Mendekati tahun 2022 dunia tiba-tiba dikejutkan dengan kesulitan pasokan mulai dari produk kebutuhan sehari-hari sampai chip komputer. Sebelumnya dunia seakan-akan tidak pernah kekurangan apapun. Setiap orang bisa berbelanja kapan pun yang mereka mau tanpa terganggu lamanya pengiriman. Dalam sekejap kapal-kapal terjebak di tengah laut, gudang-gudang penuh, kendaraan angkutan tidak memiliki pengemudi karena sebelumnya mereka di PHK. The Washington Post mengatakan: “Saluran komersial yang setiap tahun membawa mainan, pakaian, elektronik, dan furnitur senilai $1 triliun dari Asia ke Amerika Serikat tersumbat dan tidak ada yang tahu bagaimana cara membukanya.”
Terputusnya rantai pasok ini telah berimbas di semua sektor, bahkan di sektor yang paling vital selama pandemi, yakni pasokan ketersediaan obat-obatan yang dibutuhkan. Di Afrika Selatan, dimana tingkat vaksinasi korona sudah sangat tertinggal, kurangnya ketersediaan obat ini berdampak merusak ekonomi mereka. IMF mengatakan bahwa 45 negara di Afrika Sub-Sahara terjerembap dalam pemulihan ekonomi paling buruk dibanding negara mana pun. Ditambah dengan adanya krisis rantai pasok, ini berarti inflasi mereka diperkirakan bisa mencapai dua kali lipat.
Selain itu, di seluruh dunia banyak industri-industri besar berebut chip komputer yang semakin langka. Pabrik-pabrik otomotif harus memangkas produksi karena kekurangan chip. Harga-harga barang mengalami kenaikan dan ada kelangkaan barang saat memasuki pergantian tahun. Kondisi ini mengancam keberlangsungan industri di seluruh belahan dunia yang memberi efek kejut pada ekonomi dunia yang sebelumnya telah tertatih-tatih untuk pulih dari hentakan krisis pandemi sebelumnya.
Banyak media-media arus utama yang menyoroti permasalahan ini dan menyimpulkan bahwa krisis rantai pasok ini disebabkan oleh faktor kekurangan tenaga kerja, pembatasan Covid, kekurangan kontainer pengiriman, kenaikan biaya transportasi, dll. Bagi mereka krisis rantai pasok adalah sebuah kecelakaan yang menyimpang. Semua terjadi begitu saja pada saat yang bersamaan. Tentu saja semua faktor ini berperan, tapi semua ini bukanlah motif utamanya. Bila kita memahami akar yang menyebabkan kecelakaan ini, maka fakta-fakta yang banyak diberitakan hanya cerminan permukaan dari sistem anarki pasar kapitalis yang secara inheren cacat.
Keterbatasan globalisasi
Dahulu globalisasi dielu-elukan sebagai solusi dari masalah ekonomi, tapi sekarang justru menjadi masalah itu sendiri. Globalisasi kapitalis tumbuh semakin kompleks dan semakin menunjukkan keterbatasannya. Ini tidak hanya mengakibatkan ketegangan politik antar negara-negara besar seperti misalnya perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, tapi juga mengakibatkan masalah dalam rantai pasok global.
Rantai produksi sekarang telah melintasi seluruh benua. Misalnya produksi komputer dan elektronik, untuk komponen utamanya saja, seperti semikonduktor, produksinya tersebar di beberapa negara. Jepang yang dahulu adalah negara penting dalam industri semikonduktor telah surut dalam beberapa dekade terakhir. Pada 2001, Jepang menyumbang 28 persen dari total produksi semikonduktor, sekarang hanya menyumbang kurang dari 21 persen saja. Dan sekarang produksi semikonduktor lebih menyebar ke beberapa negara seperti Korea Selatan, Taiwan dan Cina.
