Bab 4. Melawan Ekonomisme dan Reformisme
‘Marxisme Legal’
Alexander III meninggal pada 1 November 1894, dan digantikan oleh anaknya, Nikolas II. Pada bulan Januari setahun kemudian, pada saat pernikahan sang raja yang megah, kaum liberal Zemstvo mengumpulkan keberanian mereka dan mengirim sebuah petisi dalam bentuk ucapan selamat: “Kami sangat berharap kalau suara rakyat akan selalu dapat terdengar di ketinggian singgasana raja.” Nikolas II menjawab dengan sangat tajam: “Saya sangat senang melihat perwakilan-perwakilan dari semua kelas berkumpul untuk menyatakan kesetiaan mereka. Saya percaya akan ketulusan dari sentimen kesetiaan tersebut, yang memang adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap warga Rusia. Tetapi saya tahu bahwa belakangan ini, di beberapa pertemuan Zemstvo, terdengar suara orang-orang yang bermimpi akan partisipasi para perwakilan Zemstvo dalam urusan-urusan administrasi internal. Biarlah semua orang tahu bahwa saya, sementara membaktikan seluruh tenaga saya untuk kesejahteraan rakyat, akan mempertahankan prinsip autokrasi dengan tegas dan tanpa-keraguan seperti ayah saya.”
Para perwakilan Zemstvo yang terhormat terpaksa mendengar jawaban ini, seperti seember air es dituangkan ke atas kepala mereka. Pesan ini bahkan tidak dibaca oleh Tsar, yang mengirim bawahannya untuk membacanya. Seorang saksi mata menulis: “Seorang pejabat kecil melangkah keluar, di tangannya ada secarik kertas, dan dia mulai menggerutu sesuatu, sembari kadang-kadang melihat ke secarik kertas tersebut; kemudian tiba-tiba dia membentak: ‘mimpi konyol’ – di sini kami paham bahwa kami sedang dibentak karena sesuatu. Mengapa kami harus dibentak?”[1] Permaisuri raja Nikolas II berdiri tegak, tidak menundukkan kepalanya ketika para perwakilan Zemstvo lewat. Rodichev, sang pengarang “Petisi Tver” ini, bahkan tidak diundang ke resepsi pernikahan dan dilarang tinggal di St. Petersburg. Melebihi semua kata-kata, adegan yang sedikit menghibur ini menunjukkan keimpotenan dan kepengecutan kaum liberal Zemstvo pada peralihan abad ke-20.
Ini adalah tahun-tahun ketika kaum intelektual borjuis mundur bersembunyi, bermain-main dengan spiritualisme, mistisisme, pornografi, dan “seni untuk seni”. Seni dan sastra menyaksikan bangkitnya simbolisme, dengan nada-nada mistiknya dan kebangkrutannya. Semua ini hanyalah refleksi dari fin de siècle[2]kaum intelektual dan juga kebuntuan dan keputusasaan akibat hancurnya Narodnaya Volya. Seperti yang Marx pernah katakan, sejarah mengulang dirinya – pertama kali sebagai tragedi, kedua kali sebagai lelucon. Seperi karikatur Narodnisme yang menyedihkan, kaum muda liberal mengenakan pakaian petani dan menjadi “kaum Tolstoyan”, berpartisipasi dalam berbagai kerja amal untuk bencana kelaparan, kampanye pemberantasan buta huruf, dan hal-hal serupa lainnya.
Pengaruh gagasan Marxis di antara kaum intelektual mulai tumbuh besar, dan ini menghasilkan fenomena yang unik. Kesuksesan ideologi Marxis dalam melawan Narodnisme mulai membuat selapisan kaum intelektual borjuis di universitas-universitas tertarik. Mereka terpesona oleh Marxisme sebagai teori sosial-historis, tanpa pernah memahami konten kelas revolusionernya. Kelas borjuasi yang muda ini sedang mencari suaranya sendirinya, mencoba menekankan kepentingan-kepentingan kelasnya dan menyediakan pembenaran teoritis untuk keniscayaan perkembangan kapitalisme di Rusia. Sejumlah gagasan yang dikedepankan oleh Marxisme dalam perjuangannya melawan Narodnisme dilahap dengan begitu bersemangat oleh selapisan jurubicara intelektual kelas borjuasi. Untuk sementara, “Marxisme”, dalam bentuk akademik yang sudah dikebiri, menjadi trendi di antara sejumlah profesor liberal “kiri”.
Pada tahap-tahap awal, ketika kekuatan Marxisme masih kecil dan tidak punya pengaruh, dan revolusi sosialis masih seperti musik yang terdengar samar-samar, para intelektual dangkal sepertinya sungguh-sungguh mewakili sebuah tendensi Marxisme Rusia. Karena kesulitan-kesulitan luar biasa yang dihadapi oleh gerakan revolusioner di bawah tanah, bantuan-bantuan mereka diterima. Mereka memberikan uang, berkolaborasi dalam penerbitan literatur Marxis, dan, karena absennya pers Marxis, memfasilitasi penerbitan pandangan-pandangan Marxis, walaupun dalam bentuk yang tumpul, di jurnal-jurnal Rusia yang legal. Situasi ini memberikan semacam peluang kepada kaum Marxis, yang diperbolehkan menulis di koran-koran borjuis legal seperti Novoe Slovo, Nachalo (bukan koran Nachalo yang diterbitkan oleh Trotsky pada 1905), dan Samarsky Vestnik – tentunya dengan syarat bahwa mereka tidak boleh “terlalu radikal”. Oleh karenanya, muncul semacam makhluk aneh, yakni “Marxisme Legal”, yang perwakilan-perwakilan utamanya adalah P.B. Struve, M.I. Tugan-Baranovsky, S.N. Bulgakov dan N.A. Berdyayev.
Karena adanya sensor, semua karya-karya awal Marxisme di Rusia harus terbit dalam bentuk buku, yang membuatnya sangat mahal. Struve membayar penerbitan bukunya dengan uangnya sendiri. Begitu hausnya orang-orang akan gagasan Marxis, bahkan dalam bentuk yang dikebiri, buku ini habis terjual dalam 2 minggu. Potresov, yang memperoleh warisan keluarga yang besar, menggunakan uangnya untuk menerbitkan karya Plekhanov “Monist View of History”. Karena kondisi ilegal yang sulit, jelas kita harus menggunakan semua peluang legal untuk menyebarkan gagasan Marxisme. Apa yang tidak dapat dikatakan secara terbuka di penerbitan-penerbitan legal dapat disuplemen dengan pers partai bawah tanah. Oleh karenanya, selama bertahun-tahun, kaum Marxis Rusia tidak dapat memanggil diri mereka sendiri “kaum Sosial Demokrat”, tetapi harus menggunakan istilah seperti “kaum Demokrat Konsisten”. Seperti yang ditunjukkan oleh Trotsky bertahun-tahun kemudian, ini ada dampak buruknya. Sejumlah orang yang lalu bergabung dengan partai ternyata adalah benar-benar “kaum demokrat konsisten” – dan beberapa tidak begitu konsisten – tetapi sama sekali bukan Marxis! Untuk perkembangan tendensi Marxis yang sehat, di atas segalanya kita harus bisa mengatakan apa yang sebenarnya! Hanya perkembangan jurnal Marxis ilegal yang sejati yang dapat memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh kaum Marxis Legal dan bayangan mereka, kaum Ekonomis. Inilah pencapaian besar koran Iskranya Lenin.
Walaupun bermasalah, kolaborasi dengan kaum Marxis Legal adalah berguna, dan adalah tahapan yang tak-terelakkan dalam perkembangan gerakan pada tahap awal. Mayoritas orang yang bermain-main dengan Marxisme pada masa muda mereka akhirnya pecah dari gerakan dan menyebrang ke sisi reaksi. Tetapi pada saat yang sama mereka memainkan peran yang berguna. Beberapa dari mereka setidaknya benar-benar menjadi Marxis. Tetapi mayoritas segera pulih dari “demam sosialis” mereka. Sangatlah mudah menjelaskan kekurangan-kekurangan cara berpikir mereka, dengan alasan harus melakukan kerja legal, harus menghindari deteksi polisi, menghindari penangkapan, dan sebagainya. Selama tugas utama gerakan kurang lebih adalah teoritis, dan terutama diarahkan melawan Narodnisme, kolaborasi ini berlangsung dengan cukup memuaskan. Yang menulis manifesto untuk kongres pertama Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia adalah Struve, seorang Marxis Legal.
