“Hidup itu indah. Biarlah generasi masa depan membersihkannya dari semua yang jahat, opresi, dan kekejaman, dan menikmatinya sepenuhnya.” – Leon Trotsky
Lev Davidovich Bronstein, begitu nama aslinya. Bersama Lenin dan kaum Bolshevik di Rusia, dia memimpin Revolusi Oktober yang mendirikan negara buruh pertama di muka bumi. Namun nasibnya tragis. Terus berpegang pada cita-cita sosialisme yang sejati, dia menjadi musuh bebuyutan Josef Stalin. Dipecat dari partai, diasingkan dari Uni Soviet, diburu di mana-mana, difitnah, keluarganya dibunuhi, dan dia sendiri akhirnya mati di tangan agen rahasia Stalin di Meksiko. Sampai akhir hayatnya, dia berjuang untuk mempertahankan Uni Soviet dari bahaya internal – kaum birokrasi dan konter-revolusi – dan bahaya eksternal – intervensi imperialis.
Leon Trotsky dilahirkan tahun 1879 di Yanovka, Rusia, yang sekarang adalah Ukraina. Dia adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Ayah dan ibunya adalah petani Yahudi, yang dengan kerja kerasnya berhasil menjadi petani menengah. Kehidupannya di pedesaan bersama kaum tani yang terhisap membuatnya menjadi seorang pemuda yang membenci ketidakadilan.
Ketika dia berumur sembilan tahun, ayahnya mengirim dia ke kota Odessa untuk sekolah. Odessa adalah sebuah kota metropolitan yang penuh dengan kehidupan, berbeda dengan kota-kota Rusia lainnya dan tentunya berbeda sekali dengan desa kelahiran Trotsky. Di Odessa, Trotsky menyerap segala yang urban. Namun dia tetap kembali ke desa kelahirannya setiap musim panas. Setiap kepulangannya, dia semakin merasakan perbedaan antara pedesaan – yang terbelakang dan feodal – dengan kota – yang dia lihat sebagai pusat yang moderen dan maju. Di sekolah, dia adalah seorang pemberontak yang membenci kediktaturan para gurunya dan sistem pendidikan Rusia yang mencekiknya, sampai-sampai dia dikeluarkan dari sekolah karena melawan.
Rusia pada akhir abad ke-19 sedang memasuki era industrialisasi. Rusia, sebuah negara feodal dengan kaum tani yang besar, memasuki corak produksi kapitalis dengan bantuan kapital Eropa Barat. Daerah-daerah industri dengan pabrik-pabrik besar tumbuh berjamuran. Jutaan kaum tani Rusia terlempar ke pabrik-pabrik besar ini untuk pertama kalinya. Kaum proletariat Rusia yang muda ini tumbuh dengan pesat, tidak hanya dalam jumlah tetapi juga dalam kesadarannya. Perlawanan kaum buruh menjadi semakin sering. Di periode inilah generasi Marxis Rusia lahir, tidak hanya Trotsky, tetapi juga Lenin, Kamenev, Zinoviev, Kollontai, Sverdlov, Bukharin, dan banyak lainnya.
Dia berumur 17 tahun ketika pertama kali berkecimpung dalam dunia gerakan. Aktivitas revolusioner pertamanya adalah membentuk Serikat Buruh Rusia Selatan pada awal 1897. Dengan nama pena “Lvov” dia menulis selebaran, artikel, pamflet, deklarasi-deklarasi, untuk mempopulerkan ide-ide revolusioner di antara buruh-buruh industri dan mahasiswa revolusioner. Rejim Tsar Rusia yang diktaturial segera meringkus Trotsky pada bulan Januari 1898 bersama-sama dengan 200 anggota serikat buruh. Dia lalu dipenjara 2 tahun dan diasingkan ke Siberia pada tahun 1900 bersama kamerad-kameradnya.
Awalnya Trotsky bukanlah seorang Marxis. Seperti banyak anak muda jamannya, dia merangkul ide populisme revolusioner dengan heroisme dan romantismenya. Namun perlahan-lahan dia menyadari keterbatasan dari ide populisme. Setelah bermalam-malam berdiskusi dan berdebat dengan segelintir Marxis di kelompoknya – termasuk dengan calon istri pertamanya Alexandra Sokolovskya – dia akhirnya menerima Marxisme sebagai ideologi perjuangan dan tidak pernah menengok ke belakang lagi.
