuang dan mati bila perlu guna mempertahankan Revolusi ini.
Di bawah kondisi seperti ini, tentara Venezuela merupakan instrumen yang tidak dapat diandalkan untuk melaksanakan kudeta. Ini akan mengakibatkan perang sipil yang dimana pihak konter-revolusi tidak yakin dapat memenangkan perang sipil tersebut. Dan siapa yang dapat meragukan bahwa kekalahan konter-revolusi di dalam arena perjuangan terbuka akan berarti likuidasi kapitalisme yang segera di Venezuela.
Untuk alasan praktis inilah Baduel mengambil posisi yang dia ambil sekarang. Dia sedang bermain dengan waktu, berharap bahwa kondisi objektif akan berubah dan memberikan angin kepada konter-revolusi. Kita harus mengakui bahwa perhitungan ini adalah tepat. Waktu tidaklah berada di sisi revolusi!
Peran Kelompok Sektarian yang Merusak
Baduel sekarang sedang menuntut perlunya membentuk Majelis Konstituen. Ironisnya, ini adalah tuntutan yang diserukan oleh PO dari Argentina dan kelompok sektarian kiri-ultra lainnya. Kaum kiri-ultra ini sudah beragitasi bersama-sama dengan pihak Konter-Revolusi di dalam kampanye referendum, jadi ini tidaklah mengejutkan.
Peran Orlando Chirino dan orang-orang lain yang mengaku sebagai “Trotskis” yang menyerukan kepada rakyat Venezuela untuk menghancurkan blangko referendum mereka adalah benar-benar merusak. Tuan-tuan dan nyonya-nyonya ini sudah benar-benar terbutakan oleh kebencian mereka terhadap Chavez sampai-sampai mereka tidak mampu membedakan revolusi dan konter-revolusi. Ini menghapuskan peran mereka sebagai kekuatan progresif, apalagi revolusioner. Tetapi, biarlah yang mati mengubur yang mati.
Kaum konter-revolusioner dan imperialis mengerti lebih jelas situasi sekarang ini dibandingkan dengan badut-badut sektarian yang bodoh itu. Rakyat Venezuela telah dibangunkan ke politik oleh Chavez dan mereka benar-benar setia kepadanya. Kaum borjuis telah mencoba semua cara untuk menyingkirkan Chavez, tetapi semuanya gagal. Setiap usaha konter-revolusioner telah dihancurkan oleh gerakan massa.
Maka dari itu, mereka memutuskan untuk mempersenjatai diri mereka dengan kesabaran dan memainkan waktu. Chavez telah dipilih untuk menjadi presiden selama 6 tahun dan maka dari itu masih memiliki 5 tahun sebagai presiden. Langkah pertama kaum borjuis adalah untuk memastikan bahwa dia tidak dapat mengikuti pemilihan presiden kembali. Bagi mereka, inilah hal yang penting dari referendum tersebut. Mereka memperhitungkan jika mereka mampu menyingkirkan Chavez, gerakan Bolivarian ini akan pecah dan hancur, yang kemudian akan mengijinkan mereka untuk mengambil kekuasaan kembali ke tangan mereka.
Pihak oposisi bersikap hati-hati karena mereka sadar akan kelemahan mereka. Mereka tahu bahwa mereka belum cukup kuat untuk meluncurkan ofensif. Tetapi, dengan basis “rekonsiliasi nasional”, mereka berupaya untuk membuat Chavez melunakkan programnya. Bila mereka berhasil, ini akan mengakibatkan demoralisasi di antara kaum Chavista, dan kaum reformis dan birokrat akan merasa kuat.
Ini adalah taktik yang pintar, tetapi ada satu masalah. Walaupun mereka menang di dalam referendum ini, mereka tetap harus menghadapi Chavez hingga 2012-23 dan tidak ada pemilihan penting di masa yang akan datang. Di dalam situasi seperti di Venezuela, banyak hal yang dapat terjadi di dalam 5 tahun. Inilah alasan mengapa mereka menginginkan sebuah majelis konstituen. Bila mereka dapat memenangkan referendum lagi, mereka akan mengganti konstitusi untuk mengijinkan pemilihan presiden yang lebih awal yang mereka harap dapat mereka menangi – mungkin dengan Baduel sebagai kandidat mereka.
Mengapa mereka sangat yakin mereka dapat menang? Karena Revolusi ini belum dibawa sampai ke garis akhir, karena kekuatan ekonomi masih ada di tangan musuh terbesar Revolusi, dan juga karena toleransi massa ada batasnya sebelum mereka jatuh ke mood apatisme dan keputus asaan.
