Kebangkitan Baru
Tahun 1912 dimulai dengan senyap. Inspektorat Pabrik hanya mencatat 21 pemogokan pada bulan Januari dan jumlah yang sama pada Februari. Lalu, tanpa peringatan, bagai petir di siang bolong segalanya berubah. Tambang emas Lena di Siberia adalah salah satu tambang emas terbesar di dunia. Salah satu pemegang sahamnya adalah ibunya Tsar, Count Witte, dan sejumlah menteri. Di akhir Februari sebuah pemogokan meledak di Lena karena gaji dan kondisi kerja yang amat buruk. Ketua komite pemogokan adalah seorang Bolshevik, P.N. Batashev. Pemerintah mengirim sepasukan tentara, yang pada 4 April menembaki sekerumunan 3000 buruh tambang: 270 meninggal dan 250 terluka. Minggu Berdarah terulang kembali. Suara senapan yang menggema di tundra beku ini menghancurkan es reaksi selama lima tahun terakhir.
Berita pembantaian buruh tambang mengguncang Rusia. Pada 7 dan 8 April, rapat-rapat akbar yang memprotes penembakan ini digelar di pabrik-pabrik St. Petersburg. Beberapa hari kemudian, dengan kebodohan yang tak kepalang tanggung, Makarov, Menteri Dalam Negeri saat itu, ketika ditanya di Duma mengenai penembakan ini, menjawab: “demikianlah yang terjadi, dan ini akan terjadi lagi di masa depan.” Kemarahan massa akhirnya meluap. Dari 14 sampai 22 April, ada 140 ribu buruh mogok di St. Petersburg. Di Moskow, dari 12 sampai 30 April, 70 ribu buruh mogok. Pemogokan meluas ke Ukraina, daerah Baltik, Volga Tengah, Byelorussia, Lituania, Polandia dan daerah-daerah industri Utara dan Tengah. Ini disusul oleh sebuah gelombang pemogokan baru pada 1 Mei ketika 400 ribu buruh turun ke jalan. Pemogokan-pemogokan ini semakin bersifat politis. Ada 700 pemogokan politik pada April. Pada 1 Mei, ada lebih dari 1000 pemogokan di wilayah St. Petersburg – jumlah yang lebih tinggi dibandingkan pada 1905. Benang sejarah yang sebelumnya terputus kini tersambung kembali. Kaum buruh melanjutkan apa yang terhenti pada 1907, tetapi di tingkatan yang lebih tinggi. Buruh telah belajar dari pengalaman mereka. Pada Januari 1905 mereka memulai dengan memohon pada sang Bapa Kecil “Tsar”. Sekarang mereka memulai dengan slogan “Tumbangkan pemerintahan Tsar!”
Setelah Lena, semuanya berubah dalam hitungan hari. M.F. Van Koten, kepala polisi rahasia Okhrana, menulis ke Departemen Kepolisian: “Kejadian di Lena telah membangkitkan mood revolusioner kelompok-kelompok revolusioner lokal dan para buruh pabrik.”[1] Tiba-tiba keberuntungan Bolshevik berubah. Pada 1905, kaum Sosial Demokrat ada dalam posisi lemah, dengan basis buruh yang amat lemah. Dan kaum Bolshevik bahkan ada dalam posisi yang lebih lemah. Sekarang semuanya berbalik. Kaum Bolshevik dengan cepat menjadi kekuatan yang menentukan dalam Sosial Demokrasi, dan Sosial Demokrasi menjadi kekuatan politik yang menentukan dalam kelas buruh. Merespons dengan cepat, mereka menyerukan kepada buruh untuk mengambil tindakan revolusioner. Menggunakan koran Zvezda sebagai koran legal, mereka dapat memberikan kepemimpinan pada gerakan massa, dengan memberi arahan dan memajukan slogan-slogan perjuangan. Reaksi Bolshevik yang cekatan dan garis mereka yang militan memfasilitasi pertumbuhan pesat mereka dalam jumlah dan pengaruh. Ini juga memberi justifikasi untuk perpecahan yang baru saja terjadi, yang pada kenyataannya terjadi tepat waktu. Kalau kaum Bolshevik masih terikat dengan kaum Menshevik pada saat itu, ini akan melumpuhkan mereka.
Buruh segera mengadopsi slogan-slogan Bolshevik pada May Day: “Hidup Republik Demokratik!” “Hidup Sosialisme!” Gerakan ini tidak hanya terbatas pada buruh saja. Gerakan mahasiswa juga mendapat dorongan baru oleh pembantaian di Lena, yang memantik gelora baru di universitas. Ini membuka peluang baru untuk tersebarnya gagasan-gagasan revolusioner. Tetapi masih banyak yang harus dikerjakan untuk bisa memenangkan kepemimpinan penuh gerakan massa. Terutama bangkitnya kembali aspirasi demokratik dan keberadaan ilusi parlementer dapat memperkuat pengaruh kaum liberal borjuis, yang menampilkan diri mereka sebagai “oposisi”. Mereka adalah tokoh-tokoh masyarakat yang dikenal, yang tidak malu-malu memberikan pidato demagogi “demi demokrasi,” dan berbicara atas nama “rakyat.” Untuk alasan ini Lenin mengarahkan serangan utamanya ke kaum liberal borjuis.
Perubahan situasi ini, yang telah lama ditunggu Lenin, membuatnya semangat kembali. Dia segera mengorganisir kamerad-kameradnya dan mendorongnya untuk bergerak. Pada akhir Juni, dia dan Krupskaya pindah dari Paris ke Krakow, bagian Polandia yang diduduki oleh Austria, supaya bisa lebih dekat dengan revolusi. Krupskaya mengingat periode ini sebagai periode “setengah-emigrasi”, ketika mereka memiliki kontak yang sangat dekat dengan interior. Dari sini, Lenin menghujani Partai dengan banyak surat, seruan untuk beraksi, keluhan, dan dorongan. Lenin juga merasa lega bisa membebaskan dirinya dari atmosfer intrik dan gosip yang mencekik, yang mendominasi kehidupan eksil di Paris. Dia menulis ke Gorky pada musim panas itu:
“Kamu bertanya pada saya mengapa saya ada di Austria. Komite Pusat telah membentuk sebuah biro di sini (info ini untuk telinga kamu saja); kami lebih dekat ke St. Petersburg, dan lebih mudah menulis artikel untuk koran di Rusia, dan kolaborasi sedang diatur. Lebih sedikit percekcokan, dan ini juga adalah satu kelebihannya. Tidak ada perpustakaan yang baik, dan ini adalah kekurangannya. Sungguh sulit hidup tanpa buku-buku yang baik.”[2]
Lenin dan Pravda
Sepanjang tahun 1912, gerakan revolusioner mengalami kebangkitan. Mood pemberontakan menyebar ke tentara. Ada pemberontakan tentara di Armada Baltik, dimana para kelasi, kebanyakan dengan latar belakang proletariat, terpengaruh oleh mood buruh di Petersburg. Lima ratus kelasi Armada Baltik ditahan dan diadili di pengadilan militer. Pada 26 Oktober, kaum Bolshevik Petersburg menyerukan pemogokan untuk memprotes persekusi yang dialami oleh para kelasi. Protes ini menyebar ke Moskow, Riga, Reval, Nikolaev, Nizhny Novgorod, Berdyansk, dan sentra-sentra kelas buruh lainnya, yang mengantisipasi persatuan buruh dan tentara pada 1917 nanti.
Setelah bertahun-tahun terisolasi, Partai sekarang tumbuh pesat. Pada awal 1913, Bolshevik memiliki 22 sel buruh di Moskow. Kebangkitan baru ini memberi dampak positif pada moral dan pertumbuhan organisasi di mana-mana. Bebas dari pengaruh kaum Likuidator yang mencekik dan melumpuhkan dan bebas dari konflik-konflik internal yang tak berkesudahan, kaum Bolshevik maju dengan langkah-langkah besar, di bawah panji mereka sendiri. Kali ini Mensheviklah yang ketinggalan. Akan tetapi perubahan situasi yang pesat ini menuntut Partai untuk dengan cepat mengubah metode kerja mereka dan memperkuat aparatus. Kaum liberal borjuis punya sumber daya untuk menerbitkan koran-koran “populer” seperti Sovremennik yang dibaca luas oleh buruh karena tidak ada alternatif lain. Perjuangan melawan pengaruh borjuasi liberal dalam massa menuntut diterbitkannya sebuah koran Bolshevik harian. Koran Bolshevik Zvezda dibaca oleh minoritas buruh yang aktif, tetapi ini tidak memadai untuk situasi yang sudah berubah. Konferensi Praha menyetujui diluncurkannya sebuah koran harian dengan nama Rabochaya Gazeta. Pada musim semi 1912 persiapan telah dimulai untuk koran baru ini. Sebuah tim dibentuk, yang terdiri dari N.N. Baturin, M.S. Olimsky, N.G. Poletaev, dan anggota KP Ordzhonikidze dan Stalin.
Pada saat yang sama kaum Likuidator mulai merencanakan penerbitan koran harian dan memulai penggalangan dana, walaupun tidak sukses. Pada akhir Maret di Petersburg, Zvezda memperoleh dukungan dari 108 kelompok buruh, dan korannya Menshevik hanya 7! Pada April, setelah peristiwa Lena, jumlahnya adalah 228 dibanding 8. Pada akhir April, kaum Bolshevik telah mengumpulkan cukup uang untuk menerbitkan koran, yang berjudul Pravda. Ini berarti, secara efektif, mencuri nama korannya Trotsky, sebuah tindakan yang sangat merusak relasi antara kaum Bolshevik dan Trotsky. Trotsky, dalam momen kemarahannya, menulis surat pribadi ke Lenin yang penuh dengan serangan tajam, yang tidak pernah dimaksudkan untuk diterbitkan. Surat ini di kemudian hari diangkat kembali oleh kaum Stalinis dan digunakan secara tidak bertanggung jawab untuk mencoreng nama Trotsky.
Pravda yang baru ini langsung sukses. Edisi pertama oplahnya 60 ribu. Ini adalah sebuah senjata yang penting di tengah gelombang pemogokan besar. Pravda adalah sungguh korannya buruh, dengan koneksi di setiap pabrik. Koresponden-koresponden buruh menulis di setiap edisi mengenai setiap aspek kehidupan buruh. Sekitar 5000 surat dari buruh diterima pada tahun pertama. Ada kolom-kolom reguler seperti “Pemogokan di Petersburg” dan “Pemogokan di Provinsi-provinsi”. Pravda tidak hanya sebuah koran saja. Ia adalah organisator riil. Halaman-halamannya berisi tidak hanya informasi mengenai gerakan buruh saja, tetapi juga arahan dan slogan. Banyak surat mengenai kehidupan dan kondisi buruh ditulis oleh buruh sendiri. Ini tidak hanya koran “untuk buruh”, tetapi korannya buruh, sesuatu yang dapat dilihat oleh buruh sebagai milik mereka sendiri. Akan tetapi, Pravda tidak hanya membatasi dirinya berbicara mengenai situasi yang ada. Ia juga berisikan teori untuk meningkatkan kesadaran para pembacanya agar bisa mencapai tingkatan yang dituntut oleh tugas historis buruh. Pravda secara reguler memuat artikel-artikelnya Lenin, yang menyediakan generalisasi dan penjelasan teoretis yang dibutuhkan, dan juga polemik melawan tendensi-tendensi lainnya, terutama untuk mengekspos kaum Likuidator.
