Kamis, 27 Juni 2013, ratusan ribu kaum pekerja Portugis menggelar mogok kerja 24 jam. Ini adalah pemogokan massa keempat dalam dua tahun yang dihadapi oleh rezim pemerintah kanan-tengah. Pemogokan kali ini merupakan pemogokan dengan kekuatan terbesar oleh serikat buruh-serikat buruh di tahun-tahun terakhir.
Jaringan transportasi di seluruh negeri berhenti, layanan darurat dan pengadillan sangat terbatas, pemerintah daerah dan kantor-kantor berita macet, bahkan sekolah juga ikut mogok. Di sektor swasta, industri dan agensi-agensi berita mengalami gangguan. Ratusan tempat kerja di seluruh negeri hampir 100% mendukung aksi mogok kerja. Kelas pekerja Portugis memberikan pesan jelas pada kaum troika (Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa, serta Dana Moneter Internasional atau IMF) dan anjing-anjing pelayannya di pemerintahan:
“Kamilah rakyat yang menjalankan negara ini”.
Pemogokan ini diserukan oleh dua federasi serikat buruh terbesar: CGTP dan UGT yang mana mewakili sebanyak 1,25 juta pekerja, 20% dari keseluruhan tenaga kerja di Portugal. Pemicu seketika aksi mogok kerja ini adalah pemotongan lapangan pekerjaan dan pemotongan pensiun, dimana usia kerja dinaikkan dari 65 tahun menjadi 66 tahun, serta upaya untuk meningkatkan jam kerja seminggu dari 35 hingga 40 jam. Tuntutan aksi ini adalah untuk mengakhiri kebijakan pengetatan anggaran serta menuntut pemberhentian pemerintah. Melampaui aksi mogok-aksi mogok sebelumnya, aksi terkini telah menarik dukungan dari berbagai serikat, gerakan sosial, serta kelompok aktivis dari semua lapisan masyarakat.
Demonstrasi telah bermunculan dimana-mana di Portugal, mulai dari Lisbon dan Setubal di bagian selatan, Coimbra di tengah Portugal, hingga Barcelos di utara, dimana markas Serikat tekstil Minho berada. Bahkan kota Funchal yang terletak di pulau kecil dekat pesisir Moroko, telah menyaksikan berbagai demonstrasi dari para buruh yang mogok kerja. Koordinator Blok Kiri menggambarkan aksi terkini sebagai “salah satu pemogokan massa terbesar dalam demokrasi Portugis”
Kegagalan Ekonomi Kapitalis
Bahkan sebelum anggaran diumumkan, rakyat Portugis tengah menderita beban besar akibat pengetatan anggaran serta jatuhnya standar hidup, yang disebabkan oleh penerapan yang dipaksakan Troika sebagai ganti dana talangan sebesar €78 milyar. Hal ini telah menyebabkan tingkat pengangguran naik sampai 18% dimana jumlahnya bahkan mencapai 43% untuk penduduk berusia di bawah 25 tahun. Dengan ini Portugal menjadi negara dengan tingkat pengangguran terbesar ketiga di Uni Eropa setelah Spanyol dan Yunani. Sebagaimana yang terjadi di Spanyol, Yunani, dan Inggris, terdapat ledakan kebutuhan bantuan makanan di Portugal sehingga banyak rakyat yang terpaksa mengandalkan sumbangan makanan dan bahkan memulung makanan per bulannya.
Pedro Passos Coelho, Perdana Menteri Portugal, berkata di tahun 2011 bahwa akan ada dua tahun ekonomi sulit yang diikuti dengan pemulihan skala penuh. Bahkan menurut standarnya sendiri, dia telah menelantarkan rakyat Portugis. Pada tahun 2013, defisit anggaran meningkat dari 4,4% menjadi 6,4%. Ekonomi diperkirakan menyusut 2,3% tahun ini sehingga akan menandai resesi selama tiga tahun berturut-turut. Peningkatan pengangguran bahkan telah diperkirakan Komisi Eropa akan terjadi di tahun ini pula. Dan ketika penyerahan surat obligasi di seluruh dunia melonjak pekan lalu seiring pengumuman Federal Reserve yang akan mulai menghapus langkah-langkah stimulus, lonjakan Portugis adalah yang paling tinggi.