Di penjara dan pengasingan, dia habiskan waktunya menyelami teori-teori Marxis. Dari tempat pengasingannya di Siberia dia terus aktif menulis. Setelah mempelajari bahwa ada sekelompok kaum Marxis di luar negeri – salah satunya Lenin – dengan korannya Iskra yang bertujuan membentuk sebuah organisasi kaum revolusioner profesional yang tersentralisir, Trotsky memutuskan bahwa dia harus lari dari Siberia dan bergabung dengan Lenin. Keputusan yang berat baginya karena dia harus meninggalkan istri dan dua anaknya, tetapi tugas revolusi memanggilnya. Dengan paspor palsu bernama Trotsky, larilah dia dari Siberia pada musim panas 1902 untuk menemui rekan seperjuangannya di London, yang tak disangkanya akan menjadi pemimpin Revolusi Oktober 15 tahun kemudian.
Pagi-pagi buta, Trotsky mengetuk pintu apartemen Lenin di 30 Holford Square, London. Krupskaya membukakan pintu dan lantas berteriak memanggil Lenin yang baru saja bangun dan masih di tempat tidurnya: “Pero telah tiba!” Sebuah pertemuan bersahaja ini akan mengubah sejarah manusia.
Trotsky menjadi murid dari para editor Iskra, dimana dia menyerap ilmu Marxisme dari para tetua Marxis Rusia, terutama Axelrod dan Zasulich yang sangat dekat dengannya. Namun perpecahan segera tampak di tubuh dewan editor Iskra. Pada kongres Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia tahun 1903, hubungan antara Lenin dan Trotsky retak. Lenin ingin memperkecil dewan editor Iskra dari 6 anggota menjadi 3, dengan mengeluarkan Axelrod dan Zasulich. Trotsky yang dekat dengan mereka, dan juga sangat menghormati mereka, tidak bisa mengerti mengapa Lenin melakukan ini dan merasa Lenin bersikap terlalu kejam. Selain itu, usulan Lenin untuk memperketat keanggotaan partai juga ditentang oleh Trotsky. Episode ini melempar Trotsky ke kubu Menshevik, tetapi tidak lama. Perbedaan politik segera mencuat ke permukaan, dimana tendensi reformis mulai terlihat di antara kaum Menshevik. Trotsky pun akhirnya keluar dari faksi Menshevik pada tahun 1904. Selama 13 tahun selanjutnya, dia berada di luar faksi Menshevik dan Bolshevik, dan berusaha menyatukan kedua faksi ini demi kemenangan kelas proletariat. Namun secara politik gagasan dia lebih dekat dengan Lenin dan Bolshevik, sementara dia terus mengkritik tendensi-tendensi reformis kaum Menshevik.
Di kemudian hari, Trotsky mengakui kekeliruannya dalam mencoba menyatukan dua faksi yang secara fundamental berbeda. Kaum Stalinis terus menggali episode ini untuk mendiskreditkan Trotsky dan menggambarkannya sebagai musuh bebuyutan Lenin. Sementara Lenin sendiri sudah mengatakan kepada kamerad-kameradnya untuk tidak mengungkit-ungkit masa lalu tersebut, dan bahwa semenjak Trotsky bergabung dengan Bolshevik pada tahun 1917, tidak ada Bolshevik yang lebih baik daripadanya. Trotsky dipercayakan memimpin Komite Militer Revolusioner Petrograd yang mengorganisir perebutan Petrograd dan Istana Musim Dingin. Ia lalu dipercayakan oleh Lenin untuk membentuk Tentara Merah dan memimpinnya dalam mempertahankan Uni Soviet dari Tentara Putih dan 21 pasukan negara imperialis yang mengepungnya. Nasib Revolusi Oktober dan Uni Soviet diletakkan oleh Lenin di tangan Trotsky. Begitu besarnya kepercayaan Lenin pada Trotsky walaupun mereka pernah berseteru dengan sengit.