Lenin sangat seksama dalam mengerjakan Pravda, dan menulis banyak artikel untuknya. Dari 75 edisi yang terbit dari Maret dan Mei 1913, 41 memuat setidaknya satu artikel dari Lenin. Dia juga mencoba melibatkan Plekhanov, Gorky, dan kaum intelektual lainnya di Pravda, walaupun Plekhanov sudah menjauh. Partisipasi Lenin tidak terbatas pada menulis artikel saja. Dia juga secara aktif terlibat sebagai redaksi, mempelajari laporan-laporan dan korespondensi guna mendapat gambaran yang lebih akurat mengenai situasi di pabrik-pabrik, mengamati distribusi koran, dan menganalisis hasil kampanye penggalangan dana. Perhatian yang dekat seperti ini bukanlah kebetulan. Lenin memahami dengan baik peran kunci koran sebagai organisator. Organisasi yang serius adalah organisasi yang mampu memenetrasi setiap pabrik, membentuk jaringan koresponden buruh, menggalang dana dari buruh, mengirim laporan secara reguler, dan seratus satu tugas lainnya seputar koran buruh; dengan demikian fondasi dan kerangka untuk tugas-tugas yang jauh lebih besar sudah terbangun.
Koran yang baru ini tidak luput dari perhatian polisi. Pravda harus menghadapi sensor, denda, dan penggrebekan polisi. Sekitar 17 persen dari semua edisi disita pada 1912. Dari Mei – Juni 1913, ini mencapai 40 persen. Dan pada Juli – September, jumlah yang disita mencapai 80 persen! Untuk mengelabui polisi mereka mengubah nama koran berkali-kali: Rabochaya Pravda, Pravda Truda, Severnaya Pravda, dst. Setiap kali pemerintah memberedel koran Bolshevik, koran dengan judul baru muncul, dan permainan kucing-dan-tikus ini terus berlanjut. Selain masalah legalitas, juga ada masalah keuangan yang terus menghantui penerbitan koran. Usaha penggalangan dana dilakukan terus menerus. Tidak seperti kaum Menshevik yang memperoleh dana mereka dari simpatisan-simpatisan kaya, kaum Bolshevik bangga kalau mereka menggalang mayoritas dana mereka dari recehan yang dikumpulkan oleh buruh sendiri. Dalam jangka panjang, ini adalah satu-satunya fondasi yang kokoh untuk mendanai partai revolusioner. Pada 1912 ada 620 kelompok buruh yang mengorganisir koleksi dana untuk koran, dan pada 1913, jumlah meningkat menjadi 2.181. Pravda didanai terutama dari “recehannya buruh”.
Persekusi dan kurangnya dana tidak dapat menghentikan laju koran harian buruh ini. Pengaruh Pravda meningkat dengan pesat. Puluhan ribu buruh membaca Pravda, dan sering kali dibaca bersama-sama, dan koran digilir dari satu pabrik ke pabrik lain. Pravda menghimpun selapisan luas buruh non-partai, dengan demikian memperluas pengaruh dan lingkarannya. Organisasi-organisasi partai lokal diberi target dana yang harus mereka galang untuk mendukung Pravda. Dengan demikian koran mulai menduduki peran sentral dalam membangun Partai – koran sebagai organisator kolektif. Pada awal 1913, yang bertambah tidak hanya jumlah halaman koran tetapi juga jumlah oplahnya. Pada awal tahun sirkulasi koran 23,000, pada pertengahan Maret ini meningkat menjadi 30-32 ribu, dan 40-42 ribu untuk edisi Minggu. Pada musim panas, jumlah pelanggan individual dan kolektif adalah 5.501. Ini secara otomatis berarti pertumbuhan dalam keanggotaan partai, yang meningkat dalam jumlah 30-50 ribu pada September 1913. Kelompok-kelompok pendukung dibentuk di seluruh Rusia, bahkan di wilayah terpencil seperti Tashkent di Asia Tengah. Pada akhirnya Pravda bahkan mulai memenetrasi desa-desa.
Kendati keberhasilan Pravda yang fenomenal, relasi antara Lenin dan dewan redaksi koran jauh dari mulus. Sebagian anggota dewan redaksi tidak setuju dengan serangan-serangan yang Lenin luncurkan terhadap kaum Likuidator. Stalin, S.S. Danilov, N.N. Lebedev, V.M. Molotov, S.M. Nakhimson, M.S. Olminsky, mereka semua menentang menggunakan koran untuk perseteruan faksional. Episode ini menunjukkan bagaimana para kolaboratornya Lenin sama sekali tidak memiliki pemahaman, bahkan pada tahapan ini. Lenin mencoba “menjelaskan dengan sabar” kepada para kolaboratornya: “Sangatlah berbahaya, merusak, konyol untuk menyembunyikan perbedaan-perbedaan yang ada dari buruh (seperti yang sedang dilakukan oleh Pravda) … Bila kau tetap diam, maka kau telah menghindar. Dan sebuah koran yang menghindar akan pupus.”[3]
Hubungan Lenin yang tegang dengan para pemimpin Bolshevik lainnya berhubungan langsung dengan masalah taktik di Duma. Pada awal 1912, redaksi koran Zvezda menerbitkan sebuah artikel dari seorang Bolshevik konsiliator, M.I. Frumkin, yang menuntut program elektoral Sosial Demokratik yang tunggal dan secara terbuka mendukung slogan-slogan elektoral Menshevik.[4] Begitu tajam konflik ini sehingga dewan redaksi Pravda, yang dipimpin Stalin pada saat itu, secara tegas menolak menerbitkan barang satupun artikel dari Lenin atau Zinoviev mengenai masalah strategi pemilu. Ini menyebabkan pertengkaran yang sengit. Kalau kita baca korespondensi Lenin dengan Pravda pada saat itu, kita bisa melihat ada friksi terus menerus antara Lenin dan dewan redaksi. Krupskaya menulis bahwa:
“Kadang-kadang – tetapi tidak sering – artikel Ilyich hilang. Di saat lain artikel-artikelnya mandek dan hanya dimuat setelah tertahan cukup lama. Ilyich biasanya cemas; dia mengirim banyak surat memarahi dewan redaksi Pravda, tetapi ini tidak banyak membantu.”[5]
Selama kampanye pemilu Duma Keempat pada 1912, Lenin menulis ke dewan redaksi Pravda:
“Selama masa pemilu ini Pravda lamban seperti nenek tua yang terkantuk-kantuk. Pravda tidak tahu bagaimana berjuang. Ia tidak menyerang, ia tidak mengkritik kaum Kadet dan kaum Likuidator.”
Pada bulan Oktober, Lenin menulis ke dewan redaksi dengan tutur kata yang menunjukkan kegeraman besarnya terhadap kegagalan Pravda dalam mengekspos kaum Likuidator:
“Yang bertanda tangan di bawah ini, sekarang dalam kapasitas sebagai kontributor politik permanen untuk koran Pravda dan Nevskaya Zvevzda, merasa adalah tanggung jawabnya untuk memprotes kawan-kawan yang memimpin koran-koran ini pada momen yang kritis sekarang.”
“Pemilu di St. Petersburg, di tingkatan buruh dan tingkatan urban ke-2, adalah satu momen yang kritis, satu momen untuk menuai kerja lima tahun terakhir, satu momen untuk menentukan, dalam banyak cara, ara kerja kita untuk lima tahun ke depan.”
“Pada momen seperti ini, organ kepemimpinan kelas buruh demokrat harus mengikuti garis kebijakan yang jelas, tegas, dan tajam. Tetapi Pravda, yang secara efektif adalah organ kepemimpinan, tidak melakukan ini.”
Dan Lenin melanjutkan:
“Pravda sendiri harus mengakui kalau ada dua garis, platform, dan kehendak kolektif (garis Agustus atau Likuidator [blok Agustus], dan garis Januari [Konferensi Praha pada Januari 1912]). Namun Pravda membuat orang berpikir kalau ia sedang mengikuti semacam garis ketiganya “sendiri,” yang diciptakannya hanya kemarin sore oleh seseorang, dan isi kebijakan ini (seperti yang telah kita pelajari dari St. Petersburg lewat pihak ketiga, karena dewan redaksi Pravda dengan keras kepala menolak membalas kami) adalah membiarkan kaum Likuidator memperoleh satu dari tiga kandidat, atau memberi mereka seluruh curia ke-2 ‘sebagai timbal balik untuk curia buruh.’ Bila kabar ini tidak benar, Pravda bertanggung jawab sepenuhnya atas mereka, karena kau tidak boleh menyebar kebingungan seperti ini di antara kaum Marxis, yang lalu membuat kawan-kawan Marxis ini percaya pada rumor-rumor ini, dan menyebar mereka.”
“Pada momen yang penting ini, Nevskaya Zvezda ditutup, tanpa penjelasan sama sekali, dan pertukaran pendapat kolektif sepenuhnya terinterupsi, dan para kontributor politik tidak dikabari sama sekali, tidak tahu siapa yang sedang mereka bantu untuk terpilih; mungkin yang sedang mereka bantu adalah seorang Likuidator? Saya harus memprotes keras ini, dan menolak bertanggung jawab atas situasi yang abnormal ini, yang dapat menyebabkan konflik-konflik berkepanjangan.”[6]
Akhirnya kesabaran Lenin habis:
“Kami menerima sebuah surat yang bodoh dan lancang dari dewan redaksi (Pravda). Kami tidak akan menjawabnya. Mereka harus disingkirkan … Kami sangat cemas karena tidak ada berita mengenai rencana mengorganisasi ulang dewan redaksi … Reorganisasi, tetapi bahkan lebih baik, pemecatan semua orang-orang lama, sangatlah diperlukan.”
Lenin memprotes sensor sistematis terhadap artikel-artikelnya:
“Mengapa Pravda dengan keras kepala dan sistematis menghapus semua hal yang berkaitan dengan kaum Likuidator, baik di artikel-artikel saya maupun artikel-artikel kawan-kawan lainnya?”[7]
Di surat-surat lainnya Lenin menuntut agar dewan redaksi mengembalikan artikel-artikelnya yang tidak diterbitkan, yang banyak menghilang tanpa jejak. Kadang-kadang Lenin bahkan tidak menerima koran, dan juga ada keluhan kalau dia tidak dibayar: “Mengapa kalian tidak membayar hutang kalian pada saya? Keterlambatan ini sungguh menyulitkan kami.”[8] Akhirnya, kesabaran Lenin habis. Dalam suratnya ke Sverdlov, dia menulis:
“Kita harus memasukkan dewan redaksi kita sendiri ke Dyen dan menyingkirkan dewan redaksi yang sekarang. Kerja mereka sangatlah buruk sekarang; sokongan terhadap Likuidator Bund (Zeit) dan non-Sosial Demokrat Jagiello sangatlah memalukan. Absennya kampanye persatuan dari bawah adalah bodoh … Apa orang-orang ini adalah redaktur? Mereka bukanlah orang, tetapi pengecut yang memalukan dan perusak gerakan.”[9]
Kendati merujuk ke Dyen, surat ini pada kenyataannya berbicara mengenai situasi dalam dewan redaksi Pravda pada akhir 1912 dan awal 1913.[10] Ini menunjukkan betapa renggangnya relasi dengan Lenin pada saat itu. Hanya setelah Lenin menekan dengan keras di konferensi Krakow, Pravda mengubah posisinya. Pada Februari 1913, Lenin, sementara merasa lega atas perubahan dalam dewan redaksi Pravda, berkomentar: “Kalian tidak bisa membayangkan betapa lelahnya kami bekerja dengan dewan redaksi yang sangatlah bermusuhan.”[11] Tetapi perlahan-lahan Lenin berhasil mengatasi masalah yang ada. Pada musim gugur 1913, Lenin sudah bisa menulis ke Pravda dan memberinya selamat atas kampanyenya dalam mendukung perwakilan Bolshevik di Duma.[12]
Pemilu Duma Keempat
Pemilu Duma Keempat diselenggarakan pada musim panas 1912. Awalnya kaum Menshevik unggul. Selain memiliki banyak simpatisan kaya, mereka juga menerima subsidi dari SPD Jerman dan menerbitkan koran harian yang legal. Luch secara demagogi menyerukan “persatuan”, mendukung kandidat “non-faksional”, dsb. Ini disambut baik oleh sejumlah elemen non-partai. Sementara partai Kadet, partainya kaum liberal borjuis, karena takut kalah pemilu, menggunakan tipu daya untuk memperoleh lebih banyak suara. Koran mereka Rech menyatakan pada 3 Februari: “Kita tidak seharusnya memberikan suara kita ke sebuah partai, atau ke kandidat secara individual, tetapi untuk memperkuat lapisan konstitusional dalam masyarakat Rusia.” Ini adalah seruan kepada para pemilih untuk memberi suara mereka ke “kekuatan progresif” dalam melawan “reaksi”, lagu lama kaum oportunis di semua jaman, yang mencoba menakut-nakuti massa dengan ancaman reaksi agar mereka memilih “yang terbaik dari yang terburuk”. Lenin berjuang melawan penipuan ini dan berdiri untuk kemandirian kelas dan kebijakan revolusioner. Kondisi di Rusia masihlah sulit. Polisi meluncurkan serangkaian pencidukan sebelum pemilu. Platform pemilu PBSDR disebarkan secara klandestin di semua pabrik. Dari pengasingan di Krakow, Lenin dengan cemas mengikuti kampanye pemilu partai. Dia terus mengawasi setiap manifestasi oportunis, sekecil apapun, dari kepemimpinan Bolshevik. Dia terus menentang gagasan pembentukan “blok progresif” non-partai.