Pemerintah yang mengumumkan pemotongan anggaran lagi sama saja dengan menabur garam ke atas luka. Proposal baru yang memicu pemogokan massa saat ini adalah hasil dari kekuasaan Mahkamah Konstitusional dimana langkah-langkah pengetatan anggaran yang diajukan sebenarnya tidak sah. Pemerintah karena itu harus menemukan jalan baru agar lagi-lagi rakyat pekerja yang dikorbankan dan harus menanggung krisis ini. Dukungan luas terhadap aksi pemogokan massa demikian menunjukkan bahwa tekanan bagi rakyat pekerja, baik yang “radikal” maupun “moderat”, baik sektor publik maupun swasta, sudah tidak dapat ditahan lagi.
Unjuk Kekuatan
Partisipasi aksi sangatlah besar. Hampir 100% buruh transportasi, industri, dan sektor publik berpartisipasi. Sistem kereta bawah tanah di Lisbon sepenuhnya berhenti, mengulangi keberhasilan pemogokan masinis kereta bawah tanah di akhir bulan lalu. Layanan bus di seluruh negeri juga berhenti, buruh-buruh juga memblokade jalan beberapa bus yang masih tersisa meskipun terdapat keberadaan polisi yang sangat banyak. Kapal, kereta, dan penerbangan, semua juga mogok. Layanan-layanan non darurat juga mogok karena 80% staf perawat juga bergabung dengan aksi mogok kerja.
Kementerian Pendidikan mengambil keputusan lebih awal untuk menjadwalkan ulang ujian yang seharusnya diadakan hari ini karena guru-guru juga mogok kerja. Pemogokan sebelumnya pada 17 Juni juga didukung 90% guru dan pelajar. Salah seorang pelajar mengatakan, “Saya mendukung mogok kerja para guru. Meskipun Kementerian mengatakan bahwa pemogokan berdampak pada pelajar namun regulasi yang diterapkan kepada para guru juga lebih parah dalam merusak kondisi pelajar selama setahun ini.” Sektor layanan pengadilan, nelayan, dan konstruksi kapal, serta industri lainnya juga ikut serta dalam aksi mogok kerja. Mogok ini juga menyapu sektor jasa teknis pemerintah daerah dan layanan konsultasi.
Di sektor swasta, agensi berita Lusa bahkan berhenti beroperasi karena mogok kerja. Autoeropa, salah satu pabrik perakitan kendaraan bermotor terbesar di Portugal juga sepenuhnya tutup akibat kaum buruhnya mogok kerja dan bus yang dimiliki oleh perusahaan swasta STCP juga mogok seharian. Industri pengolahan limbah yang dijalankan oleh Valorsul juga mogok akibat aksi pemogokan massa. Tak hanya itu, buruh-buruh perusahaan produksi makanan dan distribusi makanan juga 100% seluruhnya mogok kerja dan ambil bagian dalam demonstrasi.
Pemogokan kali ini telah menunjukkan kekuatan suatu aksi pemogokan yang terorganisir. Ini merupakan peringatan bagi Passos Coelho dan kawan-kawannya di troika bahwa kelas pekerja yang militan dan terorganisir adalah lawan yang tak terkalahkan. Sementara itu, beberapa aktivis Serikat Buruh UGT, hanya menuntut pemerintah untuk mengganti kebijakannya, Partai Komunis Portugis (PCP) makin vokal dan blak-blakan dalam tuntutan agar rezim penguasa mundur dan pemilihan umum dilaksanakan secepatnya. Serikat buruh CGTP juga menyerukan tuntutan-tuntutan yang sama. Seruan-seruan ini diterima dan didukung banyak peserta aksi kali ini. Sementara rating popularitas rezim pemerintah berada di posisi paling bawah, dukungan terhadap PCP malah meningkat. Ini adalah aksi pemogokan massa keempat yang paling besar dan paling solid melawan Passos Coelho yang berada dalam posisi genting di pemerintahan.
Bagaimanapun juga, jelas bahwa pemerintahan sayap kanan ini tidak akan berubah haluan sekarang–karena mereka tidak punya arah lain untuk dituju. Kaum politisi kapitalis ini tidak mampu melihat keluar dari kepentingan sempit atas nama bisnis besar, kepemilikan pribadi, dan penumpukan laba. Dalam kerangka sistem Kapitalis, pengetatan anggaran adalah satu-satunya jalan keluar dari krisis. Inilah mengapa PCP dan serikat-serikat buruh harus terus berkampanye untuk menjatuhkan rezim pemerintahan saat ini sebagai satu-satunya cara untuk menghentikan serangan kejam terhadap kelas pekerja.
