Bagian Kedua: Revolusi 1905
Bab 8. Pendeta Gapon
9 Januari 1905
“Tuan! Kami buruh, anak dan istri kami, orang tua kami yang tak berdaya, kami telah datang menghadap kau, Tuan, untuk mencari keadilan dan perlindungan. Kami ada dalam kemiskinan yang hebat, kami tertindas dan dibebani kerja yang melampaui tenaga kami; kami dihina, kami tidak dianggap manusia, kami diperlakukan seperti budak-budak yang harus menanggung kesengsaraan mereka tanpa mengeluh. Dan kami telah menderita, tetapi kami didorong terus lebih dalam ke kemiskinan, pelanggaran hukum, dan kebodohan. Despotisme dan kekuasaan sewenang-wenang telah mencekik kami, dan kami tidak dapat bernapas. Tuan, kami sudah tidak kuat lagi! Batas kesabaran kami telah habis: waktunya telah tiba bagi kami dimana lebih baik mati daripada terus hidup menderita siksaan tak tertanggungkan.”
Dengan kata-kata ini, kelas buruh Rusia untuk pertama kalinya memasuki panggung sejarah, dengan memohon kebaikan hati dari Tsar, sang “Bapa Kecil”, dengan sepucuk petisi di tangannya dan seorang pendeta memimpinnya. Sebelas bulan kemudian, kelas buruh yang sama bangkit melawan autokrasi, dengan senjata di tangannya, di bawah kepemimpinan sebuah partai Marxis. Dalam sebelas bulan itu, Revolusi Rusia bergulir dalam skala yang luar biasa, yang melibatkan semua lapisan proletariat dan semua lapisan tertindas lainnya dalam masyarakat, yang melalui semua fase perjuangan dan menggunakan semua metode perjuangan yang terpikirkan, dari pemogokan ekonomi dan petisi ke pihak otoritas, melalui pemogokan umum politik dan demonstrasi-demonstrasi massa, sampai ke pemberontakan bersenjata. Revolusi 1905 telah mengungkapkan, kendati dalam bentuk embrio, semua proses-proses dasar yang akan diulangi dalam tingkatan yang lebih tinggi 12 tahun kemudian. Revolusi ini adalah sebuah geladi resik, yang tanpanya kemenangan akhir proletariat pada Oktober 1917 adalah mustahil. Dalam perjalanan Revolusi 1905, semua gagasan, program, partai, dan pemimpin diuji. Pengalaman revolusi pertama ini sangatlah menentukan bagi evolusi selanjutnya dari semua tendensi dalam Sosial Demokrasi Rusia.
Namun, kenyataannya adalah pada awal Revolusi Partai Sosial Demokrasi Rusia ada dalam kondisi yang menyedihkan. Pada awal 1905, Partai Sosial Demokrasi Rusia sangatlah terlemahkan oleh perpecahan-perpecahan dan penangkapan-penangkapan. Perseteruan faksi internal telah melumpuhkan aktivitas-aktivitasnya selama berbulan-bulan. Para aktivis di Rusia kebingungan dan kacau. Setelah kehilangan kendali pusat kepemimpinan Partai di luar negeri, kaum Bolshevik tidak punya koran, dan hanya mengeluarkan koran pertamanya, Vperyod, pada Desember 1904. Kekurangan dana yang akut berarti bahwa penerbitan koran Vperyod tidaklah reguler. Kaum Menshevik lebih punya sumber daya, tetapi mereka tidak punya basis kuat di dalam Rusia, kecuali beberapa daerah seperti Utara dan Caucasus. Tetapi disanapun mereka ada dalam posisi yang relatif lemah. Karena harus bekerja bawahtanah, sangatlah sulit mengukur kekuatan Bolshevik yang sesungguhnya pada saat itu. Organisasi Partai St. Petersburg tidak pecah secara formal sampai pada Desember 1904, ketika kaum Menshevik memisahkan diri. Sampai saat itu, para pendukung Bolshevik sedang menguat. Tetapi perjuangan internal memiliki pengaruh buruk pada kerja partai, dan membuatnya fokus pada internal. Ini terefleksikan dalam jumlah selebaran Bolshevik yang diterbitkan di Petersburg pada 1904: hanya 11 untuk seluruh tahun 1904, dibandingkan dengan 55 pada tahun 1903 dan 117 pada tahun 1905.[1]
Secara umum, organisasi Bolshevik di Rusia pada paruh kedua tahun 1904 ada dalam kondisi buruk. Banyak para staf-penuh, seperti yang telah kita lihat, tidak memahami perpecahan ini dan sangatlah terpukul oleh pengkhianatan Komite Pusat yang konsiliasionis. Kendati dorongan dan tekanan dari Lenin, mereka cenderung terlambat di belakang kaum Menshevik, yang sekarang sudah bergerak ofensif, mengirim banyak agen dan uang ke dalam Rusia. Di St. Petersburg, mereka segera meraih keunggulan atas komite yang didominasi Bolshevik. Kekeliruan-kekeliruan dan kelumpuhan dari komite ini semakin mengecewakan para buruh St. Petersburg, yang perlahan-lahan berpaling ke Menshevik. Komite Narva mensahkan sebuah resolusi yang mengekspresikan “ketidakinginan mereka untuk terus bekerja di bawah kepemimpinan komite St. Petersburg”. Komite Vasiliev Ostrov mengirim mosi “tidak percaya” terhadap komite yang dipimpin kaum Bolshevik. Seksi-seksi Narva, Neva, Vasiliev Ostrov, dan “Sisi Petersburg”, yang mewakili sebagian besar buruh, pecah dari Bolshevik dan menyatakan dukungan mereka terhadap kaum Menshevik. Pada Desember, mereka telah membentuk sebuah komite yang terpisah. Dua komite yang bermusuhan terus eksis di St. Petersburg sampai pada Kongres Stockholm pada 1906.