Marxisme mereka adalah Marxisme yang dikebiri, yang “tidak mengandung kafein”, yang tidak punya vitalitas kehidupan, perjuangan, dan revolusioner. Lantas bukan kebetulan kalau kaum Marxis Legal menolak dialektika dan lebih memilih filsafat Neo-Kantian. Kendati penampilannya yang unik, dan peran khusus yang dimainkannya pada tahap-tahap awal gerakan Rusia, “Marxisme” abstrak, non-dialektis, dan non-revolusioner yang sama – dalam atmosfer tertentu – sering sekali muncul kembali di universitas-universitas di semua negeri, di setiap tahapan perkembangan gerakan. Pada kenyataannya, mereka adalah contoh awal apa yang kemudian dikenal sebagai “kawan petualang” (fellow traveller). Kendati bermain-main secara intelektual dengan Marxisme, gaya hidup dan psikologi mereka masihlah berakar pada kelas asing. Bertahun-tahun kemudian, Struve meringkas mentalitas kaum Marxis Legal dalam kalimat ini: “Sosialisme, jujur saja, tidak pernah membangkitkan gairah apapun dari dalam diri saya, apalagi rasa ketertarikan … Saya hanya tertarik pada sosialisme sebagai sebuah kekuatan ideologi – yang … dapat digunakan untuk mencapai kebebasan sipil dan politik atau sebaliknya.”[3]
Kalau dilihat sekilas, gagasan-gagasan kaum Marxis Legal hari ini tampak hanya untuk keperluan pengetahuan sejarah saja. Akan tetapi, kalau dilihat lebih dekat, kita dapat melihat garis-garis besar polemik yang lebih signifikan di masa depan. Gagasan utama Struve dan kawan-kawannya adalah: kondisi-kondisi material untuk sosialisme belum ada di Rusia, sebuah negeri yang terbelakang dan semi-feodal; perjuangan melawan Tsarisme adalah perjuangan untuk demokrasi borjuis, bukan untuk sosialisme; partai buruh oleh karenanya harus menyingkirkan semua ilusi-ilusi yang mustahil, dan dengan realistis bersandar pada kaum borjuasi liberal progresif untuk membawa orde yang baru. Secara esensi, inilah teori Menshevisme dan Stalinisme di masa depan, yang pada kenyataannya adalah teori yang sama. Dalam bentuk embrionik, dua konsepsi revolusi yang secara fundamental bertentangan – reformasi atau revolusi, kolaborasi kelas atau kebijakan proletarian yang mandiri – sudah menampakkan dirinya dalam polemik-polemik yang dilakukan oleh Lenin dan Plekhanov dalam melawan tendensi Marxis Legal dan Ekonomis pada paruh kedua 1890an. Pada saat itu, tidak ada satupun orang yang menganggap dirinya seorang Marxis yang mempertanyakan gagasan bahwa Rusia saat itu sedang memasuki fase revolusi borjuis-demokratis. Gagasan ini mengalir dari seluruh situasi objektif, sosio-ekonomi, dan historis. Perjuangan yang utama adalah melawan autokrasi, melawan barbarisme feodal dan warisan “kebudayaan birokratis dan perhambaan”, seperti yang dijelaskan oleh Lenin. Pilar utama dari argumen Marxis dalam melawan kaum Narodnik adalah keniscayaan fase perkembangan kapitalis dan kemustahilan jalan menuju “sosialisme tani” yang unik dan independen di Rusia.
Bagi kaum Marxis Legal, prospek revolusi sosialis direduksi menjadi prospek teoritis yang buram di masa depan yang jauh. Perspektif seperti ini sangatlah aman, dan dengan perspektif ini mereka tidak perlu berkomitmen pada apapun. Bagi mereka, aspek Marxisme yang revolusioner tampak tidak realistis, sementara argumen-argumen ekonomik mengenai keniscayaan kemenangan kapitalisme di Rusia tampak sangat praktis. Betapa jauhnya skema-skema kaku ini dari Marxisme revolusioner yang sejati dapat dilihat dari tulisan-tulisan terakhir Engels pada masa tuanya, terutama korespondensinya dengan Vera Zasulich dan kaum Marxis Rusia lainnya. Sementara Engels menggarisbawahi kemustahilan membangun sosialisme di sebuah negeri tani terbelakang seperti Rusia, Engels tua sangat menekankan perlunya penumbangan demokratik-revolusioner terhadap rejim autokrasi, yang akan membuka jalan untuk revolusi sosialis di Eropa Barat. Di penutup artikel “On Social Relations in Russia”, yang ditulisnya pada 1894, Engels mengedepankan masalah ini seperti demikian:
“Revolusi Rusia juga akan memberikan dorongan segar kepada gerakan buruh di Barat, menciptakan untuknya kondisi-kondisi baru dan lebih baik untuk perjuangan dan oleh karenanya mendorong ke depan kemenangan proletariat industrial modern, sebuah kemenangan yang tanpanya Rusia hari ini, tidak peduli di atas basis komunitas [desa] atau kapitalisme, tidak akan dapat mencapai transformasi sosialis.”[4]
Dengan aplikasi dialektika yang luar biasa, Engels menunjukkan bagaimana kemenangan sosialisme di Barat, pada gilirannya, akan berinteraksi dengan Rusia, dan membuatnya dapat bergerak langsung dari kondisi-kondisi semi-feodal ke komunisme. Di sini kita lihat dialektika revolusioner dipertentangkan dengan logika formal “evolusi”. Sebab menjadi akibat dan akibat menjadi sebab. Revolusi Rusia, bahkan di atas basis revolusi borjuis-demokratik, dapat mendorong revolusi proletariat di seluruh Eropa, yang pada gilirannya akan berinteraksi dengan Rusia untuk menghasilkan transformasi sosial yang menyeluruh. Kemenangan revolusi sosialis di Barat memungkinkan kaum buruh dan tani Rusia untuk melaksanakan revolusi proletarian di Rusia dan memulai transformasi sosialis. Di bawah kondisi-kondisi ini, gagasan tua Narodnik mengenai transformasi komune desa menjadi komunisme tidak dapat dinihilkan secara teoritis.
Formulasi tegas seperti ini tidak pernah memasuki kepala Struve atau Tugan-Baranovsky. Formula-formula mereka abstrak, yang mewakili karikatur Marxisme yang kaku dan mekanikal. Di memoarnya, Krupskaya mengatakan bahwa Struve “adalah semacam Sosial Demokrat saat itu”, tetapi dia tambahkan bahwa “dia tidak mampu melakukan kerja apapun dalam organisasi, apalagi kerja bawah tanah, namun dia merasa tersanjung ketika dimintai nasihat.”[5] Kalimat-kalimat ini dengan jelas menunjukkan esensi dari lapisan kaum intelektual borjuis dan kelas-menengah yang “berpetualang” dengan Partai, merasa menjadi bagian darinya, tetapi tidak pernah ada didalamnya, dan selalu dengan satu kaki lainnya di tempat lain. Lewat lapisan ini, tekanan kelas-kelas asing, secara tidak sadar atau setengah sadar, masuk ke dalam kekuatan Marxisme yang masih muda dan hijau.
Struve, untuk sementara waktu, bergerak ke kiri karena gerakan kaum intelektual yang mengarah ke Marxisme – di bawah tekanan gerakan kelas buruh pada 1890an yang penuh badai. Kritik ideologis yang tajam dari Lenin dan Plekhanov juga memainkan peran. Kritik terhadap kaum borjuasi Rusia yang tertuangdalam Manifesto Kongres Pertama, yang ditulis oleh Struve, adalah gaung dari polemik dengan Lenin beberapa tahun sebelumnya:
“Dan apa yang tidak dibutuhkan oleh kelas buruh Rusia? Kelas buruh Rusia sama sekali tidak punya hal-hal berikut yang dapat digunakan dengan bebas dan damai oleh kamerad-kameradnya di luar negeri: partisipasi dalam menjalankan pemerintah, kebebasan menulis dan berbicara, kebebasan berorganisasi dan berkumpul – dalam kata lain, semua senjata dan metode yang digunakan oleh kaum proletar Eropa Barat dan Amerika untuk meningkatkan posisinya sementara berjuang untuk emansipasinya yang paling akhir, melawan kepemilikan pribadi dan kapitalisme – untuk sosialisme. Tetapi kaum proletar Rusia hanya dapat menaklukkan kebebasan politik yang dibutuhkannya dengan sendirinya.”
