Lewat tengah malam pada tanggal 24 November, Komisi Pemilihan Umum (CNE) Venezuela mengumumkan hasil awal pemilu untuk walikota lokal dan gubernur negara bagian (Pilkada). Dari hasil pemilihan ini, muncul gambaran bahwa kekuatan revolusi kalah dalam Pilkada di beberapa negara bagian yang strategis. Bagaimanpun juga, sangat penting untuk dicatat bahwa 5,6 juta orang memilih PSUV. Ini merupakan peningkatan sebesar lebih dari satu juta pemilih dibandingkan pada hasil referendum konstitusi pada bulan Desember 2007. Di sisi lain, hanya sekitar 4 juta pemilih yang memilih kandidat-kandidat oposisi. Ini berarti oposisi sayap kanan kehilangan lebih dari 300.000 suara. Ini menggambarkan perimbangan kekuatan yang sebenarnya.
Walaupun PSUV (Partai Persatuan Sosialis Venezuela) menang di 17 negara bagian, pihak oposisi menang di 5 negara bagian (satu negara bagian tidak memilih gubernur pada Pilkada ini). Di Pilkada sebelumnya (2004), pihak oposisi hanya dapat memenangkan dua kegubernuran – di negara bagian Zulia dan Nueva Esparta. Sekarang pihak oposisi mampu memenangkan juga negara bagian Miranda, Carabobo, Tachira dan yang paling penting adalah Alcaldia ibukota Caracas (dewan kota Caracas). Untuk sementara, hasil final untuk Carabobo dan Tachira belum diumumkan, penghitungan awal menyebutkan bahwa disana pihak oposisi sudah mendapatkan suara mayoritas.
Harus ditekankan bahwa meskipun PSUV memenangkan kembali tiga negara bagian (Sucre, Aragua dan Guarico) dari gubernur yang menjadi bagian dari PODEMOS dan telah mengkhianati revolusi, ini tidak dapat memperbaiki kekalahan pada negara-negara bagian penting tersebut di atas. Terutama kekalahan krusial di Alcaldia ibukota Caracas merupakan suatu kemunduran dan pihak oposisi akan menggunakannya sebagai basis dukungan mereka.
Pentingnya Pilkada ini
Pilkada ini bukanlah Pilkada “biasa”. Semua orang memahami bahwa pilkada ini akan memiliki sebuah pengaruh yang menentukan bagi masa depan revolusi secara keseluruhan. Sejak awal kaum borjuasi internasional memahami ini dengan baik. Seperti yang dikatakan koran sayap kanan Spanyol ABC; “Chavez menghadapi pemilu dimana ‘masa depan Revolusi Bolivarian’ dipertaruhkan.” Media yang lain berupaya untuk menggambarkan situasi penuh kekacauan dan ketidakpastian, membelokkan dan melebih-lebihkan pernyataan Chavez sebelumnya. Ini merupakan perilaku khas pers borjuis yang bermaksud untuk mendiskreditkan pemerintahan Bolivarian dan menyiapkan kejatuhannya di masa depan.
Seperti yang telah kami laporkan sebelumnya bahwa ancaman kudeta militer masih tetap ada. Beberapa bulan yang lalu, berbagai macam konspirasi yang melibatkan pejabat tinggi militer dalam angkatan bersenjata ditemukan oleh otoritas Venezuela. Dalam hal ini, CIPC, sebuah badan intelejen khusus, menyatakan bahwa terdapat 6 negara bagian yang berbahaya yaitu Tujilo, Lara, Portuguesa, Zulia, Bolivar dan Carbobo, dimana intelejen mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan bahwa pihak oposisi akan mencoba mengganggu proses Pilkada dengan kerusuhan. Selama hari pemilihan sendiri, 88 orang telah ditangkap karena membawa senjata secara ilegal atau mengganggu proses pemilu dengan berbagai cara.
Meskipun begitu, terdapat partisipasi yang tinggi. Sekitar 65% pemilih ikut Pilkada dibandingkan dengan hanya 45% pemilih di Pilkada 2004. Pos-pos pemilihan tetap buka berjam-jam melebihi waktu penutupan resmi, karena ratusan orang masih antri untuk memberikan suara (sesuatu yang dianggap oleh kaum oposisi ‘tidak demokratis’).
