Pemberontakan Moskow
Pada akhir Oktober pergolakan di daerah pedesaan sudah mencapai tahapan baru. Pemberontakan telah menyebar ke 37 persen wilayah Rusia Eropa, terutama daerah “Tanah Hitam” Pusat, Latvia, Estonia, Georgia dan Ukraina. Gelombang ketidakpuasan kaum tani menyebar ke angkatan bersenjata. Terjadi serangkaian pemberontakan tentara di angkatan darat dan angkatan laut, yang menggarisbawahi pentingnya melakukan kerja di antara tentara dan kelasi. Selain kerja massa legal, kaum Bolshevik juga meningkatkan kerja mereka untuk mempersiapkan insureksi bersenjata. Krassin bertanggung jawab atas aspek militer dari kerja ini, memenetrasi angkatan bersenjata dan mengorganisir detasemen-detasemen tempur. Komite-komite lokal membentuk unit-unit khusus untuk memperoleh senjata. Kerja ini ditingkatkan selama musim gugur dengan dibukanya tempat-tempat perakitan bom bawah tanah dan penumpukan senjata. Sekali lagi, Gorky memainkan peran kunci dalam mengumpulkan uang untuk kerja ini, yang sebagian didanai melalui apa yang disebut “ekspropriasi”, atau perampokan bank yang dilakukan oleh kelompok-kelompok bersenjata di bawah kontrol Bolshevik. Kondisi-kondisi objektif untuk insureksi bersenjata dengan cepat menjadi semakin matang.
Selama musim gugur, semua mata tertuju ke St. Petersburg, pusat badai gerakan. Tetapi buruh di ibukota ini, yang telah mengemban beban gerakan dari Januari sampai November, mulai kehabisan tenaga. Setelah diterbitkannya Manifesto Oktober, para majikan liberal, yang sebelumnya simpatik pada gerakan revolusioner, dan bahkan membayar gaji para buruh yang mogok, akhirnya menunjukkan jati diri mereka yang sesungguhnya. Pada 31 Oktober, Soviet Petersburg menyerukan pemogokan umum dengan tuntutan 8-jam kerja. Tetapi para majikan mengerahkan perlawanan yang keras dan pemogokan ini menemui kegagalan. Pada 12 November, Soviet menghentikan pemogokan. Kegagalan pemogokan ini adalah titik balik dalam situasi revolusi. Pemogokan umum Oktober sesungguhnya adalah dorongan terakhir dari gerakan di St. Petersburg. Pemogokan November di Petersburg bahkan melibatkan lebih banyak buruh dibandingkan Oktober. Tetapi ini sesungguhnya adalah usaha putus-asa terakhir dari kelas buruh yang sudah sangat melemah karena berbulan-bulan perjuangan. Setelah merasa bahwa gerakan buruh sudah mulai kehabisan tenaga, para majikan kapitalis mengorganisir lock-out (penutupan pabrik), sementara polisi dan tentara mulai bergerak membubarkan pertemuan-pertemuan buruh dengan kekerasan. Lock-out November menunjukkan bahwa para majikan kapitalis memahami situasi yang sesungguhnya. Represi, penangkapan dan pemecatan meluas. Merasa takut kalau gerakan akan mengalami disintegrasi yang dapat dengan mudah diremukkan satu per satu, Soviet Petersburg memutuskan untuk mengambil langkah mundur secara taktikal. Pada 12 November, setelah debat yang panas, Soviet Petersburg menghentikan pemogokan, supaya bisa mundur secara teratur dan tidak terpecah-pecah.
Pengkhianatan kaum liberal borjuis mendorong perimbangan kekuatan ke arah kaum reaksioner. Jenderal Trepov sekarang telah menjadi diktator Rusia. Kaum liberal yang takut kalau-kalau terjadi “anarki” menggenggam erat-erat buntut Jenderal Trepov. Pada 26 November, rejim ini merasa cukup kuat untuk menangkap Khrustalyov-Nosar di kantor eksekutif Soviet. Soviet merespons dengan sebuah Manifesto Finansial, yang ditulis oleh Parvus, yang menyerukan boikot pajak dan menarik tabungan uang dari bank-bank guna mempercepat krisis finansial rejim. Bahkan pada titik ini, lapisan-lapisan baru yang lebih segar terus memasuki arena perjuangan setiap harinya: tukang sapu, penjaga pintu, tukang masak, pembantu rumah tangga, pengepel lantai, pelayan rumah makan, pencuci baju, pelayan rumah mandi publik, polisi, Cossack – dan bahkan para detektif. Masyarakat sedang bergejolak dari atas hingga bawah. Tetapi radikalisasi yang semakin meningkat dari lapisan-lapisan rakyat pekerja yang sebelumnya dorman secara politik menutupi fakta bahwa “batalion-batalion utama” kelas buruh sekarang telah hampir kehabisan tenaga. Pemogokan Desember di Petersburg mendapat dukungan yang lebih sedikit dibandingkan pada November, yang melibatkan paling banyak dua pertiga buruh. Fakta ini mengindikasikan bahwa gerakan di Petersburg telah mencapai titik tertingginya, dan gelombang revolusioner mulai mengalami pasang surut. Pada 2 Desember ada pemberontakan tentara di resimen Rostov di Moskow. Esok harinya Soviet Petersburg ditangkap, termasuk ketuanya Leon Trotsky.