Aksi kali ini akan menyinari jalan ke depan. Aksi gabungan antara CGTP dan UGT telah menggabungkan ratusan ribu pekerja baik dari dalam maupun dari luar serikat pekerja untuk berjuang demi tujuan yang sama.
Aksi pemogokan massa kali ini menunjukkan kekuatan besar kelas pekerja. Namun apa yang masih dibutuhkan adalah menyiapkan pemogokan massa politis secara jelas, secara besar-besaran, dengan tujuan yang jelas dan eksplisit untuk menggulingkan pemerintahan, menghapus hutang, dan mencabut pemotongan anggaran. Sejarah terkini di Yunani memberikan pelajaran penting bagi kelas pekerja Portugis. Dalam kurun waktu dua tahun serikat buruh-serikat buruh Yunani hanya mengadakan pemogokan kerja selama 23 jam, 24 jam, atau 48 jam, dan pemerintah mereka masih bertahan, serta pemotongan anggaran juga terus berjalan.
Internasionalisme
Perjuangan yang membangkitkan harapan di Portugal kali ini bukanlah suatu kejadian terisolasi melainkan suatu tren umum yang terjadi di seluruh negeri dan di seluruh dunia. Pekerja kereta bawah tanah, guru-pengajar, pekerja pos, semua sudah mogok kerja sejak dua bulan belakangan dimana kehadiran dan partisipasi mereka mencapai 85%.
Pemogokan kali ini juga muncul bersamaan dengan demonstrasi yang tengah terjadi di Brazil dan Turki. Akibat tingginya angkat pengangguran, banyak rakyat Portugis yang pergi ke Brazil mencari kerja–hanya untuk menyaksikan bahwa disana juga penuh dengan ketidakpuasan yang sama. Rabu kemarin kita menyaksikan pemogokan nasional di Chile diserukan oleh organisasi mahasiswa sementara di Inggris kaum guru juga melancarkan mogok kerja.
Pesan-pesan dukungan bagi kelas buruh Portugal yang mogok kerja telah tumpah ruah dari berbagai serikat buruh dan serikat pekerja di seluruh dunia. Buruh-buruh Confédération Générale du Travail (CGT) mengirimkan pesannya di Youtube, buruh-buruh Confederación Sindical de Comisiones Obreras (CCOO) juga mengeluarkan pernyataan resmi solidaritasnya. Dukungan internasional macam ini sangatlah vital karena kelas pekerja sedunia sadar bahwa mereka yang harus menanggung beban krisis yang bukan mereka sebabkan dan mereka menghadapi perjuangan yang sama agar berdaulat terhadap kehidupan.
Sejumlah aktivis di Twitter telah menyadari akan gerakan mengagumkan dari rakyat pekerja Portugal kini dan mulai bertanya-tanya mengapa serikat buruh di negara mereka tidak menyerukan aksi yang sama. Kelas pekerja sedunia seharusnya menawarkan solidaritas dengan pemogokan kelas pekerja Portugal, dan memanfaatkan perjuangan Portugal sebagai nyala api yang akan membakar tenaga perlawanan mereka juga.
“Hidup Pemogokan Massa”
Permasalahan utama saat ini adalah krisis besar dari sistem kapitalis itu sendiri. Pengetatan anggaran yang barbar yang dipaksakan kaum kapitalis kepada massa rakyat adalah ekspresi sesungguhnya dari sistem yang memasuki krisis akut ini. Karena itu, untuk menjamin kemenangan, PCP dan partai-partai kiri lainnya harus mengajukan suatu program politik koheren yang menghubungkan antara perjuangan menentang pemotongan anggaran dengan perjuangan untuk sosialisme.
Pemogokan massa kali ini harus dirayakan sebagai kemenangan solidaritas kelas pekerja di hadapan kebijakan-kebojakan brutal rezim pemerintah kejam dan birokrat-birokrat diktator. Hal ini juga harus dipandang sebagai penunjukan jalan bagi partai-partai pekerja dan serikat-serikat pekerja dalam perjuangan mereka melawan pergolakan penuh kekerasan kapitalisme, untuk transformasi masyarakat di atas garis sosialis. Dengan mengutip kata-kata kelas pekerja Distrik Puerto di Portugal “Kami menuntut pemerintah untuk mundur, hidup pemogokan massa!”