Hilangnya daerah-daerah kunci St. Petersburg adalah pukulan besar bagi Lenin. Ini menghilangkan titik-titik pengaruh kunci kaum Bolshevik, dan memungkinkan kaum Menshevik memimpin di gejolak-gejolak yang berlangsung pada bulan-bulan selanjutnya. Lebih parah lagi, jelas bahwa kegagalan ini adalah terutama karena ketidakmampuan dari kepemimpinan lokal Bolshevik, yang kualitasnya ditunjukkan oleh arus deras surat-surat keluhan yang dikirim ke Lenin. Lenin pasti stres ketika dia membaca laporan-laporan menyedihkan dari agen utamanya di St. Petersburg, Rosalia Zemlyachka:
“Orang-orang Menshevik tidak henti-hentinya masuk ke Rusia. Komite Pusat telah membuat banyak orang menentang kita. Kita tidak punya kekuatan yang cukup untuk melawan dan mengkonsolidasikan posisi kita. Dari mana-mana ada permintaan agar dikirimkan orang. Kita harus segera melakukan tur ke komite-komite. Tidak ada seorangpun yang dapat pergi. Saya tidak bisa memenuhi tugas Biro dan tersedot ke dalam kerja lokal. Ini bisa menjadi lebih buruk. Kita butuh orang. Semua orang memintanya. Tidak ada seorangpun yang dapat melakukan ini …”
Dan katalog keluhan ini berlanjut:
“Kita sedang dalam bahaya kehilangan satu demi satu kota karena kekurangan orang. Setiap hari, saya menerima setumpuk surat dari berbagai tempat, yang meminta [kita] untuk mengirim orang. Baru saja saya menerima surat dari Yekaterinoslav. Mereka menulis kalau kita tidak segera mengirim orang dan uang, kita akan kehilangan Yekaterinoslav. Tetapi tidak ada orang: satu per satu orang berhenti, dan tidak ada yang baru yang tiba. Sementara, kaum Menshevik telah mengkonsolidasikan posisi-posisi mereka dimana-mana. Mereka dapat mudah disingkirkan kalau saja kita punya orang. Biro ini hanyalah sebuah fiksi karena kami semua sibuk dengan masalah-masalah lokal.”
Dan baris-baris ini ditulis pada 7 Januari 1905, dua hari sebelum peristiwa Minggu Berdarah. Keluhan terus-menerus mengenai “kurangnya orang” menunjukkan ketidakpercayaan yang berakar dari perangkat partai terhadap buruh. Alih-alih membawa darah baru ke dalam komite, dengan mengooptasi elemen-elemen buruh dan kaum muda yang terbaik, mereka mencari solusi-solusi mudah. Mereka menuntut didatangkan lebih banyak fulltimer dari luar negeri. Di setiap baris surat-surat ini, kita lihat ketidakmampuan untuk menghubungkan kerja lingkaran kepemimpinan dengan kekuatan-kekuatan hidup gerakan kelas buruh. Mengomentari situasi ini, Litvinov menulis ke Lenin:
“Masalahnya adalah dia [Zemlyachka] sama sekali tidak menyadari situasi kritis dan menyedihkan yang sedang kita alami sekarang. Orang-orang di sekitar kita menentang kita atau tidak mendukung kita. Kebanyakan pekerja partai masih beranggapan bahwa kita adalah sekelompok pengganggu yang tidak punya dukungan sama sekali, bahwa semenjak rekonsiliasi [antara Komite Pusat dan kaum Menshevik] sikap komite telah berubah, bahwa semua usaha kita tidak lain adalah usaha terakhir kaum Bolshevik sebelum mati. Tidak ada konferensi (apalagi konferensi rahasia), tidak ada agitasi yang akan dapat mengubah ini. Saya ulangi lagi, situasi kita sangatlah tidak stabil. Kita hanya dapat keluar dari ini dengan 1) segera menyelenggarakan kongres (paling lambat Februari) dan 2) segera menerbitkan koran. Tanpa melaksanakan dua kondisi ini sesegera mungkin dan dengan langkah yang besar, kita akan hancur … Kita akan kehilangan Petersburg. Banyak orang-orang Menshevik telah tiba di sini … Kita harus memobilisasi kekuatan kita untuk Petersburg, tetapi siapa yang ada di sana?”
Kaum Bolshevik berantakan, tetapi pada kenyataannya posisi kaum Menshevik tidak lebih baik. Kedua faksi ini tidak memiliki dukungan dari buruh. “Organisasi Sosial Demokratik di St. Petersburg sebelum Januari 1905, dilihat dari semua kriteria, lemah,” tulis Solomon Schwarz. “Pada Desember 1903, organisasi Sosial Demokratik punya sekitar 18 lingkaran di pabrik-pabrik, dan keanggotaan dari tiap-tiap lingkaran ini adalah antara 7 sampai 10, yang berarti total keanggotaan buruh tidak lebih dari 180 orang. Bila keanggotaan pelajar dan kaum intelektual kira-kira sama, yang kemungkinan besar demikian, maka jumlah anggota total adalah 360. Selama musim dingin 1904, keanggotaan dan aktivitas komite menurun, dan hubungan dengan luar negeri sangatlah lemah atau tidak ada … Koresponden yang sama mengatakan bahwa kaum Menshevik juga kehilangan dukungan: di satu daerah dimana mereka punya 15 sampai 20 lingkaran, pada Desember 1904 mereka hanya punya 4 atau 5.”
Di memoarnya, pemimpin Menshevik P.A. Garvi menjelaskan posisinya di Kiev tepat sebelum 1905:
“Kekurangan orang dalam organisasi. Terpisah dari massa buruh dan kepentingan sehari-hari mereka. Kehidupan organisasi yang miskin dibandingkan sebelumnya – inilah kesan yang saya dapati di Kiev, yang menyedihkan dibandingkan dengan masa lalu, dengan kehidupan organisasi Odessa yang penuh dengan energi pada 1901 dan 1902. Ada Komite Kiev; ada komite-komite sektor; di seksi-seksi ada propagandis yang melakukan lingkaran-lingkaran propaganda, biasanya selebaran disebarkan lewat lingkaran-lingkaran, begitu saja.”
