Perkembangan Tergabungkan dan Tak-berimbang
Pada akhir 1860an, hanya ada 1600 kilometer rel kereta api di seluruh Rusia. Dua dekade kemudian, angka ini meningkat 15 kali lipat. Dalam 10 tahun antara 1892 dan 1901, tidak kurang dari 26 ribu kilometer rel kereta api dibangun. Bersandingan dengan pusat-pusat industri lama di Moskow dan St. Petersburg, pusat-pusat industri baru bermunculan di daerah-daerah seperti Baltik, Baku, dan Donbass. Antara 1893 dan 1900, produksi minyak meningkat 2 kali lipat dan produksi batubara 3 kali lipat. Benar, perkembangan industri di Rusia tidak memiliki karakter organik seperti perkembangan kapitalisme di Inggris, seperti yang dijelaskan oleh Marx di Capital. Emansipasi kaum hamba pada 1861 menyediakan premis material untuk perkembangan kapitalisme. Tetapi kaum borjuasi Rusia tiba di panggung sejarah terlalu terlambat untuk mengambil peluang ini. Kekuatan kapitalisme Rusia yang kecil dan kurang-berkembang tidak dapat bersaing dengan kekuatan borjuasi Eropa Barat dan Amerika yang maju dan kuat. Seperti negeri-negeri eks-koloni hari ini, industri Rusia sangatlah tergantung pada kapital asing yang mendominasi ekonominya, terutama melalui kontrolnya terhadap sistem perbankan dan finansial.
“Merger antara industri dengan kapital bank,” tulis Trotsky, “juga tercapai di Rusia dengan kesempurnaan yang tidak akan kita temui di negeri lain. Tetapi subordinasi industri terhadap perbankan berarti, untuk alasan-alasan yang sama, subordinasi mereka terhadap pasar uang Eropa Barat. Industri berat (metal, batubara, minyak) hampir seluruhnya ada di bawah kontrol kapital finans asing, yang telah menciptakan untuk dirinya sendiri sistem perbankan sekunder dan perantara di Rusia. Industri ringan mengikuti jalan yang sama. Pemilik modal asing secara umum menguasai 40 persen semua stok kapital di Rusia, tetapi di cabang-cabang industri penting persentase ini lebih tinggi. Kita dapat mengatakan, tanpa melebih-lebihkan, bahwa saham-saham pemegang-kendali bank-bank dan pabrik-pabrik Rusia ada di luar negeri; di Inggris, Prancis, Belgia dua kali lipat daripada di Jerman.”[1]
Penetrasi kapital asing ke dalam masyarakat Rusia telah memberikan dorongan besar untuk perkembangan ekonomi, dan mengguncang raksasa ini keluar dari 2000 tahun barbarisme dan masuk ke era modern. Tetapi justru inilah yang melahirkan situasi sosial yang meledak-ledak. Sejumlah besar kaum tani diseret keluar dari rutinitas kehidupan desa yang tak pernah berubah, masuk ke dalam neraka industri kapitalis skala-besar.
Teori perkembangan tergabungkan dan tak-berimbang Marxis menemukan ekspresinya yang paling sempurna dalam relasi-relasi sosial Rusia yang teramat kompleks pada peralihan abad ke-20. Bersandingan dengan mode kehidupan feodal, semi-feodal, dan bahkan pra-feodal, muncul pabrik-pabrik yang paling modern, yang dibangun dengan kapital Prancis dan Inggris dengan teknologi yang paling mutakhir. Inilah fenomena yang sedang kita saksikan sekarang di Dunia Ketiga, dan paling terungkap oleh perkembangan Asia Tenggara pada paruh pertama 1990an. Perkembangan Asia Tenggara hampir serupa dengan perkembangan Rusia seratus tahun yang lalu, dan sangatlah mungkin hasil politiknya juga akan sama. Perkembangan industri dalam konteks seperti ini adalah dorongan untuk revolusi. Rusia menunjukkan betapa cepatnya ini dapat terjadi. Dari perkembangan kapitalisme Rusia yang penuh badai pada 1880an dan 1890an datang juga kelahiran proletariat yang penuh badai. Gelombang pemogokan pada 1890an adalah sekolah persiapan untuk revolusi 1905.
Dalam 33 tahun saja – dari 1865 sampai 1898 – jumlah pabrik yang mempekerjakan 100 buruh meningkat dua kali lipat – dari 706.000 menjadi 1.432.000. Pada 1914, lebih dari setengah buruh industri bekerja di pabrik-pabrik dengan lebih dari 500 buruh, dan hampir seperempat dari mereka di pabrik-pabrik dengan lebih dari 1000 buruh – sebuah persentase yang jauh lebih tinggi dibandingkan negeri-negeri lain. Pada 1890an, tujuh pabrik raksasa di Ukraina mempekerjakan dua pertiga semua buruh metal di Rusia, sementara semua buruh minyak ada di Baku. Pada 1900, Rusia adalah produsen minyak terbesar di dunia.[2]
Meskipun demikian, kendati pertumbuhan pesat industri, secara umum masyarakat Rusia sangat terbelakang. Mayoritas populasi masih hidup di desa-desa, dimana diferensiasi kelas mendapat dorongan besar dari krisis pertanian Eropa pada 1880an dan 1890an. Ambruknya harga gabah menghancurkan banyak kaum tani, yang digambarkan dengan begitu jelas oleh cerpen-cerpen Chekhov, “In the Ravine and Muzhiks”. Kaum semi-proletar desa, yang tidak punya tanah, yang menjajakan tenaga kerjanya di desa-desa, menjadi pemandangan sehari-hari. Di ujung spektrum yang lain, kelas-kelas kapitalis desa baru, yakni kaum kulak, yang hidup kaya di atas penderitaan kaum miskin desa, dapat membeli tanah dari tuan-tuan tanah lama – sebuah situasi yang direfleksikan dengan untaian kata-kata indah dalam drama Chekhov yang terkenal, “The Cherry Orchard”.
Kendati semua usaha rejim Tsar untuk mempertahankannya, komunitas desa yang lama, yakni mir, yang menurut para teoretikus Narodnik akan menjadi basis untuk sosialisme kaum tani, dengan cepat pecah menurut garis kelas. Mereka-mereka yang tidak mampu menemukan pekerjaan di desa membanjiri kota-kota, dan menjadi sumber buruh murah untuk perusahaan-perusahaan kapitalis yang baru saja didirikan. Perkembangan industri yang pesat menghasilkan polarisasi kelas di antara kaum tani, dengan kristalisasi kelas tani kaya atau kulak di satu sisi dan massa tani miskin tanpa-tanah di sisi lain, yang pindah ke kota-kota guna mencari kerja. Polemik-polemik tajam antara kaum Marxis dan kaum Narodnik mengenai keniscayaan perkembangan kapitalisme di Rusia terjawab oleh kehidupan itu sendiri. Karya-karya awal Lenin seperti “New Economic Development in Peasant Life”, “On the so-called Market Question” dan “The Development of Capitalism in Russia” ditulis untuk berpolemik dengan kaum Narodnik. Tetapi tidak seperti tulisan-tulisan awal Plekhanov, karya-karya ini penuh dengan fakta dan statistik yang tidak bisa dibantah.
Perkembangan kapitalisme di Rusia juga berarti perkembangan proletariat, yang segera mengumumkan ke seluruh masyarakat hasratnya untuk memimpin perjuangan untuk perubahan. Perindustrian Rusia yang sangat terkonsentrasi dengan cepat menciptakan pasukan-pasukan buruh yang terorganisir dan disiplin, yang ditempatkan di poin-poin strategis masyarakat dan ekonomi. Statistik gerakan pemogokan jelas mengindikasikan kenaikan kepercayaan diri dan kesadaran kelas kaum buruh Rusia pada periode itu.
|
1880-84 |
1885-89 |
1890-94 |
Jumlah pemogokan |
101 |
221 |
181 |
Jumlah buruh yang terlibat |
99.000 |
223.000 |
170.000 |
(Sumber: Istoriya KPSS, vol. 1, hal. 96)
Mulai dari musim semi 1880, industri Rusia dihantam krisis yang berlangsung selama beberapa tahun. Pada masa ini tingkat pengangguran tinggi, dimana kaum kapitalis dengan kejam menekan upah buruh yang sudah menyedihkan. Selain itu, kaum buruh terus ditindas dengan berbagai macam peraturan yang sewenang-wenang yang didesain untuk membuat mereka tunduk. Yang terutama adalah denda terhadap buruh bila mereka melanggar perintah majikannya, entah benar-benar melanggar atau rekaan saja.Kegeraman dan keresahan yang menggunung ini akhirnya meledak dalam sebuah gelombang aksi buruh pada 1885-86 di Moskow, Vladimir, dan Yaroslavl, yang berkulminasi dalam pemogokan di Pabrik Nikolskoye milik T.S. Morozov.
11 ribu buruh pabrik Morozov gajinya sudah dipotong lima kali dalam 2 tahun terakhir. Pada saat yang sama, mereka juga didenda kalau bernyanyi, atau kalau melewati kantor manajer dengan masih memakai topi, dan berbagai peraturan lainnya. Denda-denda ini sering kali memakan seperempat gaji buruh, dan kadang-kadang sampai setengah. Pada 7 Desember 1885, semua kemarahan dan frustrasi yang tak terbendung ini – yang disebabkan oleh bertahun-tahun provokasi dan kesewenang-wenangan – meledak. Pemimpin pemogokan ini, Pyotr Anisimovich Moiseyenko (1852-1923), adalah seorang revolusioner berpengalaman, mantan anggota Serikat Buruh Rusia Utara yang dipimpin oleh Khalturin, yang sudah pernah diasingkan ke Siberia. Ia adalah seorang yang luar biasa, salah satu pemimpin kelas buruh yang organik. Dia menulis: “Saya pertama belajar untuk memahami, kemudian bertindak.”
Para buruh yang geram melampiaskan kemarahan mereka dengan mengobrak-abrik toko makanan milik pabrik, dimana mereka dipaksa membeli makanan dengan harga yang tinggi, dan toko tersebut adalah rumah mandor Shorin yang dibenci. Terhenyak oleh kekerasan aksi buruh ini, gubernur propinsi Vladimir mengirim pasukan tentara dan Cossack. Kaum buruh menyampaikan tuntutan-tuntutan mereka kepada sang gubernur, tetapi dijawab dengan represi. 600 buruh ditangkap. Pasukan tentara mengepung pabrik dan kaum buruh dipaksa kembali bekerja dengan bayonet. Biarpun demikian, mood para buruh sedemikian rupa sehingga pabrik baru bisa operasional sepenuhnya lagi satu bulan kemudian.
