Sejak bulan September, Meksiko telah dilanda gelombang protes yang mengguncang seluruh tatanan kekuasaan, yang dipicu oleh dihilangkannya 43 mahasiswa Ayotzinapa. Ratusan ribu kaum muda, buruh, tani, kaum miskin, dan seluruh lapisan tertindas telah tumpah ruah di jalan-jalan, menuntut tidak hanya keadilan bagi 43 mahasiswa yang hilang ini tetapi juga ditumbangkannya pemerintahan ini. Berikut kami sajikan dua artikel analisa mengenai gerakan di Meksiko, dari Alan Woods, dan dari Jorge Martin serta Ubaldo Oropeza, seorang aktivis Marxis di Meksiko.
Meksiko: “Kami Bertekad Untuk Mengubah Negara Ini”
Ditulis oleh Alan Woods
Kamis, 27 November 2014
Penculikan dengan kekerasan dan hilangnya 43 mahasiswa di negara bagian Guerrero pada bulan September telah menceburkan Meksiko ke dalam krisis sosial dan politik yang sangat mendalam. Kasus mahasiswa Ayotzinapa ini telah membawa massa ke jalanan dan menggoyang jabatan presiden Enrique Peña Nieto.
Kejahatan biadab ini sangat mengejutkan warga Meksiko tidak seperti peristiwa lain yang terjadi akhir-akhir ini. Meskipun bangsa ini telah melihat begitu banyak pembunuhan massal sejak dimulainya “perang melawan narkoba” di pertengahan tahun 2000-an, ini adalah sesuatu yang berbeda. Para mahasiswa, yang sama sekali tidak berhubungan dengan kartel-kartel narkoba, ditangkap oleh polisi kota dan diserahkan kepada kartel-kartel narkoba mengikuti perintah dari wali kota Iguala dan istrinya, sehingga mengekspos hubungan antara negara Meksiko dan kejahatan terorganisasi.
Demonstrasi besar pada hari Kamis, tanggal 20 November, di Mexico City, telah menunjukkan kepada dunia bahwa kemarahan atas hilangnya mahasiswa lebih kuat dibanding sebelumnya. Jauh dari kondisi melemah, sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah, gerakan protes terus berkembang dan semakin meluas. Demonstrasi-demonstrasi pada tanggal 20 November diteruskan di puluhan kota di seluruh negeri dan di seluruh dunia; dengan total lebih dari 250 aksi protes. 114 institusi perguruan tinggi mengikuti seruan untuk mogok 12, 24 atau 72 jam oleh Majelis Inter-Universitas, yang diputuskan di tiap-tiap universitas oleh majelis-majelis massa bersama ribuan mahasiswa yang terlibat.
Kelas buruh juga berpartisipasi dalam protes-protes tersebut. Serikat buruh telekomunikasi di Telmex (milik Carlos Slim, orang terkaya di dunia) mengorganisasi mogok kerja selama empat jam dan membentuk barisan bersama-sama dengan serikat-serikat lain dalam solidaritas dengan Ayotzinapa pada tanggal 20 November. Di antara serikat-serikat lain yang ikut serta adalah: STUNAM (sebuah serikat staf universitas non akademik), serikat pramugari dan pilot, Nacional Financiera, College of Bachelors dan serikat industri nuklir. Selama seharian terdapat pertemuan wakil-wakil dari mahasiswa, serikat buruh dan organisasi-organisasi rakyat di markas besar serikat teknisi listrik SME untuk mengkoordinasi aksi selanjutnya, termasuk seruan untuk pemogokan umum pada tanggal 1 Desember.
Peristiwa-peristiwa di Meksiko menunjukkan bagaimana cepatnya sebuah situasi, yang di permukaan tampak tenang, dapat berubah kebalikannya. Belum lama ini segala sesuatunya tampak berada di bawah kendali. Beberapa minggu yang lalu, pada awal September, Peña Nieto terlihat berdiri di pucuk pemerintahan yang kuat, yang telah menghancurkan semua oposisi terhadap program kontra-reforma kapitalisnya dan akan memperkenalkan “pembukaan” (privatisasi) atas industri minyak.