“Semakin kita ke Timur Eropa, semakin lemah dan penakut kaum borjuasi dalam medan politik, dan semakin besar tugas-tugas politik dan kultur yang jatuh ke pundak kaum proletar. Di atas pundaknya yang kuat, kelas buruh Rusia harus dan memang memanggul perjuangan untuk memenangkan kebebasan politik. Ini adalah langkah yang tidak harus dilakukan, walaupun hanya langkah pertama, untuk menuju realisasi misi historis besar kaum proletar, menuju pembentukan sebuah orde sosial dimana tidak ada ruang lagi untuk penindasan manusia atas manusia.”[6]
Seperti banyak kawan-petualang intelektual Marxis, Struve tidak pernah memeluk dialektika sepenuhnya. Kelemahan teori yang fundamental ini – dan juga hasrat kelas-menengah untuk pemuasan diri, keinginan mereka untuk hidup mudah, dan ketidakmampuan mereka untuk berkorban – menjelaskan perkembangan Struve selanjutnya. Dia kemudian pecah dari Marxisme. Pada 1905, dia bergabung dengan Partai Cadet, sebuah partai borjuis, dan mengakhiri hari-harinya sebagai eksil Putih. Berdyayev berakhir menjadi seorang apologis untuk mistisisme religius. Yang lainnya juga melalui perkembangan yang serupa. Manifesto 1898 Struve, dengan pengutukan kerasnya terhadap kaum borjuasi Rusia, oleh karenanya adalah tulisan di batu nisan yang ironis mengenai fenomena Struve dan Marxisme Legal secara umum.
Lenin dan Kelompok Emansipasi Buruh
Pada musim dingin 1894-95, di sebuah pertemuan di Petersburg yang dihadiri oleh para perwakilan kelompok-kelompok Sosial Demokratik dari berbagai penjuru Rusia, sebuah resolusi dicapai untuk menerbitkan dari luar negeri bahan-bahan bacaan yang lebih populer untuk buruh. Lenin dan E.I. Sponti dari Serikat Buruh Moskow diberi tanggung jawab untuk bernegosiasi mengenai masalah ini dengan Kelompok Emansipasi Buruh. Pada musim semi 1895, pertama Sponti dan lalu Lenin berangkat ke Swiss untuk menghubungi Kelompok Emansipasi Buruh. Korespondensi antara Plekhanov dan Axelrod menggambarkan pengaruh dari kontak ini: “Kedatangan E.I. Sponti dan lalu, terlebih lagi, V.I. Lenin (Ulyanov), adalah peristiwa besar dalam kehidupan Kelompok Emansipasi Buruh; mereka adalah Sosial Demokrat pertama yang tiba di luar negeri atas permintaan dari mereka-mereka yang melakukan kerja aktif lingkaran-lingkaran Sosial Demokratik untuk bernegosiasi secara formal dengan Kelompok Emansipasi Buruh.”[7] Sampai saat itu, para anggota Kelompok Emansipasi Buruh hanyalah memainkan peran pengamat dan komentator peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di Rusia. Pengalaman kegagalan-kegagalan masa lalu dengan orang-orang yang datang dari dalam Rusia juga membuat mereka was-was. Tetapi para pendatang baru ini segera meyakinkan mereka bahwa sekarang telah eksis basis yang riil untuk penyebaran gagasan-gagasan Marxis di Rusia. Kekuatan generasi muda bersatu dengan para eksil veteran. Kedua utusan kembali ke Rusia dengan komitmen dari Kelompok Emansipasi Buruh untuk memulai penerbitan jurnal Marxis, Rabotnik (Buruh), sementara sebuah koran yang lebih populer akan diterbitkan dari dalam Rusia dengan namaRabocheye Dyelo (Perjuangan Buruh). Masa depan Marxisme Rusia tampak terjamin.
Akan tetapi, tidak lama setelah kembalinya Lenin, malapetaka menghantam. Pada malam 19 Desember, ketika edisi pertama Rabocheye Dyelo sedang disiapkan untuk dicetak, polisi melakukan penggrebekan besar-besaran yang menciduk hampir semua pemimpin kelompok ini. Ketika ditangkap, Lenin dengan tenang menyangkal bahwa dia adalah seorang Sosial Demokrat, dan ketika ditanya mengapa dia membawa literatur ilegal, dia mengangkat bahunya dan mengatakan dia mungkin mendapatinya dari rumah seorang yang namanya dia lupa. Dalam usaha yang berani untuk mengakali para polisi kalau mereka telah menangkap orang-orang yang salah, para pemimpin yang masih tersisa, dengan Martov sebagai kepalanya, menerbitkan selebaran untuk para buruh: “Liga Perjuangan … akan terus melanjutkan kerjanya. Para polisi telah gagal. Gerakan buruh tidak akan hancur karena penangkapan dan pengasingan: pemogokan dan perjuangan tidak akan berakhir sebelum tercapainya pembebasan penuh kelas buruh dari kapitalisme.”[8] Tipu daya ini gagal, dan pada 5 Januari 1895, Martov dan yang lainnya ditangkap.
Sementara di penjara, Lenin merencanakan penulisan karya teori besarnya, “The Development of Capitalism in Russia”, dan bahkan mempertahankan korespondensi dengan organisasinya dengan metode-metode klandestin yang kasar tetapi efektif. Pesan-pesan ditulis dengan susu, di antara baris-baris buku yang akan tampak cokelat kekuning-kuningan bila disinari cahaya lilin. Dia membuat “pot tinta” dari roti, dan akan memakannya bila sipir penjara datang. “Hari ini saya telah makan enam pot tinta,” tulisnya. Sebuah proklamasi, “Kepada Pemerintahan Tsar”, ditulis dengan cara ini, dicetak dan disebarkan dalam ratusan kopi. Polisi dengan panik mencari-cari penulis proklamasi ini, dan tidak pernah membayangkan kalau penulisnya sudah menjadi tamu Sang Raja. Kendati semua ini, Lenin masih mempertahankan selera humornya, dan menulis kepada ibunya: “Saya ada dalam posisi yang jauh lebih baik dibandingkan kebanyakan penduduk Rusia. Mereka tidak akan pernah dapat menemukan saya.”[9] Beberapa tahanan tidak begitu beruntung. Salah satu pemimpin Liga Petersburg, Vaneyev, yang ditangkap bersama dengan Lenin, terjangkit tuberkulosis dan tidak pernah pulih. Satu yang lainnya menjadi gila.
Penangkapan “para veteran” membawa dampak yang serius terhadap perkembangan organisasi. Dengan menyingkirkan kader-kader yang paling berpengalaman dan paling berkembang secara politik, kepemimpinan jatuh ke tangan orang-orang yang lebih muda, beberapa dari mereka masih sangat hijau. Umur rata-rata “para veteran” adalah sekitar 24 atau 25. Nama partai Lenin adalah Starik (Pak Tua). Dia masihlah 26! Kaum muda yang sekarang menduduki posisi-posisi kepemimpinan berumur kurang dari 20. Mereka sangat antusias dan berdedikasi, tetapi tidak punya pengalaman politik. Perbedaan ini segera menampakkan dirinya. Keberhasilan gerakan agitasi mempengaruhi pikiran kaum muda dan kaum intelektual, yang sedang bergerak menjauhi gagasan-gagasan Narodnisme dan terorisme individual yang sudah terdiskreditkan. Rekrut-rekrut baru memasuki gerakan. Tetapi level teori organisasi secara umum menjadi rendah. Perjuangan melawan mentalitas lingkaran propaganda kecil yang sempit telah dimenangkan. Tetapi dalam antusiasme mereka untuk memperluas pengaruh massa Sosial Demokrasi lewat agitasi ekonomi, selapisan para pelajar yang masih hijau cenderung menjelaskan isu yang ada hanya dari satu sisi saja. Pada 1895-96, di Petersburg muncul sebuah kelompok di Institut Teknologi yang dipimpin oleh seorang mahasiswa kedokteran yang berbakat dan energetik, K.M. Takhtarev, yang mulai berargumen bahwa kaum Sosial Demokrat tidak boleh melihat diri mereka sendiri “memimpin” buruh tetapi hanya “melayani” buruh dengan membantu mereka dalam pemogokan-pemogokan.