Badayev, salah satu kandidat Bolshevik di pemilu ini, menulis:
“Markas pemilu Bolshevik adalah kantor redaksi Pravda, yang bekerja keras tanpa henti. Di kantor Pravda, pertemuan-pertemuan digelar dengan para perwakilan daerah dan pabrik. Pada saat yang sama, pertemuan-pertemuan ilegal diorganisir di distrik-distrik kota.”
“Karena buruh yang ‘mencurigakan’ terus menerus dimata-matai oleh polisi, kita harus menggunakan berbagai tipu daya untuk bisa bertemu, bahkan dalam kelompok kecil. Biasanya, untuk menghindari polisi, pertemuan kecil dengan tidak lebih dari 10 sampai 20 buruh digelar. Musim panas membantu kita. Di bawah kedok piknik, sekelompok buruh berangkat ke wilayah pinggiran kota, kebanyakan ke hutan di luar Okhta. Hutan adalah tempat persembunyian terbaik dari polisi, yang tidak akan berani memasuki hutan, karena mudah untuk kabur dari mereka, dan mereka juga takut disergap dari tempat yang tak disangka.”
“Di pertemuan-pertemuan ini debat tajam dengan kaum Likuidator berlangsung. Partai kami menyerukan kepada buruh untuk memasuki pemilu dengan tuntutan-tuntutan dasar yang komplit dan hanya memilih kandidat Bolshevik. Kaum Likuidator terus berbicara mengenai ‘persatuan,’ pentingnya front persatuan, pentingnya mencampakkan perseteruan faksional, dan tentu saja, pentingnya memilih kandidat mereka.”[13]
Dan Badayev menjelaskan apa sikap kaum Bolshevik terhadap tuntutan “persatuan semua kekuatan progresif”:
“Kaum Bolshevik berpendapat bahwa kita harus memajukan kandidat di semua curia buruh, dan tidak menoleransi kesepakatan apapun dengan partai atau kelompok lain, termasuk kaum Menshevik-Likuidator.”
“Mereka juga merasa perlu untuk memajukan kandidat di apa-yang-disebut ‘curia kedua pemilih kota; (curia pertama terdiri dari para pemilik properti besar dan kandidat demokratik tidak punya peluang sama sekali di sana) dan di pemilihan-pemilihan desa, karena nilai agitasi yang besar dari kampanye pemilu di sana. Tetapi, guna mencegah kemungkinan kemenangan kandidat reaksioner, kaum Bolshevik memperbolehkan kesepakatan dengan kaum borjuis demokratik (Trudovik, dan yang lainnya) untuk melawan kaum Liberal, dan dengan kaum Liberal untuk melawan partai-partai pemerintah selama putaran kedua pemilihan elektor curia kota. Lima kota besar (St. Petersburg, Moskow, Riga, Odessa dan Kiev) memiliki sistem pemilihan langsung dengan putaran kedua. Di kota-kota ini kaum Sosial Demokrat memajukan daftar kandidat mandiri, dan karena tidak ada bahaya terpilihnya kandidat dari Black Hundred maka tidak ada kesepakatan dengan kaum borjuis liberal. Resolusi konferensi partai Praha, yang menetapkan taktik pemilu ini, menekankan bahwa ‘kesepakatan elektoral bukan berarti mengadopsi platform partai lain, dan kesepakatan ini tidak boleh mengikat kandidat Sosial Demokrat pada kewajiban politik apapun, dan juga tidak boleh mencegah kaum Sosial Demokrat untuk mengkritik watak kontra-revolusioner kaum Liberal dan keragu-raguan dan ketidakkonsistenan kaum borjuis demokrat.’ Oleh karenanya, kesepakatan elektoral yang dilakukan oleh kaum Bolshevik pada putaran kedua bukanlah dalam bentuk sebuah blok partai politik.[14]
Di permukaan, tampaknya ada alasan untuk bersatu dengan kekuatan-kekuatan lain guna mendapatkan perwakilan parlementer yang lebih besar. Tentu saja UU pemilu sangatlah tidak berpihak pada kelas buruh. Di bawah sistem elektoral Tsaris yang curang, pemilihan tidaklah langsung. Kaum buruh memilih perwakilan mereka, yang lalu memilih 160 “elektor” (vyborshechiki), dan kaum Sosial Demokrat memenangkan 60% dari perwakilan buruh ini. Bersama dengan “kaum konsiliator” dan para simpatisan lainnya, jumlahnya sekitar 83%. Mayoritas “elektor” dari wilayah kelas buruh adalah Bolshevik. Tetapi di curia lainnya, kelas menengah, borjuasi dan tuan tanah mendominasi. Badayev menjelaskan:
“UU pemilu, yang disahkan oleh pemerintah sebelum Duma Pertama, dirancang sedemikian rupa untuk menjamin mayoritas bagi kaum borjuasi dan tuan tanah. Pemilihan tidaklah langsung, tetapi dengan sistem tahapan. Berbagai kelas (tuan tanah, pemilik properti besar di kota, petani, buruh, dsb.) harus terlebih dahulu memilih elektor, yang lalu memilih perwakilan dari antara mereka sendiri. Bagi buruh dan tani, sistem pemilu bahkan lebih rumit; buruh, misalnya, pertama-tama memilih delegasi, yang lalu memilih elektor, dan elektor ini lalu berpartisipasi dalam Lembaga Pemilihan Gubernia, yang lalu memilih perwakilan. Selain itu ada sejumlah persyaratan properti, misalnya di kota hanya penghuni apartemen yang berhak memilih.”[15]
Kendati semua rintangan ini, kaum buruh memilih 3500 perwakilan di seluruh Rusia. Dari jumlah ini, 54% adalah Sosial Demokrat. Tetapi kalau kita ikutsertakan para simpatisan, jumlahnya mencapai 80%. Ini adalah kemenangan besar bagi kaum Bolshevik, dalam pemilu yang penuh rintangan. Di bawah UU pemilu, usaha kecil dengan kurang dari 50 pekerja, yang biasanya lebih terbelakang dan ada di bawah jempol sang majikan, mendapat satu perwakilan. Tetapi pabrik besar, yang cenderung lebih militan dan pro-Bolshevik, hanya diberi satu perwakilan untuk setiap 1000 buruh. Di St. Petersburg, dari 82 perwakilan, ada 26 Bolshevik, 15 Menshevik dan 41 simpatisan. Polisi membalas dengan menangkapi para perwakilan buruh. Di beberapa pabrik dimana kaum Bolshevik terpilih, majikan menuntut pemilu ulang.
Pada 20 Oktober, kongres daerah elektor di Petersburg memilih seorang anggota parlemen Bolshevik, A.Ye. Badayev, yang bukunya “Kaum Bolshevik di Duma Tsaris,” yang dikutip di atas, masih merupakan buku terbaik untuk subjek ini. F.N. Samoilov terpilih di Vladimir, N.R. Shagov di Kostroma, M.N. Muranov di Kharkov, G.I. Petrovsky di Yekaterinoslav, dan R.V. Malinovsky, sang mata-mata, di Moskow. Secara keseluruhan, kaum Sosial Demokrat memajukan kandidat di 53 kota, dan menang di 32 kota. Kaum Menshevik memenangkan 7 kandidat mereka: 3 di Kaukasus, basis tradisional mereka, 4 lainnya di Don, Irkutsk, Tavrichesk, dan Ufmsk. Hanya tiga di antara adalah buruh. Hasil pemilu ini menandai kemenangan luar biasa bagi kaum Bolshevik, terutama kalau kita ingat partai mereka baru saja terbentuk dan tidak punya banyak waktu persiapan untuk pemilu. Ini adalah dorongan besar bagi organisasi.
Kaum Bolshevik dalam Duma
Keberhasilan besar pertama bagi taktik Leninis, yang menggabungkan kerja legal dan ilegal, dicapai pada musim gugur 1912 dengan pemilu curia buruh dalam Duma Keempat. Sampai pada saat itu, fraksi Duma didominasi oleh Menshevik. Sekarang untuk pertama kalinya kaum Bolshevik mulai mengembangkan kerja dalam arena parlementer. Di Duma Ketiga, fraksi Sosial Demokratik memiliki 19 perwakilan: 4 kaum Bolshevik dan 5 simpatisan, dan 10 kaum Menshevik-Likuidator. Tetapi dalam praktik, kaum Menshevik yang memegang suara. Garis pemisah antara kedua faksi ini belumlah jelas. Lenin belum memutuskan kalau perpecahan adalah sesuatu yang tak terelakkan. Oleh karenanya, sampai pada periode 1912-14, fraksi parlementer Sosial Demokratik masih bekerja sebagai satu fraksi utuh.
Situasi dalam Duma Keempat sama sekali berbeda. Perjuangan faksional sudah mencapai titik balik yang menentukan. Ini secara tak terelakkan tercermin dalam kelompok parlementer. Dalam pemilu Duma Keempat kaum Bolshevik memenangkan mayoritas besar curia buruh. Fraksi Sosial Demokratik di Duma Keempat terdiri dari 6 Bolshevik dan 7 Menshevik. Selain itu, salah satu perwakilan Polandia, Jagello, mendukung Menshevik, yang berarti fraksi Sosial Demokratik beranggotakan 14 orang. Kaum Bolshevik meraih mayoritas di semua enam wilayah industri terbesar. Para perwakilan Menshevik, sebaliknya, terpilih dari sentra-sentra non-buruh, terutama di provinsi-provinsi pinggiran, dimana mayoritas penduduknya adalah borjuis kecil. Distribusi populasi buruh di Rusia menunjukkan siapa yang dipilih oleh kaum buruh. Badayev mencantum data untuk enam provinsi dengan curia buruh. Ada 1.008.000 buruh (di pabrik dan tambang), dimana di delapan provinsi yang memilih Menshevik ada 214.000 buruh. Bila provinsi Baku (dimana buruh tidak memiliki hak pilih) diikutsertakan, ada 246.000 buruh. Para perwakilan Bolshevik mewakili 88,2 persen elektor buruh, dibandingkan 11,8 persen untuk Menshevik. Korelasi kekuatan dalam fraksi Sosial Demokratik terdistorsi oleh sistem pemilu yang curang, yang dirancang terutama untuk mengurangi perwakilan kelas buruh.