Tahun 1905 dibuka dengan guntur revolusi, yang lalu menjadi gladiresik untuk Revolusi 1917. Situasi ekonomi rakyat semakin parah, dan ini mendorong ratusan ribu rakyat turun ke jalan. Mereka dipimpin Pendeta Gapon pada hari Minggu, yang dengan damai ingin menyampaikan petisi kepada Tsar Nicholas II, memohon agar Sang Raja meringankan beban mereka. Sang Raja justru memerintahkan tentaranya untuk menembaki para demonstran. Ribuan meninggal pada hari yang lalu dikenal sebagai Minggu Berdarah. Peristiwa ini membuka gerbang Revolusi 1905.
Kaum buruh Rusia untuk pertama kalinya mendobrak pintu sejarah. Di bulan Januari saja, 400 ribu buruh mogok di seluruh Rusia. Soviet untuk pertama kalinya terbentuk di St. Petersburg (Petrograd).
Trotsky, mendengar kabar meledaknya revolusi di Rusia, segera kembali ke St. Petersburg pada bulan Februari 1905. Dia langsung terjun ke dalam pusaran revolusi. Koran Ruskaya Gazeta diambil alih olehnya dan di tangannya koran kecil ini menjadi koran revolusioner yang sangat popular. Sirkulasinya meningkat dari 30.000 menjadi 500.000 pada bulan Desember. Dia lalu dipilih menjadi Presiden Soviet Petersburg.
Tentara Tsar akhirnya mengepung markas Soviet Petersburg dan membubarkannya. Trotsky dan anggota-anggota Soviet lainnya ditangkap. Untuk pertama kalinya, rakyat buruh luas mengetahui nama Trotsky dan menerimanya sebagai pemimpin Revolusi 1905. Bahkan setelah ditangkap, banyak tentara bawahan yang bersikap baik dan hormat padanya.
Untuk kedua kalinya, Trotsky diasingkan ke Siberia pada tahun 1907. Namun dia berhasil lari di tengah perjalanannya ke tempat pembuangan. Dia menetap di Vienna dan terus menulis untuk berbagai koran. Dia menerbitkan koran Pravda yang dia seludupkan ke Rusia untuk kaum buruh. Trotsky tetap berada di luar faksi Bolshevik dan Menshevik. Dari tahun 1912-14, dia menjadi koresponden Perang Balkan.
Perang Dunia Pertama meledak pada tahun 1914 dan tidak sedikit kaum sosialis Eropa yang mendukung perang imperialis ini. Trotsky menghadiri Konferensi Zimmerwald pada tahun 1915 yang menyatukan segelintir kaum sosialis yang menentang perang. Sementara, Perang Dunia ini menyeret Rusia dan mempersiapkan kondisi untuk revolusi.
Pada bulan Februari 1917, serangkaian pemogokan dan demo terjadi di Petrograd. Tsar memerintahkan tentara untuk membubarkan kaum buruh yang sedang berdemo itu, tetapi justru direspon dengan pembangkangan. Tanpa kekuatan angkatan bersenjata lagi di tangannya, monarki Tsar akhirnya tumbang. Soviet pun secara spontan lahir kembali. Trotsky ada di New York ketika Revolusi Februari ini terjadi. Dia segera kembali ke Rusia dan tiba pada bulan Mei.
Dia segera berdiskusi dengan Lenin dan Bolshevik untuk menggabungkan kelompoknya Mezhraiontsy, yang beranggotakan 4000 orang. Lalu pada bulan Juli, Trotsky secara formal bergabung dengan Bolshevik. Dia terpilih menjadi anggota Komite Pusat Bolshevik. Dengan garis politik yang tepat, Bolshevik meraih mayoritas di dalam Soviet-soviet. Di St. Petersburg, Trotsky terpilih sebagai Presiden Soviet.
Pada bulan September dan Oktober, Trotsky memainkan peran terpentingnya: sebagai organisator pemberontakan bersenjata di St. Petersburg. Dia memimpin Komite Militer Revolusioner yang bertanggung jawab atas perebutan kota St. Petersburg dan Istana Musim Dingin, tempat duduknya Pemerintahan Provisional. Di bawah kepemimpinannya yang luar biasa, St. Petersburg direbut hanya dengan 10 korban jiwa. “Atas nama Komite Militer Revolusioner, saya menyatakan bahwa Pemerintahan Provisional sudah ditumbangkan,” begitu Trotsky membuka pertemuan Soviet St. Petersburg pada tanggal 25 Oktober.
