Skip to content
Sosialis Revolusioner
Menu
  • Berita
  • Analisa
    • Gerakan Buruh
    • Agraria & Tani
    • Gerakan Perempuan
    • Gerakan Mahasiswa
    • Ekonomi
    • Politik
    • Pemilu
    • Hukum & Demokrasi
    • Imperialisme & Kebangsaan
    • Krisis Iklim
    • Lain-lain
  • Teori
    • Sejarah
      • Revolusi Oktober
      • Uni Soviet
      • Revolusi Indonesia
      • Lain-lain
    • Sosialisme
    • Materialisme Historis
    • Materialisme Dialektika
    • Ekonomi
    • Pembebasan Perempuan
    • Organisasi Revolusioner
    • Iptek, Seni, dan Budaya
    • Lenin & Trotsky
    • Marxisme vs Anarkisme
  • Internasional
    • Asia
    • Afrika
    • Amerika Latin
    • Amerika Utara
    • Eropa
    • Timur Tengah
  • Perspektif Revolusi
  • Program
  • Pendidikan
  • Bergabung
Menu

Kamerad Timothy: Hidup Singkat, Cita-citanya Abadi

Dipublikasi 16 October 2025 | Oleh : Jason dan Moses Kabelen

Gerakan kami telah kehilangan seorang pejuang yang tulus. Kamerad Timothy berpulang pada Rabu pagi, 15 Oktober 2025, setelah berjuang panjang melawan penyakit mental. Kami, kamerad-kamerad yang ditinggalkannya, akan selamanya mengenang kegigihan dan tekad perjuangannya melawan kapitalisme.

Jika ada kata yang paling tepat untuk menggambarkan sosok Kamerad Timothy, maka ia adalah seorang yang tidak pernah mencari kemuliaan pribadi, melainkan kebenaran, keadilan, dan cinta kepada sesama. Ia jujur, tulus, dan teguh berjuang demi sosialisme — jalan yang tidak mudah, namun selalu ia jalani dengan hati yang bersih.

Timothy adalah pribadi yang lembut, rendah hati, dan selalu berpikir positif. Namun ketika membela ide-ide revolusioner sosialisme, ia menjadi sosok yang paling tegas. Ia tidak pernah menutupi pandangan dan tujuan politiknya, dan ia amat membenci kemunafikan kaum liberal. Dalam setiap rapat publik, Timothy selalu berbicara lantang tentang kebusukan kapitalisme dan perlunya sistem itu ditumbangkan. Ia jujur dan apa adanya.

Seperti halnya banyak kamerad lain dari generasinya, Timothy lahir di masa kebusukan kapitalisme. Fakta bahwa ia memilih bergabung dengan organisasi kami menunjukkan bahwa ia, bersama generasi muda lainnya, sedang mencari gagasan revolusioner yang mampu membuka jalan keluar dari kebuntuan kapitalisme.

Kamerad Timothy adalah seseorang yang memiliki semangat juang luar biasa dalam dirinya. Saya masih ingat pertama kali ia ingin bergabung di organisasi ini. Ia berjalan kaki sejauh tujuh kilometer untuk menemui kami di tempat biasa kami mengadakan pertemuan cabang. Kami semua tidak tahu bahwa ia tidak memiliki kendaraan, dan ia pun tidak pernah mengeluh atau menyebutkannya. Ia tempuh jarak sejauh itu hanya untuk berdiskusi dan belajar bersama kami — dan hal itu benar-benar menunjukkan ketulusan niatnya.

Timothy tidak asing dengan karya-karya Karl Marx. Ia memiliki tingkat literasi teori yang tinggi — jauh lebih baik dari saya pada saat pertama kali mengenal organisasi ini. Dalam setiap pertemuan sel, ketika tiba saat pembacaan laporan bacaan mingguan, ia selalu mampu menjelaskan apa yang ia pelajari dengan jelas dan mendalam. Saya akui, ada momen-momen ketika saya merasa iri dengan kecerdasannya.

Namun bukan hanya kecerdasan yang ia miliki, komitmennya sebagai seorang revolusioner juga luar biasa. Ia selalu membayar iuran tepat waktu, disiplin dalam setiap tugas organisasi, dan menunjukkan tanggung jawab yang tinggi.

