Skip to content
Sosialis Revolusioner
Menu
  • Berita
  • Analisa
    • Gerakan Buruh
    • Agraria & Tani
    • Gerakan Perempuan
    • Gerakan Mahasiswa
    • Ekonomi
    • Politik
    • Pemilu
    • Hukum & Demokrasi
    • Imperialisme & Kebangsaan
    • Krisis Iklim
    • Lain-lain
  • Teori
    • Sosialisme
    • Materialisme Historis
    • Materialisme Dialektika
    • Ekonomi
    • Pembebasan Perempuan
    • Organisasi Revolusioner
    • Iptek, Seni, dan Budaya
    • Lenin & Trotsky
    • Marxisme vs Anarkisme
    • Sejarah
      • Revolusi Oktober
      • Uni Soviet
      • Revolusi Indonesia
      • Lain-lain
  • Internasional
    • Asia
    • Afrika
    • Amerika Latin
    • Amerika Utara
    • Eropa
    • Timur Tengah
  • Perspektif Revolusi
  • Program
  • Pendidikan
  • Bergabung
Menu

Kericuhan Job Fair Cikarang Cermin Suramnya Kondisi Pemuda di Bawah Kapitalisme

Dipublikasi 10 June 2025 | Oleh : Baskara Hendry

Beberapa hari yang lalu di Bekasi, lebih tepatnya Cikarang Utara, diselenggarakan bursa lowongan pekerjaan “Job Fair Bekasi Pasti Kerja 2025”. Acara ini diselenggarakan oleh Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat di President University Convention Center Jababeka. Di media sosial kita bisa lihat video yang menampilkan suasana pencari kerja di sana, dengan antrian yang begitu membludak, bahkan sampai banyak yang pingsan karena berhimpit-himpitan. Sejauh yang diberitakan sampai saat ini belum ada korban jiwa, tapi jelas satu hal bahwa acara ini berlangsung sangat kacau bahkan sempat ada baku hantam antara sesama pencari kerja.

Kericuhan ini tidak hanya disebabkan oleh ketidaksiapan panitia acara atau hanya karena para peserta sulit diatur, tapi karena terlalu banyak pengangguran di antara kaum muda. Inilah realita kaum muda dan kelas pekerja di bawah kapitalisme. Kelas pekerja atau calon pekerja ini dipaksa sikut-sikutan untuk saling berebut ‘remah-remah roti’ yang seringkali tak seberapa. Fenomena ini hanyalah salah satu peristiwa yang sebenarnya mencerminkan krisis kapitalisme yang sudah semakin dalam di Indonesia.

Di artikel sebelumnya, kami sudah menjelaskan bahwa bencana ekonomi yang sudah terjadi di mana-mana ini, termasuk di Indonesia, tidak bisa dipisahkan dari krisis ekonomi di skala dunia. Perang tarif antara AS dan China sudah terasa efeknya sampai di Indonesia. Sebagai konsekuensinya badai PHK semakin meningkat dan menimbulkan momok yang menakutkan. PHK tidak hanya terbatas pada sektor garmen saja, tapi ke sektor-sektor lainnya juga seperti elektronik, retail, media massa, bahkan yang terbaru industri perhotelan dan restoran juga dikabarkan 70 persen akan melakukan PHK jika harga-harga bahan dan ongkos produksi semakin meningkat.

Kapitalisme tengah memasuki krisis yang semakin dalam. Setiap harinya kelas pekerja Indonesia dipaksa membayar atas krisis ini. Sementara daya beli masyarakat semakin menurun karena tingkat upah yang semakin kecil dan biaya hidup menjadi semakin mahal, PHK makin masif dan lowongan pekerjaan semakin sedikit. Pemerintah kelimpungan, sampai-sampai Menteri Keuangan kita Sri Mulyani merasa fenomena yang terjadi hari ini tidak mampu dijelaskan oleh ilmu ekonomi.

Setiap usaha untuk keluar dari krisis ini selalu berakhir dengan kegagalan, karena semua solusi mereka tidak pernah menyasar pada akarnya, yakni sistem kapitalisme yang sudah mulai uzur.