Pemerintahan Peña Nieto ingin “mereformasi” – atau dalam kata lain, menghancurkan secara sistematis seluruh reforma-reforma dan pencapaian-pencapaian dari Revolusi Meksiko. Program kontra-reformanya disambut dengan persetujuan penuh dari borjuasi dunia. Media kapitalis seluruh dunia menyanyikan lagu pujian atas Peña Nieto, yang akhirnya “membawa Meksiko ke abad 21”. Para bankir dan kapitalis di New York, Paris dan London menjilati bibirnya karena prospek profit yang menggiurkan dari penjarahan negeri Meksiko. Media “liberal” Barat memuji pemerintahan Peña karena kebijakan-kebijakan ekonominya. Mereka haus akan keuntungan besar yang akan mereka dapat dari privatisasi Pemex dan industri-industri kunci lainnya.
Pada tanggal 15 November The Economist dengan bangga menulis:
“Perusahaan-perusahaan asing sangat terkesan dengan kecepatan reforma-reforma yang sedang didorong oleh Mr. Peña, yang tidak terpikirkan dalam beberapa tahun lalu, bahkan di tengah-tengah kekacauan politik. ‘Meksiko benar-benar telah menangkap imajinasi dari sektor energi dunia,’ kata Enrique Hidalgo dari Exxon Mobil, perusahaan minyak terbesar Amerika. Akan tetapi, para penawar potensial masih menunggu detil-detil dari prasyarat teknik dan finansial yang akan mereka tanda tangani.”
Karena minyak menyumbang sebagian besar pendapatan negara, secara otomatis privatisasinya akan berarti berkurangnya dana untuk pendidikan, kesehatan dan layanan-layanan sosial yang lain. Tetapi rupanya penderitaan rakyat Meksiko bukan hal penting bagi para lintah darat ini.
Kondisi yang diperlukan sebelum melakukan penjarahan terhadap bangsa Meksiko adalah penindasan kejam terhadap seluruh kelas pekerja dan perlawanan rakyat. Penghancuran serikat-serikat buruh oleh Peña memperoleh tepuk tangan antusias dari kaum demokrat gadungan yang mencintai demokrasi hanya sebagai kemunafikan bagi cintanya terhadap penjarahan. Sepertinya dia telah berhasil. Tetapi kemudian dua peristiwa yang tak terduga berpadu meluncurkan sebuah gerakan massa yang segera mengubah keseluruhan situasi: pemogokan institut politeknik yang dimulai pada tanggal 25 September dan serangan terhadap mahasiswa Ayotzinapa pada tanggal 26 September. Gerakan yang sekarang ini lebih besar dibanding dengan kecurangan yang terjadi pada tahun 2012.
Komentar AlJazeera baru-baru ini:
“Negeri ini sedang berada di tengah-tengah krisis itu yang hingga beberapa bulan lalu kedengarannya tidak mungkin. Pemerintah sedang melakukan reforma-reforma konstitusional dan struktural untuk membuka perusahaan minyak milik negara dan merebut kontrol pendidikan dari serikat guru, dengan cara, di antaranya, mengubah proses evaluasi mereka. Perubahan-perubahan ini mendapatkan pengakuan internasional yang sangat luas. The Economist menyebut pemilihan Presiden Enrique Peña Nieto sebagai ‘momen Meksiko.’ Dalam sampul awal tahun ini, majalah Time memproklamirkan sang presiden sebagai ‘Penyelamat Meksiko’.”
Krisis rejim
Pada kenyataannya, gerakan ini lebih dari sekedar penculikan mahasiswa Ayotzinapa.
Kemelut atas hilangnya mahasiswa tidak hanya mengekspos karakter bengis, korupsi dan menindas dari kelas penguasa Meksiko. Hal ini juga mengekspos kemunafikan yang sangat busuk dari kaum demokrat dan liberal Barat.
Sebuah editorial yang penuh rasa panik di Washington Post menuntut tindakan cepat dari Peña Nieto karena “masa depan reformasi ekonominya dipertaruhkan.” Tetapi reformasi di Meksiko (seperti di tempat-tempat lain) hanyalah kata lain dari upaya memperkaya segelintir parasit yang kaya dengan mengorbankan kondisi ekonomi dari mayoritas rakyat.