Sebegitu besarnya pertumbuhan pengaruh Marxis, sehingga para pemimpin yang tertangkap dapat dengan cepat digantikan. Tetapi kualitas kepemimpinan ini mengalami kemunduran besar. Tendensi yang dipimpin oleh Takhtarev dengan cepat melampaui “kader-kader tua”, yang dimana-mana terdesak ke pinggiran. Keberhasilan-keberhasilan agitasi praktis menggoda “aktivis-aktivis” ini untuk mencari jalan mudah untuk membangun partai revolusioner. Awalnya, dengan hampir tidak sadar, mereka mulai beradaptasi pada prasangka-prasangka lapisan-lapisan kelas buruh yang paling terbelakang, dan berpendapat bahwa gagasan-gagasan politik terlalu rumit untuk massa, dan politik tidaklah penting untuk buruh yang ingin memperbaiki kondisi-kondisi ekonomi mereka.
Kontroversi Ekonomis
Seperti yang sering kali terjadi, sebuah perbedaan politik yang serius pertama kali mengekspresikan dirinya lewat isu sekunder yang tampaknya aksidental. Sebelum dikirim ke pengasingan di Siberia, pada Februari 1897, Lenin dan sejumlah pemimpin lainnya diberi tiga hari di Petersburg untuk mengurus masalah-masalah mereka. Mereka menggunakan waktu yang ada untuk berdiskusi dengan para pemimpin Liga Petersburg. Sebuah pertemuan yang panas terjadi antara mereka dan kepemimpinan yang baru, yang sedang mempersiapkan untuk membentuk dua kelompok terpisah untuk kaum intelektual dan kaum buruh. Sebuah perselisihan pendapat yang tajam muncul, mengenai masalah “dana buruh” yang diorganisir di atas garis-garis non-politiik. Lenin, yang didukung oleh Martov dan yang lainnya, menekankan perlunya membangun Liga Perjuangan sebagai sebuah organisasi revolusioner. Kepemimpinan yang baru ingin menumpulkan program Liga Perjuangan agar lebih menarik bagi buruh. Penumpulan organisasi pada tahap perkembangannya yang awal akan menjadi fatal bagi organisasi. Lenin dengan tegas menekankan pendidikan kader-buruh yang lalu harus diberi posisi-posisi penting, tetapi tanpa menurunkan level organisasi ini ke level buruh yang paling terbelakang. “Bila ada buruh yang sadar yang layak mendapatkan kepercayaan, biarlah mereka masuk ke dalam jajaran kepemimpinan [Liga Perjuangan], dan begitu saja,” dia berargumen.[10]
Yang mendasari sikap “kaum muda” ini adalah hasrat oportunis untuk mencari “jalan pintas” ke massa, ketidaksabaran untuk memanen apa yang belum mereka tuai, dan juga ketidaksukaan mereka terhadap teori. Secara umum, inilah fitur-fitur utama dari berbagai macam “Ekonomisme”, sebuah fenomena yang dapat ditemui di sejumlah lapisan pelajar muda tertentu yang bergabung ke Sosial Demokrasi pada 1890an, yang tidak punya dasar teori yang kuat seperti halnya generasi awal kaum Marxis Rusia. Bagi generasi pertama kaum Marxis Rusia, agitasi ekonomi hanyalah salah satu bagian dari aktivitas mereka, yang selalu menghubungkan agitasi dengan propaganda dan mencoba menjelaskan isu-isu yang lebih luas. Liga Petersburg berhasil memenangkan anggota-anggota gerakan Narodnik dengan argumen politik. Di pihak yang lain, tugas utama gerakan pemogokan adalah – sementara memulai dari tingkat kesadaran yang ada – meningkatkan tingkat pemahaman kaum buruh dan lewat pengalaman perjuangan mereka membuat mereka sadar akan perlunya perubahan sosial yang sepenuhnya. Selebaran agitasi lokal terlalu terbatas untuk melakukan ini. Yang diperlukan adalah sebuah koran Marxis yang tidak hanya merefleksikan kehidupan dan perjuangan kaum proletar, tetapi juga memberi buruh generalisasi pengalaman tersebut, dalam kata lain, sebuah organ politik revolusioner yang dapat menyatukan gerakan pemogokan dengan gerakan revolusioner melawan rejim autokrasi.
Inilah proyek yang sedang dilakukan oleh Lenin dan Martov sebelum mereka tertangkap. Tetapi para pemimpin baru Liga Perjuangan St. Petersburg punya gagasan yang lain. Kita harus ingat bahwa kita sedang berbicara mengenai organisasi kader, yang masih dalam tahap permulaan dan sedang berusaha membangun prinsip-prinsip dasar politik dan organisasi. Terlebih lagi, ini adalah sebuah organisasi yang bekerja dalam kondisi bawah tanah yang berbahaya, yang baru saja dihantam oleh gelombang penangkapan. Bagi Lenin, bentuk organisasi bukanlah sebuah aksioma matematika, tetapi adalah bagian dari proses yang hidup, yang berubah dan beradaptasi dengan situasi. Pendiriannya mengenai bentuk organisasi oleh karenanya tidak ditentukan oleh prinsip-prinsip abstrak, tetapi oleh tuntutan situasi pada saat tertentu.
Fenomena yang baru saja kita gambarkan tidaklah terbatas pada Rusia saja. Ini terjadi bersamaan dengan kampanye Eduard Bernstein di Jerman untuk merevisi gagasan-gagasan Marxisme. Dimana-mana, slogan “kebebasan mengkritik” disuarakan, sebagai kedok untuk menyeludupkan gagasan-gagasan asing dan revisionis ke dalam partai. Kontroversi-kontroversi yang sama mulai muncul di antara para eksil, di Perhimpunan Sosial Demokrat Rusia, sebuah organisasi yang dibentuk pada 1894, yang terutama terdiri dari para pelajar yang baru saja bergabung dengan gerakan Marxis. Perhimpunan ini secara organisasional mandiri dari Kelompok Emansipasi Buruh, dan mengontrol kontak-kontak di Rusia. Mereka bertanggungjawab mengumpulkan dana, percetakan, mengorganisir transportasi literatur ilegal dan menjaga kontak dengan aktivis di Rusia. Akan tetapi, untuk menjaga kontrolnya dalam bidang ideologi, Kelompok Emansipasi Buruh mempertahankan haknya untuk mengedit publikasi-publikasi Perhimpunan Sosial Demokrat Rusia, termasuk jurnal Rabotnik.
Dengan mayoritas pemimpin ada di pengasingan Siberia, hanya Kelompok Emansipasi Buruh yang dapat melakukan perjuangan melawan tendensi baru ini. Pada akhir 1897, S.N. Prokopovich, seorang pelajar yang sampai saat itu telah berkolaborasi dengan Kelompok Emansipasi Buruh, mulai menyuarakan perbedaan pendapat yang serupa. Ini adalah pukulan berat bagi Kelompok Emansipasi Buruh, pada saat ketika tampaknya kolaborasi mereka dengan kaum muda di dalam Rusia berjalan dengan sangat baik. Awalnya, karena ingin mencegah perpecahan, Plekhanov bersikap toleran, tidak seperti biasanya. Dalam suratnya untuk Axelrod tertanggal 1 Januari 1898, dia menulis: “… Kita harus menerbitkan karyanya mengenai agitasi. Menurut pandangan saya, karya ini tidak buruk, dan kita harus mendorong ‘talenta-talenta muda’, kalau tidak kau tahu mereka akan mengeluh kalau kita menekan mereka.”[11]
Sebagian besar dari friksi awal antara kedua kelompok ini jelas datang dari ketidaksukaan kaum muda terhadap dominasi politik Plekhanov. Mereka merasa tersinggung dan tertekan oleh kader-kader tua, dan tidak menyukai kontrol ideologi ketat terhadap mereka. Kendati usaha Plekhanov untuk menolerir mereka, konflik ini menjadi lebih sering terjadi. Para pelajar ini segera menyerang sisi lemah dari aktivitas-aktivitas Kelompok Emansipasi Buruh: yakni sisi organisasi. Mereka mulai menyerang kekurangan-kekurangan Kelompok Emansipasi Buruh dalam masalah organisasi, menuntut melihat pembukuan yang jelas-jelas berantakan. Setelah mencetak poin dalam hal ini, kaum muda ini bergerak ke isu-isu lain. Lingkaran kecil di sekitar Plekhanov mulai menemui diri mereka diserang dari berbagai sisi. Kekurangan dana, dan sangat tergantung pada “kaum muda” di Perhimpunan Sosial Demokrat Rusia untuk kontak di Rusia, Kelompok Plekhanov ada dalam situasi yang sangat sulit.Ini mulai mempengaruhi moral dan urat syaraf mereka. Relasi antara Plekhanov dan Axelrod semakin menegang. Pada April 1898, sudah ada tanda-tanda demoralisasi yang jelas, dimana Axelrod bertanya pada dirinya sendiri apakah kelompok ini punya alasan untuk eksis, dan Vera Zasulich, dengan alasan kesehatan, berbicara mengenai mundur dari gerakan.