Soviet lalu menjadi pemerintahan baru Rusia, dan negara buruh pertama di dalam sejarah manusia lahir. Trotsky diangkat menjadi Komisar Luar Negeri, dengan tugas penting untuk segera menghentikan keterlibatan Rusia di dalam peperangan. Dengan taktik revolusioner, dia membuka semua rahasia perjanjian-perjanjian Rusia dengan negara-negara lain untuk publik. Sementara bernegosiasi dengan rejim Jerman untuk gencatan senjata, dia mengobarkan semangat juang rakyat pekerja dan tentara Jerman untuk menumbangkan pemerintahan mereka sendiri. Perang Dunia Pertama pun berakhir tahun 1918 karena tentara dan rakyat Jerman memberontak.
Namun negara-negara kapitalis tidak sudi membiarkan Uni Soviet selamat. Contoh menakjubkan ini harus dihancurkan sebelum ia menyebar. Dua puluh satu pasukan negara imperialis segera mengepung negara Uni Soviet yang masih muda ini untuk menghancurkannya. Mereka membantu Tentara Putih untuk menumbangkan negara buruh ini. Perang Sipil berkecamuk di tanah Oktober dari tahun 1918-1921.
Trotsky lalu diangkat menjadi Komisar Perang dan Pemimpin Tentara Merah dalam waktu yang paling genting di dalam sejarah Uni Soviet. Dari puing-puing Rusia, dia bentuk sebuah pasukan yang tugasnya tidak hanya untuk membela negara Uni Soviet tetapi juga untuk berjuang demi revolusi sosialis sedunia. Tidak seperti jendral-jendral kapitalis yang memerintah pasukannya dari tempat yang aman, Trotsky langsung maju ke garis depan. Dia tahu bahwa Tentara Merah harus dibangun secara politik. Hanya prajurit yang percaya pada masa depan sosialisme dapat berjuang dengan semangat seratus kali lipat daripada tentara kapitalis. Dengan kereta apinya, dia bergerak dari satu medan perang ke medan perang lain, tidak hanya untuk memimpin strategi perang tetapi juga menyebarkan gagasan sosialisme ke semua pasukannya. Keretanya menjadi sebuah legenda. Dalam tiga setengah tahun, Trotsky dan keretanya menempuh 105.000 kilometer, atau dua setengah kali mengelilingi dunia.
Setelah berhasil mengalahkan Tentara Putih dan tentara imperialis, Uni Soviet dihadapkan dengan tugas membangun perekonomiannya yang porak poranda akibat dua perang. Selain itu, gelombang revolusi yang menyapu Eropa setelah Revolusi Oktober gagal semuanya. Uni Soviet terisolasi di dalam keterbelakangannya tanpa bantuan ekonomi dari luar. Di dalam situasi inilah perlahan-lahan lapisan birokrasi menguat. Rakyat yang sudah letih secara fisik dan mental tidak lagi aktif di dalam kehidupan politik partai dan negara. Mereka lebih sibuk mencari sesuap nasi. Pertemuan Soviet menjadi kosong. Sementara, ratusan ribu mantan birokrat Tsar Rusia mulai memasuki institusi negara Soviet, karena mayoritas buruh dan tani tidak terdidik dan tidak mampu baca-tulis. Mereka ini seperti buah apel, luarnya merah tetapi dalamnya putih.