Semua bualan tentang ekonomi Meksiko benar-benar kosong. Yang semestinya adalah sebuah bangsa yang makmur, lebih dari separuh rakyatnya malah hidup dalam kemiskinan. Menurut Komisi Ekonomi untuk Amerika Latin, kemiskinan turun dari angka 48,4 persen pada tahun 1990 menjadi 27,9 persen pada tahun 2013 untuk seluruh Amerika Latin. Di Meksiko, yang berada pada angka 52,4 persen pada tahun 1994, pada tahun 2006 turun ke angka 42,7 persen; namun pada tahun 2012, angka kemiskinan meningkat lagi menjadi 51,3 persen.
Jurang yang dalam dan luas yang memisahkan si kaya dari si miskin ini telah menciptakan kerenggangan yang tak terjembatani, yang kini semakin mencabik-cabik masyarakat. Seperti sebuah buldoser kejam yang tak bisa dihentikan, program kontra-reforma yang keji ini meluncurkan serangan bertubi-tubi. Kegeraman dan kemarahan terus berkembang dan menjadi amukan. Perlawanan terus bertumbuh dan mencari sebuah ekspresi. Pada kenyataannya situasi yang terjadi sekarang ini adalah ekspresi dari sebuah krisis dari keseluruhan rejim yang sudah lama membusuk.
PRI (partainya Peña Nieto) telah berkuasa selama 70 tahun dan PAN memerintah selama 12 tahun. Kedua partai ini sudah tercemar di kalangan luas. Namun PRD juga sudah sepenuhnya terekspos oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Ketiga partai tersebut menandatangani Pakta Meksiko dan menyetujui seluruh paket kontra-reforma. Lagi pula, wali kota Iguala dan gubernur Guerrero, propinsi dimana para mahasiswa diculik, adalah anggota PRD. Oleh karena itu, rakyat Meksiko telah memiliki banyak pengalaman terhadap partai-partai yang ada dan ada kemuakan yang meluas, tidak hanya terhadap partai yang tengah berkuasa saat ini tetapi juga terhadap seluruh sistem partai—sebuah penolakan tidak hanya terhadap PAN dan PRI tetapi juga terhadap PRD, yang dilihat sebagai bagian dari tatanan korup yang sama yang sedang memerintah demi kepentingan orang-orang kaya dan berkuasa.
Sifat korup dari rejim ini terekspos lebih lanjut dengan adanya skandal yang melibatkan rumah milik istri Peña Nieto. Tampaknya tempat tinggal super mewah tersebut dibangun untuk memanjakan dirinya dan suaminya di salah satu wilayah paling eksklusif di Mexico City. Tempat tinggal yang “sederhana” ini diberitakan menelan biaya sebesar tujuh juta dolar (87 miliar rupiah). Ketika sebagian besar rakyat Meksiko sedang bersusah payah membayar biaya hidup mereka atau bahkan untuk memperoleh sebuah rumah, pemborosan yang memuakkan semacam itu tampak seperti provokasi. Tetapi permasalahannya tidak berhenti sampai di situ.
Terungkap bahwa rumah yang Presiden tempati bersama keluarganya adalah milik seorang pengusaha yang terkait dengan proyek kontroversial konstruksi kereta api senilai 3,75 miliar dolar AS. Rumah ini masih dimiliki oleh sebuah anak perusahaan yang memiliki sejarah panjang memperoleh kontrak-kontrak menguntungkan dari pemerintahan Peña Nieto, yang telah berlangsung sejak ia menjadi gubernur di negara bagian Meksiko. Sebagian besar rakyat Meksiko hanya akan mengangkat bahunya ketika mendengar rahasia-rahasia ini. Itu semua hanya contoh lain dari tindak korupsi yang telah menggerogoti kehidupan politik Meksiko selama beberapa dekade.
“Demokrasi” yang palsu
Penulis besar Amerika, Gore Vidal, telah mengatakan yang sebenarnya mengenai demokrasi di Amerika ketika dia menulis: “Republik kita hanya memiliki satu partai, Partai Properti, dengan dua sayap kanan.” Yang disebut demokrasi di Amerika dan Eropa hanyalah selembar daun ara untuk menyamarkan realitas kediktatoran bank dan bisnis-bisnis besar. Perbedaannya dengan Meksiko adalah negara-negara tersebut lebih kaya dan para bankir serta kapitalisnya sudah lebih lama menyempurnakan mekanisme untuk menipu massa melalui ilusi demokrasi dan “supremasi hukum”.