Pemogokan Morozov berakhir dengan kekalahan. Tetapi pengaruhnya pada pikiran dan hati kaum buruh seluruh Rusia mempersiapkan mogok-mogok massa di dekade mendatang. Saat para pemogok di Vladimir diadili pada Mei 1886, Moiseyenko dan para tertuduh lainnya menghaturkan pembelaan yang penuh semangat, yang mengekspos kondisi-kondisi pabrik sedemikian rupa sehingga tuduhan-tuduhan terhadap mereka dibatalkan dan mereka dibebaskan. Keputusan pengadilan Morovoz mengejutkan seluruh masyarakat Rusia. Sepenuhnyacemas, koran reaksioner Moskovskiye Vedmosti memprotes: “Tetapi sungguh berbahaya untuk bergurau dengan massa rakyat. Apa yang akan dipikirkan oleh kaum buruh, yang melihat keputusan tidak bersalah dari pengadilan di Vladimir? Berita keputusan ini menyebar seperti petir ke seluruh kawasan manufaktur. Koresponden kami, yang segera meninggalkan Vladimir setelah keputusan dibacakan, mendengarnya di semua stasiun-stasiun … “[1]
Pemogokan Morozov menunjukkan potensi besar kekuatan kaum proletar. Pelajaran ini tidak luput dari rejim Tsar, yang, walaupun mendukung para pemilik pabrik, memutuskan bahwa mereka harus memberikan konsesi-konsesi kepada buruh. Ini mereka lakukan pada 3 Juni 1886 dengan diimplementasikannya Hukum Denda, yang membatasi jumlah yang boleh didenda dari buruh dan juga memutuskan agar uang denda ini tidak boleh jadi milik majikan, tetapi ditabung untuk dana khusus buruh. Seperti biasanya, reforma adalah produk sampingan dari perjuangan revolusioner buruh untuk mengubah masyarakat. Seperti halnya “Hukum 10 Jam” yang dicanangkan di Inggris satu abad yang lalu, Hukum Denda adalah usaha untuk menjinakkan buruh dan mencegah mereka dari bergerak ke arah revolusi, sementara pada saat yang sama mencoba bersandar pada buruh untuk menekan tuntutan-tuntutan kaum borjuasi liberal. Hukum “baik hati” seperti itu tidak mencegah penumpasan yang brutal terhadap pemogokan-pemogokan dan gelombang penangkapan dan deportasi para pemimpin buruh di periode mendatang. Hukum ini juga tidak berhasil meredam gerakan pemogokan. Pemogokan Morozov menginspirasi kaum buruh dengan keberanian baru, sementara konsesi-konsesi yang diberikan oleh autokrasi menunjukkan kepada mereka apa yang dapat mereka raih dengan berjuang secara berani untuk kepentingan mereka. Pada 1887, jumlah pemogokan meningkat dua kali lipat dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Dua tahun kemudian, kepala polisi Plehve terpaksa melapor kepada Alexander III bahwa tahun 1889 “lebih dipenuhi kekacauan-kekacauan dibandingkan pada 1887 dan 1888, yang disebabkan oleh kondisi-kondisi pabrik”.[2]
Kebangkitan gerakan pemogokan mengindikasikan bahwa buruh semakin sadar akan dirinya sendiri sebagai sebuah kelas dan sebagai sebuah kekuatan dalam masyarakat. Lapisan yang lebih maju, yang diwakili oleh orang-orang seperti Moiseyenko, sedang mencari-cari gagasan yang dapat menjelaskan situasi mereka dan memberi mereka jalan ke depan. Gerakan ini punya signifikansi ganda. Di satu pihak, ledakan-ledakan spontan ini, yang sering kali disertai dengan aksi-aksi Luddisme[3], yang merupakan indikasi bahwa gerakan ini masih belum terorganisir dan semi-sadar, mengumumkan kepada seluruh dunia lahirnya kelas buruh Rusia ke panggung sejarah. Di pihak lain, ini menyediakan bukti tak-terbantahkan akan kebenaran dari argumen-argumen Plekhanov dan Kelompok Emansipasi Buruh. Dalam perjuangan kelas yang membara, sebuah fondasi sedang dibangun untuk bersatunya kekuatan-kekuatan Marxis yang masih kecil dengan kelas proletar Rusia yang kuat tetapi masih belum koheren.
Dari sudut pandang Marxis, signifikansi dari sebuah pemogokan jauh melebihi perjuangan untuk tuntutan-tuntutan segera mengenai jam kerja, upah, dan kondisi kerja. Signifikansi yang sesungguhnya dari pemogokan, bahkan bila pemogokan ini berakhir dengan kekalahan, adalah bahwa buruh belajar. Saat pemogokan, massa buruh, istri dan keluarga mereka, menjadi sadar akan peran mereka sebagai sebuah kelas. Mereka berhenti berpikir dan bertindak seperti budak, dan mulai berdiri seperti manusia yang sesungguhnya dengan pikiran dan kehendak mereka sendiri. Lewat pengalaman hidup dan perjuangan mereka – terutama saat peristiwa-peristiwa besar – massa mulai mengubah diri mereka sendiri. Dimulai dari lapisan yang paling aktif dan sadar, kaum buruh akan mulai tidak puas dengan kondisi mereka, dan merasakan keterbatasan mereka sendiri. Kekalahan-kekalahan – jauh melebihi kemenangan – mendorong aktivis-aktivis buruh untuk mencapai pemahaman yang jelas mengenai dunia mereka, mengenai misteri-misteri ekonomi dan politik.
Tumbuhnya industri kapitalis melahirkan pasukan proletariat yang kuat. Bahkan pasukan yang terbaikpun akan kalah kalau tidak punya jenderal, mayor, dan kapten yang terlatih dengan baik dalam seni berperang. Pertempuran-pertempuran buruh pada 1880an memproklamirkan kepada seluruh dunia kalau batalion proletar Rusia siap berjuang. Tetapi mereka juga menunjukkan kelemahan gerakan ini, sifatnya yang spontan, tidak terorganisir, dan tidak sadar, tidak adanya arah dan kepemimpinan. Pasukannya ada. Yang diperlukan adalah mempersiapkan jajaran kepemimpinan. Kesimpulan ini muncul dalam kesadaran buruh. Dan dengan pendekatan yang serius dan terarah, yang merupakan karakter aktivis buruh di seluruh dunia, mereka mulai belajar.
Periode Lingkaran-Lingkaran Kecil
Pertempuran-pertempuran ideologi yang tajam pada dekade sebelumnya tidaklah sia-sia. Semakin banyak kaum muda Rusia sekarang bergerak ke Marxisme dan melihatnya sebagai metode untuk mengubah masyarakat. Bagi kaum muda ini, slogannya sudah bukan lagi “Turun ke Bawah” tetapi “Turun ke Buruh”! Di bawah kondisi yang ada, kerja ini harus dilakukan secara klandestin. Metode yang biasa digunakan oleh lingkaran propaganda bawah tanah adalah membentuk semacam sekolah di distrik-distrik pabrik, dimana di bawah samaran kelas pendidikan orang dewasa, mereka mendidik sekelompok kecil buruh dengan gagasan-gagasan dasar sosialisme. Ini adalah periode dengan banyak nama – yang kebanyakan aneh dan tak dikenal oleh para pembaca hari ini. Di mata pihak otoritas Tsar, kelompok-kelompok kecil yang bermunculan dari satu kota ke kota lain tampak seperti virus yang ganas dan tidak bisa dijelaskan.
Kendati semua usaha mereka, kaum Narodnik sama sekali tidak mampu berhubungan dengan “rakyat”, dan mereka tidak akan mampu melakukan ini di atas basis teori, program, dan metode yang keliru. Akan tetapi, masalah ini sekarang diselesaikan dengan begitu mudah oleh kaum Marxis. Jembatan yang kuat dengan cepat menghubungkan kaum Marxis dengan kaum buruh. Di semua pusat-pusat industri, lingkaran-lingkaran studi, kelas-kelas pendidikan, dan “sekolah-sekolah Minggu” bermunculan, menyediakan benih untuk seluruh generasi baru kelas buruh Marxis revolusioner, yang adalah tulang punggung dari partai Revolusi Oktober. Dengan ini, mulailah apa yang disebut periode propaganda atau kruzhovshchina (dari bahasa Rusia yang berarti lingkaran studi). Di sini, setelah letih bekerja seharian di bawah kondisi kerja yang mengenaskan, banyak kaum buruh dengan tangan yang kapalan, berjuang melawan keletihan mental dan fisik, menghabiskan waktu berjam-jam membaca bab-bab Capital yang sulit – buku yang dianggap oleh sensor Tsar terlalu membosankan dan rumit, sehingga dianggap tidak berbahaya. Begitu besarnya hasrat para buruh untuk belajar, sehingga banyak buku Capital yang dipecah bab per bab, supaya bisa didistribusikan seluas mungkin.
Dari halaman-halaman arsip polisi, banyak wajah-wajah dan nama-nama kaum revolusioner yang ditangkap. Kebanyakan orang-orang ini tidak kita kenal, akan tetapi dari pengorbanan para pahlawan dan martir inilah gerakan buruh Rusia dibangun. Mungkin gambaran yang paling jelas bagaimana lingkaran-lingkaran propaganda Marxis awal ini berfungsi bisa ditemui dalammemoar Krupskaya mengenai Lenin. Mereka mencari kontak lewat lingkaran studi buruh, dimana mata pelajaran “3 R” (Reading, wRiting, aRithmetic; membaca, menulis, berhitung) digabungkan dengan gagasan-gagasan dasar sosialisme. Salah satunya adalah Sekolah Minggu Malam Orang Dewasa Smolensk, di pemukiman kelas buruh Schlisselburg, dimana Nadezhda Krupskaya mengajar. Para pengajar muda sangatlah populer di antara kaum buruh, dan mereka membina hubungan yang sangat dekat dengan para buruh. “Para buruh yang adalah anggota organisasi,” tulis Krupskaya, “menghadiri sekolah untuk bertemu dengan buruh lainnya dan memilah-milah beberapa dari mereka yang bisa ditarik ke dalam lingkaran dan organisasi.”[4]
Di tempat lain, Krupskaya mengingat: “Ini semacam konspirasi diam-diam. Kita sesungguhnya bisa berbicara mengenai apapun di sekolah ini, walaupun jarang sekali ada kelas tanpa mata-mata. Kita harus menghindari kata-kata buruk seperti ‘Tsar’, ‘mogok’, dsb., dan hal-hal yang fundamental dapat dibicarakan. Tetapi, resminya, kita tidak boleh mendiskusikan apapun. Di satu waktu, mereka menutup sebuah kelas, karena sang inspektur datang tiba-tiba dan menemukan kita sedang mengajar matematika perkalian 10×10, sementara menurut mata ajaran kita hanya boleh mengajar perkalian 4×4.”[5]
Pada saat yang sama Plekhanov dan para kolaboratornya membentuk Kelompok Emansipasi Buruh di luar negeri, lingkaran Sosial Demokratik (Marxis) yang pertama muncul di St. Petersburg, yang dibentuk oleh seorang pelajar dari Bulgaria, Dimiter Blagoev (1856-1924) – pemimpin masa depan Partai Komunis Bulgaria. Pada 1884, kelompoknya mengambil nama “Partai Sosial Demokrat Rusia” dan bahkan mulai menerbitkan koran – Rabochii (Buruh). Akan tetapi kelompok ini tidak bertahan lama sebelum diremukkan oleh polisi. Tetapi proses ini sudah terlalu maju untuk bisa dihentikan oleh polisi. Tahun berikutnya, kelompok Sosial Demokratik lainnya terbentuk di ibu kota, kali ini dengan hubungan yang lebih dekat dengan kelas buruh. Kelompoknya P.V. Tochissky melibatkan para buruh magang dan pengrajin-tangan, dan mengikuti bentuk organisasi “Brotherhood of St. Petersburg Artisans” (Persaudaraan Artisan St. Petersburg).