Globalisasi telah menjadi kekuatan pendorong yang meluaskan perdagangan dan industri ke seluruh dunia. Produksi tidak lagi terkonsentrasi di segelintir negara. Tiap-tiap komponen dari sebuah produk diproduksi di sejumlah negara yang dipilih berdasarkan kualifikasi tenaga kerja murah seperti di Thailand dan Vietnam. Jadi sebagai contoh kecil saja, setiap handphone dan komputer yang kita beli bukanlah produk dari satu negara melainkan produk yang komponennya dirakit dari sejumlah negara di dunia. Perdagangan dan industri yang semakin luas berarti membuat jalur pasokan lebih panjang dan jauh lebih kompleks daripada di masa lalu. Dari sudut pandang rasional, jalur pasokan yang semakin rumit sangat rentan menciptakan kekacauan. Kecelakaan kecil saja, seperti banjir di Thailand pada 2011, bisa mengakibatkan kelangkaan hard disk, apalagi pandemi seperti sekarang.
Pandemi telah memperburuk semuanya. Situasi ini tidak hanya mengekspos anarki produksi kapitalis, tapi juga menyoroti monopoli pasar oleh segelintir perusahaan multinasional. Perusahaan yang unggul dalam memproduksi satu bagian secara efisien bisa memonopoli bagian komponen lainnya. Seperti yang dilakukan Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) yang menjadi pemasok chip semikonduktor yang dominan secara global. Pembuat chip yang fokus pada desain dan fisik diproduksi oleh perusahaan yang terpisah, tapi secara umum TSMC lah yang unggul dalam produksi. Ketika TSMC memperoleh dominasi dalam bidang produksi chip ini, maka TSMC bisa mengalahkan perusahaan lain. Bahkan perusahaan Intel pun harus bertekuk lutut.
Tekanan rantai pasok juga memberikan tekanan yang lebih besar pada perusahaan-perusahaan kecil dan menengah daripada perusahaan-perusahaan multinasional besar seperti Amazon atau Walmart. Perusahaan-perusahaan multinasional besar memiliki ketahanan yang besar atas guncangan ini. Mereka memiliki monopoli atas pasar. Dominasi memungkinkan mereka memiliki akses berkelanjutan ke billet peti kemas yang mengalami kelangkaan. Mungkin ada yang berpendapat bahwa globalisasi dan rantai pasok yang rumit memberikan ruang bagi pasar yang kompetitif, tapi sebaliknya kondisi tersebut semakin menunjukkan monopoli perusahaan-perusahaan besar atas perusahaan kecil.
Kelemahan rantai pasok kapitalisme
Ekonomi pasar dan globalisasi telah menunjukkan ketidakmampuannya untuk bisa merespons dampak pandemi. Pada 2020, ketika perbatasan ditutup dan rantai pasokan mulai terganggu, banyak perusahaan memilih metode just in time, yaitu meningkatkan keuntungan mereka dengan menekan semua ‘inefisiensi’ jangka pendek. Manufaktur just in time mendorong perusahaan untuk menyimpan persediaan seminimal mungkin dan mengandalkan pemasok untuk merespons dengan cepat fluktuasi permintaan konsumen. Tren memilih rantai pasokan pendek seperti ini paling memungkinkan bagi terjadinya setiap kecelakaan.
Dorongan jangka pendek untuk meningkatkan keuntungan telah menciptakan sistem yang rentan dengan kekacauan. Seperti yang dikatakan oleh sebuah artikel di New York Times (26 Maret 2021), berjudul ‘Di Terusan Suez, Kapal Terjebak Adalah Peringatan Tentang Globalisasi yang Berlebihan’, mengungkapkan cukup banyak tentang masa depan rantai pasok kapitalisme:
“Dalam beberapa dekade terakhir, pakar manajemen dan perusahaan konsultan telah mendorong apa yang disebut manufaktur tepat waktu (just-in-time) untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan keuntungan. Daripada membuang-buang uang menimbun barang ekstra di gudang, perusahaan dapat bergantung pada keajaiban internet dan industri pelayaran global untuk mengumpulkan apa yang mereka butuhkan saat mereka membutuhkannya. (…) Namun, seperti dalam segala hal dalam hidup, melakukan hal yang baik secara berlebihan dapat membawa bahaya.”