Borjuasi Meksiko lebih kasar, lebih sinis dan lebih kurang ajar dalam caranya berkuasa. Beberapa tahun lalu saya punya kesempatan untuk bertemu dengan duta besar Meksiko pada sebuah resepsi di kedutaan Venezuela di London. Itu tak lama setelah pemilu 2006 ketika calon dari Kiri PRD, Lopez Obrador, dicurangi kemenangannya dengan sebuah penipuan. Saya berkata kepada duta besar bahwa kecurangan pemilu di Meksiko sudah menjadi kebiasaan nasional, seperti ketika sedang minum tequila. Entah mengapa, rupanya dia tidak tertawa!
Selama bertahun-tahun kelas penguasa Meksiko berhasil menggunakan demokrasi palsu untuk memegang kekuasaan. Tetapi sekarang ada masalah. Pemberontakan sedang berkembang dan kekuatan-kekuatan negara Meksiko tidak cukup untuk mengatasi pemberontakan ini, yang dapat menjadi insureksi. Mereka perlu meminta bantuan pasukan tambahan, bantuan yang tidak akan terikat bahkan dengan perlindungan ala kadarnya yang diberikan kepada warga Meksiko dengan apa yang, dengan nada berkelakar, disebut “supremasi hukum”.
Di Meksiko, seperti di negara-negara lain, terdapat kelas bawah yang sangat besar dari elemen-elemen yang tidak berkelas dan terdemoralisasi yang ditarik dari kalangan paling miskin dan paling putus asa: pemuda-pemuda miskin yang demi beberapa peso siap untuk menjual dirinya ke baron narkoba lokal dan melakukan pekerjaan kotornya: penculikan, penyiksaan, pemerkosaan, pembunuhan dan pembantaian—ini semua merupakan pekerjaan sehari-hari untuk orang-orang yang sudah membusuk ini. Yang lain direkrut paksa ke dalam geng kriminal dengan ancaman dan intimidasi. Tetapi mereka tidak bertindak atas kemauan mereka sendiri.
Di Meksiko semua orang tahu (dan mereka sudah tahu selama bertahun-tahun) bahwa terdapat kolusi erat antara negara dan apa yang dikenal sebagai kejahatan terorganisasi. Kata “demokrasi” menjadi nada yang ironis di sebuah negara di mana kecurangan pemilu merupakan hal biasa dan di mana para politisi, hakim dan kepala polisi dapat diperjual-belikan seperti bir dan tortilla. Saat ini tak ada seorang pun yang dapat mengatakan di mana kejahatan terorganisasi berakhir dan di mana negara bermula.
The Economist, yang baru kemarin memuji Peña Nieto selangit, kini sedang meratap: “Biarpun reformasi ekonomi Mr Peña cukup mengesankan, Meksiko tidak akan pernah berhasil memenuhi potensinya tanpa sebuah sistem hukum kriminal yang efisien dan jujur. Demokrasinya akan kehilangan legitimasi bila para politisinya terus mentoleransi korupsi.”
Tetapi berharap pada pemerintahan gangster korup ini untuk melancarkan perang serius terhadap korupsi dan gengsterisme sama seperti meminta rubah untuk berjaga-jaga di peternakan ayam. Satu-satunya cara untuk membersihkan kotoran yakni politik dan negara Meksiko adalah dengan penggulingan menyeluruh atas pemerintahan dan sistem yang busuk serta tidak adil ini. Itu hanya dapat dicapai dengan aksi revolusioner dari rakyat Meksiko, dan di atas semuanya oleh kelas buruh.
Narkoba adalah bisnis besar
Pada kenyataannya kartel narkoba adalah perusahaan kapitalis besar yang tidak dapat beroperasi tanpa kolaborasi dengan institusi-institusi “hukum” dari negara kapitalis. Ambil contoh pencucian uang: ini dilakukan melalui bank-bank besar—termasuk bank-bank besar Amerika. Bank of America, Wells Fargo dan HSBC semuanya telah didenda karena perannya dalam kegiatan kriminal ini—$1,9 miliar hanya dalam kasus HSBC saja.