Lebih jauh lagi di area Volga, Rusia Tengah, di Zazan, Nikolai Fedoseyev (1871-1898) mengorganisir sekelompok pelajar, yang salah satu anggotanya adalah seorang pelajar muda bernama Vladimir Ulyanov, yang lalu dikenal sebagai Lenin. Benih-benih awal telah tertanam, dan rekrut-rekrut pertama telah dimenangkan, walaupun hanya segelintir, di Kazan, Nizhny Novgorod, Samara, Saratov, Rostov-on-Don, dan kota-kota lain. Kelompok ini bubar ketika Fedoseyev ditangkap pada musim panas 1889. Bertahun-tahun kemudian, pada Desember 1922, Lenin menulis sebuah catatan singkat kepada Komisi Sejarah Partai dimana dia memberikan penghormatan hangatnya kepada Fedoseyev, “seorang revolusioner yang sungguh bertalenta dan berbakti.”[6]
Bekerja melawan arus, di bawah kesulitan-kesulitan luar biasa dan selalu terancam keselamatannya, para propagandis Marxis dengan keraskepala melakukan tugas mereka. Banyak dari mereka yang tidak selamat untuk melihat buah dari kerja mereka. Mereka tidak pernah berjuang di pertempuran akhir, atau melihat sistem yang tua dan yang dibenci rakyat ini tumbang. Peran mereka adalah yang paling sukar. Tugas awal yang sukar; membangun gerakan dari nol; dengan sabar memenangkan satu dan dua; menjelaskan, berdebat; meyakinkan orang; melakukan seribu satu tugas-tugas membangun organisasi yang rutin dan membosankan, yang terlewatkan oleh para sejarawan, tetapi adalah inti dari tugas historis yang besar. Kendati semua kesulitan, kerja yang lambat dan sabar ini mulai berbuah. Kelompok-kelompok Marxis mulai bermunculan di seluruh Rusia. Mengkopi Kelompok Emansipasi Buruh, ada yang menyebut diri mereka Liga Perjuangan Emansipasi Kelas Buruh. Pada saat yang sama, gerakan buruh mulai mengambil karakter massa. Dan, seperti petir yang menyambar dari langit yang biru, satu peristiwa besar terjadi yang sepenuhnya mengubah situasi di Rusia.
Pada 1891 dan 1892, bencana kelaparan yang parah menyapu bangsa ini. Kelaparan meluas di desa-desa dan harga makanan naik drastis. Kelaparan, kolera, dan tifus menyerang 40 juta jiwa, banyak desa yang musnah, terutama di daerah Volga. Para petani yang kelaparan membanjiri kota-kota, siap bekerja dengan bayaran apapun. Ini, bersama dengan kemajuan ekonomi, yang secara paradoks terjadi bersamaan dengan bencana kelaparan, menghasilkan gelombang pemogokan, terutama di Rusia Tengah dan Barat, yakni pusat-pusat industri garmen. Ini disertai benturan-benturan dengan polisi dan Cossack, terutama pemogokan buruh garmen Polandia di Lodz pada 1892.
Bencana kelaparan ini mengekspos kebangkrutan autokrasi serta korupsi dan ketidakefisienan birokrasi. Nasib jutaan rakyat yang kelaparan sangat mempengaruhi kaum muda. Gerakan pelajar muncul kembali di Moskow dan Kaza. Keresahan masyarakat ini juga mempengaruhi kaum liberal. Dibungkam oleh rejim Alexander III yang reaksioner, Zemstvo-zemstvo bangkit kembali karena bencana kelaparan ini. Di seluruh Rusia, kaum liberal yang kaya, lewat Zemstvo, meluncurkan kampanye peduli kelaparan. Kaum liberal Zemstvo, kebanyakan dari mereka adalah sisa-sisa lama dari gerakan “turun ke bawah” pada 1870an, meringankan beban hati nurani mereka dengan meluncurkan dapur-dapur umum. Mereka berusaha sebisa mungkin memberikan perjuangan melawan kelaparan karakter yang tidak-berbahaya dan non-politik, yang sejalan dengan kebijakan “aksi-aksi kecil” mereka. Tetapi gejolak sosial dan politik yang disebabkan oleh kelaparan ini dan respons administrasi Tsar yang kacau membuat kaum intelektual resah, dan menyediakan banyak rekrut baru untuk kaum Marxis, yang sedang berpolemik dengan para perwakilan tendensi Narodnik liberal. Tajamnya perjuangan ini tercerminkan dalam sebuah episode yang diingat oleh Krupskaya, dalam salah satu intervensi Lenin yang pertama segera setelah dia tiba di St. Petersburg:
“Konferensi ini disamarkan sebagai pesta kue dadar … Pertanyaan muncul mengenai jalan apa yang harus kita tempuh. Tidak ada persetujuan di antara para hadirin. Seorang mengatakan bahwa kerja Komite Pemberantasan Buta Huruf adalah sangat penting. Vladimir Ilyich tertawa, dan tawanya terdengar sangat kasar (saya tidak pernah mendengar dia tertawa seperti ini lagi). ‘Baiklah, bila ada yang ingin menyelamatkan bangsa ini dengan bekerja di Komite Pemberantasan Buta Huruf,’ katanya, ‘silakan saja.’”[7]
Memperhatikan situasi dari jauh, Plekhanov segera paham bahwa ada perubahan fundamental yang sedang berlangsung, yang menuntut perubahan dalam metode-metode kerja kaum Marxis. Bencana kelaparan telah mengekspos sepenuhnya kebangkrutan autokrasi. Gagasan majelis perwakilan, atau Zemsky Sobor (dalam bahasa Rusia), mulai menjadi populer di antara kaum intelektual liberal. Plekhanov segera memanfaatkan peluang ini. Dalam pamfletnya, “All-Russian Ruin”, yang diterbitkan di Sotsial Demokrat, edisi nomor 4, Plekhanov menjelaskan bahwa bencana kelaparan ini bukanlah bencana alam tetapi bencana sosial. Memulai dari kekacauan yang disebabkan oleh korupsi dan keimpotenan rejim Tsar, dia menunjukkan perlunya melakukan propaganda dan agitasi luas, yang menghubungkan tuntutan-tuntutan konkret massa dengan gagasan sentral menumbangkan autokrasi.
Tentu saja, slogan Zemsky Sobor di tangan kaum liberal diberikan karakter yang sepenuhnya reformis dan utopis. Tetapi Plekhanov, dengan insting revolusioner yang sangat tajam, mengedepankan slogan ini sebagai sebuah slogan perjuangan yang militan, sebagai cara untuk memobilisasi massa dan mendorong elemen-elemen terbaik kaum intelektual demokratik ke gagasan perjuangan terbuka melawan Tsarisme. Dia menulis, “Semua orang Rusia yang jujur, yang bukan bagian dari dunia para pengejar-uang, kulak, dan birokrat Rusia, harus segera beragitasi untuk diselenggarakannya Zemsky Sobor.”[8]
Artikel Plekhanov ini adalah usaha konkret pertama untuk menjawab masalah bagaimana menghubungkan gerakan buruh dengan gerakan kelas-kelas lain yang tertindas dalam melawan musuh bersama, yakni Tsarisme. Di bawah kondisi perbudakan Tsar, blok-blok sementara dan episodik dengan elemen-elemen borjuis kecil yang paling radikal atau bahkan kaum borjuasi liberal adalah sesuatu yang tak-terelakkan. Akan tetapi, persetujuan seperti ini sama sekali tidak mensyaratkan adanya persetujuan programatik. Sebaliknya, justru persyaratan untuk blok ini adalah tiap-tiap partai harus berbaris di bawah panjinya sendiri: “Berbaris terpisah dan memukul bersama”. Sementara membela kaum liberal dan kaum demokrat borjuis-kecil dari penindasan Tsar, dan kadang-kadang mencapai persetujuan-persetujuan episodik dalam hal-hal praktis seperti transportasi literatur ilegal, memberikan bantuan pada kamerad-kamerad yang ditangkap, dsb., kaum Marxis pada saat yang sama mengkritik kebimbangan dan kebingungan mereka habis-habisan dan tanpa keraguan. Kebijakan seperti ini diformulasikan untuk menggunakan setiap peluang yang ada untuk mendorong gerakan maju ke depan sementara memperkuat posisi Marxisme dan kemandirian kelas proletariat, seperti halnya seorang pendaki gunung dengan cerdik menggunakan setiap pijakan dan pegangan untuk mendaki sampai ke puncak.