Inisiatif sekarang telah berpindah ke tangan buruh Moskow. Pemberontakan resimen Rostov memberikan harapan bahwa seluruh garnisun Moskow mungkin akan menyebrang ke sisi revolusi. Tetapi kaum Bolshevik Moskow ragu-ragu, dan melihatgerakan ini tidak menyebar para tentara yang memberontak menjadi patah semangat. Dalam beberapa hari saja pemberontakan tentara ini diremukkan. Kekalahan ini mengakibatkan demoralisasi di antara para tentara dan secara drastis mengurangi prospek mereka untuk menyebrang ke sisi buruh. Di lain pihak mood di pabrik-pabrik Moskow telah menjadi sangat bergejolak. Buruh sudah tidak sabar lagi. Pada 4 Desember, Soviet Moskow mengesahkan sebuah resolusi yang memberikan selamat kepada para tentara yang memberontak dan mengekspresikan harapan mereka agar para tentara menyebrang ke sisi rakyat. Tetapi baru saja resolusi ini ditulis dan tintanya belum kering, pemberontakan resimen Rostov telah ditumpas. Lenin berulang kali menyatakan kekhawatirannya akan pemberontakan yang prematur. Dia mengenali bahwa kekuatan partai masihlah lemah dan detasemen-detasemen tempur masih belum siap untuk bisa menghadapi kekuatan penuh Negara. Di atas segalanya, kaum tani baru saja masuk ke medan pertempuran. Lebih dari sekali dia berharap agar pertempuran final antara buruh dan rejim ditunda sampai musim semi 1906. Tetapi Lenin paham betul bahwa revolusi tidak bisa diarahkan seperti sebuah orkestra di bawah tongkat musik seorang konduktor.Krupskaya menggambarkan sikap Lenin dengan jelas: “Dalam menjawab pertanyaan mengenai waktu pemberontakan, Lenin mengatakan: ‘Saya akan menunda pemberontakan sampai musim semi [1906], tetapi buat apa bertanya pada saya?”[1]
Mengenai pemberontakan Moskow, ada banyak sekali mitos di seputar peristiwa ini, terutama yang diciptakan oleh kaum Stalinis. Menurut mitos ini inisiatif pemberontakan datang dari kaum Bolshevik. Pada kenyataannya, pemberontakan Moskow tidak berlangsung sesuai rencana yang sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya. Tidak ada instruksi langsung dari Komite Pusat. Inisiatif datang dari bawah – dari buruh itu sendiri. Pada Konferensi pertama dari organisasi-organisasi PBSDR pada November 1906, setahun setelah pemberontakan ini, perwakilan Komite Pusat I.A. Sammer membantah bahwa Komite Pusat telah mengorganisir semua ini, dan mengeluh bahwa sejumlah kamerad “memiliki konsepsi yang terlalu mekanis mengenai situasi-situasi yang melahirkan pemberontakan Desember di Moskow dan melebih-lebihkan peran Komite Pusat dalam menyerukan pemberontakan ini. Komite Pusat, seperti yang mereka bayangkan, menekan sebuah tombol dan pemberontakan ini langsung meledak. Bila Komite Pusat tidak melakukan ini maka pemberontakan tidak akan terjadi!” Pada kenyataannya kepemimpinan Bolshevik tidak siap dan tersapu oleh peristiwa-peristiwa. Radov, seorang pemimpin Bolshevik, mengaku bahwa pada momen yang menentukan kekuatan Partai sangatlah tidak memadai: “Kita harus mengakui dengan jujur bahwa seluruh organisasi kita dan anggota-anggota Komite Pusat sama sekali tidak siap.”
Tidak diragukan sama sekali kalau ada dukungan luas dari buruh Moskow untuk melakukan aksi pemberontakan. Buruh Moskow, tidak seperti buruh Petersburg, baru saja memasuki medan pertempuran dan tidak sabar untuk beraksi. Pertemuan demi pertemuan di pabrik-pabrik menyatakan keinginan mereka untuk memberontak. Mood di pabrik-pabrik mempengaruhi Moskow Soviet. Buruh mendesak untuk beraksi. Mood di pabrik-pabrik dipenuhi dengan kegelisahan, dimana buruh paham betul bahwa momen penentuan semakin dekat. Zemlyatchka mengingat ketika para pemimpin Bolshevik Moskow berdiri untuk berbicara di Soviet, masalah ini sudah jelas dan jawabannya “tersirat di wajah para buruh”.[2] Hanya para perwakilan pabrik, dengan kartu merah mereka, memiliki suara. Partai-partai, seperti di soviet-soviet lainnya, memiliki suara konsultasi. Ketika voting dilakukan, semua buruh mengangkat tangan mereka yang kapalan, mendukung pemogokan umum politik pada 7 Desember. Keputusannya bulat. Di bawah situasi ini, semua orang tahu bahwa ini adalah voting untuk pemberontakan. Sayap kanan Menshevik merasa ragu-ragu, tetapi tetap memberikan dukungan mereka. Tekanan dari bawah tidak terbendung. Pada kenyataannya, walaupun inisiatif datang dari para buruh Bolshevik, kaum Menshevik dan Sosialis Revolusioner juga berpartisipasi dalam pemberontakan ini. Pada 5 Desember, kaum Menshevik mengusulkan pemogokan umum buruh kereta api di Moskow. Voting di Soviet didukung oleh buruh kereta api, pekerja pos dan buruh Polandia di Moskow.