Penjarahan di Meksiko tidak hanya berkaitan dengan narkoba. Perusahaan tambang Kanada secara agresif sedang melakukan intervensi di Meksiko, menyerobot ke tanah-tanah yang terlindungi dan menggunakan pasukan bersenjata swasta untuk menyerang masyarakat setempat. Ini salah satu alasan kenapa masyarakat membentuk komite pertahanan diri yang dipersenjatai di Guerrero dan negara-negara bagian Selatan dan Tenggara.
Beberapa jurnal seperti The Economist memuji Peña Nieto karena “ekonomi pasar bebas”nya. Sebagian besar dari “kebebasan” ini terjadi dalam kebebasan untuk kapitalis, Meksiko dan asing, untuk menjarah aset rakyat Meksiko. Tetapi apakah baron-baron narkoba tidak juga mendukung ekonomi pasar bebas? Mereka juga ingin mengejar keuntungan. Mereka sedang bekerja keras untuk menyuplai sebuah pasar yang sedang berkembang (di Amerika Serikat). Dan orang-orang bersenjata yang mereka pekerjakan untuk menghabisi lawan mereka, apakah mereka juga bukan pekerja-pekerja biasa yang bekerja karena alasan profit dan pasar bebas dengan cara mereka sendiri yang paling sederhana?
Apa bedanya antara baron-baron narkoba ini dan, para pemilik bank dan korporasi besar Amerika? Mereka juga terlibat dalam penjarahan, namun dalam skala yang sangat besar. Mereka juga menggunakan kekerasan untuk menyingkirkan lawan mereka pada skala dunia, dan mereka memiliki senjata pemusnah yang jauh lebih mengerikan, di mana pembayar pajak AS mengeluarkan sekitar 800 miliar dolar setiap tahun. Dengan memanfaatkan negara (sebagaimana Marx sudah jelaskan di mana negara hanyalah komite eksekutif bagi borjuasi secara keseluruhan), mereka dapat memaksakan kehendak mereka, menyerbu negara-negara lain dan menggulingkan pemerintahan-pemerintahan. Mereka juga menjual dan membeli para politisi, anggota kongres dan senator-senator dan bahkan satu-satunya orang yang duduk di Gedung Putih. Bila diperbandingkan, baron-baron narkoba Meksiko hanyalah seekor ikan teri!
Sia-sia saja membayangkan bahwa rejim borjuis mampu memberantas kejahatan dan korupsi, karena sistem kapitalis itu sendiri didirikan di atas kejahatan dan korupsi. Keadilan itu sendiri merupakan bagian dari ekonomi pasar bebas, sebagaimana yang diketahui oleh setiap rakyat Meksiko. Polisi menerima “gigitan kecil”nya, sementara para hakim dan politisi menuntut bayaran yang jauh lebih besar untuk jasa yang diberikan. Tetapi pada akhirnya mereka semua bisa dijual beli. Sehingga yang kaya dan kuat dapat lolos dari pembunuhan, sementara yang miskin harus selalu membayar penuh.
“Kami bertekad untuk mengubah negara ini”
Seperti halnya gelombang besar yang menyapu samudra Atlantik adalah manifestasi permukaan dari arus yang kuat dan dalam, maka gelombang protes massa yang marah atas hilangnya para mahasiswa hanyalah gejala yang paling terlihat dari kebencian yang sedang mendidih yang terkumpul di bawah permukaan masyarakat Meksiko. Seperti itulah situasi gejolak dan kekacauan yang ada, sehingga parade peringatan Revolusi Meksiko tanggal 20 November terpaksa dibatalkan.
Setelah kegagalan dari usaha awalnya untuk mengabaikan kasus hilangnya mahasiswa, sekarang Peña Nieto, dengan panik, mencoba untuk memberikan kesan bahwa dia sedang melakukan sesuatu. Dia berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas situasi dengan menangkap wali kota Iguala beserta istrinya. Hiu-hiu besar memang selalu rela mengorbankan hiu-hiu kecil untuk melindungi kulitnya sendiri. Tetapi ini terlalu kecil dan terlalu terlambat. Tuntutan-tuntutan dari gerakan semakin radikal dari hari ke hari.