Argumen utama Plekhanov adalah bahwa “kehancuran total ekonomi bangsa kita hanya dapat dihindari dengan emansipasi politik sepenuhnya.” Masalah-masalah mengenaskan yang dihadapi oleh rakyat secara langsung mengedepankan perjuangan revolusioner melawan Tsarisme, dimana kelas buruh akan memainkan peran kunci. Sementara, pada tahapan ini, dimana tidak ada seorangpun yang berbicara mengenai kemungkinan revolusi sosialis di Rusia, penggunaan secara cerdik tuntutan-tuntutan demokratik revolusioner, seperti penyelenggaraan Zemsky Sobor, memainkan peran agitasi penting yang mendorong kekuatan-kekuatan revolusioner ke program Marxis. Kebijakan ini sama sekali tidak sama dengan kebijakan-kebijakan Menshevik dan Stalinis yang, di bawah kedok “menyatukan semua kekuatan progresif”, ingin mengsubordinasikan gerakan kelas buruh pada apa-yang-disebut kelas borjuasi progresif. Plekhanov dan, terutama, Lenin mengutuk gagasan “Front Rakyat” yang digagaskan oleh sejumlah kaum Narodnik pada saat itu. Sebelum dia menjadi seorang Menshevik, ketika dia masih membela gagasan-gagasan Marxisme revolusioner, Plekhanov menjawab mereka-mereka yang menuduhnya ingin membuat kaum liberal ketakutan dengan jawaban ini: “Kami menganggap bahwa ‘ketakutan’ yang paling berbahaya adalah membuat kaum sosialis ketakutan akan membuat takut kaum liberal.”[9]
Dari Propaganda ke Agitasi
Penekanan baru untuk melakukan agitasi massa revolusioner membuat banyak orang terkejut. Ekonom di hari depan seperti Boris Krichevsky segera mengkritik “konstitusionalisme” Kelompok Emansipasi Buruh, karena dia tidak memahami perlunya mendorong slogan-slogan demokratik bersamaan dengan tuntutan-tuntutan dasar kelas proletar. Pada saat yang sama, banyak orang bahkan di Rusia yang enggan memahami situasi yang sudah berubah ini. Kebiasaan-kebiasaan lamadari aktivitas lingkaran propaganda kecil sulit diubah. Transisi ke agitasi massa hanya berhasil dilakukan setelah debat-debat dan perpecahan-perpecahan yang menyakitkan. Dalam artikelnya “On the Tasks of the Russian Social Democrats during the Famine in Russia” (1892), Plekhanov memberikan definisi Marxis klasik pada agitasi dan propaganda: “Sebuah sekte dapat merasa puas dengan propaganda dalam arti yang sempit: sebuah partai politik tidak akan pernah puas … Seorang propagandis memberikan banyak gagasan kepada satu atau segelintir orang … Namun sejarah dibuat oleh massa … Dengan agitasi, hubungan yang diperlukan antara ‘para pahlawan’ dan ‘massa”, antara ‘massa’ dan ‘pemimpin-pemimpin mereka’ tertempa dan menjadi kuat.”
Plekhanov menekankan bahwa kaum Marxis harus memenetrasi lapisan massa yang paling luas dengan slogan-slogan agitasi, dimulai dengan tuntutan-tuntutan ekonomik sehari-hari, seperti 8-jam-kerja: “Oleh karenanya semua buruh – dan bahkan yang paling terbelakang – akan menjadi yakin bahwa pelaksanaan setidaknya beberapa kebijakan sosialis akan menguntungkan kelas buruh… Reforma-reforma ekonomi seperti pengurangan jam kerja adalah baik hanya bila mereka menguntungkan buruh.”[10]
Ini menghancurkan argumen kaum reformis yang mengatakan bahwa kaum Marxis “tidak tertarik pada reforma”. Sebaliknya, sepanjang sejarah, kaum Marxis selalu ada di garis depan perjuangan perbaikan kesejahteraan buruh, berjuang untuk upah dan kondisi kerja yang lebih baik, jam kerja yang lebih pendek, dan hak-hak demokratik. Perbedaan antara Marxisme dan reformisme bukanlah “menerima atau tidak menerima” reforma (kita hanya perlu mengajukan pertanyaan ini untuk melihat bahwa pertanyaan ini sungguh konyol). Di satu pihak adalah fakta bahwa reforma-reforma yang serius hanya dapat dimenangkan dengan mobilisasi kekuatan kelas buruh dalam perjuangan melawan kaum kapitalis dan negara mereka; dan di pihak lain, satu-satunya cara mengkonsolidasi pencapaian-pencapaian yang telah diraih oleh kaum buruh dan menjamin semua kebutuhan mereka adalah dengan menghancurkan kekuatan Kapital dan melaksanakan transformasi sosialis. Transformasi sosialis adalah mustahil tanpa perjuangan reforma sehari-hari di bawah kapitalisme, yang akan mengorganisir, melatih, dan mendidik kelas buruh, dan mempersiapkan medan untuk pertempuran terakhir dengan musuh-musuhnya.
Kondisi untuk transisi ke kerja agitasi massa dipersiapkan oleh perkembangan kapitalisme Rusia itu sendiri. Sepanjang dekade 1890an, jumlah pemogokan terus meningkat, dan St. Petersburg adalah pusat gerakan pemogokan ini. Di kota ini kita temui batalion-batalion besar buruh Rusia – yakni buruh metal, dimana 80% dari mereka terkonsentrasikan di pabrik-pabrik besar seperti pabrik Putilov. St. Petersburg adalah tempat dimana kelas buruh tumbuh paling pesat. Antara tahun 1881 dan 1900, kelas buruh di St. Petersburg tumbuh 82 persen, sementara Moskow pada periode yang sama tumbuh 52 persen. Lebih banyak buruh St. Petersburg yang melek huruf – 74% bisa membaca dibandingkan dengan 60% di seluruh Rusia.
Populasi buruh St. Petersburg segar dan muda. Pada 1900, lebih dari dua pertiga populasinya lahir di luar kota, dan lebih dari 80 persen buruhnya lahir di luar kota. Mereka datang dari berbagai penjuru Rusia – petani-petani yang lapar dan tak punya sepeser pun, yang bersedia melakukan kerja apapun. Mereka yang beruntung masuk ke pabrik-pabrik garmen dan metal. Faktor menentukan di St. Petersburg adalah industri metal, sementara di Moskow adalah garmen. Lebih dari setengah buruh St. Petersburg bekerja di pabrik-pabrik besar dengan lebih dari 500 buruh, sementara dua-perlima bekerja di pabrik-pabrik raksasa dengan lebih dari 1000 buruh. Mereka yang tidak beruntung menjadi pengemis, pedagang kaki lima atau pelacur.
Jam kerja sangatlah panjang – antara 10 sampai 14 jam – dan kondisi dan keselamatan kerja sangatlah buruk. Para buruh sering kali harus tinggal di barak-barak pabrik yang sesak, dimana perumahan yang buruk dibuat lebih parah dengan udara dan air yang kotor, dan selokan yang buruk, yang memberi St. Petersburg reputasi sebagai ibu kota yang paling tidak sehat di seluruh Eropa. Kondisi-kondisi buruh garmen adalah yang paling tidak manusiawi, dengan jam kerja yang sangat panjang, melakukan kerja yang monoton di tengah kebisingan yang memekakkan telinga, di bawah kondisi yang tidak sehat, panas, dan lembab, yang akibatnya terhadap buruh, menurut laporan seorang inspektur pemerintah, “ … dapat dikonfirmasikan secara visual dari penampilan luar para buruh – yang sangat kurus, lusuh, letih, dengan dada yang gepeng. Mereka seperti orang sakit, yang baru saja keluar dari rumah sakit.”[11]
Sekitar setengah dari buruh garmen adalah perempuan. Buruh garmen ini kebanyakan adalah kaum tani yang baru saja datang dan buruh tidak-terampil, dan mereka sangat mudah terbakar. Potensi revolusioner buruh garmen sudah terdemonstrasikan di pemogokan-pemogokan tahun 1878-79, ketika usaha pertama dicoba untuk menghubungkan pemogokan ini dengan gerakan revolusioner. Pemogokan-pemogokan ini membuat takut pihak otoritas, sehingga mereka memberikan konsesi-konsesi. Hukum Pabrik Pertama pada 1 Juni 1882 melarang mempekerjakan anak-anak di bawah 12 tahun, dan membatasi jam kerja anak-anak umur 12-15 tahun dari 8 hingga 15 jam. Hukum lainnya pada 1885 melarang shift malam di sejumlah cabang industri.
Para buruh tidak ditakdirkan untuk menikmati buah kemenangan mereka. Pemogokan-pemogokan ini adalah refleksi dari boom ekonomi, yang terkait dengan peperangan Rusia-Turki. Tetapi ketika ekonomi lalu melesu, kaum kapitalis menyerang balik. Selama 1880an, depresi ekonomi menyebabkan pemecatan besar-besaran dan pengangguran, terutama di industri metal. Ribuan buruh dan keluarga mereka jadi fakir miskin. Mereka-mereka yang masih bekerja harus menundukkan kepala mereka dan menggertakkan gigi mereka sementara para pemilik pabrik dengan kejam memotong gaji mereka. Pada awal 1890an, ekonomi mulai tumbuh kembali. Perubahan ini terutama menjadi jelas sejak 1893. Pembangunan rel kereta api mendorong pertumbuhan industri metal di St. Petersburg dan Rusia Selatan. Industri ladang minyak dan batubara mengalami lonjakan besar. Dan angin perjuangan kelas segera menghembus. Gagasan agitasi segera menangkap imajinasi kaum muda di dalam Rusia. Banyak kaum muda yang mulai tidak sabar dengan keterbatasan dari kerja lingkaran propaganda. Kerja ini dimulai oleh kaum Sosial Demokrat di daerah-daerah Barat, yakni di Lituania dan Polandia, dimana pemogokan Lodz dan demonstrasi May Day pada 1892 mengindikasikan akutnya situasi yang ada.
Seperi yang Lenin katakan, Rusia di bawah Tsar adalah “penjara bagi bangsa-bangsa”. Di periode reaksi, menyusul pembunuhan Alexander II, penindasan nasional ditingkatkan. Di bawah pengawasan ketat Pobedonostsev, anjing kembar penjagaautokrasi – yakni polisi dan Gereja Ortodoks – meremukkan semua yang berbau perlawanan, dari pemikir independen seperti Leo Tolstoy sampai kaum Katolik Polandia, Lutheran Baltik, Yahudi, dan Muslim. Pernikahan di gereja-gereja Katolik tidak diakui oleh pemerintah. Di bawah Nikolas II, properti-properti milik gereja Kristen Armenia disita oleh pemerintah. Tempat-tempat ibadah Kalymak dan Buryat ditutup. Asimilasi Rusia dilakukan secara paksa, dan disertai dengan konversi paksa ke agama Ortodoks.