Ada kalanya saya tidak dapat menjemputnya ke lokasi pertemuan karena kesibukan kerja, tetapi Timothy selalu datang tepat waktu, meskipun tanpa kendaraan pribadi. Dalam setiap diskusi atau presentasi, bahkan pada topik-topik yang belum sepenuhnya ia kuasai, ia tetap berusaha memberikan yang terbaik. Dalam banyak pertemuan cabang yang ia pimpin sebagai pemateri, ia menunjukkan pemahaman yang dalam dan penyampaian yang sistematis. Ia tidak hanya membaca — ia menghayati setiap gagasan yang ia pelajari.

Ia adalah pembelajar teori Marxis yang gigih. Dalam setiap diskusi maupun sesi membaca, ia selalu membuat catatan—rapi, teratur, dan sistematis. Karena itu, ia mampu menjelaskan gagasan Marxisme dengan sangat jelas dan mendalam. Saya masih ingat, pada sebuah pertemuan penting organisasi, ia bangun pukul lima pagi, menikmati udara dingin sambil membuat catatan dari bacaannya. Dia menyiapkan air panas bagi kamerad lain yang membutuhkan. Dari caranya hidup, tampak jelas bahwa ia mencintai kehidupan dan segala hal baik yang ada di dalamnya. Disiplin adalah nafas hidupnya. Ia adalah model seorang kader Bolshevik sejati—hangat, penuh perhatian, dan setia kepada kawan-kawannya.

Dengan semua kualitas pribadinya, kami yakin ia akan berkembang menjadi seorang yang luar biasa. Namun sayang, ia telah direnggut dari kita terlalu cepat. Jika ada satu pelajaran yang dapat dipetik dari kehidupan Timothy, itu adalah dedikasi total kepada perjuangan sosialisme revolusioner.

Penyakit yang merenggut Timothy dari kita kini semakin merajalela seiring krisis kapitalisme yang kian dalam. Bunuh diri telah menjadi epidemi sosial. Kapitalisme benar-benar membunuh. Namun, menerapkan generalisasi ini pada setiap individu—terutama pada Timothy—adalah keliru. Ia telah berjuang melawan penyakit mental selama bertahun-tahun dan melakukan segala hal dengan benar. Sejak masa SMA, ia berkonsultasi dengan konselor dan menerima perawatan medis. Melalui perjuangan politiknya, ia memiliki lingkaran pertemanan yang aktif dan sangat peduli padanya. Ia tidak pernah kehilangan harapan akan masa depan. Ia bangga atas capaian organisasi ini dan perannya di dalamnya.

Namun Timothy juga sosok yang tertutup dan merasa malu terhadap penyakitnya—rasa malu yang sesungguhnya tidak perlu. Seperti halnya orang yang berjuang melawan kanker hingga akhir, Timothy pun berjuang melawan depresinya sampai titik terakhir. Pada akhirnya, ia kewalahan oleh penyakit tersebut, meskipun ia dan teman-temannya telah berusaha sekuat tenaga membantunya. Kami merasa beruntung pernah mengenal Kamerad Timothy.

Kami akan selalu mengenang Kamerad Timothy di hati kami dengan melanjutkan perjuangan yang telah ia dedikasikan bagi hidupnya yang terlalu singkat. Dalam usia 22 tahun, ia meninggalkan seorang ibu dan ayah yang mencintainya. Ia akan selalu dikenang dan dirindukan sepanjang masa.

Bagi mereka yang ingin menghormati perjuangan Timothy, alih-alih mengirim bunga, bergabunglah dan berjuanglah bersama kami untuk mewujudkan cita-cita yang ia perjuangkan: sosialisme revolusioner. Hanya dengan cara inilah kita benar-benar menghormati pengorbanan dan melanjutkan cita-citanya.

“Sejarah menyebut orang-orang terhebat adalah mereka yang telah memuliakan diri dengan bekerja demi kebaikan bersama; pengalaman mengakui bahwa orang yang paling bahagia adalah mereka yang telah membahagiakan banyak orang.” Karl Marx, Renungan Seorang Pemuda (1835)

Ingin menghancurkan kapitalisme ?
Teorganisirlah sekarang !


    Dokumen Perspektif

    Perspektif Dunia 2025: Dunia Terjungkir Balik – Sistem Kapitalisme dalam Krisis
    Perspektif Politik 2025: Bersiap Untuk Revolusi
    srilanka
    Manifesto Sosialis Revolusioner
    myanmar protest
    Perspektif Revolusi Indonesia: Tugas-tugas kita ke depan
    ©2025 Sosialis Revolusioner | Design: Newspaperly WordPress Theme