Dalam buku biografi Plekhanov, S.H. Baron meringkas sikap para pelajar terhadap Kelompok Emansipasi Buruh: “Bukankah dedikasi pemimpin utama Kelompok Emansipasi Buruh, Plekhanov, pada karya-karya teori dan filosofi yang abstrak adalah demonstrasi jelas bahwa dia terasingkan dari realitas Rusia? … Berargumen bahwa mereka telah kehilangan kontak dengan situasi di Rusia dan tidak tahu apa yang dibutuhkan di Rusia, para Marxis veteran disingkirkan dari kepemimpinan gerakan. Bahkan bila Kelompok ini punya visi tuntutan yang lebih realistis, kelambanan dan ketidak-efisienan mereka membuat mereka tidak mampu mengambil peran kepemimpinan yang mereka klaim. Sementara kepemimpinan ada di tangan mereka, tugas-tugas penting tidak dapat dipenuhi. Mereka-mereka yang telah menemukan dan memberikan dorongan awal besar kepada gerakan ini telah menjadi hambatan. Namun mereka menolak untuk memberikan jalan pada orang-orang yang lebih berkualifikasi, dan yang lebih memahami apa saja yang dibutuhkan, dan punya energi yang diperlukan untuk melaksanakan mereka. Tuduhan serupa yang dilontarkan kepada mereka adalah bahwa kemunafikan dan sikap tak-toleran Kelompok ini terhadap pendapat-pendapat yang berbeda telah menghambat perkembangan kaum muda yang dibutuhkan oleh gerakan … Mengorganisir oposisi terhadap para veteran, menyerang hak-hak prerogatif mereka, tidak menunjukkan rasa hormat terhadap otoritas mereka, para kritikus ini meluncurkan semacam perang gerilya melawan Kelompok Emansipasi Buruh. Tujuan mereka jelas, melemahkan kekuatan para veteran, dan bahkan mereka berpikir untuk menggantikan mereka sepenuhnya dan mengambilalih kepemimpinan gerakan.”
Dalam tingkatan tertentu, ketegangan antara Kelompok Emansipasi Buruh dan generasi muda baru dari Rusia dapatlah dimengerti. Setelah melakukan perjuangan yang keras untuk membangun teori Marxis, Plekhanov enggan mengambil risiko membiarkan para pendatang baru untuk berpartisipasi dalam kerja literatur dan teori. Perkembangan politik selanjutnya dari para pendatang baru ini menunjukkan bahwa Plekhanov punya alasan yang kuat. Di pihak yang lain, Plekhanov adalah orang yang sulit untuk diajak bekerja sama. Sifat aristokratik dan ketidak-sensitifan dia membuat geram orang, terutama kolega-kolega yang lebih muda yang secara sistematik terus dia singgung. Trotsky muda, yang juga berkonflik dengan Plekhanov, menyebutnya sebagai matre de tous types de froideur (orang yang sangat dingin). Akan tetapi, di balik kampanye ini adalah egoisme kaum intelektual, yang diperparah oleh rasa frustrasi, konflik-konflik pribadi, dan kesulitan kehidupan di pengasingan. Di pihak lain, kebencian terhadap teori, dan seruan demagog untuk “politik praktis” dan “aktivitas” mengalir dari arogansi kaum intelektual, yang adalah kedok untuk kebodohan mereka yang luar biasa. Baron meringkas pandangan Plekhanov terhadap orang-orang seperti itu: “Keasyikan mereka dengan urusan administrasi yang praktis mengkarakterkan mereka sebagai birokrat semata, orang-orang yang tidak punya semangat revolusioner, dan dengan jiwa yang terlalu sempit untuk bisa merespons perspektif besar gerakan.”[12]
Seperti biasanya, Vera Zasulich mencoba mendamaikan Plekhanov dan “kaum muda”. Tetapi pada akhir 1897, terjadi perubahan serius. Sampai saat itu, konflik antara Perhimpunan Sosial Demokrat Rusia dan Kelompok Emansipasi Buruh terbatas pada masalah-masalah organisasi, dan bukan masalah-masalah politik. Tetapi kemunculan koran Rabochaya Mysl’ (Pikiran Buruh) menyebabkan perubahan radikal.
Rabochaya Mysl’
Pada tahapan ini, tidaklah tepat kalau mengatakan bahwa penyimpangan “Ekonomis” telah menjadi sebuah tendensi yang jelas. Tetapi diskusi ini mengungkapkan adanya tendensi-tendensi yang mengkhawatirkan dan awal dari tendensi oportunis yang membuat “para veteran” khawatir. Kekhawatiran mereka yang paling buruk terkonfirmasikan dengan terbitnya Rabochaya Mysl’, yang edisi pertamanya terbit di St. Petersburg pada Oktober 1897. Koran ini mengekspresikan gagasan-gagasan tendensi baru ini secara terbuka. Isu pertama telah memaparkan sikap jurnal tersebut:
“Selama gerakan ini tidak lebih dari sebuah cara untuk memuaskan hati nurani kaum intelektual (!) maka gerakan ini adalah asing bagi kaum buruh … basis ekonomi gerakan ini dikaburkan oleh usaha terus-menerus untuk berpegang pada idealisme politik … Buruh berdiri di luar gerakan … Perjuangan untuk kepentingan-kepentingan ekonomi adalah perjuangan yang paling keras kepala, yang paling kuat dalam hal jumlah buruh yang memahaminya, dan dalam hal heroisme dimana kawula umum akan mempertahankan hak-haknya untuk eksis. Inilah hukum alam yang ada. Politik selalu dengan patuh mengikuti ekonomi, dan sebagai akibatnya belenggu-belenggu politik akan putus ‘dalam perjalanannya’. Perjuangan untuk status ekonomi (?), perjuangan melawan kapital dalam medan kepentingan sehari-hari yang vital dan pemogokan sebagai metode perjuangan ini – inilah moto gerakan buruh.”[13]
Gagasan dasar yang diekspresikan dalam baris-baris di atas adalah bahwa buruh tidak dapat memahami dan tidak membutuhkan “politik”. Logika dari posisi ini adalah bahwa partai revolusioner tidak relevan. Di belakang demagogi untuk membela kemandirian kaum buruh dari kepemimpinan kaum intelektual adalah usaha untuk memisahkan buruh dari Marxisme. Bahaya dari gagasan ini sangatlah jelas. Bila argumen-argumen kaum Ekonomis diterima, maka partai akan dilikuidasi menjadi massa buruh yang tidak terdidik secara politik. Dalam pertemuan antara para pemimpin baru Liga Petersburg dengan Lenin dan Martov, ketika mereka dibebaskan sementara pada Februari 1897, Takhtarev mengusulkan agar para delegasi serikat buruh (Kelompok Buruh Sentral) secara otomatis diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam Liga. Lenin membela perekrutan buruh ke dalam partai, tetapi menentang pengaburan garis pemisah antara partai, yang mewakili seksi buruh yang paling maju, dengan organisasi-organisasi kelas yang luas, terutama ketika partai sedang berjuang untuk eksis di bawah kondisi ilegal yang sulit dan berbahaya.
Wajar saja, tendensi Ekonomis secara umum, dan Rabochaya Mysl’ terutama, mendapatkan pers yang baik dari para kritikus Bolshevisme hari ini, yang bersedia mendistorsi fakta untuk mendukung setiap tendensi yang menentang Lenin. Pendistorsian ini kira-kira seperti ini: kaum Ekonomis adalah demokrat, yang ingin “membuka partai” kepada buruh, sementara Lenin adalah elitis konspiratorial, yang ingin mempertahankan kepemimpinan di tangan segelintir intelektual, yang didominasi oleh dirinya sendiri. Contoh klasik adalah bukunya A.K. Wildman, “The Making of a Worker’s Revolution”, yang adalah usaha menyedihkan untuk menggunakan kontroversi Ekonomis sebagai senjata untuk menyerang Lenin. Sayangnya, fakta adalah hal yang keras kepala. Setelah mencari dengan susah payah, Wildman akhirnya menemukan bahwa hanya ada satu buruh dalam dewan editorial Rabochaya Mysl’. Tetapi pemimpin-pemimpin utama Rabochaya Mysl’ semuanya adalah kaum intelektual dari kelompok Takhtarev. Kebanyakan dari mereka akhirnya menjadi kaum liberal dan musuh sosialisme, yang menjelaskan mengapa mereka mendapatkan simpati dalam buku-buku sejarah borjuis. Dan pada halaman 130 bukunya, Wildman terpaksa mengakui bahwa “kendati mereka mengendalikan kepemimpinan, para pendukung Rabhocaya Mysl’ gagal memasukkan perwakilan-perwakilan buruh ke dalam Soyux Bor’by (Liga Perjuangan), yang sangat berkontradiksi dengan komitmen teori mereka”.