Perkembangan industri berlangsung jauh lebih awal di bagian Barat kerajaan Rusia, Polandia, dan Lituania. Daerah Barat ini, dibandingkan daerah Timur, lebih terindustrialisasi, rakyatnya lebih bisa membaca, dan dengan pengaruh Jerman yang kuat. Oleh karenanya daerah Barat ini dengan cepat dipenetrasi oleh Sosial Demokrasi. Akan tetapi, gerakan buruh di sini sangatlah kompleks dengan masalah kebangsaan. Ditindas oleh Rusia Tsar, kaum buruh dan tani Polandia dan Baltik menanggung beban penindasan ganda. Polandia tercabik-cabik, dipecah-pecah antara Rusia, Austro-Hungaria, dan Prussia. Ini menciptakan warisan penindasan nasional yang pahit, yang sangat mempengaruhi perkembangan gerakan buruh di hari depan. Memori-memori kekalahan 1863 dan penindasan kejam yang menyusul membuat banyak rakyat Polandia membenci Rusia, sebuah kebencian yang terus hidup.
Pihak otoritas Rusia, yang sangat sensitif akan gejolak di propinsi-propinsi Polandia, membubarkan dengan kejam kelompok-kelompok Sosial Demokratik Polandia yang pertama dengan penangkapan, penyiksaan, dan hukuman kerja paksa yang panjang. Tetapi gerakan ini mati satu tumbuh seribu. Daerah Baltik dengan cepat menjadi pusat agitasi dan propaganda Marxis, dan menjadi poin entri untuk literatur-literatur ilegal dan korespondensi antara Kelompok Emansipasi Buruh di luar negeri dengan kaum Marxis bawah tanah di Rusia. Bernard Pares mengomentari situasi di Polandia: “Universitas Warsawa sudah sepenuhnya di-Rusia-kan, dan orang Polandia diajari karya sastra mereka sendiri dengan bahasa Rusia; pada 1885, Rusia dijadikan bahasa untuk mengajar sekolah-sekolah dasar; pelayan-pelayan kereta api Polandia dikirim ke daerah Rusia lainnya; pada 1885 orang Polandia dilarang membeli tanah di Lituania dan Volhynia[12], dimana mereka adalah mayoritas di sana.”[13]
Gerakan Buruh Yahudi
Secara paradoks, Tsarisme mendorong perkembangan industri di Polandia sebagai “tempat ekshibisi” dan berusaha secara sia-sia menghancurkan gerakan nasionalis. Tetapi perkembangan industri ini justru melemahkan rejim dan menciptakan demam kekecewaan di kota-kota Rusia di perbatasan Barat. Kondisi kerja dan upah sangat parah, tetapi para pemilik modal biasanya meraup laba 40-50 persen, dan tidak jarang dapat meraup laba 100%. Super-eksploitasi terhadap buruh ini menciptakan kondisi-kondisi yang cocok untuk perluasan propaganda sosialis. Di tengah periode reaksi yang suram ini, sebuah partai bernama ‘Proletariat’ – “awal dari gerakan sosialis modern di Polandia”[14] – diluncurkan oleh Ludwig Warjinski, seorang pelajar. Kelompok pelajar sosialis Warjinski membentuk lingkaran-lingkaran buruh dan embrio-embrio serikat buruh. Pada 1882, berbagai kelompok bersatu untuk mengorganisir ‘Proletariat’, yang memimpin serangkaian pemogokan, yang berujung pada mogok massa di Warsawa, yang secara kejam ditumpas oleh tentara. Banyak pemimpin ‘Proletariat” yang dijatuhi hukuman penjara panjang. Empat orang digantung. Warjinski sendiri tidak beruntung. Dia dihukum 16 tahun kerja paksa di Benteng Schlusselburg dekat St. Petersburg, dimana dia mati perlahan-lahan.
Setelah gelombang penangkapan ini, ‘Proletariat’ luluh lantak. Ketika Rosa Luxemburg muda bergabung dengan gerakan, hanya sisa-sisanya saja yang tersisa. Leo Jogiches, anak keluarga Yahudi kaya, menggunakan banyak uang pribadinya untuk membiayai pembentukan kelompok sosialis baru di Vilna pada 1885. Kaum Sosial Demokrat Vilna di kemudian hari memainkan peran pelopor, mengembangkan teknik agitasi massa di antara buruh, yang lalu digunakan oleh kaum Marxis seluruh Rusia. Kekuatan-kekuatan muda proletariat Polandia mendapat dorongan kuat dari kekuatan-kekuatan kelas buruh Yahudi yang baru lahir.
Mayoritas kaum Yahudi tinggal di Polandia dan propinsi-propinsi Barat, yang sejak 1881, sesuai dengan hukum yang ada, adalah satu-satunya tempat dimana orang Yahudi boleh tinggal. Kaum Yahudi dipecat dari semua pekerjaan administrasi dan tidak diperbolehkan bekerja di hampir semua profesi pada 1886. Hanya 10 persen kaum Yahudi boleh menghadiri universitas (lima persen di Moskow dan St. Petersburg). Dari 1887, peraturan yang sama juga diaplikasikan di sekolah-sekolah menengah. Pada 1888, semua orang Yahudi yang memperoleh beasiswa pemerintah didaftar sebagai penganut Ortodoks. Anak-anak Yahudi dibaptis walaupun orang tua mereka tidak setuju. Orang Yahudi yang menjadi Ortodoks diceraikan tanpa pemberitahuan. Sinagoga-sinagoga dan daging kosher dikenakan pajak. Untuk memecah belah buruh, pihak otoritas mengorganisir pogrom terhadap kaum Yahudi, rumah-rumah mereka diserang; laki-laki, perempuan, dan anak-anak dibunuh dan dibantai oleh massa lumpenproletar yang bersekongkol dengan polisi.
Populasi Yahudi yang cukup besar di daerah-daerah ini, dengan pengrajin-tangan dan pedagang kecil yang banyak, setiap harinya hidup di tepi jurang kemusnahan. Lapisan rakyat yang paling tertindas, yakni kaum buruh dan pengrajin-tangan Yahudi, wajar saja menjadi lahan subur untuk tumbuhnya gagasan-gagasan revolusioner. Bukan sebuah kebetulan kalau kaum revolusioner Yahudi menyediakan gerakan Marxis dengan jumlah pemimpin yang melebihi proporsi mereka dalam populasi. Kota kosmopolitan Vilna, dengan konsentrasi buruh dan pengrajin-tangan Yahudi yang besar, adalah salah satu pusat Sosial Demokrasi di Rusia pada periode awal. Dari 1881 sampai Revolusi Oktober, ledakan-ledakan kerusuhan rasial yang biadab adalah ancaman yang terus menggantung di atas kepala orang Yahudi. Para pelaku pogrom memprovokasi kaum tani Polandia dan Rusia yang terbelakang untuk menyerang kaum Yahudi, dengan menggunakan sentimen-sentimen agama (pogrom sering terjadi saat Paskah) dan kebencian terhadap pedagang dan rentenir Yahudi. Tetapi mayoritas kaum Yahudi adalah buruh dan pengrajin-tangan miskin. Pada 1888, komisi pemerintah melaporkan bahwa 90 persen orang Yahudi adalah “orang-orang yang hidup dari tangan ke mulut, di tengah kemiskinan dan kondisi-kondisi kehidupan yang teramat opresif. Kaum proletariat Yahudi kerap kali jadi target kerusuhan massa [pogrom] …”[15]
Gerakan buruh Yahudi di Rusia Barat, Polandia, dan Lituania punya sejarah yang panjang. Gerakan pemogokan yang menyapu daerah-daerah ini sejak 1892 membangkitkan gejolak di antara semua bangsa-bangsa yang tertindas, terutama kaum Yahudi, yang menderita penindasan nasional yang paling ekstrem. Kehidupan kebudayaan mulai bangkit, seperti Renaisans nasional. Bebas dari beban-mati kebudayaan tua yang kaku selama 2000 tahun, kaum intelektual Yahudi menjadi terbuka pada gagasan-gagasan yang paling radikal dan revolusioner. Menggantikan eksklusivisme dan isolasionisme, mereka dengan bersemangat mencari kontak dengan kebudayaan-kebudayaan lain, terutama kebudayaan Rusia. Dari tahun 1885, para murid yesivah yang miskin, yang sedang belajar untuk jadi pendeta Rabi, meluncurkan organisasi Narodnik revolusioner di Vilna. Sekarang, kaum buruh Yahudi bergabung dengan perjuangan, dengan bersemangat belajar bahasa Rusia agar bisa membaca buku-buku dan menemukan gagasan-gagasan baru untuk diri mereka sendiri.
Kaum buruh Yahudi sejak lama telah mengorganisir kelompok-kelompok bersama atau kassy, yang mengumpulkan dana untuk keperluan bersama. Kassy sudah ada bahkan mungkin sejak kaum Yahudi ditendang keluar dari gilda-gilda di Jerman dan Polandia. Struktur kelompok-kelompok ini seperti gilda Zaman Abad Pertengahan, atau serikat pengrajin tangan Inggris, dengan ritual-ritual inisiasi mereka, hari-hari libur gilda, dan kerahasiaan yang ketat. Para pengrajin tangan dan buruh yang terorganisir di dalam kassy ini sangatlah konservatif dalam cara pandang mereka, membenci gagasan-gagasan sosialis, dan biasanya mereka dekat dengan sinagoga-sinagoga. Akan tetapi, beban penindasan ganda yang dipanggul oleh buruh Yahudi, sebagai seorang Yahudi dan sebagai seorang buruh, menciptakan kondisi-kondisi yang sangat menguntungkan untuk penyebaran gagasan-gagasan revolusioner dan sosialis. Akimov menulis, “Sebuah gerakan spontan menyebar seperti angin badai sampai ke lapisan masyarakat Yahudi yang paling bawah, melalui strata-strata yang tampaknya konservatif dan tidak mampu paham atau memandu diri mereka sendiri dengan gagasan-gagasan sadar.”[16] Justru karena ini, kaum buruh dan intelektual Yahudi memainkan sebuah peran dalam gerakan revolusioner Rusia yang melebihi proporsi jumlah mereka.