Lenin sangat menyukai pepatah Rusia ini: Kehidupanlah yang mengajarkan. Di setiap negara, massa tidak belajar dari buku-buku, tetapi melalui pengalaman mereka sendiri dari kehidupan dan perjuangan kelas. Dan tidak ada keraguan bahwa rakyat Meksiko belajar dengan sangat cepat dan menarik beberapa kesimpulan yang sangat penting. Dalam sebuah pertemuan massa yang diakhiri dengan demonstrasi pada tanggal 20 November, Felipe de la Cruz, ayah dari salah seorang mahasiswa yang hilang yang sedang berkeliling negeri dalam tiga kolom yang berbeda, mengatakan:
“Kami bertekad untuk mengubah negara ini untuk selamanya. Kami rela membuang institusi-institusi tersebut karena mereka tidak lagi melayani tujuan apapun. Kami percaya dengan cara-cara damai, tetapi kalian tidak dapat berbicara tentang perdamaian ketika 43 anak muda kita masih hilang. Kalian tidak dapat berbicara tentang pemerintahan ketika mengirimkan provokator-provokator dan polisinya untuk merepresi rakyat. Dan itu harus berubah.
“Hari ini kami ingin memberitahukan kepada kalian, berkat gerakan kami, kita menyadari bahwa terdapat kuburan massal dan orang-orang yang hilang di seluruh negeri, tidak hanya di Guerrero. Hari ini kami tidak sedang merayakan ulang tahun Revolusi Meksiko yang ke-104. Jika kami berdiri di sini, itu karena para penguasa telah memelintir Konstitusi kita untuk kepentingan mereka dan untuk membenarkan tindakan-tindakan mereka.
“Meskipun mungkin para bandar narkobalah yang telah melakukan eksekusi, orang-orang yang harus bertanggung jawab adalah mereka yang sedang memerintah negara, yang telah membawa kami ke dalam situasi yang sungguh tertekan, yang mana kemiskinan, tidak adanya kesempatan untuk memiliki pekerjaan yang layak, dan penghancuran sistematis terhadap hak atas pendidikan, telah memaksa puluhan ribu laki-laki dan perempuan untuk bermigrasi dan menjauh dari masyarakatnya.”
Kesimpulan ini seribu kali benar.
Elemen-elemen yang memberontak
Jelas bahwa situasi hari ini benar-benar tak bisa ditoleransi oleh sebagian besar rakyat Meksiko. Kemarahan yang telah terbangun selama bertahun-tahun menemukan titik sulutnya dengan isu hilangnya para mahasiswa. Pada intinya ini adalah masalah kelas: perjuangan antara segelintir oligarki super kaya dan mayoritas besar rakyat Meksiko. Bahkan The Economist terpaksa mengakui bahwa: “Bagi kebanyakan rakyat Meksiko, Iguala adalah pengingat atas kesenjangan antara keadilan bagi si miskin dan si kaya.”
Pada tanggal 15 November The Los Angeles Times menarik paralel antara situasi hari ini dan Revolusi Meksiko pada tahun 1910: “Hilangnya 43 mahasiswa dari institut keguruan Ayotzinapa di negara bagian Guerrero menyebabkan gempa politik yang sepertinya tidak pernah terjadi di Meksiko dalam beberapa generasi—mungkin sejak revolusi di tahun 1910.”
Paralel ini cukup beralasan. Terdapat elemen-elemen insureksi dalam situasi ini. Di Guerrero, dan juga di Michoacan, rakyat mempersenjatai diri (Polisi Masyarakat di Guerrero, kelompok bela diri di Michoacán) untuk mempertahankan diri dari negara dan kartel-kartel narkoba—di beberapa kota dan desa mereka sekarang sedang mengambil alih balai-balai kota. Di Guerrero, masyarakat setempat, serikat guru CETEG dan para mahasiswa serta para kerabat dari mahasiswa yang hilang membentuk Majelis Rakyat Nasional yang menyerukan “pemerintahan buruh-tani yang jujur”.
