Pertanyaan mengenai revolusi merupakan pertanyaan yang menarik, tidak hanya bagi kaum revolusioner tapi juga bagi rakyat pekerja. Di tengah krisis yang semakin tajam, banyak orang berusaha mencari jawaban mengenai apa itu revolusi, apa karakter revolusi dari zaman sekarang, dan bagaimana cara mencapainya.
Revolusi sering kali digambarkan dengan kekerasan, penjarahan, dan kekacauan massa. Kendati dalam revolusi ada kekacauan massa, tapi tidak semua kekacauan massa dan kekerasan adalah esensi revolusi itu sendiri.
Di sisi yang lain ada juga yang mengaitkan revolusi sebagai perubahan-perubahan ‘radikal’ dalam batas sistem yang ada. Semisal terma-terma Revolusi Mental, Revolusi Budaya, Revolusi Birokrasi dsb. yang begitu akrab di masyarakat.
Bagi kaum revolusioner revolusi merupakan bentuk pemberontakan kekuatan produksi melawan hubungan sosial yang ada. Sejak masyarakat terbelah menjadi kelas-kelas, perjuangan ini termanifestasikan dalam perjuangan kelas; antara tertindas dan penindas, antara kelas penguasa dan dikuasai, antara kaum borjuis dan kaum proletar. Karl Marx menulis:
“Pada suatu tahap perkembangan, kekuatan produksi materiel dalam masyarakat berbenturan dengan relasi produksi yang ada, atau — dalam bahasa hukum — berbenturan dengan relasi kepemilikan yang telah berlaku sampai saat ini. Relasi ini berubah dari bentuk perkembangan kekuatan produksi menjadi belenggu. Kemudian dimulailah masa revolusi sosial.”
“Kemudian dimulailah masa revolusi sosial”. Ini adalah poin penting yang dikatakan Marx. Pada masa feodalisme kekuasaan ada pada raja dan tuan-tuan tanah. Feodalisme runtuh karena sudah tidak bisa lagi menampung kekuatan produksi yang dilahirkannya. Kekuatan produksi yang dibangkitkan oleh perkembangan teknologi dan permesinan sudah tidak lagi sesuai dengan relasi sosial feodalisme.
Pengenalan mesin uap mengubah segalanya. Produksi skala rumah dan bengkel digantikan produksi skala pabrik yang mempekerjakan ribuan buruh. Produksi komoditas dalam jumlah besar menuntut sebuah pasar dan wilayah yang tersatukan. Feodalisme runtuh karena menghalangi jalan perkembangan ini. Kelas penguasa feodal yang mengendalikan cara produksi saat itu juga hancur karena ia sudah tidak bisa lagi memerintah masyarakat dengan cara-cara lama. Pada masa-masa tersebutlah revolusi kapitalis dimulai.
Kelas kapitalis yang merupakan kelas revolusioner saat itu melakukan serangkaian pemberontakan melawan raja. Rakyat dimobilisasi dengan tujuan membebaskan kaum tani dari belenggu pertuan-tanahan untuk kemudian diserap ke lapangan pekerjaan yang baru di pabrik-pabrik. Kaum tani dibebaskan dari tuannya di masa lalu, tapi tidak dengan perbudakannya. Mereka tetap budak, hanya berubah dari budak tanah (tani) menjadi budak pabrik (buruh). Tuan berganti tuan. Inilah karakter revolusi di masa lalu. Revolusi kapitalis mengubah kelas borjuasi menjadi kelas penguasa baru dengan syarat-syarat perbudakan dan penindasan yang baru.
Seperti halnya feodalisme sudah menjadi relasi sosial yang kadaluwarsa, yang kemudian ditumbangkan oleh kelas kapitalis lewat revolusi kapitalis, begitu juga hari ini kapitalisme telah menjadi sistem yang kadaluwarsa. Kapitalisme kini telah menemui jalan buntu. Ia hanya bisa menciptakan kemiskinan, krisis, dan perang.