Di dalam partai Bolshevik, hal yang sama terjadi. Kaum fungsionaris menjadi semakin kuat. Misalkan, posisi sekretaris yang awalnya hanya bersifat administratur (mencatat notulensi, menjadwalkan pertemuan, dll.) menjadi posisi politik dengan kekuasaan yang besar. Stalin dipilih menjadi general secretary (terjemahannya sekretaris umum) pada tahun 1922 sebenarnya hanya untuk tugas administrasi sekretaris saja, dan bukan sebagai pemimpin sama sekali. Posisi general secretary tidak ada kekuasaan politik sama sekali. Lenin sendiri, dan pemimpin-pemimpin ulung Bolshevik lainnya seperti Kamenev, Zinoviev, dll., tidak pernah menjabat sebagai general secretary. Kepemimpinan Bolshevik ada di tangan kepemimpinan kolektif Komite Pusat. Menguatnya lapisan birokrasi negara dan partai membuat posisi sekretaris menjadi posisi politik, dan general secretary (sekretaris umum) pun menjadi Sekretaris Jendral, atau Sekjen. Stalin, sang Sekjen, pun lahir, perlahan-lahan dan mengendap-endap.
Trotsky segera membangun kekuatan untuk melawan bangkitnya birokrasi ini. Tahun 1922 dia dan Lenin mulai bekerja sama untuk melawan bahaya birokrasi merah di dalam tubuh Soviet dan Partai Bolshevik. Namun, Lenin menderita stroke pada Maret 1923 yang membuatnya lumpuh dan lalu meninggal awal Januari 1924. Dengan meninggalnya Lenin, Stalin langsung menyerang Trotsky dengan terbuka dan penuh bisa ular beracun. Fitnah ditumpuk di atas fitnah. Di sini istilah Trotskisme mulai digunakan oleh Stalin dan kacung-kacungnya untuk memisahkan Trotsky dari Leninisme dan Marxisme.
Berulang kali, Trotsky menunjukkan ketepatan perspektifnya mengenai Revolusi Jerman 1923 dan Revolusi Tiongkok 1926-27. Namun justru kekalahan revolusi-revolusi ini semakin menyudutkan Uni Soviet, tidak peduli seberapa benarnya Trotsky. Pada tahun 1927, Trotsky dan kamerad-kamerad Oposisi Kirinya dipecat dari partai. Dia sendiri dibuang, pertama ke Khazakstan, lalu ke Turki.
Dari luar Uni Soviet, dia terus mengorganisir Oposisi Kiri untuk mengembalikan Partai Komunis Uni Soviet dan Komunis Internasional ke jalan sosialisme. Sementara satu-per-satu kamerad-kameradnya menyerah pada Stalin, dia terus melawan. Dia dibenci oleh kaum Stalinis, kaum reformis sosial demokrat, dan juga kaum kapitalis; semua dengan alasan yang sama: dia terus berjuang untuk revolusi sosialis sedunia.
Dengan kekuatan penanya, dia terus menulis guna mewariskan tradisi Revolusi Oktober ke generasi selanjutnya. Dia ekspos kebangkrutan Stalinisme dalam bukunya Revolusi yang Dikhianati. Dia jawab semua musuhnya yang mencoba menelikung teori Revolusi Permanen dengan fitnah-fitnah, dalam bukunya Revolusi Permanen. Sebagai aktor penting dalam Revolusi 1905 dan 1917, bukunya Sejarah Revolusi Rusia adalah sebuah harta karun yang sangat penting, yang mengupas peristiwa historis ini dari kacamata Marxis.
Dalam pembuangannya, Trotsky menemui kesulitan mencari negara yang mau memberikannya visa ijin tinggal. Dia dianggap terlalu berbahaya secara politik. Selain itu, Stalin juga menekan banyak pemerintah untuk menolaknya. Akhirnya pada tahun 1933, dia berhasil meninggalkan Turki dan mendapat visa ke Prancis. Hanya dua tahun sebelum pemerintah Prancis menendangnya, dan dia lalu pindah ke Norwegia. Namun di sana kebebasannya – untuk bergerak dan melakukan kerja politik – dikekang oleh pemerintah Norwegia. Situasi politik dunia yang memanas memaksanya untuk pindah ke negara dimana dia bisa lebih bebas beraktivitas. Pada tahun 1937, dia diterima dengan tangan terbuka oleh Presiden Lazaro Cardenas dari Meksiko, seorang presiden populis yang cukup progresif. Meksiko pun menjadi tempat pemberhentian dia selanjutnya, dan yang terakhir.