Di Petersburg ada usaha untuk mengorganisir aksi solidaritas. Soviet Petersburg, yang baru dibentuk kembali setelah sebelumnya dibubarkan, menyerukan kepada buruh dan tani St. Petersburg untuk mendukung pemogokan umum Moskow. Dengan mengerahkan tenaga terakhir mereka, para buruh St. Petersburg berusaha untuk mendukung saudara-saudari mereka di Moskow. Pada 8 Desember, lebih dari 83.000 buruh di St. Petersburg turun ke jalan. Buruh kereta api juga menyerukan sebuah pemogokan umum. Akan tetapi, usaha ini tidak memberikan hasil yang diinginkan. Kelelahan akibat dari berbulan-bulan perjuangan yang tak henti-hentinya sungguh terlalu besar. Para buruh telah mogok 3 kali dalam 9 minggu terakhir, dan sekarang sudah letih. Mereka berhadapan dengan kekuatan Negara yang kuat, dan mereka telah kehilangan rasa percaya diri pada kekuatan mereka sendiri. Setelah kegagalan pemogokan ini, dukungan dari Petersburg terbatas pada pengiriman senjata saja. Tetapi ini sudah terlalu terlambat.
Percikan awal pemberontakan ini datang dari provokasi pemerintah – tentara dikirim untuk membubarkan sejumlah pertemuan buruh. Ada sejumlah demonstrasi dan benturan antara tentara dan milisi buruh. Barikade yang pertama dibangun, dan pemberontakan pun dimulai. Pada 7 Desember, pemogokan umum dimulai, yang menyaksikan lebih dari 100 ribu buruh dan meningkat menjadi 150 ribu buruh pada hari berikutnya. Pada 7 dan 8 Desember ada pertemuan-pertemuan massa dan demonstrasi-demonstrasi massa di Moskow, dan benturan-benturan di sana-sini dengan polisi. Soviet Moskow menerbitkan sebuah koran harian, Izvestiya, yang berusaha menarik lapisan populasi yang terluas ke dalam perjuangan. Akan tetapi kepemimpinan gerakan ini menunjukkan dirinya tidak siap untuk pertempuran penentuan. Ada kebimbangan pada momen penentuan ketika pemogokan umum ini bisa diubah menjadi pemberontakan bersenjata. Sementara rejim sudah siap untuk memukul balik.
Pada 8 Desember, sebuah pertemuan massa dibubar paksa oleh polisi dan 37 orang ditangkap. Tetapi soviet tidak merespons. Pada situasi seperti ini, seperti yang dijelaskan oleh Marx, kebimbangan adalah fatal. Seperti yang dikatakan oleh Danton, seorang revolusioner besar Prancis, syarat pertama dari insureksi adalah keberanian, keberanian, dan sekali lagi keberanian. Alih-alih mengambil langkah yang berani, Izvestiya pada 9 Desember hanya mengeluarkan seruan yang ambigu “untuk terus mempertahankan kekuatan kita”. Soviet sedang menunggu para tentara untuk menyebrang ke sisi revolusi. Memang ada kegelisahan di antara para tentara, tetapi dibutuhkan sebuah aksi yang tegas untuk mengubah kegelisahan ini menjadi aksi yang riil. Buruh dengan insting kelas mereka mencoba mendekati para tentara, tetapi fraternisasi saja tidak cukup. Propaganda semata adalah substitusi yang buruk untuk perjuangan fisik, seperti yang dikatakan oleh Lenin. Pada titik ini, dibutuhkan “propaganda aksi”. Mengambil peluang dari kebimbangan ini, kontra-revolusi memukul balik pada 9 Desember. Banyak orang yang ditangkap, terluka dan mati.
Hanya sekarang massa menyadari perlunya aksi yang tegas. Mereka tidak memiliki persenjataan yang cukup, tetapi para pemberontak berharap pada dukungan populasi Moskow dan berharap akan ada cukup banyak tentara yang mendukung mereka dan mengubah perimbangan kekuatan. Milisi-milisi buruh segera melucuti para polisi dan tentara guna memperoleh senjata. Pemogokan ini berubah menjadi pemberontakan bersenjata. Rakyat berpartisipasi membangun barikade-barikade dan berbenturan dengan polisi dan tentara. Para pemimpin Bolshevik tidak begitu yakin akan kemampuan kepemimpinan di Moskow, dan Komite Pusat memutuskan untuk mengirim A.I. Rykov dan M.F. Vladimirsky ke Moskow untuk mengambil alih kepemimpinan. Komentar Lenin di kemudian hari menunjukkan bahwa ada kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh kaum Bolshevik Moskow. Menjawab Plekhanov yang mengatakan bahwa “mereka tidak seharusnya melakukan pemberontakan bersenjata”, Lenin mengatakan: “Sebaliknya, kita seharusnya melakukan pemberontakan bersenjata dengan lebih tegas, lebih energetik dan lebih agresif. Kita seharusnya menjelaskan kepada massa bahwa tidak cukup membatasi diri kita hanya pada pemogokan yang damai, bahwa dibutuhkan perjuangan bersenjata yang tegas dan berani.”[3] Hanya ketika pertempuran telah dimulai Izvestiya memberikan instruksi-instruksi jelas kepada detasemen-detasemen tempur: “Jangan bergerak dalam jumlah massa besar, bergerak dalam unit-unit kecil dengan 3 atau 4 orang, tidak lebih!” Izvestiya juga menganjurkan untuk tidak membangun barikade: “Jangan menempati posisi-posisi benteng! Tentara rejim akan selalu bisa merebut mereka atau menghantam mereka dengan artileri! Jadikan lorong-lorong kecil, alun-alun dan semua tempat yang memudahkan kita untuk menembak dan melarikan diri!”[4] Buruh juga diminta untuk tidak mengadakan pertemuan-pertemuan massa. “Sekarang kita harus bertempur dan hanya bertempur.”