“Selama tahun 1905 di Kiev, di Rostov dan di Moskow, kami menemui fenomena yang sama: di organisasi-organisasi partai berkumpul kaum muda yang tidak berpengalaman, yang lekas naik darah dan berdedikasi tetapi tidak punya hubungan yang kuat dengan massa buruh dan tidak punya pengaruh di pabrik-pabrik. Kaum sosial demokrat tua di antara buruh – yakni pelopor buruh maju yang sesungguhnya dalam periode propaganda dan apa-yang-disebut Ekonomisme – buruh-buruh tua ini, kebanyakan, berdiri di pinggiran saja. Di Kiev, Rostov dan Moskow, dan sampai pada pemogokan Oktober, saya – dan bukan hanya saya – harus menggunakan metode-metode artifisial untuk menarik ‘para buruh tua’ ini ke dalam kerja aktif partai. Kami mengadakan pertemuan-pertemuan spesial dan pesta-pesta malam dengan mereka, kami mencoba meyakinkan mereka, tetapi mereka melakukan kerja partai dengan enggan, dan melihat organisasi dan metode kerja kita dengan perasaan tidak percaya.”[2]
“Zubatovisme”
Kelemahan partai terjadi bersamaan dengan menguatnya gerakan buruh, yang oleh karenanya harus mengekspresikan dirinya lewat jalur-jalur lain. Pada 1900-02, kepala Okhrana Moskow (polisi rahasia) S.V. Zubatov mendapat ilham untuk membentuk serikat-serikat buruh legal di bawah kontrol polisi, yang diizinkan untuk berfungsi, dan bahkan memilih komite-komite, yang sesuai dengan pilihan polisi. Mereka diperbolehkan melakukan aktivitas-aktivitas, selama bersifat ekonomis dan non-politik. Zubatov tidak hanya membentuk serikat-serikat buruh legal, di bawah kontrol polisi (sebuah taktik yang secara ironis dinamai “sosialisme polisi” oleh kaum revolusioner), tetapi juga merekrut kaum revolusioner sebagai agen. Dia akan mengunjungi mereka di penjara, menunjukkan kepedulian pada situasi mereka, membawakan mereka teh dan biskuit dan bahkan bacaan Marxis. Interogasi dilakukan, bukan di penjara tetapi di ruang belajar di rumahnya, dimana dia mencoba meyakinkan mereka bahwa cara terbaik untuk membela kepentingan buruh adalah dengan berpartisipasi dalam “gerakan”nya. Dengan mengkombinasikan kekerasan dengan metode-metode seperti ini, beberapa buruh atau elemen-elemen yang lebih naif akhirnya terperangkap dan menjadi informan setelah dibebaskan dari penjara. Sekali mereka terjerat, hampir mustahil lepas. Provokator yang tertangkap tidak diperlakukan dengan murah hati oleh kaum revolusioner.
Zubatov jauh lebih pintar dibandingkan rata-rata kepala polisi Tsar dan metode-metodenya cukup berhasil untuk sementara waktu – bahkan terlalu berhasil! Dalam iklim keresahan buruh dan dengan absennya organisasi-organisasi massa buruh yang legal, para buruh memasuki serikat-serikat bentukan polisi ini dalam jumlah besar. Untuk meyakinkan para buruh ini, para polisi ini bahkan mengorganisir pemogokan. Serikat-serikat ini beranggotakan ribuan buruh – jauh lebih banyak dibandingkan buruh yang aktif di komite-komite Sosial Demokratik. Dengan kecerdikan mereka seperti biasanya, para buruh memutar balik meja ini, dan menggunakan kesempatan ini untuk mendorong tuntutan-tuntutan mereka dan mengorganisir secara legal. Serikat-serikat Zubatov memberi buruh kesempatan untuk mengorganisir dan mengekspresikan keluhan-keluhan mereka. Pertanyaannya mencuat: apa sikap yang harus diambil oleh kaum Sosial Demokrat terhadap serikat-serikat bentukan polisi yang reaksioner ini? Bertahun-tahun kemudian, ketika kaum buruh Rusia telah merebut kekuasaan, Lenin memberikan jawabannya di karya mahabesarnya mengenai strategi dan taktik revolusioner “Komunisme Sayap Kiri, Penyakit Kekanak-kanakan”:
“Di bawah Tsarisme, kita tidak punya ‘peluang legal’ apapun sampai pada 1905. Akan tetapi, ketika Zubatov, agen polisi rahasia, mengorganisir rapat-rapat buruh dan perkumpulan-perkumpulan buruh yang bersifat Black Hundred [Black Hundred adalah sebuah organisasi reaksioner anti-semitik yang digunakan oleh tsarisme sebagai senjata untuk melawan gerakan revolusioner] dengan tujuan menjerat dan memerangi kaum revolusioner, kami mengirim anggota-anggota partai kami ke rapat-rapat dan ke dalam perkumpulan-perkumpulan ini … Mereka menjalin kontak dengan massa, dapat melakukan agitasi mereka, dan berhasil memenangkan buruh dari pengaruh agen-agen Zubatov.”
Lenin tidak membatasi komentarnya pada kondisi unik Rusia, tetapi memaparkan sebuah prinsip umum yang memandu pendekatan kaum Marxis kepada organisasi massa proletariat. Untuk membangun sebuah partai revolusioner yang sesungguhnya, tidaklah cukup hanya dengan memproklamirkan ini dari sudut jalanan. Kita harus mencari jalan ke massa, apapun halangannya. Kita harus pergi ke massa dimanapun mereka berada:
“Untuk menolak bekerja dalam serikat-serikat buruh yang reaksioner berarti meninggalkan massa buruh yang belumlah cukup berkembang atau terbelakang di bawah pengaruh para pemimpin reaksioner, para agen borjuasi, para aristokrat buruh, atau ‘para buruh yang telah sepenuhnya menjadi borjuis’…
“‘Teori’ konyol ini dimana kaum Komunis tidak boleh bekerja di serikat-serikat reaksioner mengungkapkan dengan sangat jelas sikap sembrono kaum Komunis ‘Kiri’ mengenai masalah mempengaruhi ‘massa’ dan penyalahgunaan retorika mereka mengenai ‘massa’. Bila kau ingin menolong ‘massa’ dan memenangkan simpati dan dukungan ‘massa’, kau tidak boleh takut dengan kesulitan-kesulitan, atau ketidaknyamanan, tipudaya, hinaan, dan penindasan dari para ‘pemimpin’ ini (yang, karena oportunis dan sosial-sauvinis, dalam banyak hal secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan kaum borjuasi dan polisi), tetapi harus bekerja dimanapun massa dapat ditemukan. Kau harus dapat melakukan pengorbanan apapun, mengatasi halangan-halangan terbesar, supaya dapat melakukan agitasi dan propaganda, secara sistematik, gigih, terus-menerus, dan sabar di institusi-institusi, kelompok-kelompok, dan perhimpunan-perhimpunan tersebut – bahkan yang paling reaksioner pun – dimana massa proletariat atau semi-proletariat dapat ditemui.”[3]
Inilah metode Lenin: keteguhan yang absolut dalam masalah teori dan prinsip, yang dikombinasikan dengan fleksibilitas yang teramat dalam taktik dan organisasi. Pihak otoritas bermaksud membangun sebuah tembok pembatas antara kaum Marxis dan massa. Para buruh Sosial Demokrat, dengan kerja yang sabar dan hati hati, serta dengan taktik yang fleksibel, berhasil menghancurkan tembok pembatas ini, memasuki serikat-serikat tersebut, dan menanamnya dengan gagasan-gagasan Marxisme. Di bawah tekanan yang tidak terbendung dari para anggotanya, serikat-serikat Zubatov ini secara parsial berubah menjadi organ-organ perjuangan. Setelah gelombang pemogokan 1903, Zubatov yang malang ini dipecat dengan tidak hormat. Biarpun demikian gerakan ini terus memainkan peran. Salah satu serikat Zubatov ini adalah “Perhimpunan Buruh Pabrik Rusia” di Petersburg, yang dibentuk oleh Pendeta Grigory Gapon dengan izin polisi.