Perkembangan kekuatan produksi telah memberontak melawan relasi kepemilikan pribadi kapitalis, dimana alat-alat produksi dikuasai oleh segelintir pemilik modal. Konsentrasi kepemilikan ekonomi (monopoli) sudah mencapai tahapan yang begitu parah sampai-sampai majalah The Economist, medianya ahli strategi kapital, mengakui apa yang sudah dikatakan oleh kaum Marxis sejak awal, bahwa kapitalisme hari ini sudah usang: tidak mampu lagi berinovasi dan menciptakan kesenjangan yang semakin melebar.
Solusi yang diajukan oleh para ahli strategi kapital adalah revolusi, tetapi bukan revolusi ke masa depan namun revolusi ke masa lalu. Mereka menginginkan kapitalisme tanpa monopoli, yakni kapitalisme 200 tahun yang lalu. Tidak mampu melihat ke masa depan mereka hanya bisa beromansa ke masa keemasan lama mereka, seperti seorang lansia yang bermimpi mengenai masa remaja mereka.
Yang dibutuhkan rakyat pekerja untuk keluar dari kebuntuan kapitalisme adalah revolusi yang menatap masa depan, yakni revolusi sosialis. Revolusi Sosialis akan mengubah relasi kepemilikan alat-alat produksi, sehingga tidak lagi dimiliki oleh segelintir orang demi profit, tetapi dimiliki secara kolektif oleh rakyat pekerja demi pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Kita sedang memasuki era yang penuh gejolak, yang kini sedang menyiapkan kondisi-kondisi untuk revolusi sosialis. Lenin menjelaskan sejumlah kondisi yang biasanya ditemui sebelum meledaknya revolusi: (1) ketika kelas penguasa tidak dapat lagi mempertahankan pemerintahan mereka tanpa perubahan apa pun; ketika ada krisis, dalam satu atau lain bentuk, di antara “kelas atas”, atau krisis dalam kebijakan kelas penguasa, yang mengarah pada ketidakpuasan dan kemarahan kelas tertindas. Agar sebuah revolusi dapat terjadi, biasanya tidak cukup bagi “kelas tertindas untuk tidak mau” hidup dalam yang lama cara, tapi juga perlu bahwa “kelas penguasa tidak dapat” hidup dengan cara lama; (2) ketika penderitaan dan keinginan kelas tertindas telah tumbuh lebih akut dari biasanya; (3) ketika, sebagai konsekuensi dari sebab-sebab di atas, ada peningkatan yang cukup besar dalam aktivitas massa, yang membiarkan diri mereka dirampok dalam “waktu damai”, tetapi, pada masa yang bergejolak, ditarik baik oleh semua pihak dan oleh “kelas atas” sendiri ke dalam krisis, ke dalam aksi sejarah yang independen. Dalam satu tingkatan atau lainnya kondisi-kondisi ini sudah mulai terpenuhi.
Bagi kaum revolusioner hal yang paling utama dalam revolusi adalah kemampuan kelas revolusioner untuk mengambil tindakan yang kuat dalam menghancurkan tatanan lama. Oleh karena itu revolusi tidak bisa diciptakan secara artifisial. Ia merupakan produk dari kesejarahan, dari perkembangan kekuatan produksi dan krisis dalam masyarakat. Dalam hal ini tugas-tugas revolusi hanya bisa dilakukan oleh kelas yang paling revolusioner dalam masyarakat. Bila di masa lalu ada borjuasi, maka dalam epos masyarakat kapitalis sekarang tugas revolusi itu hanya bisa dilakukan oleh kelas buruh. Setelah kelas buruh merebut kekuasaan dari borjuasi, kelas buruh akan memulai transformasi masyarakat. Alat-alat produksi yang semula di tangan borjuasi untuk meraih profit akan dimiliki dan dikontrol oleh mayoritas kelas pekerja demi kepentingan seluruh masyarakat. Akhirnya ketika kelas mayoritas yang memegang kendali atas masyarakat, maka tidak diperlukan lagi penindasan. Ini akan membuka jalan menuju masyarakat tanpa kelas. Inilah watak revolusi sosialis, sebuah revolusi untuk menghancurkan kelas-kelas di dalam masyarakat.