Di bawah kondisi-kondisi yang baru ini, pertempuran jalanan, detasemen-detasemen partisan, yang terhubungkan dengan gerakan massa dan pemogokan umum, jelas memainkan peran kunci. Polisi dan tentara menemukan diri mereka menghadapi musuh yang tak kasatmata dan di mana-mana. Kelompok-kelompok tempur ini, walaupun kecil, mendapat dukungan rakyat. Pada 9 dan 10 Desember, dibangunlah barikade-barikade yang pertama. Mengikut anjuran Soviet, para pemberontak tidak berusaha mempertahankan barikade, tetapi barikade digunakan untuk memperlambat laju tentara dan mencegah penggunaan kavaleri. Tentara rejim dikelilingi oleh lingkungan yang berbahaya, dimana setiap blok apartemen adalah benteng musuh; di setiap pintu dan di setiap sudut jalan mereka dapat disergap dengan tiba-tiba. Tentara dan polisi akan membongkar barikade pada malam hari, dan esok paginya barikade ini sudah dibangun kembali. Walaupun mereka berjumlah banyak dan bersenjata lebih lengkap, para tentara rejim sering kali menemui kesulitan. Mereka berhadapan dengan sebuah kota berpopulasi satu juta orang, yang mayoritas adalah “musuh”, sementara pasukan tentara mereka sebagian sudah mengalami demoralisasi dan tidak dapat diandalkan. Kaum proletar Moskow bertempur seperti harimau. Terutama di distrik Presnya, pusat industri tekstil, pertempuran berlangsung dengan sangat sengit. Pada 11 Desember pemberontakan bersenjata mencapai puncaknya. Pihak otoritas Moskow sudah mengirimkan permintaan bala bantuan tambahan. Pemerintah pusat, yang masih takut akan meledaknya pemberontakan di St. Petersburg, awalnya tidak mengirimkan bala bantuan tambahan ke Moskow.
Kendati semua ini, hasil akhirnya sudah jelas. Kalau tentara tidak menyebrang ke sisi revolusi, maka buruh tidak akan bisa menang karena jumlahnya yang kalah banyak dan persenjataannya yang sangat tidak memadai. Pada awal Desember, hanya ada 2.000 pasukan bersenjata dan 4.000 milisi, tetapi tanpa senjata. Dari semua ini, 250-300 adalah milisi Bolshevik, 200-250 milisi Menshevik dan 150 dari milisi Sosialis Revolusioner. Selain pelajar, buruh telegraf dan kelompok-kelompok non-partisan lainnya juga memiliki milisi mereka sendiri. Tidak ada cukup senjata untuk semua pasukan ini. Mereka mengharapkan dukungan dari populasi, dan juga dari tentara. Milisi-milisi ini telah dibentuk dengan tujuan utama mencegah terjadinya pogrom, sebuah masalah pertahanan diri yang konkret, dan mereka tidak siap untuk melakukan ofensif. Pada 7 Desember, seluruh kepemimpinan telah diciduk. Dari awal sudah jelas bahwa gerakan ini tidak memiliki persiapan yang memadai. Kelompok-kelompok tempur cenderung fokus mempertahankan wilayah mereka masing-masing, dan tidak melakukan serangan ofensif. Walaupun buruh Moskow telah menunjukkan keberanian yang besar, ini tidak bisa menutupi kurangnya persenjataan, koordinasi yang buruk dan tidak adanya kecakapan militer. Setelah barikade telah dibangun, rakyat yang tidak bersenjata hanya dapat memainkan peran penonton. Dukungan pasif mereka memberikan dorongan moral kepada unit-unit tempur dan memungkinkan mereka untuk bertahan lebih lama daripada yang diharapkan oleh siapapun.