Kebijakan Tegas Diperlukan!
Beberapa tahun yang lalu, pada bulan May 2004, saya menulis sebuah artikel yang berjudul Tesis Mengenai Revoluso dan Konter-Revolusi di Venezuela, dimana saya menulis:
“Untuk bergantung hanya kepada kemauan rakyat untuk berkorban adalah sebuah kesalahan. Massa dapat mengorbankan hari ini untuk esok hari hanya sampai batas tertentu. Ini harus selalu diingat. Pada akhirnya, masalah ekonomi adalah masalah yang menentukan.”
Pengamatan ini masih benar. Di dalam artikelnya pada hari Selasa, 27 November 2007, Erik Demeester mengutip laporan dari Datanalisis [pelayanan statistik Venezuela], yang menunjukkan apa yang sudah diketahui oleh orang banyak: kelangkaan bahan makanan utama sudah menjadi hal yang tidak dapat ditoleransi. Studi ini menunjukkan bahwa susu, daging sapi, dan gula sudah menjadi barang yang sangat sulit ditemukan. Produk lainnya seperti ayam, minyak goreng, keju, ikan sardin, dan kacang hitam juga sangat langka. Para analis yang membuat laporan ini mewawancarai 800 orang di 60 toko, supermarket, dan pasar di sektor swasta dan jaringan distribusi publik, yakni Mercal. 73.3% dari tempat-tempat yang dikunjungi tidak punya susu bubuk untuk dijual. 51.7% tidak memiliki gula, 40% tidak memiliki minyak goreng, dan 26.7% tidak memiliki kacang hitam yang merupakan makanan pokok di Venezuela.
Dua pertiga dari konsumen toko menyatakan bahwa mereka mengalami kelangkaan makanan di toko-toko tempat mereka biasa berbelanja. Antrian selama beberapa jam, kadang-kadang sampai 4 jam, untuk membeli susu sudah menjadi hal yang biasa. Seperti yang ditunjukkan oleh kamerad Demeester, ini mengingatkan kita akan situasi di Chile ketika sabotase ekonomi digunakan untuk melawan pemerintahan sayap-kiri Persatuan Popular pada tahun 1970an.
Bagi rakyat, masalah sosialisme dan revolusi bukanlah masalah yang abstrak, tetapi sesuatu yang konkrit. Para buruh dan petani Venezuela sudah sangatlah setia kepada Revolusi. Mereka telah menunjukkan tingkat kedewasaaan revolusioner yang tinggi dan kemauan untuk berjuang dan berkorban. Tetapi bila situasi ini berlangsung terlalu lama tanpa suatu dobrakan yang menentukan, rakyat akan mulai letih. Dimulai dari lapisan populasi yang paling terbelakang dan pasif, sebuah mood apatisme dan skeptisisme akan datang.
Bila tidak ada garis akhir yang dapat dilihat, massa akan mulai bertanya: kita sudah mendengar semua pidato-pidato ini sebelumnya, tetapi tidak ada satupun yang berubah secara fundamental. Apa gunanya berdemonstrasi? Apa gunanya memilih, bila kita tetap hidup seperti dulu? Inilah bahaya terbesar yang dihadapi oleh Revolusi. Bila kaum reaksioner melihat bahwa gelombang revolusi mulai surut, mereka akan segera meluncurkan konter-ofensif. Elemen buruh yang paling maju akan menemukan diri mereka terisolasi. Rakyat tidak akan merespon panggilan mereka. Ketika saat itu tiba, konter-revolusi akan memukul balik.
Mereka yang berargumen bahwa Revolusi ini sudah berjalan terlalu jauh dan terlalu cepat, bahwa adalah perlu untuk menghentikan penyitaan pabrik dan berkompromi dengan Baduel untuk menyelamatkan Revolusi ini, `mereka salah. Alasan mengapa sebagian dari massa putus-harapan adalah bukan karena Revolusi ini telah berjalan terlalu jauh dan terlalu cepat, tetapi justru karena Revolusi ini berjalan terlalu lambat dan tidak cukup jauh.