Dana-dana yang dikumpulkan oleh kassy awalnya digunakan untuk para anggotanya yang sakit atau keperluan-keperluan serupa, atau untuk membeli Kitab Torah! Akan tetapi, dalam iklim perjuangan kelas yang baru, dana ini semakin sering digunakan untuk perjuangan buruh. Pemogokan buruh Yahudi yang pertama kali tercatat adalah di Vilna pada 1882 – pemogokan buruh pabrik kaus kaki dimana buruh perempuan memainkan peran utama. Elemen-elemen yang paling aktif adalah para pengrajin tangan Yahudi – pembuat perhiasan, tukang kunci, penjahit, tukang kayu, pencetak buku, tukang sepatu. Pada 1895, ada 27 organisasi pengrajin tangan di Vilna, dengan total anggota 962. “Dalam gerakan buruh sendiri, para pengrajin tangan adalah pelopor, dan buruh pabrik korek api dan rokok mengikuti di belakang dengan terlambat.” Komposisi kelas gerakan buruh Yahudi ini, yang tidak berbeda dengan organisasi-organisasi fraternal di seluruh Rusia, tanpa diragukan adalah faktor dalam peran konservatif yang dimainkan oleh Bund, sebuah organisasi Yahudi pada tahun-tahun awal Partai Buruh Sosial Demokratik Rusia (PBSDR). Seksi-seksi masyarakat Yahudi yang paling maju tidak terpengaruh oleh nasionalisme Yahudi yang di kemudian hari diadvokasi oleh Zionisme. Sebaliknya, mereka melihat bahwa keselamatan rakyat Yahudi ada dalam penolakan tradisionalisme yang tua dan konservatif, dan masuk ke dalam kehidupan kebudayaan dan politik mainstream Rusia. “Kami adalah pendukung asimilasi,” tulis seorang aktivis sosialis pada periode ini, “yang bahkan tidak bermimpi sama sekali mengenai sebuah gerakan massa Yahudi yang terpisah. Tugas kami adalah untuk mempersiapkan kader-kader untuk gerakan revolusioner Rusia, dan beradaptasi pada kebudayaan Rusia.”[17] Kaum Sosial Demokrat Yahudi mengenakan pakaian Rusia, membawa buku-buku Rusia, dan berbicara bahasa Rusia sesering mungkin.
Di lingkaran-lingkaran sosialis, seluruh generasi muda Yahudi terbangunkan ke kehidupan politik dan kebudayaan. Terutama adalah keberanian para perempuan muda Yahudi dari latar belakang kelas buruh, yang memutuskan untuk berpartisipasi dalam gerakan kendati larangan dari para tetua mereka: “Saya melihat mereka sekarang,” ingat seorang partisipan, “pembuat kotak kayu, buruh sabun, buruh gula – mereka-mereka yang ada di lingkaran-lingkaran yang saya pimpin … Pucat, kurus, mata merah, lelah, dan letih. Mereka berkumpul di malam hari. Kita akan duduk sampai jam satu pagi di ruangan yang sesak dengan hanya sebuah lampu gas kecil yang menyala. Kadang-kadang anak-anak kecil akan tidur di ruangan yang sama dan para perempuan berjaga-jaga kalau-kalau ada polisi. Para perempuan muda akan mendengarkan ceramah sang pemimpin dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan, sama sekali lupa akan bahaya yang mengancam, lupa kalau mereka harus berjalan kaki tiga perempat jam untuk pulang ke rumah, di lumpur dan salju yang tebal, terbungkus jaket yang koyak-koyak dan dingin; bahwa mereka harus mengetuk pintu rumah dan menghadapi sumpah dan makian dari orang tua mereka; bahwa di rumah mungkin tidak akan ada lagi roti yang tersisa dan mereka harus pergi tidur dengan perut kosong … dan dalam beberapa jam harus bangun dan berangkat kerja. Dengan perhatian yang begitu serius, mereka mendengarkan ceramah mengenai sejarah kebudayaan, mengenai nilai lebih … mengenai upah, kehidupan di negeri-negeri lain … Mata mereka akan bersinar dengan kegembiraan ketika pemimpin lingkaran mereka mengumumkan edisi baru koran Yisidher Arbayter, Arbayter Shtimme, atau bahkan sebuah brosur! Berapa banyak tragedi yang akan dihadapi oleh para perempuan muda ini di rumah ketika ketahuan membawa koran Akhudusnikers, ketahuan bersama dengan ‘kamerad-kamerad mereka’, ketahuan sedang membaca buku-buku terlarang – berapa banyak makian, pukulan, dan air mata! Tetapi semua ini tidak menghentikan mereka sama sekali. ‘Ini menarik mereka seperti magnet’ keluh para ibu-ibu pada satu sama lain.”
Di sini, di Lituania dan Belarus, para buruh Yahudi dan para intelektual Yahudi yang sudah ter-Rusia-kan melakukan agitasi yang jauh lebih luas dibandingkan propaganda terbatas yang biasa dilakukan di daerah Rusia lainnya. Mereka menerbitkan brosur-brosur dengan bahasa yang digunakan massa buruh Yahudi, yakni bahasa Yiddish, yang berbicara mengenai tuntutan-tuntutan segera massa. Pada saat ini, seorang pelajar berumur-19-tahun dengan nama Julius Martov, ditendang keluar dari St. Petersburg karena aktivitas revolusioner, dan tiba di Vilna, yang sudah menjadi pusat Sosial Demokrasi yang subur. Martov ingat bagaimana isu agitasi dibicarakan oleh para buruh sendiri, yang mendorong agar kaum Marxis keluar dari batas-batas kerja lingkaran kecil. Dia menulis, “Dalam karya saya, saya menulis dengan sangat detil mengenai tujuan-tujuan dan metode-metode sosialisme, tetapi kehidupan yang riil terus mengganggu … Kalau bukan para anggota-anggota lingkaran sendiri yang mengedepankan sejumlah peristiwa yang terjadi di pabrik mereka … maka seorang dari lingkaran lain akan hadir dan kita harus menghabiskan waktu berbicara mengenai kondisi-kondisi di sana.”[18]
Kesuksesan kelompok Vilna mendorong mereka untuk menerbitkan sebuah brosur yang pada saat itu cukup membuat gempar, “Mengenai Agitasi”, yang ditulis oleh Arkady Kremer dan Martov, yang lalu dikenal sebagai “Program Vilna”. Kendati ada sedikit tendensi “spontanitas” dalam dokumen tersebut, dengan gagasan utama bahwa tugas emansipasi buruh harus menjadi tugas buruh sendiri, ini menarik banyak perhatian orang pada periode 1893-97 ketika banyak diskusi tajam berlangsung di mana-mana mengenai peralihan ke agitasi. Pada dasarnya ini adalah reaksi yang sehat terhadap mentalitas “lingkaran kecil” yang sempit dan hasrat untuk membentuk hubungan dengan massa. Pamflet baru ini menantang kondisi-kondisi yang ada saat itu: “Gerakan Sosial Demokratik Rusia ada di jalan yang keliru,” seru dokumen ini. “Ia telah terkunci dalam lingkaran-lingkaran tertutup. Ia harus mendengar detak nadi massa dan memimpinnya. Kaum Sosial Demokrat dapat dan harus memimpin massa buruh karena perjuangan buta kaum proletar niscaya akan mengarah pada tujuan dan ideal yang sama, yang sedang diperjuangkan oleh kaum Sosial Demokrat dengan sadar.”[19]
Liga Perjuangan Petersburg
Pada musim gugur 1893, kaum Sosial Demokrat Petersburg baru saja pulih dari penangkapan pemimpin mereka, Mikhail Ivanovich Brusnyev. Sampai saat itu, orientasi kelompok ini dapat terlihat di kata-kata Brusnyev sendiri: “Peran utama dan fundamental kita untuk mengubah para partisipan … di lingkaran-lingkaran buruh kita menjadi kaum sosial demokrat yang berkembang sepenuhnya dan sadar, yang dapat dengan banyak cara menggantikan kaum propagandis intelektual.”[20] Sudah pada 1891, kelompok ini mampu memobilisasi 100 orang pada pemakaman seorang revolusioner tua N.V. Shelgunov. Ada kontak-kontak di pabrik-pabrik besar dan semua distrik-distrik buruh utama. Kerja ini telah dimulai oleh para pelajar muda, tetapi perlahan-lahan komposisi kelompok ini berubah. Para pelajar dengan susah-payah ingin membentuk kader-kader kelas buruh atau “para Bebel Rusia”, sebutan mereka. Setelah gelombang penangkapan yang menciduk Brusnyev dan lainnya pada 1892, kelompok ini diorganisir kembali oleh S.I. Radchenko. Ini melibatkan sekelompok pelajar dari Institut Teknik, beberapa dari mereka akan memainkan peran penting dalam perkembangan partai, termasuk Nadya Krupskaya, istri dan partner seumur hidup Lenin di masa depan.