Pada 13 Desember, kaum Menshevik Moskow mengusulkan untuk menghentikan insureksi ini, tetapi kaum Bolshevik, di bawah tekanan buruh, memutuskan untuk meneruskan insureksi. Kita tidak tahu dengan pasti apakah para pemimpin gerakan ini sesungguhnya punya kendali. Milisi-milisi tidak hanya terdiri dari Bolshevik dan Menshevik, tetapi juga kelompok-kelompok lain seperti SR yang tidak berniat mundur. Maka dari itu, Bolshevik dan Menshevik kemudian mengeluarkan sebuah deklarasi bersama “Dukung Pemberontakan Moskow”, yang menyerukan kepada kelas buruh seluruh Rusia untuk tidak membiarkan pemerintah menumpas insureksi di Moskow. Tetapi situasi sudah berubah. Kekalahan gerakan di Petersburg memberi rejim tsar peluang untuk mengkonsentrasikan kekuatan mereka ke Moskow. Pada 15 Desember, resimen Semyonovsky tiba di Moskow, dan kehadiran resimen ini menggeser perimbangan kekuatan ke arah kontra-revolusi. Pasukan militer para pemberontak yang non-reguler tidak ada dalam posisi untuk mengalahkan angkatan bersenjata reguler. Pada 16 Desember, hanya satu distrik, Presnya, yang masih ada di tangan kaum pemberontak. Pada hari itu, komite eksekutif Soviet memutuskan untuk mengakhiri pemogokan. Komite distrik Sosial Demokratik di Presnya menentang keputusan komite eksekutif soviet ini, dan memutuskan untuk mengakhiri pemogokan pada malam 18 Desember. Sikap ini sia-sia. Di distrik Presnya ada sekitar 350 sampai 400 pasukan milisi bersenjata, dan 700-800 pasukan cadangan yang tidak bersenjata. Presnya Merah dibombardir sampai mereka bertekuk lutut.
Selama 2 hari 2 malam pabrik katun Prokhorov dan pabrik mebel Schmidt, yang dijadikan benteng oleh para buruh dengan dukungan dari para pemilik pabrik yang Kiri, dibombardir oleh tembakan artileri. Seluruh area ini menjadi lautan api. Pada malam 17 Desember, Presnya jatuh ke tangan pasukan pemerintah. Kepemimpinan Moskow terpaksa menghentikan pertempuran pada 18 Desember. Esok harinya pemogokan umum dihentikan untuk mencegah terbantainya lebih banyak kader dan untuk menyelamatkan kekuatan yang tersisa. Pemberontakan Moskow berakhir. Korban jiwanya, menurut Perhimpunan Rumah Sakit Moskow, 1059 orang, di antaranya 137 perempuan dan 86 anak-anak. Mayoritas adalah rakyat jelata. Hanya 35 tentara yang terbunuh, termasuk 5 perwira. Penangkapan massal, eksekusi dan deportasi lalu menyusul. Para tahanan dieksekusi dengan kejam. Anak-anak buruh dibawa ke kantor polisi dan dipukuli. Siapapun yang bersimpati pada kaum buruh ada dalam bahaya. Nikolai Schmidt, seorang kapitalis muda yang telah mengizinkan buruh untuk menggunakan pabriknya sebagai markas, menderita nasib yang tragis. Dia ditangkap setelah pemberontakan berakhir dan diperlakukan dengan kejam oleh polisi. Mereka menyeretnya ke pabriknya untuk menunjukkan mayat-mayat buruh yang telah mereka bantai. Dia lalu dibunuh di penjara.
Kekalahan
“Kaum proletariat Moskow yang heroik telah menunjukkan bagaimana perjuangan yang aktif bukanlah sesuatu yang mustahil, dan telah menarik ke dalam perjuangan ini selapisan besar populasi kota yang sebelumnya secara politik apatis, dan bahkan reaksioner. Meskipun demikian, peristiwa-peristiwa Moskow adalah salah satu ekspresi paling jelas dari sebuah ‘kecenderungan’ yang sekarang sedang meledak di seluruh Rusia. Bentuk aksi yang baru ini dihadapkan dengan masalah-masalah besar yang, tentu saja, tidak dapat dijawab dengan segera…”(Lenin)[5]
Pemberontakan bersenjata tidak hanya terjadi di Moskow saja. Ada serangkaian pemberontakan bersenjata di Kharkov, Donbas, Yekaterinoslav, Rostov-on-Don, Kaukasus Utara, Nizhni-Novgorod dan sentra-sentra lainnya. Masalah kebangsaan juga meledak dengan pemberontakan di Georgia dan daerah Baltik. Bahkan sebelum pemberontakan Moskow, sudah terjadi pemogokan umum dan insureksi di Latvia. Di Georgia, pemogokan umum Desember disusul oleh pemberontakan bersenjata di distrik buruh Tiflis (Tblisi), yang dipimpin oleh tokoh legendaris “Kamo” (Ter-Petrosian)[6]. Pemberontakan ini diremukkan oleh kaum tani reaksioner. Ada juga pemberontakan di Siberia (buruh kereta api), dan di banyak daerah lainnya “republik-republik” lokal diproklamirkan. Ada juga pemberontakan di sepanjang rel kereta api di daerah Donetsk dimana pertempuran berkobar di beberapa stasiun, yang mendapatkan dukungan dari kaum tani sekitar. Di Yekaterinoslav, berita pemberontakan Moskow menyatukan kaum Bolshevik, Menshevik, Bund, dan SR dalam aksi pemogokan politik bersama. Ada pemogokan-pemogokan di tambang-tambang dan pabrik-pabrik di daerah Donbass yang diorganisir oleh soviet atau komite mogok. Di banyak daerah lainnya terjadi benturan-benturan dengan tentara dan polisi. Radikalisasi di antara kaum Menshevik ditunjukkan oleh fakta bahwa mereka mengorganisir dan memimpin pemberontakan di Rostov on Don, yang ditumpas oleh pasukan Cossack dengan artileri. Tetapi pemberontakan Moskow tidak berhasil membangkitkan kaum proletariat St. Petersburg. Ini adalah kelemahan yang fatal. Karena tidak ada pemberontakan di ibukota, pemerintah dapat mengkonsentrasikan kekuatan mereka untuk meremukkan buruh Moskow, dan kemudian menumpas satu per satu gerakan-gerakan di daerah. Pada akhirnya, kekalahan di Moskow mematahkan semangat seluruh gerakan.