Apa yang sebenarnya terjadi bukanlah sekadar jumlah manusianya atau pencari kerja yang terlalu banyak dibandingkan lowongan pekerjaan yang tersedia. Atau para kapitalis tidak punya uang untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru karena kondisi ekonomi sedang sulit. Faktanya kita punya cukup bahkan lebih kekayaan yang diperlukan untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan hidup setiap orang. Namun kekayaan ini dimonopoli, alias hanya dimiliki oleh segelintir kelas kapitalis. Kekayaan ini begitu melimpah di satu sisi, namun pada faktanya banyak orang justru hidup dalam kondisi kemiskinan yang semakin akut. Setiap hari kita hidup ‘paycheck to paycheck’ alias penghasilan pas-pasan yang hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan harian, bahkan seringkali kurang dan harus mengutang.

Sebuah sistem sosial dianggap tidak punya hak lagi untuk eksis apabila ia tidak dapat menjamin kehidupan dan kesejahteraan masyarakatnya. Hari ini kapitalisme sudah semakin membusuk, jangankan untuk menaikkan upah, menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan upah yang minimum saja ia sudah tidak mampu lagi. Sama seperti badai PHK yang sudah pernah disinggung di artikel sebelumnya, hanya solusi revolusioner yang mampu menyelesaikan problem kebutuhan akan lapangan pekerjaan ini. Hanya sosialisme lah yang mampu mengeluarkan rakyat pekerja dan kaum muda dari masa depan yang semakin tidak pasti dan kian mengerikan ini.

Jika industri-industri dinasionalisasi dan dikelola di bahwa sistem perencanaan ekonomi yang demokratik, maka pertanyaan soal menciptakan lapangan pekerjaan bukanlah hal yang mustahil. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa kekayaan untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan menjamin kebutuhan hidup setiap orang ini dimonopoli oleh pemodal. Dengan nasionalisasi industri oleh kelas pekerja maka kekayaan yang dikuasai oleh segelintir kapitalis ini bisa dikelola oleh kelas pekerja demi kepentingan kelas pekerja. Tidak hanya badai PHK yang bisa kita hentikan, kita justru bisa menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi jam kerja.

Hanya ketika kelas pekerja berkuasa atas negara lah, maka basis pengangguran bisa dihapuskan. Kelas pekerja yang terorganisir sebagai satu kelas akan menjalankan roda pemerintahan dan ekonomi bukan untuk kepentingan profit segelintir orang, tapi justru untuk kebaikan seluruh bangsa. Kelas pekerja tidak punya kepentingan untuk memperkaya dirinya sendiri seperti borjuasi karena dia kelas yang pada dasarnya tidak memiliki apapun. Kepentingan kelas pekerja pada faktanya justru seirama dengan kepentingan banyak lapisan tertindas lainnya seperti petani, nelayan, kaum miskin kota dan pengangguran.

Krisis kapitalisme tidak dapat diselesaikan dengan solusi tambal sulam, itu harus digulingkan. Hari ini semua cara yang reformis telah dicoba untuk mengatasi krisis kapitalisme tapi justru menciptakan krisis yang lebih besar di kemudian hari. Sekarang saatnya kita beralih ke solusi yang revolusioner. Hanya sosialisme lah yang mampu mengeluarkan kita dari kengerian dan suramnya pencari kerja di bawah kapitalisme. Mari kita akhiri pemandangan menyedihkan seperti job fair Cikarang kemarin itu. Mari kita berjuang demi terwujudnya sosialisme, sebuah masa depan di mana buruh dan kawula muda tidak perlu lagi mengemis-ngemis pekerjaan dan saling sikut-sikutan untuk sesuap nasi.

Ingin menghancurkan kapitalisme ?
Teorganisirlah sekarang !


    Dokumen Perspektif

    srilanka
    Manifesto Sosialis Revolusioner
    myanmar protest
    Perspektif Revolusi Indonesia: Tugas-tugas kita ke depan

    ©2025 Sosialis Revolusioner | Design: Newspaperly WordPress Theme