Pada tanggal 18 Desember, pihak kepolisian Indonesia, yang mewakili kepentingan PT. Arara Abadi (sebuah perusahaan kertas and pulp), menyerbu warga dusun Suluk Bongkal di Sumatra yang sedang berjuang mempertahankan lahannya dari serobotan PT. Arara Abadi. Dengan dilengkapi pentungan, water canon, dan senjata api, serta dukungan preman-preman bayaran, sekitar 500 pasukan polisi menerobos barisan yang dibentuk oleh ibu-ibu dan anak-anak yang berdiri di jalan masuk desa. Lalu mereka menembaki warga dengan peluru karet dan gas air mata, memukuli mereka dengan kejam, dan membakari rumah-rumah warga dengan bom napalm yang dijatuhi dari 2 helikopter. Represi ini bukan hanya mengakibatkan banyak warga yang terluka tetapi juga meninggalnya seorang anak berumur 2 tahun (yang bernama Fitri) yang jatuh ke dalam sumur akibat lari ketakutan.
Dari laporan terakhir, sekitar 200 warga termasuk aktivis-aktivis Serikat Tani Riau ditahan dan lebih dari 400 warga sampai sekarang masih berada ditengah hutan bersembunyi dari represi polisi. Pihak kepolisian telah menambah pasukannya, dengan ribuan polisi dan preman berjaga-jaga dan mengejar para warga dan aktivis-aktivis Serikat Tani Riau.
Ratusan warga desa Suluk Bongkal diteror, 700-an rumah mereka habis terbakar, tanah pertanian dan alat produksi mereka tak terselamatkan, dan satu anak umur 2 tahun kehilangan nyawanya. Ini semua demi kepentingan PT. Arara Abadi yang ingin mengklaim tanah seluas 5 ribu hektar ini yang merupakan tanah milik rakyat.
PT Arara Abadi adalah subsidiari divisi perhutanan di Sumatra dari Sinar Mas Group, salah satu konglomerat terbesar di Indonesia yang dimiliki oleh kapitalis nasional Eka Tjipta Widjaja. Perusahaan ini adalah bagian dari Asia Pulp & Paper (APP) yang merupakan korporasi multinasional dan salah satu perusahaan pulp dan kertas terbesar di dunia yang memiliki klien di lebih dari 60 negara. Disini kita lihat dengan jelas seribu benang yang mengikat kaum borjuasi nasional Indonesia dengan modal asing, dan bahwa aparatus negara Indonesia adalah tidak lebih dari alat represi dari kekuatan modal nasional dan modal asing, dalam kata lain alat represi dari kapitalisme.
Dengan krisis ekonomi global ini, seperti halnya banyak perusahaan lainnya, harga saham APP telah jatuh hampir 75% dalam waktu 6 bulan terakhir. Ini mendorong perusahaan-perusahaan kapitalis untuk lebih mengeksploitasi rakyat dengan cara: menekan upah buruh, memecat buruh, dan di dalam kasus ini menyerobot tanah rakyat guna mendapatkan profit yang lebih tinggi. Ini bukan pertama kalinya APP dan subsidiari-subsidiarinya melakukan kekejaman terhadap rakyat dalam usahanya mencari profit, dan bukan hanya di Indonesia tetapi juga di Cina dan Kamboja.
Oleh karena itu, kami menyatakan sikap sebagai berikut:
- Menyatakan solidaritas kita kepada warga Suluk Bongkal dan kawan-kawan Serikat Tani Riau di dalam perjuangan mereka untuk membela hak mereka atas tanah mereka.
- Mengutuk tindakan represi yang dilakukan terhadap warga Suluk Bongkal oleh pihak kepolisian yang mewakili kepentingan PT Arara Abadi.
- Bawa ke pengadilan semua pihak yang terkait di dalam represi ini, termasuk pimpinan PT Arara Abadi
- Menuntut dibebaskannya dengan segera 200 orang warga dan aktivis Serikat Tani Riau yang tertangkap tanpa syarat.
- Menuntut dikembalikannya tanah milik warga Suluk Bongkal, dengan ganti rugi penuh terhadap seluruh kerusakan yang dilakukan oleh pihak kepolisian dan preman-preman bayaran.
- Menyerukan kepada para pekerja Sinar Mas Group, APP, dan subsidiari-subsidiarinya untuk mengorganisir mogok kerja solidaritas
Krisis kapitalisme global akan semakin mempertajam and memperparah serangan-serangan terhadap rakyat pekerja dan kaum tani. Satu-satunya jalan untuk melawan ini adalah dengan mengambil sikap ofensif. Rakyat pekerja bersama-sama dengan kaum tani dan lapisan tertindas lainnya, bersatu bergerak bersama menuju sosialisme.
Nasionalisasi Ekonomi di Bawah Kontrol Buruh!
Nasionalisasi Tanah di Bawah Kontrol Tani!
Buruh dan Tani, Bersatulah!