Metode dasar kelompok ini adalah mengorganisir lingkaran-lingkaran studi di pabrik-pabrik utama. Lewat kontak-kontak buruh, buruh-buruh lain ditarik masuk ke dalam lingkaran ini, seperti yang dijelaskan di atas oleh Krupskaya. Kontak-kontak awal mengembangkan level teori mereka dan lalu mereka sendiri menjadi organisator lingkaran-lingkaran lain. Dengan cara ini, jaringan lingkaran studi yang semakin luas terbentuk. Lenin, yang tiba di St. Petersburg pada musim semi 1893, berpartisipasi sebagai pengajar di lingkaran-lingkaran ini dengan alias Nikolai Petrovich. Kerja Lenin di lingkaran-lingkaran ini diceritakan oleh Krupskaya:
“Vladimir Ilyich tertarik dengan detil-detil yang paling kecil mengenai kondisi-kondisi dan kehidupan buruh. Dia ingin memahami kehidupan buruh secara keseluruhan – dia mencoba mencari apa yang dapat digunakan untuk mendekati buruh dengan propaganda revolusioner. Kebanyakan kaum intelektual pada saat itu tidaklah memahami buruh. Seorang intelektual akan datang ke lingkaran studi dan memberikan ceramah kepada para buruh. Untuk waktu yang lama, manuskrip terjemahan karya Engels “Origins of the Family, Private Property and the State” disebarkan di lingkaran-lingkaran buruh. Vladimir Ilyich akan membaca bersama buruh karya Marx, Capital, dan menjelaskan karya tersebut kepada mereka. Paruh kedua dari lingkaran studi ini digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan buruh mengenai pekerjaan dan kondisi-kondisi kerja mereka. Dia menunjukkan kepada mereka bagaimana hidup mereka terhubungkan dengan seluruh struktur masyarakat, dan mengatakan kepada mereka dengan cara apa sistem yang ada hari ini dapat diubah. Kombinasi teori dan praktek adalah fitur terutama dari kerja Vlamidir Ilyich di lingkaran-lingkaran ini. Perlahan-lahan, anggota-anggota lain di lingkaran kita mulai menggunakan pendekatan ini.”[21]
Lingkaran-lingkaran ini berkontribusi dalam mengumpulkan kader-kader kelas buruh. Tetapi mereka juga membentuk kebiasaan-kebiasaan konservatif yang kemudian menjadi hambatan bagi perkembangan gerakan. Martov yang muda mengaku sangat terkejut ketika seorang buruh Marxis yang tua, seorang anggota kelompok Brusnyev, alih-alih mengundang dia untuk bergabung dengan organisasi, justru memberinya setumpuk buku mengenai sejarah zaman kuno dan buku Origin of the Species. Martov menulis, “Dibesarkan di periode sebelumnya dimana ada stagnasi sosial, S tampaknya tidak dapat membayangkan cara lain untuk melatih seorang revolusioner selain melatihnya, selama bertahun-tahun, dengan teori yang lengkap, yang mahkotanya lalu adalah menerima kerja praktikal. Bagi kami, yang telah membaca pidato-pidato buruh SPD pada 1 Mei 1891, dan telah terguncang oleh kebangkrutan rejim ini di hadapan bencana kelaparan, sungguh tak terbayangkan untuk menunggu begitu lama.”[22]
“Program Vilna” membawa dampak yang besar dalam gerakan Rusia dan diperdebatkan dengan panas di lingkaran-lingkaran studi. Martov membawa satu kopi pamflet ini ke St. Petersburg pada musim gugur 1894. Di bukunya “Memories of Lenin”, Krupskaya mengingat: “Ketika pamflet Vilna ‘Mengenai Agitasi’ terbit setahun kemudian, medan perjuangan sudah siap untuk agitasi dengan selebaran-selebaran. Kita harus melakukan kerja ini. Metode agitasi berdasarkan kebutuhan sehari-hari buruh menjadi mengakar dalam kerja partai kami. Saya hanya memahami bagaimana pentingnya metode kerja ini beberapa tahun kemudian, ketika saya tinggal di Prancis sebagai eksil dan menyaksikan, selama pemogokan besar pekerja pos di Paris, Partai Sosialis Prancis berdiri saja di pinggir dan tidak mengintervensi pemogokan ini. Ini adalah urusan serikat buruh, kata mereka. Mereka pikir kerja partai hanyalah perjuangan politik. Mereka tidak paham sama sekali perlunya menghubungkan perjuangan politik dengan perjuangan ekonomi dan industrial.”[23]
Pada 1895, kelompok Lenin punya 10-16 anggota, yang mengorganisir 20-30 lingkaran studi buruh, dan punya 100-150 kontak.[24] Kelompok ini terhubungkan dengan lingkaran-lingkaran buruh lewat organiser-organiser daerah. Pada akhir tahun, kelompok ini aktif di hampir semua distrik buruh. Pada bulan November, sebuah langkah menentukan diambil ketika sebuah kelompok Sosial Demokratik yang baru saja dibentuk, termasuk Martov, merger dengan “para veteran” untuk membentuk Liga Perjuangan St. Petersburg untuk Emansipasi Buruh – sebuah nama yang dipilih untuk bersolidaritas dengan Kelompok Emansipasi Buruhnya Plekhanov, atas usul Martov. Pembagian tugas dilakukan – finans, kontak dengan kelompok-kelompok intelektual revolusioner, mencetak selebaran-selebaran, dsb. Kelompok ini punya kontak dengan percetakan bawah tanah yang dijalankan oleh sekelompok kaum Narodnik Petersburg. Pemimpin kelompok ini adalah Lenin dan Martov.
“Saya tidak paham apa yang ada di kepala mereka belakangan ini, tiba-tiba mengirim ke kami para muzhik politik ini! Sebelumnya mereka biasanya membawa ke kami orang-orang kelas atas dan kaum pelajar, orang-orang terhormat. Tetapi sekarang yang datang adalah orang-orang seperti kalian, hanya muzhik biasa – seorang buruh!”[25]
Dengan kata-kata ini, sipir penjara Taganskaya menyambut kehadiran M.N. Lyadov, salah seorang pemimpin Liga Buruh Moskow pada 1895. Dengan caranya sendiri, sang sipir tua ini memahami perubahan yang sedang terjadi dalam gerakan revolusioner Rusia pada 1890an. Pertumbuhan pesat Liga Petersburg merefleksikan perubahan dalam situasi objektif. Kebangkitan gerakan pemogokan memberikan peluang yang sangat besar untuk agitasi dengan selebaran-selebaran populer. Selebaran-selebaran ini menikmati kesuksesan instan dan menghubungkan kekuatan Marxis yang kecil dengan lapisan buruh yang semakin luas. Kaum muda, terutama rekrut-rekrut baru dengan sedikit pemahaman teori Marxis, melempar diri mereka dengan antusias ke kerja agitasi pabrik, terutama berkaitan dengan isu “roti dan mentega”. Ini membawa hasil-hasil yang luar biasa, bahkan di antara lapisan kelas yang paling tertindas, terbelakang, dan bodoh.
Di satu pemogokan saja, menurut Fyodr Dan, Liga Petersburg menerbitkan lebih dari 30 macam selebaran.[26] Agitasi dilakukan dengan cara berdialog dengan buruh. Liga Petersburg akan mendengarkan dengan seksama keluhan-keluhan buruh, mencatat tuntutan-tuntutan mereka dan mengumpulkan laporan-laporan perjuangan di berbagai pabrik. Mereka kemudian mengembalikan informasi ini ke buruh dalam bentuk agitasi, bersamaan dengan seruan-seruan organisasional, mengekspos manuver-manuver manajemen dan polisi, dan mencari dukungan. Gerakan pemogokan tahun 1890an menjadi sekolah persiapan perjuangan yang besar, yang mendidik seluruh generasi buruh dan Marxis. Di tengah absennya gerakan buruh yang terorganisir dan legal, selebaran-selebaran kecil ini menciptakan sensasi. Munculnya sebuah selebaran menimbulkan ledakan harapan di pabrik. Setiap saat mata mandor tidak ada di atas mereka, para buruh akan berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil (lokasi favorit adalah toilet pabrik) dan selebaran akan dibaca dengan lantang, yang dijawab oleh para buruh: “Betul sekali!” dan “Sungguh benar!” Takharev mengingat bagaimana para buruh biasanya merespons selebaran ini: “Kirimkan ke direktur! Kirimkan ke direktur!” dan dengan cepat “rumor mengenai selebaran-selebaran ini tersebar di pabrik-pabrik St. Petersburg. Kaum intelektual tidak perlu lagi mencari-cari buruh, yang sekarang justru mencari-cari ‘para pelajar’ dan meminta selebaran-selebaran ini.”[27]
Keberhasilan pendekatan ini digambarkan oleh Trotsky dalam buku otobiografinya:
“Kami menemukan buruh begitu menerima propaganda revolusioner, melebihi mimpi kami yang paling liar. Keefektifan kerja kami membuat kami mabuk. Dari kisah-kisah revolusioner, kami tahu bahwa biasanya buruh yang dapat dimenangkan ke propaganda kami biasanya hanya segelintir saja. Seorang revolusioner yang dapat memenangkan dua atau tiga orang ke sosialisme berpikir dia telah melakukan kerja yang baik. Sementara dengan kami, jumlah buruh yang bergabung atau ingin bergabung dengan kami tampak tidak terbatas. Satu-satunya hal yang kurang adalah bahan-bahan pendidikan dan literatur. Para guru harus bergiliran menggunakan satu kopi buku ‘Manifesto Komunis’ oleh Marx dan Engels yang sudah lusuh, yang telah diterjemahkan oleh banyak tangan di Odessa, dengan banyak kekurangan dalam teksnya.”
“Tidak lama kemudian kami mulai memproduksi literatur kami sendiri: ini adalah awal dari kerja revolusioner saya, yang hampir bersamaan dengan awal dari aktivitas revolusioner saya. Saya menulis proklamasi-proklamasi dan artikel-artikel, dan mencetak mereka dengan tulisan tangan untuk mesin cetak hektograf. Saat itu kami bahkan tidak mengenal mesin tik. Saya menulis tiap-tiap huruf dengan sangat hati-hati, dan memastikan agar mereka cukup jelas sehingga bahkan orang yang tidak begitu bisa membaca dapat memahami proklamasi kami tanpa masalah. Saya menghabiskan sekitar dua jam untuk setiap halaman. Kadang-kadang saya tidak meluruskan punggung saya selama seminggu, dan berhenti bekerja hanya untuk pertemuan dan kelompok studi.”
“Tetapi sungguh sebuah kepuasan yang saya rasakan ketika saya menerima informasi dari pabrik-pabrik dan tempat-tempat kerja bahwa para buruh membaca dengan begitu rakusnya lembaran-lembaran misterius yang dicetak dengan tinta ungu ini, mendistribusikannya dari tangan ke tangan sementara mendiskusikannya! Mereka membayangkan sang penulis sebagai seorang yang misterius dan hebat, yang secara misterius telah memenetrasi pabrik mereka dan tahu apa yang terjadi di sana, dan dalam 24 jam kemudian menulis komentar-komentarnya dalam selebaran.”[28]
Reaksi para buruh terhadap selebaran-selebaran ini dilaporkan oleh Takhtarev pada 1897, yang menulis komentar-komentar di bawah yang masih segar dalam pikirannya:
“‘Coba pikirkan hidup apa yang sedang kita jalani! … Kita biasanya hanya bekerja dan bekerja, dan tidak pernah melihat matahari. Kita dapat melihat dengan mata kita sendiri bagaimana mereka menipu kita, tetapi apa yang dapat kita perbuat? … Tetapi sekarang ada orang-orang muda yang menyaksikan semua ini, dimana-mana, dan menulisnya. Katakan ini kepada Soyuz (Liga Petersburg), kau dengar, kita harus memberi tahu mereka.’”
“‘Siapa yang menyebarkan selebaran-selebaran ini?’”
“‘Para mahasiswa, saya pikir. Tuhan berkati mereka yang telah mencetak selebaran-selebaran ini.’ Lalu sang buruh membuat tanda salib.”[29]
Dengan berpartisipasi secara energetik dalam agitasi, kekuatan Marxisme yang kecil dapat memainkan peran yang jauh melampaui jumlah mereka. Selebaran-selebaran yang dicetak dengan huruf-huruf kecil direspons dengan baik. Kadang-kadang hanya munculnya selebaran-selebaran ini cukup menenggelamkan seluruh pabrik ke dalam gejolak dan diskusi, danmempengaruhi ketegangan-ketegangan yang sudah ada sebelumnyadalam pabrik. Keberhasilan agitasi ini segera menarik perhatian polisi Tsar. Pihak otoritas paham betul adanya mood yang meledak-ledak di antara buruh St. Petersburg, dan mereka tahu pengaruh selebaran-selebaran ini. Pada Februari dan Maret 1896, sebuah selebaran muncul yang menyuarakan tuntutan-tuntutan buruh di galangan kapal Petersburg. Menteri Interior, yang khawatir akan terjadinya pemogokan, memerintahkan investigasi, dan menganjurkan pemilik galangan kapal untuk memenuhi tuntutan-tuntutan buruh.