Usaha mereka untuk meraih dukungan “massa” dengan menumpulkan bahasa mereka juga tidak menemui banyak keberhasilan. Koran buruh yang sungguh-sungguh revolusioner tidak boleh hanya merefleksikan posisi dan kesadaran buruh saat itu, tetapi harus – mulai dari tingkat kesadaran yang ada – berusaha meningkatkannya ke tingkatan yang dibutuhkan oleh tugas-tugas historis yang harus diembannya. Bersamaan dengan artikel-artikel agitasi mengenai kehidupan dan masalah sehari-hari buruh, koran revolusioner juga harus memuat artikel propaganda dan teori. Bahkan pengagum besar Rabochaya Msyl seperti Wildman harus mengakui bahwa “setelah beberapa kolom, pengulangan-pengulangan tanpa akhir mengenai ‘penipuan’ dan ‘kelicikan’ para bos dan kekejaman para mandor, yang disertai dengan ekspresi kemarahan, menjadi membosankan.”[14] Seorang buruh mungkin akan membeli koran ini sekali atau dua kali, tetapi kemudian, setelah menyadari bahwa ini hanyalah pengulangan hal-hal yang sudah ia ketahui, bahwa tidak ada usaha untuk meningkatkan level pemahamannya atau mengajarinya sesuatu yang baru, dia akan menjadi bosan dan berhenti membacanya. Mengapa membeli koran yang memberitahu kita apa yang telah kita ketahui?
Para teoretikus intelektual Rabochaya Mysl’, yang dalam ucapannya menaruh kaum buruh di atas singgasana, dalam prakteknya menunjukkan kesombongan mereka terhadap kaum buruh dengan memandang rendah mereka di halaman-halaman koran mereka, yang hanyalah buletin pemogokan yang dibesar-besarkan. Dalam hasrat mereka untuk menjadi “populer” dan memproduksi “koran massa”, kaum Ekonomis mengekori kelas buruh. Fakta ini terungkap saat pemogokan di pabrik besar Maxwell and Paul pada Desember 1898. Para buruh yang mogok, yang menghadapi taktik-taktik brutal polisi, memilih untuk mempertahankan diri mereka. Surat-surat buruh yang dikirim ke kaum Sosial Demokrat menunjukkan bahwa mereka lebih maju dan revolusioner daripada yang ingin diakui oleh kaum Ekonomis. Seorang buruh perempuan dari distrik Vyborg menulis:
“Kau tidak tahu betapa memalukannya bagi saya dan kami semua. Kami tidak ingin pergi ke Prospek Nevsky [daerah orang-orang kelas-atas di tengah Petersburg] atau ke kota. Sangat memuakkan untuk mati di sebuah lubang seperti anjing dimana tidak ada seorangpun yang melihatnya … Dan satu hal lagi yang ingin saya katakan kepada kalian: walaupun mereka menangkap banyak sekali kami – mungkin tidak ada lagi yang tersisa – kami tetap akan bertahan.” Seorang buruh yang lain menulis: “Sayang sekali kita tidak punya panji. Lain kali kita akan mendapatkan panji dan pistol.”[15] Para Sosial Demokrat lokal menyambut perkembangan ini, dan mengirim artikel yang antusias ke para editor Rabochaya Msyl’ di luar negeri. Para editor ini menulis pernyataan yang mengkritik buruh yang mengekspos diri mereka ke represi. Ketika kelompok St. Petersburg menerima edisi ini, mereka menjadi begitu marahnya sampai-sampai mereka menolak mendistribusikan koran ini untuk beberapa bulan.
Dalam pamflet Kremer yang terkenal, “On Agitation”, hubungan antara agitasi ekonomi dan perjuangan politik dijelaskan dengan baik, ketika ia menulis: “Tidak peduli seluas apapun gerakan buruh, keberhasilannya tidak akan terjamin bila kelas buruh tidak berdiri dengan teguh di atas basis perjuangan politik,” dan bahwa “perebutan kekuasaan politik adalah ujian paling utama dari perjuangan proletariat … Oleh karenanya tugas kaum Sosial Demokrat adalah agitasi terus menerus di antara kaum buruh pabrik berdasarkan tuntutan dan kebutuhan sehari-hari. Perjuangan yang terprovokasi oleh agitasi ini akan melatih kaum buruh untuk membela kepentingan-kepentingan mereka, memperbesar keberanian mereka, membuat mereka yakin akan kekuatan mereka, dan membuat mereka sadar akan pentingnya serikat buruh, dan pada analisa terakhir akhirnya akan menghadapkan mereka dengan masalah-masalah yang lebih serius yang membutuhkan solusi. Dipersiapkan sedemikian rupa untuk perjuangan yang lebih serius, kelas buruh akan bergerak ke solusi dari masalah-masalahnya yang paling mendesak.”
Akan tetapi, kaum Ekonomis menginterpretasikan ini dari satu sisi saja. Agitasi ekonomi dan “aktivisme” kasar dijadikan solusi untuk semua hal. Teori revolusioner dijadikan hal yang sekunder. Dengan cara ini, gagasan yang tepat dijungkirbalikkan, yang lalu melahirkan “teori tahapan-tahapan” yang anti-Marxis, yang lalu menjadi malapetaka di tangan kaum Menshevik dan Stalinis. Krichevsky, seorang Ekonomis, menulis: “Tuntutan-tuntutan politik, yang dalam karakternya adalah sama di seluruh Rusia, harus pada awalnya sesuai dengan pengalaman yang datang dari perjuangan ekonomi oleh strata buruh tertentu. Hanya berdasarkan pengalaman ini maka kita mungkin dan harus bergerak ke agitasi politik.”[16]
Kalimat-kalimat ini mengekspresikan dengan jelas karakter oportunis dari Ekonomisme, yang mengalir dari keinginan mereka untuk mencari jalan pintas ke massa dengan menumpulkan program Marxisme dan mencampakkan tuntutan-tuntutan yang “sulit”, dengan alasan bahwa massa belum siap. Pada dasarnya, fenomena ini serupa dengan politik “tindakan-tindakan kecil” yang dianjurkan oleh kaum Narodnik liberal. Ini sangat serupa dengan oportunisme pengecut kaum Marxis Legal, yang sesungguhnya mewakili sayap-kiri liberalisme borjuis. Implisit dalam gagasan-gagasan kaum Ekonomis adalah ketakutan menghadapi rejim Tsar, dengan menghindari tuntutan-tuntutan politik dan berusaha membuat aktivitas kaum Sosial Demokrat tampak seperti “masalah pribadi” antara buruh dan majikan, dan meninggalkan masalah negara. Pada kenyataannya, makna dari semua argumen kaum Ekonomis adalah bahwa kaum Sosial Demokrat harus secara pasif beradaptasi pada batas-batas legal atau semi-legal yang sempit yang diberikan kepada mereka oleh rejim Tsar.
Dengan membatasi diri mereka pada tuntutan-tuntutan ekonomi, mereka berharap dapat menghindari kemurkaan pihak otoritas. Dalam hal ini, Ekonomisme adalah cermin dari posisi yang diadopsi oleh Marxisme Legal. Ini berarti mencampakkan perjuangan revolusioner dan menyerahkan kepemimpinan gerakan pada kaum liberal. Akan tetapi skema seperti ini berbenturan dengan kenyataan. Bila kaum Ekonomis bersedia menanggalkan perjuangan demokratik revolusioner melawan Tsarisme, rejim Tsar sama sekali tidak siap untuk diam saja melihat perjuangan antara buruh dan kapitalis. Pemogokan demi pemogokan ditumpas oleh polisi dan pasukan Cossack. Gelombang demi gelombang penangkapan menyingkirkan lapisan kelas buruh yang paling aktif dan sadar.