Banyak kaum Sosial Demokrat yang gagal memahami perlunya berpartisipasi di organisasi Gapon ini untuk meraih massa. Mereka merasa jijik melihat fitur-fitur reaksioner organisasi tersebut. Bukan untuk pertama kalinya atau terakhir kalinya kaum revolusioner gagal memahami bagaimana gerakan kelas buruh sesungguhnya bergulir. Memulai dari sebuah gagasan abstrak yang tepat (“Buruh butuh sebuah partai revolusioner”), mereka gagal mempertimbangkan organisasi buruh yang sesungguhnya yang telah berkembang dari kondisi-kondisi konkret dan yang sama sekali tidak ada kemiripan dengan gagasan-gagasan mereka mengenai bagaimana organisasi buruh ini harusnya terlihat. Bukankah serikat ini diorganisir oleh polisi untuk mengontrol kelas buruh? Bagaimana mungkin kaum Marxis dapat terlibat di dalamnya? Namun usaha-usaha kelompok-kelompok kecil Sosial Demokratik untuk secara langsung memenangkan massa dengan propaganda dan agitasi terbukti sia-sia. Buruh-buruh yang terorganisir kebanyakan adalah proletariat terlatih dan berpengalaman, kebanyakan adalah anggota serikat Gapon. Mereka melihat dengan rasa curiga para muda-mudi yang tidak berjenggot ini yang mencoba mengajari mereka. Propaganda mereka memantul seperti air di punggung bebek. S. Somov (I.A. Pushkin), seorang Menshevik, menggambarkan situasi di organisasi St. Petersburg mereka pada awal tahun 1905:
“Gambaran yang sangat menyedihkan muncul. Organisasi-organisasi yang berfungsi baik hanya dapat ditemui di sektor Narva, dengan 30 ribu buruh. Seluruh organisasi sosial demokratik terdiri dari 6 atau 7 lingkaran buruh di pabrik Putilov dan Kereta Api (lima atau enam buruh di setiap lingkaran) dan kerja dilakukan dengan metode-metode lama, dengan kelas-kelas pendidikan ekonomi politik dan kebudayaan primitif. Benar, ada juga organisasi sektor perwakilan lingkaran-lingkaran, tetapi sulit mengetahui apa yang mereka lakukan. Kehidupan pabrik tidak menemui gaungnya sama sekali dalam lingkaran-lingkaran ini. Kegelisahan … yang menemui ekspresinya dalam gerakan Gapon yang semakin menguat, dimana kehendak massa pekerja untuk organisasi yang luas dan persatuan kelas sangatlah jelas terlihat, diabaikan sebagai Zubatovisme. Terlebih lagi, kebanyakan buruh yang ada dalam lingkaran-lingkaran kita adalah orang-orang yang sangat muda, baru saja selesai magang dan tidak punya pengaruh apapun dalam lingkungan pabrik.”[4]
Mereka-mereka yang aktif dalam lingkaran-lingkaran biasanya lebih terampil dan dapat membaca di antara para buruh. Mereka terlatih dalam kerja mereka dan punya kebanggaan yang kuat dalam kerja mereka, tidak hanya dalam politik tetapi juga di tempat kerja. Ini adalah lingkungan yang sulit dipenetrasi. Seorang buruh Putilov, A.M. Buiko, menulis: “Ketika itu, bila seorang buruh tidak menguasai bidang kerjanya, tidak menjadi buruh terampil yang baik, maka dia bukanlah seorang buruh yang baik. Cara pandang ini berasal dari hari-hari kustashchina, yakni hari-hari lingkaran propaganda, ketika buruh-buruh terampil menganggap buruh-buruh tidak-terampil sebagai pekerja kasual di sekitar mereka … bila seorang pemuda memulai percakapan dengan seorang buruh terampil yang lebih tua, dia akan diceramahi: ‘Belajar dulu bagaimana menggunakan martil, pahat, atau pisau, dan baru kau dapat mulai berargumen seperti seorang dewasa yang punya sesuatu untuk diajarkan kepada orang lain’.”[5]
Pendeta Gapon
“Serikat” Gapon, yang dibentuk pada bulan April 1904, pada kenyataannya adalah sebuah perhimpunan persahabatan yang mengorganisasi asuransi, perpustakaan, dan aktivitas-aktivitas sosial, seperti malam-malam pagelaran musik dimana buruh bersama keluarga mereka hadir. Serikat ini ditujukan sebagai katup pengaman dimana buruh, sampai pada tingkatan tertentu, dapat menghantarkan keluhan-keluhan mereka, tetapi dimana semua pembicaraan politik dilarang. Tujuan serikat ini, antara lain, adalah untuk menguatkan “kesadaran nasional” di antara buruh, mendorong “pandangan yang pantas” mengenai hak-hak mereka, dan menyelenggarakan “aktivitas yang akan membantu perbaikan legal dari kondisi kerja dan hidup buruh”. Karena para pemimpin serikat ini melarang kaum revolusioner untuk terlibat, tidaklah heran kalau kaum buruh dan intelektual revolusioner melihat organisasi baru ini dengan sangat curiga dan rasa benci.