Akan tetapi, transisi dari propaganda kelompok kecil ke agitasi massa tidaklah terjadi tanpa kesulitan atau tanpa ketegangan internal. Bagi banyak orang, aktivitas bawah tanah telah menjadi cara hidup dan rutinitas dimana seorang menjadi terbiasa. Periode lingkaran kecil bawah tanah yang lama telah membentuk semacam “mentalitas lingkaran kecil”. Kondisi kehidupan lingkaran kecil tidak menuntut banyak aktivitas di luar. Seorang hanya bergerak di antara sejumlah kamerad atau buruh-buruh yang maju, dalam lingkaran dimana semua orang saling kenal. Sementara, agitasi di antara massa tampak seperti sebuah loncatan ke dalam kegelapan. Rutinitas harus dihancurkan. Gagasan dan metode harus diubah secara radikal. Tidak heran kalau lapisan“orang-orang tua” tidak mempercayai dan menentang gagasan untuk melakukan agitasi massa. Krassin dan S.I. Radchenko memperingatkan sejumlah konsekuensi buruk bila taktik baru ini dilakukan: ini akan menghancurkan kerja bawah tanah, menyebabkan penangkapan massal, membahayakan kamerad-kamerad, dan mengacaukan kerja.
Masalah “taktik baru” ini didiskusikan, pertama-tama di lingkaran kecil para veteran, dan kemudian di pertemuan-pertemuan buruh yang lebih luas, dimana kutipan-kutipan dari brosur Kremer “Mengenai Agitasi” dibacakan dan didebat. V.I. Babushkin, seorang buruh-propagandis dari St. Petersburg, mengingat reaksinya terhadap proposal baru ini: “Saya benar-benar menentang agitasi, walaupun saya melihat dengan jelas buah dari kerja agitasi ini dalam mengobarkan antusiasme massa buruh; karena saya masih sangat takut akan gelombang penangkapan [yang saat itu menimpa sejumlah “orang-orang tua”, termasuk Lenin pada Desember 1895] dan berpikir bahwa sekarang semuanya akan musnah. Akan tetapi, saya ternyata keliru.”
Martov mengingat bagaimana Babushkin dengan geram memprotes padanya metode baru ini: “Di sini kamu mulai menyebarkan selebaran-selebaran ke seluruh penjuru dan dalam dua bulan kamu akan menghancurkan apa yang telah dibangun dalam bertahun-tahun … Kaum muda yang baru, yang dibesarkan dalam aktivitas agitasi ini, akan cenderung punya cara pandang yang dangkal.”[30] Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa kekhawatiran Babushkin sama sekali bukan tanpa fondasi. Beberapa dari mereka yang dengan antusias mendukung “agitasi” dan menolak teori dan “lingkaran kecil” bukan hanya dangkal, tetapi juga oportunis. Akan tetapi, reaksi melawan “mentalitas lingkaran kecil” ini adalah sebuah koreksi yang diperlukan untuk membenarkan tendensi konservatif ini, yang kalau tidak dibenarkan akan mengubah gerakan masif ini menjadi sebuah sekte. Bertahun-tahun kemudian, Trotsky jelas mengingat periode ini ketika dia menulis bahwa: “Setiap partai kelas buruh, setiap faksi, selama tahapan awalnya, melalui periode propaganda murni, yakni periode pelatihan kader-kadernya. Periode keberadaan sebagai sebuah lingkaran Marxis biasanya akan membentuk kebiasaan mengambil pendekatan abstrak terhadap masalah-masalah gerakan buruh. Siapapun yang tidak mampu keluar dari batasan-batasan keberadaan ini akan menjadi seorang sektarian yang konservatif.”[31]
Contoh bagaimana kerja di antara buruh ini terhambat oleh kebiasaan-kebiasaan konservatif adalah diskusi yang terjadi di antara kaum Marxis di Moskow mengenai bagaimana mengintervensi May Day pada 1895. Mitskevich mengingat bagaimana kamerad-kameradnya ketakutan dengan gagasannya untuk mengorganisir pertemuan bawah tanah di hutan: “Ketika saya mengajukan masalah ini kepada kamerad-kamerad saya, mereka memutuskan untuk merayakan May Day dengan diam-diam dan tidak menarik perhatian. Mereka sungguh tidak ingin membahayakan kerja kami dan mereka takut ditangkap. Mereka mengatakan: ‘Terlalu dini untuk menunjukkan diri kita, kekuatan kita masih terlalu kecil untuk aksi terbuka: gagasan perayaan terbuka – ini adalah gagasan untuk kaum intelektual’.”[32] Tetapi kehidupan sendiri sedang mempersiapkan kejutan besar, sebuah perubahan situasi yang besar yang menjungkirbalikkan semua skema yang ada di kepala mereka.
Pada 23 Mei 1896, pemogokan para buruh pemintal kapas di Pabrik Pemintal Rusia di distrik Narva, St. Petersburg, menjadi sinyal bagi gelombang pemogokan yang besar. Para buruh garmen melakukan aksi sweeping pabrik yang dengan cepat meluaskan pemogokan ini. Betapa cepatnya pemogokan ini meluas merupakan indikasi mood buruh yang telah terakumulasi selama dekade terakhir. Sebuah gelombang pemogokan yang besar mengguncang ibukota, dan untuk pertama kalinya, kaum Marxis St. Petersburg menemui diri mereka memimpin gerakan massa kelas buruh.
Perubahan kondisi akibat gelombang pemogokan ini memberikan peluang raksasa kepada kekuatan Marxis yang kecil untuk meluaskan pengaruh mereka. Akan tetapi, di periode awal, banyak kesempatan yang seringkali luput karena resistensi lapisan-lapisan yang lebih konservatif terhadap metode-metode baru. Selama pemogokan 2000 pemintal kapas di Ivanovo-Voznesensk pada Oktober 1895, para pemimpin Liga Buruh awalnya menentang proposal untuk mengirim agitator-agitator untuk mengontak para buruh dan mencari dukungan dari pabrik-pabrik lain untuk pemogokan ini. Akhirnya sebuah kompromi diraih, dimana Liga tidak akan bertanggungjawab untuk pemogokan ini tetapi tiap-tiap anggota secara individual boleh berpartisipasi dan menanggung risiko sendiri! Perseteruan-perseteruan yang serupa terjadi di hampir semua lingkaran sosial demokratik. Tetapi perlahan-lahan metode-metode baru diterima, dan mencapai hasil-hasil yang spektakuler.
Kaum Marxis tidak membatasi diri mereka sendiri pada agitasi masalah-masalah ekonomi, tetapi juga mencoba mengedepankan gagasan-gagasan politik kepada buruh. Setelah penangkapan-penangkapan pada Desember 1895, kelompok Petersburg menerbitkan selebaran: “Apa itu kejahatan sosialis dan politik?” Pada periode pertama agitasi, sementara memulai dari tuntutan-tuntutan segera kaum buruh, setiap usaha harus dilakukan untuk memperluas wawasan politik buruh, menghubungkan tuntutan-tuntutan segera dengan tujuan utama menumbangkan autokrasi. Dengan berpartisipasi dengan berani dalam kerja agitasi, pengaruh Marxisme tumbuh pesat di antara kaum buruh. Walaupun kekuatan mereka kecil, dan bekerja di bawah situasi yang teramat sulit, kaum Marxis akhirnya menghancurkan halangan yang memisahkan mereka dari massa. Sekarang jalan sudah terbuka untuk pembentukan sebuah partai proletariat Rusia yang kuat dan tersatukan.
____________________
Catatan Kaki
[1] Trotsky, The History of the Russian Revolution, hal. 32.
[2] Statistik dari F. Dan, The Origins of Bolshevism, hal. 150 dan B.H. Sumner, A Survey of Russian History, hal. 324-331.
[1] Dikutip di LCW, Explanation of the Law on Fines Imposed on Factory Workers, vol. 2, hal. 38.
[2] Istoriya KPSS, vol. 1, hal. 100.
[3] Luddisme adalah nama yang diberikan untuk gerakan kaum buruh Inggris pada tahun-tahun awal revolusi industri, sebuah gerakan dimana buruh menghancurkan mesin-mesin pabrik karena dianggap sebagai penyebab naiknya tingkat pengangguran.
[4] N.K. Krupskaya, Reminiscences of Lenin, hal. 17.
[5] N.K. Krupskaya, Memories of Lenin, (1893-1917), hal. 6.
[6] LCW, A Few Words About N.Y. Fedoseyev, vol. 33, hal. 453.
[7] N.K. Krupskaya, Reminiscences of Lenin, hal. 12-13.
[8] Dikutip di V. Akimov, On the Dilemmas of Russian Marxism 1895-1903, hal. 16.
[9] G. Plekhanov, Sochineniya, vol. 1, hal. 403
[10] Dikutip di V. Akimov, On the Dilemmas of Russian Marxism 1895-1903, hal. 17
[11] Dikutip di G.D. Surh, 1905 in St Petersburg: Labour, Society and Revolution, hal. 54
[12] Volhynia atau Volyn adalah wilayah historis di Eropa Tengah dan Timur, yang mencakup Polandia, Ukraina dan Belarus. Sejak runtuhnya Uni Soviet, daerah ini menjadi bagian dari Ukraina.
[13] B. Pares, op. cit., hal. 465
[14] P. Frolich, Rosa Luxemburg, hal. 20.
[15] Nora Levin, Jewish Socialist Movements 1871-1917, hal. 16.
[16] V. Akimov, On the Dilemmas of Russian Marxism 1895-1903, hal. 209.
[17] Dikutip di N. Levin, op. cit., hal. 226 dan 234.
[18] Ibid., hal. 240
[19] Ibid., hal. 240-1
[20] Istoriya KPSS, vol. 1, hal. 159.
[21] Krupskaya, Memories of Lenin, (1893-1917), hal. 6-7.
[22] J. Martov, Zapiski Sotsial Demokrata, hal. 92, dikutip di A.R. Wildman, The Making of a Worker’s Revolution-Russian Social Democracy 1891-1903, hal. 37.
[23] Krupskaya, Memories of Lenin, (1893-1917), hal. 7.
[24] Istoriya KPSS, vol. 1, hal. 222.
[25] I. Verkhovtsev, (ed.) Bor’ba za Sozdanie Marksistskoi partii v Rossii (1894-1904), hal. 3.
[26] F. Dan, op. cit., hal. 205.
[27] Dikutip di A.R. Wildman, op. cit., hal. 63.
[28] Trotsky, My Life, hal. 110.
[29] Dikutip di Wildman, op. cit., hal. 64.
[30] Ibid., hal. 53
[31] Trotsky, Writings, 1935-36, hal. 153.
[32] Dikutip di Wildman, op. cit., hal. 54-5.