Menurut laporan delegasi Bolshevik pada Kongres Amsterdam Internasional Kedua pada 1904, masa hidup rata-rata organisasi Sosial Demokratik di Rusia saat itu tidak lebih dari 3 sampai 4 bulan. Gelombang penangkapan terjadi terus menerus, yang menyapu anggota-anggota yang lebih tua, lebih terlatih secara teori, dan lebih berpengalaman. Mereka digantikan oleh anak-anak muda yang masih hijau. Fakta ini menjadi elemen penting dalam kebangkitan pesat tendensi Ekonomisme selama paruh kedua 1890an. Sebuah partai dengan pergantian anggota yang begitu cepat, dan yang terpaksa terus mengganti kepemimpinan mereka dengan anak-anak muda yang tidak berpengalaman dan tidak terdidik secara teori, niscaya akan menumpulkan ideologinya dan menurunkan level politiknya. Ketika mayoritas anak-anak muda ini adalah pelajar dan intelektual, risiko degenerasi politik dan masuknya gagasan-gagasan asing menjadi seribu kali lebih besar. Sebuah partai revolusioner yang kehilangan kader-kadernya akan kehilangan tulang punggungnya. Kehilangan panduan teorinya, partai ini pasti akan terhempas oleh angin. Alih-alih mengintervensi gerakan kelas untuk memberinya arah politik yang sadar, partai semacam ini hanya bisa mengekor gerakan. Kaum Marxis Rusia menyebut tendensi ini Khvostism (buntut-isme). Dimana Marxisme revolusioner mewakili seksi kelas buruh yang paling sadar, Ekonomisme dan berbagai tendensi Reformisme lainnya adalah kebalikannya. Ekonomisme bukanlah satu tendensi yang homogen.
Kendati semua masalah dan kemunduran, gerakan baru ini tumbuh dengan pesat. Kelompok-kelompok Sosial Demokratik bermunculan di Tver, Arkhangelsk, Nizhny Novgorod, Kazan, Saratov, Kharkov, Kiev, Yekaterinoslav, Odessa, Tiflis, Batum, Baku, Warsawa, Minsk, Riga dan banyak kota-kota penting lainnya. Untuk pertama kalinya eksis sebuah organisasi Marxis yang benar-benar mencakup seluruh Rusia. Akan tetapi, situasi dimana kelompok-kelompok ini terpaksa berfungsi tidaklah kondusif untuk kejelasan ideologi dan kohesi organisasi. Kontak antar mereka sangatlah sulit, tidak reguler, dan terus terganggu. Penangkapan-penangkapan sering sekali menyebabkan terganggunya perkembangan sejumlah organisasi dan munculnya yang baru. Di bawah kondisi-kondisi ini, tugas untuk membentuk kepemimpinan yang tegas dan punya otoritas di Rusia terbukti mustahil. Tak-terelakkan kelompok-kelompok Sosial Demokratik lokal cenderung punya cara pandang yang sempit. Tidak adanya hubungan yang stabil dengan sebuah pusat nasional, masalah-masalah yang diciptakan oleh kondisi-kondisi ilegal dan masih mudanya dan tidak berpengalamannya mayoritas kepemimpinan, berarti kebanyakan kerja berkarakter lokal dan amatir. Tidak pedulinya kaum Ekonomis pada teori dan penekanan mereka pada tugas-tugas kerja massa dan agitasi yang praktis adalah sisi lain dari koin yang sama. Penyimpangan Ekonomis di antara kaum muda Rusia bisa saja disembuhkan dengan mudah kalau saja ini tidak terjadi berbarengan dengan fenomena internasional yang jauh lebih serius.
Revisionisme Bernstein
Pada peringatan 50 tahun “Manifesto Komunis” pada 1898, Plekhanov terkejut membaca di koran Die Neue Zeit sebuah artikel oleh Bernstein, seorang pemimpin Sosial Demokrat Jerman yang terkemuka, yang mempertanyakan gagasan-gagasan dasar Marxisme. “Ini adalah penyangkalan penuh terhadap taktik-taktik revolusioner dan komunisme,” tulis Plekhanov. “Artikel-artikel ini membuat saya mual.” Ini hanyalah tembakan pembukaan untuk kampanye panjang Bernstein di koran partai Jerman, dimana dia hendak “merevisi” Marxisme. Bernstein berargumen kalau Marxisme sudah ketinggalan jaman. Teori-teori “modern” para pemimpin buruh hari ini hanyalah plagiat kasar gagasan-gagasan Bernstein seratus tahun yang lalu, yang jauh lebih jelas terekspresikan oleh Bernstein.
Di antara banyak hal lainnya, Bernstein berargumen bahwa konsentrasi produksi industrial terjadi dengan tempo yang jauh lebih lambat daripada apa yang diramalkan oleh Marx. Banyak sekali usaha-usaha kecil yang masih punya vitalitas (seperti yang dikatakan sekarang ini, “kecil itu indah”). Alih-alih polarisasi antara buruh dan kapitalis, kehadiran berbagai strata menengah berarti bahwa masyarakat kita jauh lebih kompleks (“kelas-kelas menengah baru”). Alih-alih “anarki produksi”, kapitalisme dapat mengendalikan krisis, sehingga krisis lebih jarang terjadi dan lebih tidak parah (Keynesianisme dan “kapitalisme terencana”). Dan kelas buruh adalah minoritas dalam masyarakat, dan hanya tertarik untuk memperbaiki kondisi materialnya yang segera (“upwardly mobile”, “dapat menanjak ke atas”).
Tentu saja gagasan-gagasan ini tidak jatuh dari langit. Ini adalah refleksi tekanan dari periode kemajuan kapitalisme yang panjang, yang berlangsung hampir dua dekade, yang berakhir dengan Perang Dunia Pertama. Periode kedamaian sosial relatif ini dan juga perbaikan relatif standar hidup lapisan-lapisan atas proletariat di Jerman, Inggris, Prancis, dan Belgia memberikan ilusi bahwa kapitalisme dapat menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi pokok mereka. Pertumbuhan pesat kekuatan dan pengaruh partai-partai buruh dan serikat-serikat buruh juga melahirkan kasta pengurus serikat buruh, kaum parlementerian, anggota-anggota dewan kota, dan birokrat partai yang baru, yang kondisi kehidupan dan cara pandangnya menjadi semakin terpisah dari massa rakyat yang seharusnya mereka wakili. Strata ini, yang cukup nyaman dan terbuai oleh apa yang tampaknya seperti keberhasilan kapitalisme, menjadi basis sosial revisionisme, yakni reaksi borjuis-kecil terhadap badai-dan-stres perjuangan kelas. Mereka menginginkan kenyamanan dan transisi ke sosialisme yang damai dan harmonis, di masa depan yang nun jauh.
Reaksi Axelrod terhadap artikel Bernstein di Die Neue Zeit awalnya lebih toleran dibandingkan dengan Plekhanov, yang sangat geram. Pada kenyataannya, Axelrod dan Zasulich moralnya sangat terpukul oleh kontroversi ini. Vera Zasulich yang sangat mudah terpengaruh ini tersiksa oleh keraguan. Hanya Plekhanov yang tetap teguh dan memberikan semangat pada kawan-kawannya, dan melemparkan dirinya ke dalam polemik. Artikel-artikel yang ditulis Plekhanov untuk menjawab Bernstein dan Konrad Schmidt (mengenai filsafat, untuk membela materialisme dialektis) menunjukkan Plekhanov pada masa kejayaannya, sebagai seorang pejuang yang tak pernah menyerah dalam membela gagasan-gagasan fundamental Marxisme. Para perwakilan sayap-kiri Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD), Rosa Luxemburg dan Parvus, meluncurkan konter-ofensif yang tajam terhadap Bernstein. Tetapi yang mengejutkan Plekhanov lebih dari apapun adalah reaksi Kautsky.