Akan tetapi, usaha-usaha polisi dan kacung-kacung serikat mereka untuk mengekang gerakan buruh dalam batasan-batasan legal sudah pasti akan gagal. Gelombang kekecewaan yang mempengaruhi semua lapisan masyarakat selama Perang Rusia-Jepang mulai mempengaruhi bahkan strata kelas buruh yang paling terbelakang. Sampai pada saat ini, oposisi terhadap tsarisme kebanyakan datang dari kaum intelektual liberal dan pelajar. Batalion besar kelas buruh tampak hanya berdiri di luar perjuangan ini. Tetapi, kendati tampak tenang di permukaan, daerah-daerah pabrik dan buruh dipenuhi dengan rasa geram. Yang diperlukan adalah sebuah titik fokus yang memungkinkan kegeraman yang ada di bawah permukaan ini untuk mendapatkan ekspresi yang sadar dan terorganisir. Setelah pembunuhan Plehve, menteri dalam negeri yang dibenci itu, pada Juli 1904, rejim Tsar, yang telah dilemahkan karena kekalahan-kekalahan militer dan merasa pijakannya goyah, mencoba membendung revolusi dari bawah dengan memberikan konsesi-konsesi dari atas. Pada musim gugur 1904, rejim Tsar memberikan lebih banyak ruang kepada buruh untuk bernapas. Sejak September 1904, serangkaian pertemuan massa diadakan di pabrik-pabrik Petersburg, di bawah Serikat Gapon, yang menjadi semakin populer dengan buruh. Lapisan-lapisan buruh yang baru, yang tidak punya pengalaman berjuang, sekarang menjadi terorganisir. Organisasi Gapon sekarang memiliki 8000 anggota, dan punya ranting-ranting di setidaknya 11 distrik kota. Ini jauh lebih besar dibandingkan jumlah buruh yang berpartisipasi dalam organisasi-organisasi Sosial Demokratik, yang paling banyak berjumlah 500 atau 600.
Buruh-buruh yang bergabung dengan serikat Gapon tidaklah seperti para buruh Sosial Demokrat yang tua dan sadar. Mereka adalah massa mentah yang tidak terdidik secara politik, yang membawa dengan mereka semua prasangka yang telah ditanamkan selama seribu tahun dari lingkungan tani yang terbelakang. Selama ada ketidakadilan, para petani Rusia berpikir bahwa ini adalah kesalahan dari “para pelayan Tsar”, dan bukan kesalahan monarki yang adalah “pelindung rakyat”. Bukanlah sebuah kebetulan kalau serikat ini dipimpin oleh seorang pendeta. Kaum Marxis tidak punya pengaruh dalam serikat ini, walaupun ada lapisan buruh yang signifikan yang telah melalui organisasi-organisasi Sosial Demokratik pada dekade sebelumnya, yang telah keluar dari gerakan, dan kembali muncul di serikat baru ini. Sangatlah penting untuk mempertimbangkan ini ketika kita mendengar bahwa Revolusi 1905 adalah sebuah “gerakan spontan”. Tentu saja ada elemen spontanitas. Tetapi pada saat yang sama, peristiwa-peristiwa yang mengarah pada 9 Januari, pada kenyataannya, direncanakan terlebih dahulu oleh kepemimpinan organisasi Gapon, yang bertindak di bawah tekanan buruh, dimana banyak dari mereka pernah bersentuhan dengan propaganda Marxisme pada saat pemogokan-pemogokan besar tahun 1890an.
Figur Gapon sendiri penuh misteri. Saat itu lingkaran-lingkaran Marxis berpendapat bahwa dia adalah seorang agen polisi, yang kemungkinan besar dengan sengaja merencanakan pembantaian 9 Januari 1905 dengan pihak otoritas. Pendidikan Pendek Stalinis dengan buruk mengatakan bahwa “pada 1904, sebelum pemogokan Putilov, polisi telah menggunakan bantuan seorang agen provokator, yakni seorang pendeta bernama Gapon … Gapon membantu Okhrana tsaris [polisi rahasia] dengan menyediakan alasan untuk menembaki buruh dan menenggelamkan gerakan kelas buruh dalam darah.”[6] Gapon jelas punya hubungan dengan polisi ketika membentuk serikat, dan bahkan punya hubungan dengan pejabat-pejabat tinggi pemerintah. Tetapi hubungannya sangatlah penuh kontradiksi. Pada 9 Januari, ketika dia nyaris mati di tangan tentara Tsar, dia berdemonstrasi di samping Pinchas Rutenburg, seorang Sosialis Revolusioner. Kemudian dia dilindungi oleh Maxim Gorky, berdiskusi dengan Lenin di Jenewa dan hampir bergabung dengan Bolshevik. Lenin yakin akan kejujurannya yang seperti anak kecil. Tetapi pemahaman Gapon akan revolusi tetap pada level primitif. Pengasingan menghancurkannya, seperti halnya pengasingan menghancurkan banyak orang lainnya. Dia menjadi terdemoralisasi, menjadi penjudi dan akhirnya kembali ke Rusia, dimana tampaknya dia melanjutkan kontaknya dengan polisi, dengan menulis surat ke Menteri Dalam Negeri, Durnovo. Akhirnya, pada Maret 1906, dia dibunuh. Ironisnya, peluru yang membunuhnya ditembakkan oleh seorang SR [Pinchas Rutenburg] yang telah berdemonstrasi di sampingnya pada hari Minggu Berdarah.
Bahwa Gapon secara sadar memimpin buruh untuk dibantai adalah jelas keliru. Karakter kontradiktif Gapon merefleksikan mentalitas generasi buruh yang barulah datang dari desa-desa dan baru setengah-terasimilasi ke dalam proletariat. Mereka membawa serta dengan mereka banyak prasangka dan bahkan gagasan-gagasan reaksioner. Gapon adalah seorang organiser yang ulung, seorang orator yang baik dan pemimpin alami. Dia menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh buruh. Dengan campuran militansi dan agama, perjuangan kelas dan monarkisme, ini sesuai dengan perkembangan kesadaran jutaan massa yang paling tertindas pada saat itu. Gapon, yang sendirinya adalah anak petani, yang pada masa mudanya tersentuh oleh gagasan-gagasan revolusioner, mengekspresikan kebingungan dari lapisan rakyat yang sedang berjuang, dimana kehendak mereka untuk berjuang demi kehidupan yang lebih baik di bumi ini masih tercampur dengan harapan untuk kehidupan setelah kematian dan kepercayaan terhadap sang Bapa Kecil [Tsar]. Tidak ada yang mengekspresikan perasaan massa lebih baik daripada Gapon. Untuk alasan ini, massa memujanya. Lionel Kochan menulis: “Pada hari-hari menegangkan pada awal Januari 1905, Gapon punya aura seorang pemimpin dan seorang nabi: ‘… untuk setiap kata-katanya orang bersedia mati; jubah pendetanya dan salibnya adalah magnet yang menarik ratusan ribu rakyat tertindas,’ tulis seorang pengamat.”[7]