Karena sangat kecewa pada kegagalan kelas buruh Petersburg untuk menolong pemberontakan di Moskow, beberapa lapisan Sosial Demokrat awalnya menyalahkan kaum buruh ibukota untuk kekalahan yang mereka alami di Moskow. Reaksi demikian, yang didorong oleh rasa putus asa, mungkin bisa dimaklumi. Akan tetapi, di kemudian hari, kaum Stalinis melukis sebuah gambaran mengenai peristiwa-peristiwa Revolusi 1905 yang penuh dengan dusta. Buku “Short Course” (“Sejarah Partai Komunis Bolshevik: Catatan Pendek”)[7] yang ditulis oleh Stalin mengklaim:
“Soviet Buruh St. Petersburg, yang adalah Soviet sentra industri dan revolusioner terpenting di Rusia, ibukota kerajaan Tsar, seharusnya memainkan peran yang menentukan dalam Revolusi 1905. Akan tetapi, Soviet ini tidak memenuhi tugasnya (!), karena kepemimpinan Mensheviknya yang buruk. Seperti yang kita tahu, Lenin belumlah tiba di St. Petersburg, dia masih di luar negeri. Kaum Menshevik mengambil peluang dari absennya Lenin untuk memasuki Soviet St. Petersburg (!) dan merebut (!) kepemimpinannya. Tidaklah mengherankan kalau di bawah situasi ini para Menshevik seperti Khrustalyov-Nosar, Trotsky, Parvus dan yang lainnya berhasil membuat Soviet St. Petersburg menentang kebijakan pemberontakan.”[8]
Fitnah yang bodoh ini sudah dijawab jauh-jauh hari oleh Lenin, yang dalam berbagai kesempatan menyatakan solidaritas penuhnya dengan garis taktik umum yang diadopsi oleh Soviet St. Petersburg.
Dalam memoarnya mengenai Lenin, Krupskaya menceritakan mood yang ada pada saat itu di antara buruh Soviet Petersburg:
“Komite Pusat menyerukan kepada kaum proletariat St. Petersburg untuk mendukung pemberontakan buruh Moskow, tetapi tidak ada aksi koordinasi yang terlaksana. Distrik buruh yang relatif belum terorganisir seperti Moskovsky merespons seruan ini, tetapi distrik buruh yang lebih maju seperti Nevsky tidak. Saya ingat bagaimana geramnya Stanislaw Wolski – dia telah beragitasi di distrik tersebut. Dia langsung patah semangat, dan meragukan apakah kaum proletariat itu serevolusioner yang dia pikir sebelumnya. Dia gagal mempertimbangkan kalau buruh St. Petersburg sudah kehabisan tenaga karena pemogokan-pemogokan sebelumnya, dan yang terpenting dari semuanya adalah buruh Petersburg sadar betapa buruknya organisasi dan persenjataan mereka untuk bisa meluncurkan sebuah pertempuran penentuan melawan Tsarisme. Dan ini akan menjadi sebuah pertempuran sampai mati, seperti yang ditunjukkan oleh Moskow.”
Bahkan dalam situasi revolusioner, tiap-tiap lapisan kelas buruh bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda dan pada waktu yang berbeda-beda pula. Kalau kita menggunakan analogi militer, kelemahan utama Revolusi 1905 adalah sebagian besar pasukan cadangan bergerak ketika barisan pelopornya sudah letih dan tidak mampu lagi meneruskan perjuangan. Ini menjelaskan fakta yang tampaknya kontradiktif ini, dimana distrik-distrik buruh yang lebih terbelakang siap untuk maju sementara distrik-distrik buruh yang lebih maju tidak merespons. Pengamatan yang sama juga benar untuk kaum tani, yang tanpanya maka revolusi di kota-kota pasti akan menemui kegagalan. Hanya pada 1906 gerakan di pedesaan mencapai proporsi yang masif. Akan tetapi, pada saat itu tulang punggung gerakan kelas buruh telah dipatahkan, walaupun pada saat itu fakta ini belumlah jelas bagi kebanyakan orang.
Kekalahan Desember 1905 adalah sebuah pukulan yang besar. Dalam biografinya mengenai Lenin, Krupskaya menulis: “Kekalahan Moskow adalah pengalaman yang sangat menyakitkan bagi Ilyich. Jelas kalau buruh persenjataannya sangat buruk, organisasinya lemah, dan bahkan kontak antara Petersburg dan Moskow tidaklah baik.”[9] Walaupun demikian, bahkan setelah kekalahan Desember, Lenin tidak percaya kalau revolusi sudah selesai. Selama 1906, ada serangkaian pemogokan dan gerakan proletariat, yang membuat Lenin percaya kalau revolusi masih hidup. Alih-alih mengkritik buruh Petersburg yang tidak membantu pemberontakan Moskow pada Desember, Lenin memberikan evaluasi berikut: “Perang sipil sedang berkobar. Pemogokan politik, oleh karenanya, sudah mulai kehabisan potensi, dan sudah menjadi hal ihwal masa lalu, sebuah bentuk perjuangan yang sudah usang. Di St. Petersburg misalnya, buruh yang sudah lapar dan letih tidak mampu melakukan pemogokan pada Desember. Di lain pihak, gerakan secara keseluruhan, walaupun untuk sekarang ditekan oleh reaksi, telah bangkit ke tingkatan yang lebih tinggi.”