Enam Bolshevik yang terpilih semua adalah buruh: ada empat buruh metal (Petrovsky, Muranov, Malinovsky, dan Badayev) dan dua buruh garmen (Shagov dan Samoilov). Para perwakilan Bolshevik terpilih di wilayah-wilayah industri terbesar Rusia: G.I. Petrovsky di Yekaterinoslav, M.K. Muranov di Kharkov, N.R. Shagov di Kostroma, F.N. Samoilov di Vladimir, R.V. Malinovsky di Moskow, dan A.Ye. Badayev di St. Petersburg. Sebaliknya, hampir semua perwakilan Menshevik adalah intelektual dan profesional. Satu-satunya buruh adalah Burianov, yang adalah pengikut Plekhanov. Tokoh utama Menshevik semua datang dari kelas menengah atas: Skobelev (yang sebelumnya berkolaborasi dengan Trotsky di koran Pravda Wina, dan anak pengusaha minyak Baku); Chkeidze, seorang jurnalis; Chkhenkeli, seorang pengacara; Mankov, seorang akuntan. Kaum Menshevik memiliki mayoritas satu, namun mereka bersikeras kalau mereka didukung mayoritas kelas buruh. Ini sepenuhnya dusta. Akan tetapi, mereka mengungguli para perwakilan Bolshevik karena pengalaman dan pengetahuan mereka yang lebih besar mengenai parlemen serta trik-triknya. Para perwakilan Bolshevik canggung dalam lingkungan parlemen yang asing dan aneh ini. Selain itu, fraksi Bolshevik, seperti halnya banyak pemimpin dalam faksinya Lenin, sangatlah terpengaruh oleh tendensi konsiliasionisme dan menolak pecah dengan Menshevik.
Hukum yang mengatur aktivitas parlementer dapat kita saksikan dalam fraksi partai buruh reformis di setiap jaman. Tekanan ideologi dan institusi kelas penguasa paling kuat terasa dalam parlemen. Kaum borjuasi telah menyempurnakan mekanisme menyuap, menekan dan mengkorupsi para perwakilan proletariat dalam parlemen. Kalau para perwakilan proletariat ini tidak sepenuhnya tertempa dengan kesadaran kelas dan pemahaman teori sehingga mampu menangkal trik dan manuver musuh-musuh mereka, mereka pada akhirnya akan tunduk pada tekanan borjuis dan terjebak ke dalam rawa parlementer, dengan berbagai komite, prosedur, dsb. Tekanan borjuis ini tidak semuanya dalam bentuk korupsi, iming-iming karier, suap, dsb., walaupun semua senjata ini terus digunakan untuk membeli para pemimpin buruh. Dalam kasus kaum reformis sayap-kanan, banyak dari mereka adalah pengacara, dokter, dan ekonom kelas menengah yang gaya hidup dan psikologinya jauh lebih dekat dengan kelas borjuasi daripada kelas buruh yang katanya mereka wakili. Bahkan kaum reformis kiri yang paling jujurpun, atau buruh jujur dari pabrik yang telah tertempa oleh bertahun-tahun perjuangan, dapat dengan cepat terlena oleh atmosfer dunia palsu ini, yang jauh terpisah dari realitas perjuangan kelas.
Bagi partai reformis yang terpenting adalah memenangkan kursi parlemen. Oleh karenanya, kemandirian fraksi parlementer dari kontrol partai dan kesakralan tiap-tiap perwakilan parlementer untuk “mengikuti hati nuraninya” diterima sebagai sesuatu yang normal. Ini hanyalah satu cara lain untuk mengekspresikan kemandirian para pemimpin reformis dari kelas buruh, dan ketergantungan penuh dan total mereka pada kelas borjuasi. Hal seperti ini tidak bisa diterima oleh partai revolusioner, yang melihat perjuangan parlementer hanya sebagai salah satu elemen dalam perjuangan kelas buruh untuk mengubah masyarakat. Partai, sebagai ekspresi terorganisir dari elemen proletariat yang paling sadar, dapat dan harus memiliki kontrol terhadap semua perwakilannya yang terpilih di setiap tingkatan, terutama semua anggota parlemennya.
Jelas kalau parlemen bukanlah platform yang ideal bagi kaum revolusioner. Atmosfer parlemen yang asing membuat para perwakilan Bolshevik terbuai, yang awalnya manut saja dan ikut arus. Di sesi parlemen pertama, mereka tidak menolak kandidat Kadet dan Oktobris sebagai ketua Duma. Fraksi Bolshevik menolak membaca pernyataan yang telah disiapkan oleh Komite Pusat Bolshevik, dengan alasan mereka telah menyiapkan pernyataan mereka sendiri, yang tidak mengandung seruan revolusioner pada massa di luar parlemen. Ada banyak kejadian serupa, seperti misalnya saat voting anggaran pendidikan negeri, mereka gagal mengekspos bias kelas dari kebijakan pemerintah dalam pendidikan. Lenin segera khawatir bagaimana enam perwakilan Bolshevik sekali lagi membiarkan diri mereka dicocok hidungnya:
“Bila keenam perwakilan kita adalah dari curia buruh, mereka tidak boleh tunduk pada orang-orang Siberia [kaum intelektual mantan eksil]. Mereka harus memprotes ini.”
Kaum Menshevik mencoba menandingi Komite Pusat dengan membentuk semacam “komisi politik” dari para petinggi fraksi Duma, yang akan mempertimbangkan semua masalah dan “rekomendasi”. Para petinggi parlementer ini ingin menentukan semua masalah yang berkaitan dengan aktivitas fraksi Duma tanpa campur tangan dari Partai. Sikap ini menuai banyak kritik dan kekecewaan dari akar rumput, yang merasa kehilangan kendali atas perwakilan mereka. Robert McKean menulis:
“Sikap konsiliasi keenam anggota parlemen Bolshevik mengambil bentuk yang konkret dalam beberapa cara. Mereka bergabung dengan kaum Menshevik dalam mengutuk para aktivis yang ingin meluncurkan pemogokan pada hari pembukaan Duma Keempat. Empat dari mereka (kecuali Malinovsky dan Muranov) setuju dengan kaum Menshevik pada 15 Desember, 1912, untuk menyatukan kedua koran faksional dan mencantumkan nama para anggota parlemen sebagai kolaborator dalam masing-masing dewan redaksi. Dalam merancang deklarasi fraksi, yang dibacakan oleh Malinovsky pada 7 Desember, 1912, para perwakilan Duma mencapai sebuah kompromi dengan draf yang dikirim oleh Lenin dan Dan dari luar negeri. Berkebalikan dengan klaim para sejarawan resmi Soviet bahwa kaum Bolshevik yang mendorong dimasukkannya slogan-slogan mereka, pembacaan yang teliti mengungkapkan kalau deklarasi tersebut menghapus slogan-slogan tersebut karena kaum Menshevik takut terjerat hukum. Sebaliknya, deklarasi ini berbicara mengenai ‘perwakilan rakyat yang berdaulat’ dan pemilu bebas. Tapi deklarasi ini, sesuai dengan tuntutan Bolshevik, tidak mengikutsertakan gagasan Menshevik mengenai kebebasan berkoalisi [dengan kaum borjuasi liberal] dan otonomi kultural-nasional[16].”[17]
Bersembunyi di balik fraseologi parlementerisme borjuis, para perwakilan Menshevik ingin membebaskan diri mereka dari kendali partai dan meraih status “independen”, tetapi dalam melakukan ini mereka hanya menunjukkan ketertundukan mereka pada norma-norma parlementerisme borjuis dan kaum Kadet dan Oktobris. Dalam sebuah pertemuan fraksi pada 22 November, 1907, kaum Menshevik meloloskan resolusi ini: “Fraksi Sosial Demokratik dalam Duma adalah sebuah kelompok yang memiliki otonomi, yang walaupun akan memperhatikan suara partai, dalam setiap kasus kerja Duma yang konkret akan menyelesaikannya secara independen.”[18]
Kaum buruh Sosial Demokrat merespons ini dengan mengirim surat-surat protes ke organ Bolshevik Proletary. Perlunya menaruh para perwakilan publik di bawah kontrol ketat partai menjadi masalah mendesak. Lenin mendorong agar anggota fraksi Duma harus ada di bawah kendali partai seperti halnya anggota badan kepemimpinan lainnya (Komite Eksekutif, Komite Pusat, dsb.). Kerja parlementer harus dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap anggota partai harus berpartisipasi secara umum dalam kerja partai dalam Duma.
Bersamaan dengan perjuangannya melawan konsiliasionismenya Pravda, Lenin juga memerangi konsiliasionismenya kelompok Bolshevik di Duma. Pada Januari 1912, dia menulis: “Pastikan agar surat dari buruh Baku yang kami kirim ke kalian diterbitkan” (surat tersebut menuntut agar kelompok Bolshevik di Duma pecah dengan kaum Likuidator). Melalui koran Luch mereka, kaum Likuidator meluncurkan kampanye “persatuan” yang penuh demagogi. Empat perwakilan Bolshevik di Duma namanya muncul sebagai kolaborator Luch. Lenin geram. “Kapan mereka berempat akan berhenti dari Luch?” “Apa kita harus menunggu lebih lama? … Bahkan dari Baku yang jauh 20 buruh memprotes ini.”[19]
Pada bulan September Lenin menulis:
“Inti permasalahan hari ini adalah bagaimana di balik pekik persatuan kaum Likuidator sedang mengabaikan kehendak mayoritas buruh sadar-kelas di St. Petersburg, dan memaksakan pada mayoritas buruh sekelompok kecil kandidat dari minoritas kaum intelektual, yakni, kaum intelektual likuidasionis.”
“Semua pemilu di negeri borjuis dipenuhi dengan begitu banyak slogan dan janji-janji muluk. Prinsip utama kaum Sosial Demokrat adalah tidak terjebak pada kata-kata saja tetapi langsung menyasar ke inti permasalahan.”
“Celoteh kaum Likuidator mengenai persatuan dalam koran Luch mereka adalah setumpuk dusta. Pada kenyataannya persatuan sudah tercapai di St. Petersburg oleh mayoritas buruh sadar-kelas yang menentang kaum Likuidator; persatuan sudah terbentuk oleh demonstrasi May Day, dan oleh dukungan yang diberikan ke Pravda oleh 550 kelompok buruh dibandingkan 16 kelompok Likuidator.”[20]
Di bawah tekanan kritik dari Lenin yang keras, para perwakilan Bolshevik mulai memainkan peran yang lebih aktif di Duma dan menjauhkan diri mereka dari kaum Menshevik. Mengingat tidak ada kebebasan untuk melakukan agitasi dan propaganda di antara buruh dan tani, kerja di Dunia menjadi sangat signifikan. Tentu saja ada sejumlah rintangan besar. Walau di atas kertas para perwakilan Duma punya “privilese parlementer” tetapi dalam praktik mereka bisa ditangkap kapanpun. Bahkan dalam Duma kaum Sosial Demokrat dihadapkan dengan berbagai macam rintangan.
Kendati demikian, berbagai isu penting didiskusikan di Duma, yang lalu menuntut respons konkret dari para perwakilan buruh dalam parlemen: anggaran negara, hak tentara, subsidi Gereja, kondisi kehidupan buruh, dan di atas segalanya, masalah agraria. Ini menyediakan medan luas untuk mengembangkan agitasi dan propaganda massa. Apa yang tidak bisa dikatakan di Duma lalu disuplemen dengan penerbitan ilegal Partai di luar. Kerja legal dikombinasikan dengan kerja ilegal. Ini adalah satu-satunya cara untuk menjaga prinsip revolusioner Partai, sembari mempertahankan hubungan dekat dengan massa. Pidato-pidato agitasi yang terutama baik dari para perwakilan Sosial Demokrat dicetak dan disebarkan di antara buruh. Misalnya pidatonya Surkov yang menentang subsidi Gereja, yang dipuji oleh Lenin dan diakhiri dengan kata-kata ini:
“Pelayan publik yang berjubah adalah musuh seperti halnya pelayan publik yang berseragam. … Jangan berikan sepeserpun uang rakyat pada musuh-musuh rakyat ini, orang-orang yang mengaburkan kesadaran rakyat.”