Kelangkaan bahan makanan dan inflasi yang semakin besar ini terutama mempengaruhi area-area kelas pekerja yang merupakan basis dari Chavismo. Inilah yang melemahkan Revolusi, bukannya karena Revolusi “berjalan terlalu jauh”. Kita tidak bisa membuat revolusi setengah-setengah. Bila kita menerima nasehat dari kaum reformis macam Heinz Dieterich, kita akan secara pasti menghancurkan Revolusi ini. Kita akan seperti seseorang yang duduk di ujung ranting sebuah pohon dan menggergaji ranting dimana dia duduk.
Pemilu dan Perjuangan Kelas
Kaum Marxis tidaklah menolak untuk berpartisipasi di dalam pemilu. Ini adalah posisi anarkisme, bukan posisi Marxisme. Secara umum, kelas pekerja harus menggunakan segala jalur demokrasi yang tersedia untuk membangun kekuatannya, untuk meraih ruang gerak satu persatu dari musuh kelasnya dan bersiap mengambil kekuasaan.
Perjuangan elektoral di Venezuela telah memainkan peran yang penting dalam menyatukan, mengorganisir, dan memobilisasi massa. Tetapi perjuangan elektoral ini ada batasnya. Perjuangan kelas tidak dapat direduksi ke statistik abstrak atau aritmatika elektoral. Dan nasib sebuah revolusi juga bukan ditentukan oleh hukum dan konstitusi. Revolusi dimenangkan bukan di kantor pengacara atau di debat parlementer, tetapi dimenangkan di jalanan, di pabrik-pabrik, di desa-desa dan daerah-daerah miskin, di sekolah, dan di barak tentara. Bila kita mengabaikan hal ini, kita akan kalah.
Para reformis percaya bahwa kelas pekerja haruslah mengikuti norma-norma hukum legalitas. Tetapi, dulu sekali Cicero berkata: Salus populi suprema est lex (Kebaikan bagi rakyat adalah hukum yang tertinggi). Kita bisa menambahkan: Kebaikan bagi Revolusi adalah Hukum yang Tertinggi. Kaum konter-revolusi sudah menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak menghormati hukum atau konstitusi pada tahun 2002 dan bila mereka berhasil menggulingkan Chavez saat itu, mereka pasti akan menghapus Konstitusi 1999 dengan segera. Tetapi sekarang mereka berteriak membela Konstitusi 1999.
Bahkan setelah kekalahan di referendum, Chavez masih memiliki cukup kuasa untuk melakukan penyitaan terhadap tuan-tuan tanah, para bankir, dan kapitalis. Dia memegang kendali Majelis Nasional dan didukung oleh rakyat Venezuela. Sebuah dekrit untuk menyita tanah, bank-bank, dan perusahaan-perusahaan swasta yang besar akan mendapatkan dukungan yang antusias dari massa.
Level abstensi yang menyerahkan kemenangan tipis ini kepada pihak oposisi adalah sebuah peringatan. Rakyat menuntut tindakan tegas, bukan kata-kata! Ada kemungkinan kalau kekalahan ini akan memiliki pengaruh yang sebaliknya. Kekalahan ini dapat membawa massa ke tingkatan perjuangan kelas yang baru. Marx mengatakan bahwa revolusi membutuhkan cambuk konter-revolusi. Kita telah melihat ini lebih dari sekali di dalam 9 tahun terakhir ini di Venezuela.
Kita tidak dapat membuat telur omlet tanpa memecahkan telur dan kita tidak dapat memenangkan sebuah perang dengan satu tangat terikat di belakang. Revolusi bukanlah sebuah permainan catur dengan aturan-aturan yang jelas. Revolusi adalah sebuah pertempuran antara kepentingan kelas yang antagonistik dan tidak dapat dileraikan. Kebijakan-kebijakan tegas perlu diambil untuk mempertahankan Revolusi dan melucuti Konter-Revolusi.
Kemenangan kubu suara “tidak” di dalam referendum akan berperan sebagai sebuah shok yang membantu. Rakyat jelata Chavista merasa marah dan menunjukkan jari mereka ke birokrasi yang benar bertanggung jawab akan kekalahan ini. Mereka menuntut pembersihan elemen sayap kanan di dalam pemerintah. Ini harus dilakukan! Slogan kita haruslah:
Jangan Mundur! Jangan Kompromi dengan Oposisi!
Majukan Revolusi!
Tendang Keluar Para Birokrat dan Pengejar-Karir!
Sita Hak Milik Kaum Oligarki!
Persenjatai Buruh untuk Melawan Kaum Reaksioner!
Hidup Sosialisme!
Alan Woods, 3 Desember 2007.