Gerakan tani sedang berkembang dan mungkin dapat memberikan dorongan yang baru ke kota-kota, terutama pada musim semi. Rejim sedang dalam krisis, dan sedang dihadapi dengan kemungkinan keruntuhan finansial. Kestabilan dan kekokohan internal angkatan bersenjata masih ada di ujung tanduk. Buruh harus mempertahankan kekuatan mereka selama mungkin untuk pertempuran penentuan seluruh-Rusia yang akan datang. Dan Lenin terutama memperingatkan buruh Petersburg akan bahaya provokasi: “Akan sangat menguntungkan bagi pemerintah untuk menumpas aksi-aksi terisolasi kaum proletariat. Pemerintah ingin menantang buruh St. Petersburg dengan segera, untuk meluncurkan perang di bawah kondisi-kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi buruh St. Petersburg. Tetapi buruh tidak akan membiarkan diri mereka terprovokasi, dan akan tahu bagaimana melanjutkan persiapan mereka yang independen untuk aksi seluruh-Rusia yang selanjutnya.”[10]
Dengan melihat ke belakang, kita sekarang dapat mengatakan bahwa periode dari Pemogokan Oktober sampai ke Pemberontakan Desember adalah puncak tertinggi Revolusi 1905. Dengan kekalahan kaum proletariat Moskow, gerakan di kota secara efektif telah dipatahkan, walaupun masih ada gerakan pemogokan yang kuat pada 1906. Kebangkitan gerakan tani yang luar biasa datang terlalu terlambat. Partai Sosial Demokrasi Rusia, yang sebelumnya lemah dan terpecah belah sebelum Revolusi, sekarang telah tumbuh pesat dalam waktu beberapa bulan saja. Akan tetapi tugas menyatukan dan memimpin berjuta-juta rakyat pekerja ternyata masih di luar kemampuan ribuan kader Partai, kendati usaha dan pengorbanan mereka yang heroik. Kaum Marxis Rusia memang telah gagal memimpin kelas proletariat ke kemenangan pada 1905, namun hal yang luar biasa adalah bagaimana segelintir kaum revolusioner, dengan hanya 2 dekade kerja di belakang mereka, bisa tumbuh dari lingkaran propaganda kecil yang tidak signifikan menjadi sebuah partai yang kuat, dengan puluhan ribu aktivisnya memimpin ratusan ribu buruh, hanya dalam waktu beberapa bulan saja.
Walaupun telah dipatahkan, revolusi ini tidaklah sia-sia. Seperti halnya dalam sains, bahkan sebuah eksperimen yang gagal tidak serta-merta menjadi eksperimen yang tidak berguna dan membuang-buang waktu. Ada sejumlah kemiripan dengan sejarah revolusi-revolusi lampau, walaupun tentunya korban jiwanya jauh lebih besar. Tanpa pengalaman Komune Paris 1871 dan tanpa pengalaman Revolusi 1905, kemenangan Revolusi 1917 akan menjadi mustahil, seperti yang ditunjukkan oleh Lenin di kemudian hari:
“Semua kelas-kelas menunjukkan dirinya. Semua program dan taktik diuji oleh aksi massa. Dalam cakupan dan intensitasnya, perjuangan pemogokan [1905] tidak ada paralelnya di manapun di dunia. Pemogokan ekonomik berkembang menjadi pemogokan politik, dan pemogokan politik ini lalu berkembang menjadi insureksi. Hubungan antara kelas proletariat, sebagai pemimpin, dan kelas tani yang bimbang dan tidak stabil, sebagai yang dipimpin, diuji dalam praktek. Bentuk organisasi Soviet lahir dalam perkembangan perjuangan yang spontan. Diskusi dan polemik pada periode tersebut [1905-1906] mengenai signifikansi Soviet mengantisipasi perjuangan besar pada 1917-1920. Pergantian taktik dari bentuk perjuangan parlementer ke non-parlementer dan sebaliknya, dari taktik memboikot parlemen ke partisipasi dalam parlemen, dari bentuk perjuangan legal ke ilegal, dan begitu juga interelasi dan koneksi antara semua taktik ini – semua ini menjadi pelajaran yang sangat kaya. Dalam hal mendidik dasar-dasar ilmu politik pada massa dan para pemimpinnya, pada kelas dan juga pada partai, setiap bulan periode ini memiliki nilai yang sama dengan satu tahun perkembangan yang ‘damai’ dan ‘konstitusional’. Tanpa ‘geladi resik’ 1905, kemenangan Revolusi Oktober pada 1917 akan menjadi mustahil.”[11]
Revolusi 1905 juga memiliki pengaruh internasional yang dalam. Dalam sekejap gagasan pemogokan umum menjadi isu sentral yang didiskusikan oleh gerakan buruh internasional. Revolusi 1905 menjadi inspirasi dan dorongan bagi kaum buruh Eropa. Di Jerman, ada gelombang pemogokan pada 1905. Sebanyak 508.000 buruh mogok; empat kali lebih besar dibandingkan tahun 1904. Pengaruh Revolusi 1905 juga tidak hanya terbatas pada Eropa saja. Ia juga memiliki pengaruh pada perkembangan gerakan revolusioner rakyat kolonial. Pada Desember 1905, Persia (Iran) mengalami revolusi borjuasi, yang mencapai puncaknya pada 1911. Di Tiongkok, berlangsung juga gerakan massa revolusioner yang dipimpin oleh seorang demokrat borjuis bernama Sun Yat Sen. Gerakan ini mempersiapkan revolusi borjuis Tiongkok pada 1911-1913. Turki juga menyaksikan kebangkitan gerakan revolusioner. Seperti batu besar yang dilempar ke kolam yang tenang, Revolusi Rusia mengakibatkan gelombang-gelombang besar yang menjangkau tempat-tempat yang jauh.