Apapun motivasi Gapon, dia sedang menggerakkan kekuatan yang tidak dapat dikendalikan oleh siapapun, termasuk dia sendiri. Sementara kaum revolusioner mencapnya sebagai agen provokator, pihak otoritas mengutuknya sebagai agen revolusi yang berbahaya. Apapun maksud pribadinya, penjelasan yang belakangan lebih dekat dengan kebenaran. Tetapi Gapon tidak siap untuk mengendalikan kekuatan yang telah dia bantu bangkitkan. Sepanjang peristiwa ini, dia memberikan kesan terseret oleh peristiwa-peristiwa yang ada di luar kendali dan pemahamannya. Sebelum pembantaian, “pemimpin rakyat” ini menyatakan kebingungannya: “Apa yang akan terjadi? Oh Tuhan, saya tidak tahu. Sesuatu yang besar, tetapi apa itu sebenarnya, saya tidak tahu. Siapa yang dapat memahami semua ini?”[8]
Kemarahan dan kepahitan yang telah terakumulasi di antara buruh-buruh pabrik akhirnya meledak dalam sebuah pemogokan di pabrik senjata Putilov – sebuah pusat proletariat St. Petersburg yang strategis – pada Desember. Diawali pada September 1904, sudah ada pertemuan-pertemuan massa buruh di pabrik-pabrik di bawah serikat Gapon, yang memberi para buruh peluang untuk mengekspresikan keluhan-keluhan mereka dan mulai memahami kekuatan mereka sendiri. Para majikan mulai merasa takut dan memutuskan untuk memukul balik. Percikan yang meledakkan tong mesiu ini adalah pemecatan empat aktivis serikat Gapon. Pada 28 Desember, sebuah pertemuan massa buruh dari 11 pabrik diorganisir oleh serikat Gapon. Mood buruh yang semakin radikal perlahan-lahan mendorong para pemimpin serikat Gapon ke posisi yang lebih militan. Satu indikasi dari perubahan ini adalah kenyataan bahwa para perwakilan Sosial Demokrat dan Sosialis Revolusioner diundang datang ke pertemuan itu. Pada pertemuan ini, diputuskan untuk mengirim delegasi dengan sebuah petisi ke manajemen, para inspektur pabrik, dan otoritas di St. Petersburg, yang berisi keluhan-keluhan buruh. Pada 3 Januari, 13 ribu buruh mogok. Satu-satunya orang yang masih ada dalam pabrik adalah dua agen polisi. Para pemogok menuntut 8 jam kerja, pelarangan kerja lembur, perbaikan kondisi kerja, bantuan kesehatan gratis, gaji yang lebih tinggi untuk buruh perempuan, izin untuk mengorganisir komite perwakilan, dan pembayaran gaji selama periode mogok.
Pemogokan Putilov
Gagasan petisi mungkin datang dari Gapon sebagai cara untuk mengalihkan gerakan ini ke jalur yang aman. Mungkin Gapon benar-benar percaya bahwa dia dapat bertindak sebagai seorang mediator antara sang Bapa Kecil dan “anak-anak”nya. Tetapi setelah dikedepankan, dalam situasi gejolak di antara massa, bahkan gagasan yang tampaknya tidak berbahaya ini punya logika tersendiri. Gagasan permohonan kepada Tsar dan petisi tuntutan segera membakar imajinasi massa. Pertemuan-pertemuan massa terjadi di seluruh ibu kota. Gapon berangkat dari satu pertemuan ke pertemuan lain, dan menghantarkan pidato-pidato yang semakin radikal di bawah pengaruh mood massa, yang memujanya. Sebuah laporan saksi mata memberikan gambaran yang jelas mengenai atmosfer elektrik di pertemuan-pertemuan ini, dengan karakter quasi-evangelicalnya, dimana Gapon memohon kepada Tuhan untuk memimpin buruh dalam perjuangannya, menyerukan kepada buruh untuk bersatu dan, bila perlu, mati bersama: “Semua yang hadir ada dalam kondisi histeris – banyak yang menangis, menghentakkan kaki mereka, menghentakkan kursi, memukuli tembok dengan kepalan tangan mereka dan mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi, mereka bersumpah tidak akan menyerah hingga akhir.”
Gerakan ini dengan cepat berubah menjadi pemogokan umum. Pada 5 Januari, 26.000 buruh mogok; pada 7 Januari, 105.000; dan esok harinya, 111.000. Pemogokan ini juga mulai mengambil karakter politik. Sebuah pertemuan massa pada 5 Januari memutuskan untuk menuntut diselenggarakannya Dewan Konstituante dengan segera, kebebasan politik, penghentian perang, dan dibebaskannya tahanan-tahanan politik. Kemungkinan besar, inisiatif dari resolusi-resolusi ini datang dari para buruh yang telah dipengaruhi oleh kaum Sosial Demokrat. Selama periode panjang agitasi, propaganda dan organisasi Sosial Demokratik, sejumlah besar buruh maju telah bersentuhan dengan lingkaran-lingkaran propaganda Sosial Demokrat. Selama sepuluh tahun sebelum 9 Januari, jauh lebih banyak buruh yang telah terpengaruh oleh agitasi massa yang dilakukan secara sistematis oleh kaum Sosial Demokrat. Slogan-slogan dasar kaum Marxis telah meninggalkan bekasnya dalam kesadaran kelas buruh, dan ini ditunjukkan dengan kenyataan bahwa sejumlah tuntutan kunci Sosial Demokrat dapat ditemui di petisi Gapon – dari 8 jam kerja sampai ke tuntutan Dewan Konstituante.
Namun, walaupun slogan-slogan Sosial Demokrat mendapatkan gaung, Partai Sosial Demokrat sendiri benar-benar terisolasi dan tidak punya pengaruh. Martov, dalam buku sejarah Sosial Demokrasi Rusia, yang ditulisnya beberapa tahun kemudian, mengkonfirmasikan bahwa “ … Kedua faksi Sosial Demokrasi menyadari bahwa badai peristiwa di Petersburg pada Januari 1905 berlangsung tidak hanya di luar kepemimpinan Sosial Demokrasi, tetapi bahkan tanpa partisipasi signifikan darinya.”[9] Ini dikonfirmasikan dari sisi Bolshevik dalam notulen Kongres Ketiga yang menyatakan bahwa “saat peristiwa-peristiwa Januari berlangsung, situasi komite Petersburg sangatlah menyedihkan. Kontaknya dengan massa buruh telah dikacaukan oleh Menshevik. Hanya dengan sangat bersusah payah mereka dapat mempertahankan diri mereka di kota, Pulau Vasily, dan distrik Vyborg.”[10]
Seperti biasanya, slogan utama gerakan massa adalah “persatuan”. Mereka melihat kaum Sosial Demokrat sebagai elemen-elemen asing yang datang dari luar, dan bukan bagian dari gerakan mereka. Di satu pertemuan massa, Gapon mengecam seorang pembicara Sosial Demokrat dengan kata-kata: “Jangan perkenalkan perpecahan: biarkan kami berbaris menuju tujuan suci kami di bawah satu panji tunggal, yang sama untuk semua orang.” Otoritas Gapon tampak tak tergoyahkan. Sebaliknya, kaum Sosial Demokrat revolusioner dilihat dengan rasa curiga oleh para buruh. Laporan dari kaum Bolshevik Petersburg ke Kongres Ketiga pada April mengakui bahwa mereka sangatlah lambat dalam mengintervensi ke dalam apa yang mereka lihat sebagai sebuah serikat polisi reaksioner, dan hanya mulai memberikan perhatian serius kepadanya setelah pemogokan telah berlangsung. Di beberapa daerah di kota, terutama di daerah Vyborg, mereka mendapatkan simpati. Tetapi di tempat-tempat lain, mereka menemui kesulitan besar. Sering kali ketua pertemuan bahkan tidak mengizinkan mereka untuk berbicara.