Lenin terutama sangat puas karena pidato ini menghancurkan sepenuhnya mitos pembangun-tuhan bahwa “agama adalah masalah pribadi.” Pada debat anggaran 1909, fraksi Sosial Demokratik mengekspos penggelapan uang dimana sejumlah besar uang buruh digunakan untuk membayar hutang Tsar. Di semua isu seperti ini, kaum revolusioner dalam Duma tanpa belas kasihan mengekspos kejahatan yang dilakukan oleh kaum tuan tanah, kapitalis dan autokrasi, dengan memulai dari problem-problem konkret yang secara langsung mempengaruhi kehidupan rakyat. Pada saat yang sama mereka juga mengekspos keterbatasan Duma itu sendiri.
“Kaum proletariat, tentu saja, tidak mengharapkan solusi untuk masalah buruh dari Duma Ketiga,” kata Polovsky ketika menutup debat mengenai upah buruh.[21]
Kerja di Duma memberi Partai kesempatan untuk berbicara pada kaum tani, dengan cara yang sebelumnya tidak dimungkinkan oleh agitasi dan propaganda seperti biasanya. Dengan terlibat dalam debat parlementer mengenai masalah agraria, mengajukan kesepakatan dengan para perwakilan borjuis kecil revolusioner (kaum Trudovik), dan menuntut solusi yang paling radikal untuk masalah agraria, kaum Sosial Demokrat menghantarkan pukulan keras ke autokrasi.
Fraksi Sosial Demokratik mengajukan 50 pertanyaan untuk berbagai macam isu. Mereka juga mengajukan RUU mereka sendiri, yang mengekspresikan dalam bentuk yang konkret dan ringkas tuntutan-tuntutan dari program partai. Semua ini adalah tambahan yang berharga bagi kerja Partai. Tetapi yang jauh lebih penting daripada pidato-pidato mereka di gedung parlemen adalah aktivitas mereka di luar Duma. Di sini ada konflik terbuka dengan kaum Likuidator, yang menggunakan mayoritas mereka untuk menentang aktivitas semacam ini. Pada Desember 1907, kaum Likuidator meloloskan sebuah resolusi yang menyatakan bahwa perwakilan Sosial Demokratik “tidak wajib” berpartisipasi dalam aktivitas ekstra-parlementer, dan ini terserah tiap-tiap individu. Anggota parlemen Bolshevik secara reguler mengunjungi pabrik-pabrik di distrik mereka, untuk memahami problem-problem buruh secara langsung, menulis untuk koran partai, dan bahkan menghadiri pertemuan-pertemuan ilegal buruh. Mereka memberikan laporan balik mengenai aktivitas mereka ke para pemilih mereka. Dengan demikian aktivitas di Duma adalah sebuah proses dua-arah, dialog aktif dengan rakyat dimana metode legal dan ilegal dikombinasikan untuk mempertahankan hubungan erat antara anggota parlemen dan kelas buruh.
Para perwakilan buruh juga menjaga korespondensi yang ekstensif dengan 54 wilayah Rusia, terutama dengan membalas surat-surat dari buruh dan tani, dan juga tapol, kaum eksil dan intelektual. Dengan demikian suara kaum tertindas dapat menemukan gaungnya di “gedung suci” parlemen. Para perwakilan Bolshevik juga sangat memperhatikan kondisi kerja dan kehidupan massa, yang telah menderita penindasan yang brutal selama periode reaksi. Badayev mengutip satu contoh:
“Galangan kapal Baltik ada di bawah kontrol Kementerian Angkatan Laut. Kondisi kerja di sana sangatlah tidak tertanggungkan, seperti halnya di pabrik-pabrik Kementerian Perang. Buruh digaji 12 sampai 18 kopek per jam, lembur sudah biasa dan ini berarti jam kerja berlipat dua. Pabrik sangatlah tidak sehat, lembap, berangin, berasap, dan sangatlah dingin kala musim dingin. Buruh harus bekerja dalam posisi canggung dan berdesak-desakan. Tujuh atau delapan tahun bekerja di sana sudah cukup untuk membuat seorang jadi barang rongsokan.”[22]
Para anggota parlemen buruh menerima banyak surat dari buruh. Sering kali surat ini menceritakan kondisi brutal yang dialami rakyat, seperti yang dialami oleh sekelompok buruh di Urals, yang diterbitkan di koran Novy Den pada 7 September 1909, yang intinya adalah: “Kami tidak bisa terus hidup seperti ini.” Pesan-pesan semacam ini mengungkapkan arus kekecewaan di bawah permukaan yang semakin hari semakin deras, yang menemukan suaranya lewat fraksi Sosial Demokratik di Duma. Kaum Sosial Demokrat revolusioner di Duma yang reaksioner ini, yang bertujuan menjadi “tribune rakyat”, dan, kendati semua masalah dan kekurangannya, pada kenyataannya mampu menuai sejumlah pencapaian.
Taktik di Duma
Taktik utama kaum Bolshevik di Duma adalah menggunakannya sebagai tribune untuk mengutuk dan mengekspos kejahatan-kejahatan kaum tuan tanah dan kapitalis serta rejim mereka. Tetapi mereka juga harus menguasai seluk beluk prosedur parlemen supaya bisa mengintervensi seefektif mungkin. Umumnya kaum Bolshevik tidak akan mendukung proposal apapun yang diajukan oleh kaum liberal, karena tugas mereka adalah mengekspos kemunafikan “sahabat rakyat” ini. Akan tetapi, kadang-kadang mereka dihadapi dengan keputusan taktis yang rumit: apakah diperbolehkan mendukung RUU yang mengandung kebijakan yang dapat menolong rakyat pekerja? Dalam kasus demikian, biasanya diperbolehkan mendukung hanya bagian RUU yang dapat memberikan perbaikan sejati bagi buruh. Bila tidak, mereka akan menentangnya. Dalam kasus dimana kebijakan “progresif” dari kaum liberal ini banyak tanda tanya, mereka harus abstain. Ini satu contoh penerapan taktik yang fleksibel. Bila kaum Bolshevik tidak mempertimbangkan ini, dan menentang setiap proposal dari kaum liberal secara prinsipil, ini akan mengubah Partai menjadi sebuah sekte.
Pengaruh luas kaum Bolshevik di antara buruh dapat dibuktikan dengan membandingkan jumlah perwakilan yang dipilih oleh curia buruh pada Duma Keempat dengan Duma sebelumnya. Di Duma Kedua, 12 Menshevik dan 11 Bolshevik terpilih; pada Duma Ketiga kedua faksi memiliki jumlah perwakilan yang sama; dan pada Duma Keempat, hanya enam perwakilan yang terpilih, dan semuanya adalah Bolshevik.
Pada Duma Kedua, yang bersamaan dengan Kongres PBSDR di London, mayoritas partai jelas adalah Bolshevik; dan pada Duma Keempat tidak diragukan lagi kalau kaum Bolshevik didukung oleh tiga-perempat buruh revolusioner.[23]
Ada seribu satu hambatan prosedural yang dirancang untuk mencegah kaum Sosial Demokrat dari menggunakan Duma untuk tujuan revolusioner. Halangan utama adalah hak interpelasi (hak untuk meminta keterangan mengenai kebijakan pemerintah) hanya bisa diajukan kalau mendapat tanda tangan dari 33 anggota Duma. Tanda tangan fraksi Sosial Demokratik hanya 14. Bahkan bila bergabung dengan 10 anggota Trudovik, ini tidak cukup. Di sini kita dihadapi dengan satu kasus konkret dimana kesepakatan episodik dengan partai-partai lain menjadi perlu dan diperbolehkan. Guna mengajukan interpelasi, kaum Sosial Demokrat harus “meminjam” tanda tangan dari partai Kadet atau Progresif.
Badayev mengingat:
“Relasi antar partai dalam parlemen adalah sedemikian rupa sehingga anggota Kadet atau Progresif secara perorangan kadang-kadang memberikan tanda tangan mereka pada interpelasi kami. Tetapi ini jarang sekali terjadi, dan lebih sering mereka menolak membantu kami.”[24]
Guna mengakali halangan-halangan ini, mereka harus menggunakan trik dan tipu daya untuk “membengkokkan aturan” prosedur parlemen. Mereka akan memberi pidato panjang yang mengutuk penindasan ini atau itu, dan lalu mengakhirinya dengan pertanyaan “Apakah bapak menteri menyadari ini dan langkah-langkah apa yang akan dia ambil?” Kalimat penutup dari setiap interpelasi ini tentu saja tidak masuk akal, karena para perwakilan buruh memahami sepenuhnya kalau setiap penindasan yang dilakukan polisi mendapat izin dan perintah dari para menteri Tsaris, dan mereka juga tahu sejak awal kalau para menteri ini tidak akan melakukan apapun. Kaum Bolshevik juga tidak mengharapkan balasan dari rejim. Satu-satunya tujuan interpelasi ini adalah untuk mengekspos rejim Tsaris yang autokrat dan parlemen palsunya di hadapan seluruh kelas buruh dan mengundang massa untuk menarik kesimpulan yang diperlukan. Dengan cara demikian, fraksi Duma dapat memainkan peran sebagai tribune revolusioner yang sejati bagi rakyat, dengan mengatasi sensor dan membawa pesan partai ke jutaan rakyat yang sebelumnya tidak punya akses ke gagasan-gagasan sosialis.
Bahkan bila mereka berhasil mengajukan interpelasi, rejim menggunakan metode-metode lain untuk membatasi aktivitas kaum Sosial Demokrat dalam Duma. “Ketua Duma dengan seksama mengikuti pidato kami, mencoba mengantisipasi dan mencegah topik-topik yang di luar agenda; sementara kami tidak menggubris seruannya untuk mengikuti aturan dan melanjutkan pidato kami dan mengatakan apa yang kami anggap harus dikatakan. Kebanyakan ini berujung dengan Rodzyanko atau wakil ketuanya habis kesabarannya dan menghentikan pidato para perwakilan buruh di tengah-tengah,” tulis Badayev.[25] Dan akhirnya, bahkan bila interpelasi ini sudah diajukan, rejim tidak akan melakukan apapun mengenai ini:
“Walaupun interpelasi ini diterima oleh Duma, nasibnya sama dengan interpelasi lainnya yang diajukan oleh fraksi kami. Setelah menerima interpelasi, kementerian yang terkait akan menggerakkan mesin birokrasinya, “meluncurkan investigasi,” “menunggu laporan.” dsb. Interpelasi ini lalu menumpuk di meja dan dipenuhi debu, dan hanya setelah isu yang diangkat oleh interpelasi ini sudah tidak lagi urgen baru menteri yang terkait memenuhi tugasnya dan memberikan ‘penjelasannya.’”[26]
Inilah metode parlementerisme borjuis sejak jaman baheula, yang tidak berubah banyak sampai hari ini, bahkan dalam parlemen yang paling “demokratik” sekalipun.