Kautsky dianggap sebagai penjaga ortodoksi Marxisme par excellence (yang terbaik). Dia juga adalah sahabat pribadi Plekhanov. Tetapi dia membiarkan koran Die Neue Zeit – dimana dia adalah editornya – menerbitkan artikel anti-Marxis. Selain itu, dia juga awalnya menolak mengkritik Bernstein di koran. Setelah melihat perkembangan Kautsky di masa depan, kebungkaman Kautsky pada masa silam adalah signifikan. Kendati semua tulisannya mengenai revolusi dan perjuangan kelas, Marxismenya Kautsky memiliki karakter yang abstrak dan skolastik. Sementara Plekhanov melihat Bernstein sebagai seorang musuh yang harus diserang, dibongkar kedoknya, dan bila perlu, disingkirkan, Kautsky masih melihat dia sebagai seorang rekan yang melakukan kesalahan, yang punya teori yang eksentrik dan persahabatan dengannya tidak boleh dirusak. Sikap Kautsky terungkap dengan jelas dalam sebuah surat untuk Axelrod tertanggal 9 Maret 1898, yang memberinya selamat untuk artikel-artikelnya yang menyerang Bernstein: “Saya sangat tertarik dengan pendapatmu mengenai Eddie [Bernstein]. Namun, saya rasa kita telah kehilangan dia … Akan tetapi, saya masih belum menyerah dan saya berharap kalau dia mengontak kita secara pribadi – bahkan bila hanya secara tertulis, mungkin sang pejuang tua ini akan kembali ke sisi kita, dan dia akan sekali lagi mengarahkan kritiknya melawan musuh kita dan bukan melawan kita.”[17]
Ketika akhirnya didorong oleh Plekhanov untuk membalas Bernstein secara publik, Kautsky menggunakan nada yang sangat halus, hampir-hampir meminta maaf karena telah membalasnya: “Bernstein telah mendorong kita untuk mempertimbangkan kembali berbagai hal, dan untuk ini kita harus berterimakasih padanya.” Plekhanov geram membaca ini dan menulis sebuah surat terbuka kepada Kautsky dengan judul “Mengapa Kita Harus Berterimakasih Padanya?” dimana dia dengan tajam bertanya: “Siapa yang akan mengubur siapa? Akankah Bernstein mengubur Sosial Demokrasi, atau Sosial Demokrasi mengubur Bernstein?”[18]
Sementara para anggota Kelompok Emansipasi Buruh meresponsdengan keras usaha Bernstein untuk menumpulkan ajaran-ajaran Marx, dia punya sejumlah pengagum di Rusia. Sebelumnya, penyimpangan kaum Ekonomis tidak punya konten teori yang konsisten. Sekarang, dimulai dengan kaum eksil, mereka dengan menggebu-gebu menggunakan gagasan Bernstein sebagai pembenaran untuk tendensi-tendensi oportunis mereka. Walaupun Rabochaya Mysl’ berusaha keras menghindari politik, mereka punya garis politik yang sangat jelas, yakni garis reformis dan anti-revolusioner: “Perkembangan undang-undang pabrik,” tulis mereka, “asuransi buruh, partisipasi buruh dalam mendapatkan laba, perkembangan serikat buruh akan perlahan-lahan mengubah masyarakat kapitalis menjadi masyarakat sosialis … Bukan semakin parahnya kemiskinan kaum proletar, bukan semakin parahnya konflik antara kapital dan buruh, bukan kontradiksi-kontradiksi internal produksi kapitalis yang akan membawa kita ke sosialisme, tetapi pertumbuhan dan perkembangan kekuatan dan pengaruh kaum proletar.”[19]
Para ideolog Rabochaya Msyl’ adalah kaum pelajar dan intelektual, yang merupakan medium darimana tekanan borjuis-liberal masuk ke dalam gerakan buruh. Bukan sebuah kebetulan kalau mereka mengagumi Bernstein. Mereka mewakili varian Rusia dari fenomena internasional revisionisme, yang pada gilirannya adalah ekspresi kepentingan kaum “progresif” kelas-menengah di Barat yang telah terdorong dekat ke gerakan buruh ketika kaum buruh telah menjadi agen sosial yang kuat dan oleh karenanya menjadi sumber pekerjaan, prestise, dan matapencaharian. Sejak hari-hari awal Sosial Demokrasi Jerman, Engels telah terus-menerus memperingatkan bahaya “Katheder Sozialisten”[20] universitas, orang-orang seperti Duhring yang dengan baik hati menawarkan layanan mereka kepada gerakan buruh dengan tujuan mendorongnya ke jalan kolaborasi kelas reformis.
Akan tetapi, paralel ini ada batasnya. Konteks sosial lahirnya Ekonomisme sangat berbeda dari konteks sosial lahirnya dan suburnya revisionisme Jerman. Seperti halnya kaum borjuasi Rusia sangatlah lemah dibandingkan kapitalisme Prancis dan Jerman, kaum Bernsteinis Rusia juga lemah. Mereka tidak punya gagasan mereka sendiri. Mereka berayun-ayun dan dipenuhi prasangka kaum intelektual. Ideologi mereka datang dari Jerman dan Inggris. Reformisme punya basis material. Kapitalisme di Inggris, Jerman, dan Prancis masih punya peran progresif dalam mengembangkan kekuatan produksi. Periode kemajuan ekonomi sebelum Perang Dunia Pertama, perbaikan kondisi hidup mayoritas massa rakyat, dan semakin halusnya relasi-relasi antar kelas adalah premis sosial dan ekonomi untuk kebangkitan revisionisme Bernstein. Tetapi benih-benih yang tumbuh subur di tanah progres ekonomi di Barat ternyata tidak bisa tumbuh di tanah Rusia yang tandus dan berbatu-batu. Di sini tidak ada aristokrasi buruh yang besar, yang ada hanya kaum proletar yang miskin, yang bekerja seperti budak di industri skala-besar. Hanya di satu bidang gagasan Ekonomisme mendapatkan basis untuk menyebar di antara kelas buruh.
Dengan mayoritas pemimpin berpengalaman ada di penjara, level politik para anggota jatuh ke titik terendah. Gagasan Ekonomisme menjadi tersebar luas di komite-komite lokal. Konsekuensi praktisnya terlihat sedini May Day 1899, ketika kelompok muda di Petersburg menerbitkan selebaran yang menyerukan tuntutan 10-jam-kerja, yang berbeda dengan slogan 8-jam-kerja yang sudah diterima secara internasional. Tindakan ini dikutuk di edisi pertama koran Zarya sebagai “pengkhianatan terhadap Sosial Demokrasi internasional”.[21]
Untuk membangun fondasi gerakan yang kuat di Rusia, situasi ini harus berakhir. Semua orang merasakan perlunya sebuah partai yang bersatu, dengan kepemimpinan yang stabil dan di atas segalanya sebuah koran Marxis nasional. Hanya dengan peluncuran koran Iskra Lenin unifikasi Partai Buruh Sosial Demokratik Rusia menjadi sebuah proposisi yang memungkinkan. Tetapi sebelumnya, sebuah usaha dilakukan untuk meluncurkan Partai ini lewat kongres pendirian.
__________________
Catatan Kaki
[1] Slavonic and East European Review, vol. xxii, no. 34, hal. 350
[2]Fin de siècle (atau Akhir Abad dalam bahasa Prancis) adalah tahun-tahun terakhir dari abad ke-19, yakni pada 1880an dan 1890an, dimana pada saat itu mood di antara kaum intelektual dipenuhi dengan sinisme dan pesimisme, dan perasaan bahwa peradaban sedang memasuki era kebangkrutan.
[3] Ibid.
[4] Marx dan Engels, Selected Works, vol. 2, hal. 410.
[5] Krupskaya, Reminiscences of Lenin, hal. 29-30.
[6] KPSS v rezolyutsiyakh i resheniyakh s’yezdov. Konferentsii y plenumov tsk, vol. 1, hal. 15 (penekanan dari saya).
[7] Perepiska GV Plekhanova i PB Aksel’roda, hal. 127.
[8] Istoriya KPSS, vol. 1, hal. 228.
[9] Dikutip di R. Payne, The Life and Death of Lenin, hal. 112.
[10] Dikutip di Wildman, op. cit., hal. 99.
[11] Perepiska GV Plekhanova i PB Aksel’roda, hal. 182.
[12] Baron, op. cit., hal. 254-5 dan 255.
[13] Dikutip di F. Dan, op. cit., hal. 217.
[14] A.K. Wildman, op. cit., hal. 132.
[15] Dikutip di Zinoviev, History of the Bolshevik Party, hal. 71.
[16] Dikutip di F. Dan, op. cit., hal. 216 dan 218.
[17] Perepiska G.V. Plekhanova i P.B. Aksel’roda, hal. 208-9.
[18] Baron, Plekhanov—the father of Russian Marxism, hal. 238.
[19] Dikutop di Wildman, op. cit., hal. 141.
[20] Katheder Sozialisten adalah bahasa Jerman untuk sosialisme kursi-goyang, sebutan untuk orang-orang yang berteori mengenai sosialisme dari kenyamanan kursi goyang mereka.
[21] Dikutip di Akimov, On the Dilemmas of Russian Marxism 1895-1903, hal. 262