“Sampai pada 9 Januari,” delegasi Petersburg melapor, “sikap buruh terhadap komite [Bolshevik] sangatlah bermusuhan. Agitator kami dipukuli, selebaran dirobek-robek, dan uang 500 rubel yang dikirim oleh para pelajar untuk para buruh Putilov diterima dengan rasa tidak senang.”[11] Seorang penulis Menshevik menulis ini: “Di distrik Narva, dimana gerakan bermula, sampai pada 8 Januari, para buruh dengan antusias menerima isi politik dari petisi Gapon. Ketika seorang Sosial Demokrat mencoba menyampaikan sebuah pidato politik, para buruh meneriakinya: ‘Turunkan dia!’ ‘Keluarkan dia!’.”[12]
Kelemahan dalam jumlah dan keterisolasian Sosial Demokrasi pada awal revolusi terungkap dalam kata-kata Livshits, yang menceritakan rasa frustrasi para aktivis Partai di Petersburg karena tidak punya pengaruh sebelum 9 Januari. Dia menulis, “Kami pekerja Partai tahu dengan sangat baik bahwa demonstrasi damai yang akan datang tidak akan menghasilkan apapun, dan hanya akan terjadi pertumpahan darah di antara massa. Tetapi dimana kekuatan yang dapat menghentikan pertumpahan darah ini, yang disebabkan oleh tsarisme dan klerus? Kekuatan seperti itu tidak ada.”[13] Namun dalam 24 jam seluruh situasi berubah.
Minggu Berdarah
Petisi ini membangkitkan antusiasme besar ketika dibacakan di pertemuan-pertemuan massa buruh, yang disetujui dengan sepenuhnya dimana-mana. Dengan kenaifan yang luar biasa, Gapon menulis ke Menteri Dalam Negeri sebelum Minggu Berdarah, memohon izin untuk melakukan demonstrasi damai di depan Istana Musim Dingin. Dia menulis, “Tidak ada yang perlu ditakuti sama sekali oleh Tsar. Saya, sebagai perwakilan Perhimpunan Buruh Rusia, kolega-kolega saya, dan kamerad-kamerad buruh – dan bahkan kelompok-kelompok revolusioner dari berbagai tendensi – menjamin bahwa otoritas dia tidak akan diganggu gugat. Biarlah dia maju ke depan seperti seorang tsar sejati, dengan keberanian dalam hatinya, untuk bertemu dengan Rakyatnya dan mengambil ke dalam tangannya petisi kami.” Ditandatangani: “Pendeta Gapon dan Sebelas Perwakilan Buruh, St. Petersburg, 8 Januari.”[14]
Untuk menekankan tujuan damai mereka, para organiser demonstrasi melarang dikibarkannya bendera merah. Kaum Sosial Demokrat, kendati tidak setuju dengan demonstrasi ini, memutuskan, secara tepat, untuk berpartisipasi bersama kelas mereka. Para organiser hanya setuju kalau mereka berbaris di belakang demonstrasi, sebuah keputusan yang justru menyelamatkan banyak nyawa mereka.
Sementara para pemimpin serikat berusaha setengah mati untuk meyakinkan pemerintah akan tujuan damai mereka, pemerintah, dalam kepanikan, justru sedang bersiap-siap memberi massa pelajaran berdarah-darah. Pada jam 2 siang, hari Minggu 9 Januari, para buruh mulai berkumpul di depan Istana Musim Dingin. Lapangan di depan Istana segera dipenuhi tidak hanya oleh buruh tetapi juga pelajar, kelompok-kelompok sosialis, perempuan, anak-anak, dan orang tua – seluruhnya berjumlah kira-kira 140 ribu orang. “Seperti yang disetujui, demonstrasi ke istana ini adalah demonstrasi damai, tanpa nyanyian, tanpa spanduk, tanpa pidato. Orang-orang mengenakan baju hari Minggu mereka. Di beberapa tempat mereka membawa simbol-simbol dan spanduk-spanduk gereja. Dimana-mana mereka menemui tentara. Mereka memohon agar diberi jalan. Mereka menangis, mereka mencoba memutari barikade ini, mereka mencoba menembusnya. Para tentara menembaki mereka sepanjang hari. Yang mati jumlahnya ratusan, yang terluka ribuan. Jumlah yang sebenarnya mustahil diketahui karena polisi mengangkut mayat rakyat yang tertembak dan menguburnya diam-diam pada malam hari.”[15] Setidaknya 4.600 orang dibunuh dan terluka pada hari itu.