Kendati semua kesulitan ini, kaum Bolshevik berhasil menguasai medan perjuangan yang asing ini dan menggunakannya secara efektif untuk memajukan perjuangan buruh. Kunci bagaimana menggunakan parlemen secara revolusioner adalah dengan setiap saat menghubungkan kerja fraksi parlementer dengan gerakan di luar parlementer. Para perwakilan Bolshevik di Duma menjaga kontak dekat dengan buruh di luar Duma, “blusukan” ke kampung-kampung buruh di seluruh Rusia, berbicara di rapat-rapat buruh di pabrik, mengedit selebaran dan proklamasi, dan memperhatikan secara dekat keluhan-keluhan buruh. Badayev mengingat bagaimana dia membalas surat-surat dari buruh:
“Setiap hari saya menerima banyak korespondensi tidak hanya dari St. Petersburg tetapi juga dari kota-kota lain, dan banyak buruh datang ingin menemui saya. Supaya konsultasi dengan massa ini terus berlanjut, saya menerbitkan di Pravda jam “berkunjung” saya di rumah. Beberapa dari pengunjung yang banyak ini datang atas nama berbagai organisasi, sementara yang lainnya datang dalam kapasitas pribadi.”
“Perbincangan dan surat-surat ini menyentuh semua aspek kehidupan buruh. Saya terus dikabari mengenai kerja serikat buruh serta represi yang mengunjungi mereka, mengenai pemogokan, lockout, pengangguran, dan kasus penindasan oleh polisi. Saya diminta untuk membantu mereka-mereka yang ditangkap, dan menerima banyak surat dari kaum eksil, yang meminta saya untuk mengorganisir bantuan finans dan materi untuk mereka. Di antara mereka yang datang untuk masalah pribadi, beberapa bahkan meminta bantuan untuk dicarikan pekerjaan. Sering kali pengunjung datang untuk berbicara mengenai Duma dan kerja kami di sana, dan menyampaikan aspirasi mereka serta memberi saran.”
“Saya harus menjawab semua surat dengan segera dan membalas permintaan mereka. Dalam sejumlah kasus saya harus memulai sebuah petisi dan melakukan negosiasi dengan sejumlah instansi pemerintah. Semua ini menyita banyak waktu dan hari saya penuh bahkan sebelum Duma dibuka.”[27]
Sejak awal jelas kalau Duma ini [Duma Keempat] berlangsung di bawah atmosfer yang sangatlah berbeda dibanding dengan Duma-duma sebelumnya. Pada hari pembukaannya gelombang besar pemogokan menyapu Rusia. Badayev mengingat peristiwa di Petersburg:
“Sekitar jam 3 sore, sekumpulan massa buruh dan pelajar turun di Jalan Kirochnaya. Menyanyikan lagu-lagu revolusioner, dan mengibarkan bendera merah, seukuran sapu tangan, dengan tulisan ‘Tumbangkan Autokrasi,’ mereka turun ke Jalan Liteyny dan lalu ke Jalan Nevsky. Di sudut Jalan Liteyny, Basseynaya, dan Simeonovskaya, polisi membubarkan para demonstran, memunguti bendera dari pinggir jalan yang dilalui massa dan menangkapi orang-orang yang mengibarkan bendera.”[28]
Kebangkitan Revolusioner
Pemilu Duma Keempat dilaksanakan di tengah kebangkitan revolusioner yang masif. Inilah alasan kesuksesan kaum Bolshevik. Selama tahun 1912 ada lebih dari 3000 pemogokan, dengan partisipasi 1.463.000 buruh, dan 1.100.000 darinya terlibat dalam pemogokan politik. Pada 1913, sekitar 2 juta buruh mogok, dan 1.272.000 darinya terlibat dalam pemogokan politik, dimana kaum Bolshevik acap kali memainkan peran kepemimpinan. Ada pemberontakan di antara tentara dan kelasi. Taktik kaum Bolshevik didasarkan pada perspektif kebangkitan revolusioner yang baru. Kita dapat melihat sekilas taktik kaum Bolshevik, yang mengintervensi setiap pemogokan dan lockout, lewat kutipan di bawah:
“Diputuskan bahwa semua buruh yang kena lockout (penutupan pabrik) harus menjaga komunikasi, bahwa seruan bantuan solidaritas harus diluncurkan ke semua buruh St. Petersburg, bahwa miras harus diperangi selama lockout, dan bahwa badan-badan pendidikan buruh harus diminta untuk mengorganisasi kelas-kelas gratis, dsb. Tidak boleh ada seorangpun yang mendekati gerbang pabrik untuk memohon pekerjaannya kembali untuk dirinya sendiri atau atas nama sekelompok buruh. Bila pabrik dibuka kembali, tidak ada seorangpun buruh yang boleh kembali bekerja kecuali kalau semuanya dipekerjakan kembali.”[29]
Kita akan kesulitan memahami posisi organisasional Lenin secara terisolasi dari masalah politik. Perpecahan yang tak terelakkan ini didikte sepenuhnya oleh logika situasi. Waktu untuk berdiplomasi dan usaha sia-sia untuk menyatukan tendensi-tendensi yang telah terbukti tak terdamaikan sudah lama lewat. Sekarang sudah benar-benar waktunya bagi partai revolusioner untuk “berdiri tegak” sebelum momen kritis dalam gerakan tiba. Tidak boleh lagi membuang-buang waktu. Selama kampanye pemilihan Duma, di hadapan massa buruh dalam rapat-rapat akbar kaum Bolshevik punya peluang mengedepankan garis politik mereka dan menguji respons massa. Respons massa sangatlah mendukung. Instruksi-instruksi ke fraksi Duma Sosial Demokratik, yang ditanda tangani oleh ribuan buruh, jelas mengandung garis Bolshevik:
“Tuntutan-tuntutan rakyat Rusia yang diajukan oleh gerakan 1905 masih belum dipenuhi.”
“Berkembangnya reaksi dan ‘perubahan rejim’ tidak hanya tidak memenuhi tuntutan-tuntutan ini, tetapi, sebaliknya, membuat mereka semakin mendesak.”
“Buruh dirampas haknya untuk mogok – tidak ada jaminan kalau mereka tidak akan dipecat kalau melakukan mogok; Buruh tidak punya hak untuk berserikat dan berkumpul – tidak ada jaminan kalau mereka tidak akan ditangkap kalau melakukan ini; mereka bahkan tidak punya hak untuk dipilih di Duma, karena mereka akan ‘didiskualifikasi’ atau diasingkan bila mereka maju dalam pemilu, seperti yang dialami oleh buruh dari pabrik Putilov dan galangan kapal Nevsky yang ‘didiskualifikasi’ beberapa hari yang lalu.”
“Selain itu puluhan juta kaum tani kelaparan, yang nasibnya ada di tangan kaum tuan tanah dan kepala polisi daerah.”
“Semua ini menunjukkan keharusan memenuhi tuntutan-tuntutan gerakan 1905. Situasi kehidupan ekonomi di Rusia, dengan gejala-gejala krisis industri yang semakin mendekat dan kemiskinan yang semakin meluas di antara lapisan luas kaum tani, semua ini menunjukkan urgensi dari realisasi tujuan-tujuan gerakan 1905.”
“Oleh karenanya kami berpendapat bawah Rusia ada di tepi gerakan massa, yang kemungkinan akan lebih besar daripada 1905. Ini ditunjukkan oleh peristiwa Lewa, oleh pemogokan-pemogokan yang memprotes ‘diskualifikasi,’ dsb.”
“Seperti halnya pada 1905, kelas proletariat Rusia, yakni kelas yang paling maju di Rusia, akan sekali lagi memainkan peran pelopor gerakan.”
“Satu-satunya sekutu proletariat adalah kaum tani yang telah lama menderita, yang punya kepentingan vital membebaskan Rusia dari feodalisme.”
“Perjuangan dalam dua front – melawan tatanan feodal dan kaum borjuasi Liberal yang mencari persekutuan dengan kekuatan-kekuatan lama – inilah bentuk aksi selanjutnya yang harus diadopsi oleh rakyat.”
“Tetapi agar kelas buruh dapat memainkan peran kepemimpinan dalam gerakan rakyat, ia harus terlebih dahulu dipersenjatai dengan kesadaran akan kepentingan kelasnya dan dengan organisasi yang lebih mapan.”
“Tribune Duma, di bawah kondisi hari ini, adalah salah satu cara terbaik untuk mencerahkan dan mengorganisasi massa luas proletariat.”[30]
Pendeknya, Lenin terus menjaga kontak dengan Rusia. Para pemimpin partai dan aktivis mengunjungi Krakow untuk berdiskusi dengan Lenin, yang terus menjaga korespondensi dekat dengan interior Rusia, dengan bantuan dari Krupskaya yang selalu efisien dan tak kenal lelah. Kadang-kadang pertemuan-pertemuan formal digelar, dimana taktik dan program partai diulas. Salah satu pertemuan ini adalah konferensi Krakow yang diselenggarakan dari 28 Desember, 1912 sampai 1 Januari, 1913. Untuk kerahasiaan, konferensi ini disebut konferensi Februari, dan di pers dan literatur partai disebut demikian. Lenin memimpin konferensi ini dan selain para perwakilan Duma juga hadir: Nadezhda Konstantinovna Krupskaya, G. Zinoviev, A. Troyanovsky, Valentina Nikolayevna Lobova, E. Rozmirovich, dan beberapa kamerad lainnya, perwakilan-perwakilan dari sentra-sentra buruh. Dari antara perwakilan Duma, Petrovsky, Malinovsky, Shagov, dan Badayev hadir.
Setahun setelah konferensi Praha kita telah saksikan perkembangan masif gerakan revolusioner, dengan pemogokan politik dan ekonomi, demo-demo massa, dan pembentukan serta konsolidasi koran buruh. Perpecahan antara sayap revolusioner dan sayap reformis Sosial Demokrasi sudah final. Dominasi tendensi Likuidasionis di antara kaum Menshevik membuat perpecahan ini tak terelakkan. Perpecahan antara Bolshevik dan Menshevik menyebar ke seluruh gerakan buruh, dan di mana-mana tendensi revolusioner menguat – sebuah fakta yang digarisbawahi oleh kemenangan telak kaum Bolshevik dalam electoral college (dewan elektor) buruh selama pemilihan Duma. Pencapaian-pencapaian ini dicatat dengan baik dalam konferensi Krakow:
“1. Konferensi [Krakow] mencatat bahwa, kendati persekusi hebat dan intervensi pemerintah dalam pemilu, kendati adanya blok Black-Hundred-Liberal yang dibentuk di banyak distrik untuk mengalahkan kaum Sosial Demokrat, Partai Buruh Sosial Demokrasi Rusia meraih kemenangan-kemenangan besar dalam pemilu Duma ke-4. Hampir di mana-mana ada peningkatan jumlah suara yang diraih oleh kaum Sosial Demokrat di electoral college kota kedua, yang direbut dari tangan kaum Liberal. Di electoral college buruh, yang paling penting bagi partai kita, PBSDR meraih mayoritas penuh. Dengan hanya memilih kaum Bolshevik sebagai perwakilan dari electoral college buruh, kelas buruh telah secara bulat menyatakan kesetiaannya yang tak tergoyahkan pada PBSDR lama dan tradisi revolusionernya.”
“2. Konferensi Krakow menyambut hangat kerja energetik para perwakilan Sosial Demokratik di Duma Keempat, seperti yang tercermin dalam ajuan interpelasi dan dalam deklarasi yang, secara utama, menjabarkan secara tepat prinsip-prinsip Sosial Demokrasi.”