1905 adalah titik balik yang menentukan. Untuk pertama kalinya, Sosial Demokrasi [Marxisme] revolusioner menjadi kekuatan yang menentukan dalam kelas buruh seluruh Rusia. Dalam waktu 9 bulan, gerakan ini mengalami transformasi penuh. Kesadaran buruh tumbuh dengan lompatan-lompatan, yang mengguncang fondasi dari seluruh kebiasaan, kepercayaan, dan tradisi lama, dan memaksa kelas buruh untuk menghadapi realitas dari eksistensinya. Melalui proses aproksimasi secara suksesif, rakyat pekerja menguji opsi-opsi politik yang ada satu per satu, dari pendeta buruh [Pendeta Gapon] dan petisi bersahaja, melalui pemogokan ekonomik untuk upah dan kondisi kerja yang lebih baik, reforma konstitusional dan manifesto Tsar, kerusuhan-kerusuhan pogrom yang berdarah-darah, demonstrasi di jalan-jalan dan pasukan pertahanan diri buruh, sampai ke ekspresi tertinggi dari perjuangan kelas – pemogokan umum politik dan pemberontakan bersenjata. Di setiap tahapan, massa membebaskan dirinya dari ilusi-ilusi yang lama, yang ditandai dengan kebangkitan dan keruntuhan berbagai tendensi politik dan figur-figur aksidental. Orang-orang seperti Pendeta Gapon dan Khrustalyov-Nosar [Ketua pertama dari Soviet Petersburg] untuk waktu yang singkat menjadi figur yang besar di arena sejarah, sebelum mereka lenyap selamanya tanpa meninggalkan jejak. Tetapi tendensi revolusioner sejati yang diwakili oleh Bolshevisme, kendati semua kekeliruan dan pasang naik-turun yang mereka alami, melangkah maju dengan tegas untuk mengambil tampuk kepemimpinan kelas proletariat revolusioner. Senjata teori, politik, dan organisasi yang memungkinkan Partai Bolshevik untuk bisa memimpin buruh ke kemenangan pada Oktober 1917 ditempa dalam bara api Revolusi 1905, dan diperkeras dalam kepekatan malam reaksi yang panjang yang menyusul setelah kekalahan Revolusi 1905.
_______________
Catatan Kaki
[1] Krupskaya, O Vladimirye Ilyiche, vol. 1, hal. 132.
[2] Dikutip di Istoriya KPSS, vol. 2, hal.136, 141-2 dan 137.
[3] Lenin, Selected Works, English edition, Moscow 1947, vol. 1. hal. 446.
[4] Istoriya KPSS, vol. 2, hal. 142.
[5] LCW, The Workers’ Party and its Tasks in the Present Situation, vol. 10, hal. 94.
[6] Simon Arshaki Ter-Petrosian (1882-1922), atau dikenal juga dengan nama “Kamo”, adalah seorang Bolshevik keturunan Armenia-Georgia. Dia bergabung dengan organisasi Sosial Demokratik di Tiflis pada 1902. Selama Revolusi 1905, dia memainkan peran mempersiapkan pemberontakan bersenjata, dan kemudian memimpin aksi-aksi perampokan bank selama 1906-7 untuk membiayai partai.
[7] Buku “History of the All-Union Communist Party (Bolsheviks): Short Course” diterbitkan pada 1938, dan ditulis dan disunting terutama oleh Stalin sendiri. Buku ini menjadi buku sejarah resmi PKUS. Buku ini diterbitkan setelah Pengadilan Moskow 1936-38, dimana hampir semua kaum Bolshevik Tua generasi Lenin dieksekusi oleh kaum birokrasi Stalinis. Setelah secara fisik melikuidasi Partai Bolshevik, buku ini diterbitkan untuk melikuidasi sejarah dan ideologi Partai Bolshevik dengan menyelewengkan kebenaran. Buku ini mengandung banyak penyelewengan terhadap sejarah Revolusi Oktober dan Partai Bolshevik, guna melebih-lebihkan peran Stalin dan mengecilkan peran Leon Trotsky.
[8] Stalin, History of the CPSU (B), hal. 128.
[9] Krupskaya, O Vladimirye Ilyiche, vol. 1, hal. 142 dan 159.
[10] LCW, The Workers’ Party and its Tasks in the Present Situation, vol. 10, hal. 93 dan 94.
[11] LCW, ‘Left-wing’ Communism-An Infantile disorder, vol. 31, hal. 27 (penekanan saya).