Akar Penyebab dari Kemunduran ini
Tidak diragukan lagi bahwa para birokrat di dalam gerakan Bolivarian akan menyalahkan rakyat atas kemunduran ini. Mereka akan mengatakan: “Ini menunjukkan rendahnya kesadaran rakyat, rakyat belum siap untuk sosialisme. Maka kita harus menunggu dan menunda pembangunan Sosialisme”. Akan muncul sebuah kampanye yang kuat untuk mendukung garis “moderat” dan tekanan yang kuat akan diarahkan kepada Chavez untuk mengadopsi garis ini. Kampanye ini akan merupakan sebuah pengulangan dari kampanye yang serupa setelah kesalahan dalam referendum konstitusi pada Desember 2007 lalu -tetapi pada skala yang lebih tinggi.
Namun, terdapat sisi yang lain dari situasi ini. Kesimpulan yang diambil oleh banyak lapisan yang lebih maju pada bulan Desember 2007 adalah bahwa kekalahan referendum konstitusi disebabkan justru oleh kebijakan ini (yakni, kebijakan yang moderat). Mereka mulai memberontak terhadap apa yang mereka lihat sebagai kolom kelima (kaum birokrat dan reformis di dalam revolusi) di dalam gerakan Bolivarian. Ini terekspresikan di dalam kontradiksi yang tajam dalam kongres nasional PSUV pada bulan Februari dan juga pada kongres pemuda PSUV pada bulan September.
Hilangnya berbagai negara bagian sebenarnya adalah kelanjutan dari proses kemunduran akibat referendum konstitusi pada Desember 2007. Tidak sulit bagi kita untuk melihat alasannya. Setelah 10 tahun revolusi dan mobilisasi permanen, sebagian massa lelah karena kurangnya perubahan mendasar dalam masyarakat. Meskipun kemajuan telah dibuat di dalam program-program sosial, missiones dan pelayanan kesehatan mission barrio adentro, masalah mendasar (perumahan, pekerjaan dan harga barang) tetap belum terselesaikan. Sekarang, akibat sabotase dari para pemilik modal, sebagian besar daerah di Venezuela kekurangan suplai makanan, termasuk beberapa produk dasar seperti kopi, gula dan kacang.
Harga makanan di Caracas melonjak sampai hampir 50% selama setahun terakhir. Demikian juga tingkat kejahatan yang mencapai rekor tingkat kematian per kapita. Mantan walikota dari kota Alcaldia, Juan Baretto (anggota PSUV), memulai dengan pengambilalihan perumahan, akan tetapi kemudian mengambil langkah mundur dan terbukti tidak dapat menyelesaikan permasalahan perumahan bagi kaum miskin perkotaan.
Permasalahan serupa juga terdapat di Miranda. Ini dibuat lebih buruk dengan kenyataan bahwa kandidat PSUV adalah Diosdado Cabello, seorang pengusaha dan pemimpin yang lugas dari “kaum endogenus kanan”, sayap kanan di PSUV. Seperti di banyak tempat lain, ini jelas-jelas mengusir banyak pendukung setia.
Isu korupsi juga penting di Carabobo, dimana mantan gubernur “Bolivarian” (Acosta Carles, seorang pejabat militer) telah ditunjukkan keterlibatannya dalam berbagai macam bisnis gelap dengan menggunakan posisinya. Dia dikeluarkan dari PSUV dan digantikan oleh Mario Silva, seorang presenter TV populer. Namun, Acosta Carles ikut Pilkada melawan kandidat PSUV dan mampu memenangkan cukup suara untuk memasukkan kandidat sayap kanan.
Ini hanya beberapa contoh saja. Mereka menunjukkan bahwa alasan utama dari kekalahan ini adalah kebijakan reformis, bukan kebijakan radikal. Reformisme sudah membuktikan ketidakberdayaannya dalam menyelesaikan permasalahan mendesak bagi rakyat. Terutama sekarang ketika harga minyak jatuh secara drastis dan akan mengurangi jumlah anggaran yang tersedia untuk program-program sosial.
Perspektif
Tidak diragukan lagi bahwa kemunduran di dalam pemilu ini akan digunakan oleh sayap kanan dan kontra-revolusioner dalam kampanye mereka untuk menggulingkan Chavez dan menghentikan revolusi. Mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan; yakni menguasai beberapa negara bagian yang strategis. Dari sini mereka akan menyebarkan kampanye untuk membangun ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan mengkritik secara lebih terbuka dan lebih radikal. Mereka akan menggunakan hasil yang mereka dapatkan saat ini untuk memobilisasi para pendukung mereka dan mendorong para pendukungnya secara aktif untuk menggulingkan Chavez. Mereka akan mendapatkan dukungan dari media borjuis internasional yang telah menyebarkan berita mengenai melemahnya dan terdiskreditnya Chavez.