“3. Mengakui, sesuai dengan tradisi partai, bahwa satu-satunya kebijakan yang tepat adalah kepatuhan fraksi Sosial Demokrat dalam Duma pada partai secara keseluruhan, yang diwakili oleh organisasi pusatnya, maka Konferensi menyatakan bahwa, untuk pendidikan politik kelas buruh dan untuk memastikan terjaganya kebijakan partai yang tepat, kita harus mengikuti setiap langkah yang diambil oleh fraksi dan dengan demikian menjaga kontrol partai terhadap kerja fraksi.”[31]
Dalam bukunya, untuk alasan yang cukup jelas, Badayev tidak menjelaskan signifikansi utama dari resolusi ini, yang terkandung dalam kalimat terakhir. Tujuan utama Konferensi Krakow adalah untuk mendisiplinkan para perwakilan Bolshevik di Duma, dan mengakhiri konsiliasionisme dan kebimbangan mereka. Aktivitas para perwakilan Duma akan ada di bawah kontrol ketat badan-badan kepemimpinan partai. Mereka diinstruksikan untuk mengakhiri kolaborasi mereka dengan dewan redaksi koran kaum Likuidator, Luch, pada akhir Januari 1913. Untuk memisahkan para perwakilan Bolshevik dari kaum Menshevik, konferensi ini meloloskan sebuah resolusi yang menyatakan:
“Satu-satunya tipe organisasi yang sejati dalam periode sekarang ini adalah sebuah partai ilegal yang terdiri dari nukleus-nukleus, dan tiap-tiap nukleus ini dikelilingi oleh sebuah jaringan organisasi legal dan semi-legal. Nukleus-nukleus ilegal ini harus secara organisasional beradaptasi pada kondisi-kondisi lokal sehari-hari.”
Tugas utamanya adalah membangun komite-komite partai ilegal di pabrik-parik, dengan satu organisasi pemimpin di tiap pusat. Badayev menulis:
“Konferensi mengakui bahwa tipe organisasi terbaik adalah seperti yang ada di St. Petersburg. Komite St. Petersburg terdiri dari para perwakilan yang dipilih oleh distrik-distrik dan anggota yang ditunjuk, yang menghasilkan sebuah organisasi yang sangat lentur, yang berhubungan dekat dengan pusat, dan pada saat yang sama tersembunyi dari polisi rahasia. Juga direkomendasikan agar pusat-pusat regional diorganisir dan kontak dipertahankan dengan kelompok-kelompok lokal di satu pihak dan komite pusat di pihak lain dengan sistem delegasi. Resolusi mengenai organisasi ini membangun sebuah sistem organisasi yang harmonis yang tersatukan erat dari bawah hingga atas.”[32]
Namun kendati semua desakan dari Lenin, mayoritas fraksi Bolshevik dengan keras kepala menolak pecah dari fraksi Menshevik dalam Duma, dan mereka terus membina relasi bersahabat dengan mereka. Ini membuat Lenin kecewa, terutama selama paruh pertama tahun 1913. Guna memastikan agar para perwakilan Duma tidak terpisah dari buruh, Lenin menekankan agar mereka terlibat dalam kerja koran Pravda. “Atas rekomendasi dari kamerad Lenin sendiri,” ingat Badayev, “saya ditugaskan untuk menerbitkan Pravda. Lenin memberitahu saya bahwa sebagai perwakilan untuk St. Petersburg, sebagai perwakilan buruh St. Petersburg, saya harus mengemban tugas ini. Pravda tidak hanya memiliki tujuan pendidikan dan propaganda, tetapi juga adalah pusat organisasi yang penting. Dia menekankan bahwa tugas saya adalah bekerja di sana.”[33]
Juga jelas ada sejumlah perdebatan tajam antara Lenin dan Stalin mengenai sikap dewan redaksi Pravda. Krupskaya, yang buku memoarnya mengenai Lenin diterbitkan di Uni Soviet di bawah Stalin, terpaksa menceritakan episode ini dengan hati-hati, kendati demikian mengungkapkan bagaimana relasi antar kedua orang ini sangatlah tegang. Di pertemuan ini Sverdlov ditunjuk sebagai redaktur Pravda dan dikooptasi ke Komite Pusat. Langkah ini berarti penurunan pangkat bagi Stalin. Akan tetapi Sverdlov tertangkap pada 10 Februari, 1913. Stalin sekali lagi diberi tanggung jawab mengurusi Pravda, tetapi dia juga tertangkap, tetapi tidak sebelum menentang Lenin dan para pemimpin eksil lainnya. Kendati semua yang telah diputuskan di pertemuan Krakow, Pravda terus menentang perpecahan dengan Menshevik di Duma. Pada November 1912, Pravda dengan terbuka menyatakan bahwa “kedua fraksi ini harus bersatu.” Pada Februari, tidak lama sebelum dia ditangkap, Stalin menulis sebuah artikel di Pravda, yang mendorong buruh untuk menentang usaha untuk memecah fraksi “darimanapun usaha ini datang” – sebuah insinuasi yang jelas diarahkan ke Lenin.[34]
‘Massa Kini Telah Tumbuh Dewasa’
Sementara peristiwa-peristiwa bergulir dengan cepat. Perjuangan jelas meluncur dengan kecepatan yang semakin tinggi. Di seluruh Rusia, selama 1913 sekitar 1 juta buruh terlibat dalam pemogokan, dan dari jumlah ini lebih dari setengah juta terlibat dalam pemogokan politik. Pada musim panas 1913 Rusia ada dalam krisis politik yang dalam. Di pertemuan Partai di Galicia Polandia (saat itu di bawah kekuasaan Austria), perspektif revolusi yang baru ada di agenda. “Masalah revolusi yang baru adalah yang terutama dalam kehidupan politik bangsa hari ini.”[35] Dalam konteks radikalisasi yang meluas ini, pengaruh Menshevik menukik tajam. Kaum Bolshevik dengan cepat menjadi kekuatan dominan dalam kelas buruh yang terorganisir. Badayev melaporkan: “Kerja partai telah menguat, meluas dan terkonsolidasi; kelompok-kelompok baru terbentuk dan yang lama tumbuh lebih besar dan lebih efektif.”[36] Mengingat bagaimana keanggotaan partai dihitung, sulit mengatakan berapa tepatnya anggota Bolshevik saat itu. Bahkan Lenin sendiri tidak tahu, seperti yang ditunjukkan oleh kutipan di bawah yang ditulis pada September 1913:
“Keanggotaan partai 150 ribu pada 1907 (menurut estimasi yang disetujui oleh Kongres London). Sekarang, kita tidak tahu berapa … Mungkin jauh lebih sedikit, tetapi 30 atau 50 ribu. Mustahil tahu persisnya berapa … Partai adalah lapisan kelas yang sadar dan maju, barisan pelopornya. Kekuatan pelopor ini sepuluh atau seratus kali lebih kuat daripada jumlah numeriknya. Bisakah kekuatan seratus orang lebih besar daripada seribu orang? Ya, bisa, ketika seratus orang itu terorganisir. Organisasi meningkatkan kekuatanmu sepuluh kali lipat.”[37]
Sekarang menjadi urgen untuk menyelesaikan semua percekcokan yang ada secepat mungkin. Sebuah konferensi yang baru digelar, kali ini di Poronino, sebuah desa tidak jauh dari Krakow, dimana Lenin dan beberapa anggota Komite Pusat lainnya singgah. Untuk mengelabui polisi, konferensi ini disebut konferensi Agustus, walaupun sebenarnya berlangsung pada akhir September 1913. 25 sampai 30 perwakilan dari organisasi-organisasi partai yang lebih besar hadir. Selain Lenin, Zinoviev dan Krupskaya, yang bermukim di Galicia, Kamenev, Shotman, Inessa Armand, Troyanovsky, Rozmirovich, Hanyecki dan aktivis-aktivis partai lainnya juga hadir, begitu juga para perwakilan Bolshevik di Duma kecuali Samoilov, yang sakit. Di konferensi Poronino, sebuah resolusi mengenai pers partai disahkan, yang menandai arah baru:
“1. Konferensi [Poronino] mengakui betapa pentingnya pers legal untuk keperluan agitasi dan organisasi Sosial Demokratik dan oleh karenanya menyerukan kepada semua organisasi partai dan buruh sadar-kelas untuk memberikan dukungan penuhnya dengan mendistribusikan koran seluas mungkin, dengan mengorganisir langganan kolektif massa dan dengan pembayaran iuran reguler. Konferensi sekali lagi menekankan kalau iuran ini adalah iuran keanggotaan partai.”
“2. Perhatian khusus harus diberikan untuk memperkuat koran buruh legal di Moskow dan mempercepat penerbitan koran di daerah selatan.”
“3. Konferensi mendorong kerja sama erat antar koran-koran legal yang sudah ada dengan cara pertukaran informasi, penyelenggaraan konferensi, dsb.”
“4. Mengenali pentingnya dan keharusan menerbitkan organ teori Marxis, konferensi mendorong koran-koran partai dan serikat buruh untuk mempromosikan jurnal Prosveshtchenye (Pencerahan) kepada buruh, dan menyerukan kepada mereka untuk berlangganan jurnal ini dan menyokongnya secara sistematis.”
“5. Konferensi mengingatkan organisasi-organisasi penerbitan partai akan perlunya penyebaran lebih luas pamflet-pamflet populer untuk agitasi dan propaganda.”
“6. Mempertimbangkan perkembangan gerakan revolusioner baru-baru ini dan pentingnya menganalisisnya secara menyeluruh, secara utuh yang tidak mungkin dilakukan di pers legal, konferensi memberi perhatian khusus akan perlunya memperluas kerja penerbitan ilegal kita dan merekomendasikan, selain pamflet dan selebaran ilegal, agar koran sentral partai yang ilegal juga diterbitkan secara berkala dan lebih sering.”[38]
Pengaruh kaum Bolshevik tumbuh lebih pesat daripada jumlah keanggotaan Partai. Krupskaya menulis di sebuah surat bahwa:
“Saat konferensi laporan-laporan dari daerah sangatlah menarik. Semua mengatakan bahwa massa sekarang telah tumbuh dewasa … Selama pemilu menjadi jelas kalau di mana-mana ada banyak organisasi-organisasi buruh yang spontan terbangun … Mayoritas dari mereka tidak terhubung dengan Partai, tetapi dalam semangat mereka sehati dengan Partai.”[39]
Dalam situasi yang baru ini, dengan sejumlah besar buruh segar yang masuk ke dalam orbit partai, perlu secara drastis mengubah metode perekrutan, untuk membuka pintu bagi buruh. Di sini sekali lagi kita lihat bagaimana fleksibelnya Lenin dalam perihal organisasi. Partai, bagaimanapun juga, adalah sebuah organisme hidup yang akan berubah dan beradaptasi pada situasi yang berubah. Oleh karenanya Lenin yang sama, yang pada 1903 menentang usaha Martov untuk mencairkan partai dengan mengaburkan perbedaan antara anggota dan simpatisan, sekarang mengajukan pendekatan yang sepenuhnya berbeda, dimana setiap pembaca reguler koran Pravda harus dianggap sebagai anggota (uang yang dibayar secara reguler ke Pravda harus dilihat sama seperti “iuran keanggotaan partai”). Pada kenyataannya tidak adan kontradiksi di antara kedua posisi ini. Mereka hanya merefleksikan perubahan dalam situasi objektif, dari sebuah partai yang relatif kecil, yang embrionik, yang oleh karenanya harus memiliki karakter sebuah partai kader, menjadi sebuah partai buruh massa.