Pembantaian 9 Januari ini mengungkapkan “Nikolas sang Penjagal”, seperti yang lalu dia dikenal, tidak hanya sebagai seorang kejam dan keji, tetapi juga sebagai seorang monarki yang sangatlah bodoh. “Tembakan-tembakan yang dilontarkan pada 9 Januari 1905,” ingat Eva Broido, “menggema di seluruh Rusia. Dimana-mana massa terbangkitkan dari tidur mereka; kepercayaan lama akan kebaikhatian dari “Bapa Kecil” hancur. Bahkan buruh yang paling terbelakang pun paham ini.”[16]
Setelah pembantaian ini, Gapon gemetar dalam ketakutan. Dia mengutuk Tsar dan menyerukan pemberontakan bersenjata. Di sebuah pertemuan yang emosional, yang diadakan pada malam Minggu Berdarah, Gapon mengumumkan kepada para buruh yang berkumpul: “Kita sudah tidak punya lagi seorang Tsar.” Banyak buruh di jalan-jalan yang merasa geram, tetapi tidak ada kepemimpinan. Dan tiba-tiba, para revolusioner yang sama yang telah ditolak, dihujat dan bahkan dipukuli menjadi titik pusat perhatian. Delegasi Petersburg pada Kongres Ketiga menceritakan bagaimana pada malam itu para agitator Bolshevik turun ke jalan-jalan mencari kerumunan-kerumunan buruh untuk diagitasi, tetapi menemukan bahwa semuanya sudah berubah. Dalam waktu beberapa jam para buruh telah belajar lebih banyak daripada puluhan tahun agitasi dan propaganda. “Gerobak-gerobak yang mengangkut mayat melewati kami, dan di belakangnya adalah buruh-buruh yang berteriak “Turunkan Tsar!’ Kau hanya perlu melemparkan senjata ke buruh-buruh seperti ini dan mereka akan pergi kemanapun kau kehendaki. Di Pulau Vasily, toko besi tua dibuka paksa dan para buruh mempersenjatai diri mereka dengan pedang-pedang tua. Ini menciptakan sebuah kesan yang menyedihkan. Dimana-mana kau dapat mendengar teriakan: ‘Senjata! Senjata!’ Pada malam itu, sikap terhadap organisasi kita berubah secara radikal. Para agitator kami didengarkan dengan antusias. Para organiser dapat pergi kemanapun mereka mau. Setiap hari mood yang sama dapat kita lihat.”[17]
Marx pernah menulis bahwa revolusi kadang-kadang membutuhkan pecutan kontra-revolusi untuk mendorongnya maju. Kendati pengaruh hipnotis Gapon terhadap buruh pada saat itu, dia hanyalah sebuah figur aksidental yang terlempar ke depan oleh gerakan massa, seperti busa yang ada di puncak gelombang laut yang besar, yang ada di puncak sekejap saja sebelum hilang selamanya. Kesuksesannya terletak pada kenyataan bahwa dia adalah personifikasi dari gerakan kelas buruh yang masih dalam tahap permulaan, yang spontan, dan berdasarkan insting; dia adalah personifikasi dari gejolak kesadaran massa yang pertama. Secara tak-terelakkan, gerakan seperti ini cenderung mencari jalur yang paling mudah dilalui, jalur yang sering dilalui, dengan frase-frase yang terdengar akrab dan pemimpin-pemimpin yang terkenal. Dibutuhkan pembantaian Minggu Berdarah untuk menghancurkan ilusi terhadap tsar yang ada dalam kepala massa. Dalam situasi revolusioner, kesadaran massa tumbuh dengan loncatan-loncatan. Pergeseran mendadak dan tajam dalam mood massa adalah elemen esensial dari periode revolusioner atau pra-revolusioner. Pada akhir tahun 1905, Sosial Demokrasi revolusioner telah menjadi kekuatan kepemimpinan dalam kelas buruh, yang berjuang untuk memimpin bangsa ini.
Dari pengasingan di Swiss, Lenin segera menjunjung peristiwa-peristiwa Januari sebagai awal dari revolusi di Rusia. Dia menulis, “Kelas buruh telah menerima pelajaran yang penting dalam perang sipil: pendidikan revolusioner kaum proletariat membuat lebih banyak progres dalam satu hari dibandingkan dengan berbulan-bulan dan bertahun-tahun dalam keberadaan yang kusam, menjemukan, dan hina. Slogan dari kaum proletariat St. Petersburg yang heroik, ‘Kebebasan atau Mati!’, bergaung di seluruh Rusia.”[18]
Seperti yang telah kita lihat, sebelum 9 Januari para buruh tidak mau membaca selebaran-selebaran Sosial Demokratik, dan lebih sering merobek-robek selebaran ini dan bahkan memukuli orang-orang yang menyebarkannya. Tetapi sekarang kesadaran massa telah berubah. Seorang Sosial Demokrat menjelaskan situasi ini: “Sekarang puluhan ribu selebaran revolusioner ditelan sampai habis; 9 dari 10 tidak hanya dibaca tetapi dibaca sampai robek-robek. Koran, yang sebelumnya dianggap oleh massa luas, dan terutama oleh para tani, sebagai hanya urusan para tuan tanah, dan ketika secara kebetulan ada di tangan mereka hanya dijadikan kertas untuk menggulung rokok, sekarang secara hati-hati, dan bahkan dengan perasaan kasih sayang, diluruskan dan dimuluskan, diberikan kepada yang bisa membaca, dan kerumunan orang, yang menahan napasnya, mendengarkan ‘apa yang mereka tulis mengenai perang’ …Tidak hanya para prajurit di stasiun dan jalur kereta api yang berebutan koran atau bahan-bahan bacaan lainnya yang dilemparkan dari jendela kereta yang lewat, tetapi para petani di desa-desa yang dekat dengan jalur kereta api sejak itu, dan juga beberapa tahun setelah perang, terus meminta para penumpang kereta untuk ‘sedikit koran’.”[19]
_______________
Catatan Kaki
[1] David Lane, The roots of Russian Communism, hal. 71.
[2] Dikutip di Schwarz, op. cit., hal. 54, 54-55, 55, 72 dan 57.
[3] LCW, vol. 31, hal. 55 dan 53.
[4] Dikutip di Schwarz, op. cit., hal. 56.
[5] Dikutip di Surh, St Petersburg in 1905, hal. 73.
[6] Stalin, History of the Communist Party of the Soviet Union [Bolsheviks], hal. 94.
[7] L. Kochan, Russia in Revolution, hal. 87.
[8] Dikutip di Martov and others, Obshchestvennoe Dvizhenie v Rossii v Nachale 20 Veka, vol. 2, hal. 43.
[9] Ibid., vol. 2, hal. 45
[10] Tretiy s’yezd RSDRP (Protokoly), hal. 544.
[11] Ibid., hal. 158 dan 44.
[12] Dikutip di J.L.H. Keep, The Rise of the Social Democracy in Russia, hal. 157.
[13] Martov and others, Obshchestvennoe Dvizhenie v Rossii v Nachale 20 Veka, vol. 3, hal. 540.
[14] Ibid., vol. 2, hal. 45.
[15] Trotsky, 1905, hal. 92.
[16] E. Broido, Memoirs of a Revolutionary, hal. 116.
[17] Tretiy s’yezd RSDRP (Protokoly), hal. 545.
[18] LCW, The Beginning of the Revolution in Russia, vol. 8, hal. 97.
[19] Martov and others, Obshchestvennoe Dvizhenie v Rossii v Nachale 20 Veka, vol. 2, part 1, hal. 36-7.