Kaum oposisi mungkin akan melakukan kampanye pengumpulan tanda tangan untuk referendum pemanggilan kembali (recall atau pencabutan mandat – Penerjemah) seperti yang mereka lakukan pada tahun 2004, dimana hal ini diperbolehkan di dalam konstitusi Venezuela. Tetapi kali ini mungkin mereka akan lebih percaya diri terhadap kekuatan mereka dan menggunakan metode legal dan ilegal untuk mencapai tujuan mereka.
Di sisi lain, rakyat tidak akan pasif. Kekecewaan atas hilangnya beberapa posisi strategis akan berubah menjadi kemarahan. Rakyat akan meletakkan tanggung jawab atas kekalahan ini pada birokrasi yang tidak dapat diandalkan dan pemimpin yang pengecut di sekitar Chavez.
Selama masa kampanye, tanpa mengenal lelah Chavez melakukan perjalanan dari satu negara bagian ke negara bagian lain, bahkan mengunjungi beberapa negara bagian sebanyak dua kali. Dimana-mana dia berupaya maksimal di dalam kampanye ini. Tapi para kandidat PSUV di banyak tempat justru membuat moderat isi politik dari kampanye ini dan upaya mereka tidak sampai setengah dari upaya Chavez. Bahkan pada malam hari pemilihan, kandidat-kandidat dari PSUV memberikan konferensi pers yang payah, yang kemudian dilampaui oleh Chavez sendiri yang segera memberikan konfrensi pers tanpa pemberitahuan.
Hal ini akan mengakibatkan dampak besar di dalam PSUV, di dalam sayap Pemuda PSUV dan gerakan serikat buruh. Organisasi-organisasi ini akan tergoncang dari atas kebawah. Dimulai dari lapisan vanguard yang paling maju, rakyat akan mengambil kesimpulan. Mereka akan melihat bahwa revolusi benar-benar dalam bahaya. Mereka akan menggerakkan semua kekuatan yang mereka miliki untuk menyelamatkan revolusi – tapi kali ini perjuangannya juga akan melawan musuh internal di dalam revolusi; yakni kolom kelima dari birokrat yang berada di dalam gerakan revolusioner.
Perimbangan Kekuatan
Pilkada ini menunjukkan sebuah polarisasi yang mendalam di dalam masyarakat Venezuela, Ya. Tetapi ini bukanlah berarti akhir dari revolusi. Seperti yang disebutkan diatas, mayoritas besar rakyat masih mendukung revolusi dan ide sosialisme dan siap untuk maju. Bahkan pada hari pilkada, dimanapun kaum oposisi mencoba membuat kerusuhan, masyarakat meresponnya dengan turun ke jalan-jalan dan mendorong mereka keluar. Ini adalah waktu yang menentukan. Pada akhirnya, sebuah revolusi tidak diputuskan di dalam parlemen atau pada pemilu. Sebuah Revolusi ditentukan oleh perjuangan kelas, di pabrik-pabrik, di universitas-universitas dan di jalan-jalan.
Situasi sekarang ini masih mendukung bagi revolusi. Chavez telah mendapatkan dukungan dari sebagian besar penduduk. Ia memiliki mayoritas di dalam majelis nasional. Yang terpenting, ide sosialisme telah menjadi inspirasi bagi jutaan pekerja, petani, pemuda, perempuan dan kaum miskin perkotaan. Bahkan, semua kondisi telah matang untuk melancarkan serangan yang dapat meniadakan kapitalisme dan mulai membangun sosialisme.
Sebanyak 5,6 juta orang yang memilih PSUV memilih sosialisme. Tetapi setelah 10 tahun revolusi, tidak hanya cukup berbicara sosialisme. Sosialisme harus dibuktikan dalam tindakan, jika tidak ini hanya akan menjadi mimpi. Revolusi harus mengambil posisi ofensif!
Slogan kami adalah;
Tidak ada konsesi bagi sayap kanan !
Laksanakan keinginan mayoritas – Laksanakan Sosialisme !
Nasionalisasi tanah, Pabrik-pabrik dan Bank-bank !
Pekerja berkuasa di semua pabrik !
Persenjatai rakyat !
Maju Menuju Revolusi Sosialis !
Source: Hands Off Venezuela-Bandung