Perpecahan di Kelompok Duma
Seluruh situasi yang ada mengekspos kontradiksi mencolok di dalam fraksi Sosial Demokrat di Duma, dimana kaum Menshevik menggunakan mayoritas satu mereka untuk mendominasi aktivitas fraksi Duma dan merintangi intervensi para perwakilan Bolshevik, sebuah situasi yang harus diterima oleh kaum Bolshevik atas nama persatuan. Lenin sangatlah kritis terhadap fraksi Bolshevik di Duma yang terus menunda untuk pecah dari tujuh perwakilan Menshevik di Duma. “Kampanye melawan tujuh [perwakilan Menshevik di Duma] dimulai dengan baik,” tulis Lenin, “tetapi sekarang kampanye ini dijalankan dengan keteguhan yang tidak memadai.”[40] Karena pertemuan Krakow gagal menghasilkan solusi yang definitif, kali ini perlunya pecah dari fraksi Menshevik di Duma diajukan dengan tegas dan pasti. Di pertemuan Komite Pusat pada bulan Juli, keenam perwakilan Bolshevik di Duma secara efektif dikecam, walau dalam pertemuan tersebut hanya Malinovsky yang hadir dari fraksi Duma. Kali ini tidak ada lagi alasan. Cara bagaimana masalah perpecahan ini didekati sangatlah penting. Buruh harus memahami alasan perpecahan ini, dan seluruh tanggung jawab atas perpecahan ini harus diletakkan di depan pintu Menshevik. Badayev mencoba menyajikan tindak tanduk para perwakilan Bolshevik sebaik mungkin, tetapi jelas kalau mereka hanya mengambil keputusan untuk pecah dengan Menshevik karena ditekan dan ini pun dilakukan dengan sangat enggan. Ini yang diakui oleh Badayev:
“Tentu saja jelas bagi kami semua saat itu bahwa waktunya sudah tiba untuk pecah sepenuhnya dengan Menshevik. Tetapi keinginan menjaga persatuan Partai Sosial Demokratik dengan satu cara atau lain cara masih kuat di antara massa buruh luas. Umumnya massa luas tidak tahu menahu apa yang tengah berlangsung dalam organisasi partai, dalam komite atau nukleus bawah tanah kami, karena adanya rejim polisi yang ketat pada saat itu di Rusia. Tetapi fraksi Duma beroperasi secara publik; setiap buruh tidak hanya di St. Petersburg, tetapi bahkan di sudut-sudut terpencil Rusia, tahu akan keberadaannya dan aktivitasnya. Ketika massa luas berbicara mengenai persatuan partai, mereka membayangkan fraksi Duma kami.”[41]
Kaum Bolshevik mengorganisir petisi untuk memobilisasi sebanyak mungkin dukungan untuk perwakilan Duma mereka. Hasilnya luar biasa.
Pada November 1, dalam waktu 2 minggu saja, Pravda dan fraksi Bolshevik menerima lebih dari delapan resolusi dukungan dengan 5.000 tanda tangan. Pada periode yang sama Menshevik hanya dapat mengumpulkan 3.500 tanda tangan. Dan bahkan perbedaan ini terus melebar, karena dalam minggu-minggu pertama Menshevik telah menghabiskan sumber daya mereka, dan setiap hari jumlah resolusi yang diperolehnya terus menurus, sementara jumlah resolusi mendukung “enam perwakilan Bolshevik” terus bertambah. Selama satu bulan selanjutnya, dukungan untuk Bolshevik terus menguat; arus masuknya resolusi-resolusi pro-Menshevik dari daerah mengering, sementara untuk Bolshevik baru saja dimulai. Pada 1 Desember, menjadi jelas kalau kaum Bolshevik memiliki dua setengah kali lipat lebih banyak pendukung di antara kaum buruh Rusia dibandingkan Menshevik. Kesimpulan yang sama juga jelas dari jumlah uang yang dikumpulkan dari buruh. Kaum Menshevik hanya dapat menggalang sekitar 150 rubel dari setiap 1000 rubel yang diperoleh oleh Bolshevik.
Kendati fakta bahwa kaum Bolshevik kali ini telah meraih dukungan lapisan penting kelas buruh, mood konsiliasi masih menjangkiti sejumlah orang, seperti yang diakui sendiri oleh Badayev:
“Beberapa lingkaran Sosial Demokratik di luar negeri tidak memahami watak dan arti perpecahan dalam fraksi Duma, dan mereka masih menggantung di antara kedua fraksi ini, bergerak dari Bolshevisme ke Menshevisme, dan sebaliknya. Kelompok terbesar dari kedua kelompok ini, Vperyod, mengira kalau perpecahan ini disebabkan oleh ‘absennya satu pusat kepemimpinan partai yang tunggal, yang mendapat kepercayaan dari mayoritas anggota partai.’ Para pendukung Vperyod mengakui bahwa tuntutan-tuntutan dari ‘enam perwakilan Bolshevik’ adalah benar adanya, dan mereka pikir semua masalah ini hanya karena benturan organisasional kecil di antara kedua fraksi ini. Dengan demikian mereka sepenuhnya tidak memahami signifikansi dari perpecahan ini dan perbedaan-perbedaan fundamental yang mendasarinya”
Kaum Menshevik, seperti yang bisa kita prediksi, menggunakan perpecahan fraksi Duma ini untuk membuat gaduh di luar negeri, dengan mengambil peluang dari ketidaktahuan mengenai masalah Rusia di antara partai-partai Sosial Demokratik di luar Rusia dan keengganan alami mereka untuk mendukung perpecahan. Dalam hal ini, mereka tertolong oleh fakta kalau kandidat merekalah yang mewakili fraksi di Biro Sosialis Internasional (Internasionale Kedua). Kaum Menshevik memutuskan untuk mengajukan masalah ini di pertemuan Internasional Kedua selanjutnya pada 1 Desember, dan Chkheidze dan Skobelev berangkat ke London untuk ini. Chkheidze mengirim telegraf ke Plekhanov yang berada di Italia untuk datang juga ke London dan memberi pendapatnya mengenai perpecahan ini, dengan harapan menggunakan otoritas Plekhanov yang cukup besar.
Namun Plekhanov tidak hanya menolak untuk datang ke London, tetapi juga mengirim sepucuk surat ke Biro Sosialis Internasional yang menyatakan dukungannya terhadap “keenam perwakilan Bolshevik” dan menganggap bahwa kaum Mensheviklah yang harus disalahkan atas perpecahan ini. Pada saat yang sama, karena dia percaya bahwa masalah perpecahan dalam Partai Sosial Demokratik akhirnya telah menemui penyelesaian akhirnya, Plekhanov memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai perwakilan PBSDR dalam Internasionale Kedua. Kutipan suratnya dapat dibaca dalam bukunya Badayev:
“Perbedaan-perbedaan opini dalam Partai Sosial Demokratik Rusia selama beberapa tahun terakhir setelah telah menyebabkan perpecahan fraksi Duma kita menjadi dua kelompok yang bersaing. Perpecahan ini terjadi karena sejumlah keputusan yang kita sesalkan yang diambil oleh kamerad-kamerad Likuidasionis kita, yang kebetulan ada dalam mayoritas (tujuh melawan enam). Karena persatuan partai kita akhirnya sudah runtuh, saya, yang mewakili di antara kalian seluruh partai Rusia, tidak punya pilihan lain selain mundur. Ini saya lakukan melalui surat ini.”[42]
Semakin dekatnya revolusi yang baru bukan berarti partai boleh mencampakkan perjuangan untuk tuntutan-tuntutan parsial. Sebaliknya partai harus meluncurkan perjuangan ini dengan urgensi yang baru. Ada kebutuhan untuk berjuang demi setiap tuntutan parsial, tidak peduli sekecil apapun, yang cenderung memperbaiki taraf hidup buruh, kondisi hidup dan hak-haknya, guna semakin merekatkan Partai dengan massa. Partai Bolshevik yang sesungguhnya tidak punya kesamaan sama sekali dengan karikatur Bolshevisme yang digambarkan oleh Martov, yang dengan penuh rasa benci menuduhnya sebagai “maximalisme, keinginan untuk mencapai hasil-hasil maksimal dengan segera, merealisasikan perbaikan-perbaikan sosial, tanpa mempertimbangkan kondisi-kondisi objektif.”[43] Bila demikian, kaum Bolshevik tidak akan pernah bisa berhasil memenangkan mayoritas kelas buruh, seperti yang mereka lakukan pada 1912-14 dan lagi pada September-November 1917.
Martov menulis ini sebagai eksil setelah Revolusi Oktober telah memberikan bukti akhir akan kebenaran perspektif, kebijakan dan metode Lenin, dan kebenciannya terhadap Lenin dan kaum Bolshevik jelas karena dia iri dan bukan karena ingatannya yang buruk. Seperti yang telah kita lihat, perbedaan antara Marxisme dan reformisme bukanlah apakah Marxisme menolak perjuangan reforma dan reformisme menerimanya. Justru kaum revolusioner membedakan dirinya dari kaum reformis karena mereka adalah perjuang reforma yang paling konsisten dan teguh, sementara kaum reformis – terutama selama periode krisis kapitalisme – selalu bergeser dari reforma ke kontra-reforma atau “pengetatan” di bawah tekanan kapitalis besar. Sementara semua reforma serius secara historis adalah hasil sampingan dari perjuangan revolusioner untuk mengubah masyarakat. Sayangnya bagi kaum Likuidator, di bawah kondisi Rusia saat itu bahkan perjuangan untuk tuntutan yang paling parsial sekalipun, bila dilakukan secara serius, mau tidak mau harus membawa kita ke tuntutan penumbangan Tsarisme.
__________
Catatan Kaki:
[1] Dikutip di R. McKean, St. Petersburg Between the Revolutions, 88.
[2] Dikutip di S. Payne, The Life and Death of Lenin, 248.
[3] Lenin, Collected Works, in Russian, vol. 48, 71.
[4] Lihat McKean, St. Petersburg Between the Revolutions, 132.
[5] Krupskaya, Reminiscences of Lenin, 261.
[6] LCW, To the Editorial Board of Pravda, First half of October, 1912, vol. 36, 198, 194, dan 195–96.
[7] LCW, To the Editors of Pravda, 1/8/1912, vol. 35, 47.
[8] LCW, To the Editors of Pravda 24/11/1912, vol. 35, 66.
[9] LCW, Letter to Sverdlov, 9/2/1913, vol. 35, 79.
[10] Lihat LCW, vol. 35, 577, note.
[11] LCW, To the Editorial Board of Pravda, vol. 35, 82.
[12] LCW, To the Editorial Board of Za Pravdu, 2–11/11/1913, vol. 35, 115.
[13] A.Ye. Badayev, Bolsheviks in the Tsarist Duma, 207.
[14] Ibid., 24–25.
[15] Ibid., 22.
[16] Salah satu manifestasi dari gagasan “otonomi kultural-nasional” adalah pembentukan sekolah-sekolah yang terpisah untuk tiap-tiap bangsa di bawah Rusia. Lenin menentang ini karena ini berarti memecah belah kelas buruh.
[17] R. McKean, St. Petersburg Between the Revolutions, 140–41.
[18] Istoriya KPSS, vol. 2, 312.
[19] Trotsky, Stalin, 148.
[20] LCW, Workers’ Unity and the Elections, vol. 36, 191–92.
[21] Dikutip di Istoriya KPSS, vol. 2, 314
[22] Badayev, Bolsheviks in the Tsarist Duma, 101.
[23] Ibid., 43–4.
[24] Ibid., 61.
[25] Ibid., 61.
[26] Ibid., 90–91.
[27] Ibid., 41–42.
[28] Ibid., 52–53.
[29] Badayev, Bolsheviks in the Tsarist Duma, 88.
[30] Dikutip di Badayev, Bolsheviks in the Tsarist Duma, 36–37.
[31] Ibid., 76.
[32] Ibid., 76.
[33] Ibid., 77.
[34] Pravda, No. 167, February 26, 1913, dikutip di McKean, op. cit., 141.
[35] KPSS v. rezolyutsiakh, vol. 1, 302.
[36] Badayev, Bolsheviks in the Tsarist Duma, 116.
[37] Lenin, Collected Works, in Russian, vol. 24, 34.
[38] Dikutip di Badayev, Bolsheviks in the Tsarist Duma, 120 (penekanan saya)
[39] Dikutip di Trotsky, Stalin, 149.
[40] LCW, To the Editorial Board of Za Pravdu, vol. 34, 118.
[41] Badayev, Bolsheviks in the Tsarist Duma, 112 (penekanan saya).
[42] Lihat Badayev, Bolsheviks in the Tsarist Duma, 131, 132, dan 133.
[43] Martov, Mirovoy Bol’shevism.