Kita membutuhkan sistem ekonomi terencana yang rasional
Kita perlu membangun ketahanan dalam rantai pasokan dunia, sehingga kita dapat dengan cepat beradaptasi dengan situasi dan memastikan terpenuhinya kebutuhan umat manusia. Tentu saja dalam sistem kapitalisme semua pertimbangan mengarah kepada profit. Tetapi satu hal yang sangat jelas: rantai pasokan global saat ini telah gagal karena pertimbangan tersebut. Dan hari ini telah terbukti sangat rapuh, bahkan sangat rapuh untuk menahan guncangan seperti pandemi, bencana alam, penyakit, dan perubahan iklim.
Kita hidup dalam sistem kapitalisme yang gagal. Sebuah sistem yang setiap saat membawa masa depan umat manusia pada ketidakpastian. Krisis rantai pasok hanya salah satu dari sekian contoh kegagalan sistem kapitalisme yang ternyata tidak mampu menjamin keberlangsungan pasokan kebutuhan bagi seluruh umat manusia di planet ini.
Kita tidak pernah kekurangan apapun. Pencapaian industri dan teknologi seharusnya mampu memastikan kita tidak kekurangan dan kelaparan. Dunia saat ini sangat mungkin untuk memenuhi segala kebutuhan umat manusia. Hanya saja apa yang kita tidak miliki adalah kontrol atas industri dan teknologi tersebut.
Sistem kapitalisme tidak membutuhkan rencana sadar manusia. Pasar mengorganisasi diri dan karena itu pula sistem ini buta dan otomatis. Untuk alasan itu pula pasar kapitalis sangat rentan mengalami kekacauan dan krisis. Rantai pasokan global modern hari ini dalam banyak hal seperti sistem biologis tubuh manusia yang kompleks. Sistem ini bisa menyembuhkan diri sendiri, namun sangat rentan terhadap beberapa kelemahan spesifik yang tampaknya sepele, seolah-olah robekan kecil di arteri, bisa menyebabkan seseorang menderita gagal jantung. Apa yang membuat sistem ini rentan adalah karena sistem ini didikte bukan dari sudut pandang perencanaan ekonomi yang rasional, melainkan oleh pengejaran profit dan anarki produksi kapitalis.
Kita membutuhkan kontrol dan perencanaan atas ekonomi bila manusia tidak ingin dihadapkan dengan ketidakpastian dan kecelakaan ekonomi. Bencana demi bencana yang diproduksi oleh sistem kapitalisme membuat kita perlu berpikir ulang tentang bagaimana menciptakan masa depan yang lebih baik dan juga tahan terhadap setiap jenis guncangan.
Kapitalisme di masa lalu telah membangkitkan industri dan perdagangan dunia, tapi sekarang mereka tidak bisa mengontrol kekuatan yang mereka telah bangkitkan sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh Marx dalam Manifesto Komunis bahwa, syarat-syarat masyarakat borjuis terlalu sempit untuk memuat kekayaan yang diciptakan olehnya. Sebuah sistem yang telah menghabiskan semua potensi kehidupannya hanya memberikan kekacauan, krisis dan bencana. Apa yang dibutuhkan hari ini bukan solusi tambal sulam untuk memperbaiki kapitalisme, tapi lebih dari itu adalah perlu untuk menggulingkannya. Sistem kapitalisme yang lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek di atas kepentingan kesejahteraan umat manusia perlu diakhiri segera. Hanya dengan menggulingkan sistem kapitalisme yang sudah uzur inilah masa depan umat manusia yang lebih baik dan harmonis bisa tercapai. Satu-satunya solusi adalah revolusi. Mari kita akhiri sistem kapitalisme dan menggantinya dengan sosialisme. Mari bergabung dengan kami.