Stalin semakin memperketat jeratannya. Pengikut Trotsky mulai diburu dan dibunuh, tidak hanya di Rusia tetapi juga di seluruh muka bumi. Anak laki-lakinya, Lev Sedov, yang juga tangan kanannya, dibunuh di Paris. Anak laki-lakinya yang ada di Uni Soviet, Sergei Sedov, seorang insinyur yang tidak pernah berpolitik, ditangkap, dikirim ke kamp kerja paksa, dan dieksekusi. Tiga cucunya hilang tanpa bekas; empat menantunya dieksekusi. Begitu bencinya Stalin terhadap Trotsky karena ia mewakilkan ancaman terbesar terhadap kekuasaan birokrasi Soviet. Sampai akhir hayatnya, Leon Trotsky tidak pernah menyerah. Dia lawan semua musuhnya: Stalinis, reformis, sosial demokrat, kapitalis, fasis. Oleh kapitalis dia diserang sebagai agen komunis, oleh Stalinis dia difitnah sebagai agen fasis dan kapitalis.
Pada tahun 1938, Trotsky memproklamirkan Internasional Keempat sebagai kekuatan baru untuk mengobarkan revolusi sosialis dunia. Menurutnya Komunis Internasional (Internasional Ketiga) sudah bukan lagi organ perjuangan dan hanya menjadi instrumen kebijakan asing Moskow. Benar, tidak lama kemudian pada tahun 1943 Stalin membubarkan Komintern dengan sepihak, tanpa diskusi, tanpa kongres, dengan sebuah surat pernyataan singkat sepanjang 2 halaman atau 1100 kata. Alasan yang dikemukakan: Partai-partai komunis sudah mandiri dan tidak perlu lagi organisasi internasional; situasi politik tiap-tiap negara sudah menjadi terlalu kompleks untuk bisa dipecahkan oleh sebuah organisasi internasional. Namun pada kenyataannya ini sesuai dengan doktrin “sosialisme di satu negeri” kaum birokrasi, yang tidak ingin mengobarkan revolusi sosialis dunia dan ingin hidup bersama (co-exist) dengan kapitalisme.
Trotsky harus dihabisi. Gagasan-gagasannya semakin berbahaya. Fitnah sudah tidak cukup lagi. Begitulah pikir Stalin. Akhirnya agen rahasia Stalin berhasil menyusup ke lingkaran Trotsky. Ramon Mercader, pada tanggal 20 Agustus 1940, masuk ke ruang belajar Trotsky tanpa kawalan dan menancapkan kapak es ke tengkoraknya. Namun Trotsky, walau sudah berumur 61 tahun, masih bisa melawan dengan darah mengucur dari kepalanya dan menghentikan Ramon Mercader dari menghantarkan pukulan selanjutnya. Penjaga Trotsky langsung meringkus Ramon Mercader. Awalnya sang pembunuh ini mencoba berbohong bahwa dia bukan agen rahasia Stalin, dan bahwa dia melakukan ini karena kecewa dengan Trotsky yang memerintahkan dia menyelinap masuk ke Rusia untuk melakukan sabotase dan membunuh para pemimpin Uni Soviet. Namun kedoknya segera terbuka bahwa dia adalah agen rahasia Stalin.
Trotsky akhirnya meninggal pada pukul 7.25 malam, 21 Agustus, 1940. Lukanya terlalu parah. Dokter tidak bisa menyelamatkan dia. Esok harinya, iring-iringan jenazah Trotsky sepanjang 13 kilometer dipadati rakyat Meksiko. Permintaan untuk mengadakan pelayanan pemakaman di New York ditolak oleh pemerintahan Amerika, yang masih takut dengan Trotsky walaupun dia sudah mati. Akhirnya jenazahnya dikremasi dan abunya disimpan di rumah terakhirnya yang sekarang menjadi museum.
Di meja tulisnya, dimana dia diserang, manuskrip buku terakhirnya tercecer berlumuran darah. Manuskrip yang belum selesai itu adalah biografi Stalin yang sedang dia kerjakan. Seperti manuskrip tersebut, tugasnya untuk menyelamatkan Uni Soviet belumlah selesai namun nasib telah merenggutnya dengan kejam. Biar begitu, gagasan-gagasan dan semangat revolusionernya terus membahana melewati batas ruang dan waktu, memanggil umat manusia untuk berdiri melawan penindasan.