Apa yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu menyatukan gerakan pada tingkat nasional. Morena menampilkan dirinya sebagai alternatif kiri dari PRD, tetapi telah gagal memberikan suatu kepemimpinan yang nyata bagi gerakan. Menyerukan satu demi satu demonstrasi massa tanpa suatu rencana yang matang tampaknya adalah murni strategi pemilu. Tetapi gerakan ini sudah melebar melampaui batas-batas sempit parlementerisme borjuis. Sifat takut-takut dari kepemimpinan Morena adalah kebijakan yang mengalahkan diri sendiri dari berbagai sudut pandang.
Untungnya, massa tidak takut untuk melawan. Dan itu seribu kali lebih benar bagi kaum muda, yang mengetahui bahwa ini adalah perjuangan bagi masa depannya, bagi haknya untuk bekerja dan untuk menemukan eksistensi kemanusiaannya yang bermartabat. Para mahasiswa Meksiko sedang berjuang di garis depan. Mereka berjuang tanpa rasa takut, mempertaruhkan segala yang mereka miliki, kebebasannya, karier dan juga hidupnya. Begitulah tradisi mahasiswa Meksiko. Banyak yang telah membayar dengan mempertaruhkan hidupnya di tahun 1968, dan banyak juga yang sedang membayar dengan mempertaruhkan hidupnya pada saat sekarang ini.
Gerakan berjalan cepat dengan langkah-langkah raksasa. Gerakan ini telah menohok Kekuasaan sampai ke jantungnya. Tapi masih jauh dari memenangkan tujuan pokoknya, bahkan tujuan-tujuan dasar seperti klarifikasi terhadap nasib anak-anak muda yang hilang dan hukuman bagi siapa pun yang terlibat dalam penculikan mereka. Namun terdapat bahaya dalam situasi ini. Jika tidak ada kepemimpinan dan koordinasi pada tingkat nasional, gerakan akan berakhir dalam serangkaian pemberontakan lokal yang segera dapat dihancurkan, satu per satu. Sekelompok kalangan muda, dengan nekat, mungkin, akan mengambil jalan “gerilyaisme”, mengambil jalan aksi-aksi teror individual. Sejarah Amerika Latin menunjukkan bahwa ini hanya akan membawa kekalahan berdarah yang lebih parah.
Gerakan ini masih berada dalam pendakian, yang sedang mendapatkan kekuatan dan dukungan dari hari ke hari serta sedang memperluas wilayahnya menjadi sebuah gerakan melawan rejim dengan tuntutan yang jelas: Gulingkan Peña Nieto dan pemerintahannya! Tetapi bagaimana hal ini dapat tercapai?
Satu-satunya kekuatan yang dapat menghancurkan oligarki Meksiko adalah kelas buruh dan sekutu alamiahnya, petani miskin dan kaum miskin kota, kaum perempuan dan pemuda revolusioner. Tak ada kekuatan di tanah Meksiko yang dapat mengalahkan kelas buruh Meksiko, segera setelah diorganisasi dan dimobilisasi untuk mengubah masyarakat. Agar gerakan dapat menemukan kekuatan dan kepaduan untuk mencapai ini, tahapan berikutnya tentu harus melibatkan kelas buruh secara keseluruhan.
Akibat kegagalan para pemimpin Morena, gerakan massa diekspresikan melalui saluran-saluran lain: para mahasiswa mengorganisasikan dirinya sendiri dalam komite pemogokan demokratik di IPN (Majelis Umum Politeknik) dan membentuk komite koordinasi nasional (Majelis Inter-Universitas).
Perjuangan mahasiswa Politeknik memainkan peran kunci dalam gerakan dan belum selesai (mereka telah melakukan pemogokan sejak tanggal 25 September). Yang pertama mengatakan bahwa gerakan ini harus meluas melampaui IPN (Politeknik) dan terhubung dengan protes-protes di Ayotzinapa adalah kamerad-kamerad CLEP dan kaum Marxis La Izquierda Socialista. Peran dari kaum Marxis Meksiko akan menjadi penting bagi keberhasilan gerakan ini. Dipersenjatai dengan program revolusioner dan ide-ide Marxis, gerakan tersebut tidak akan dapat dikalahkan.
Sebuah pemogokan selama 24 jam diserukan pada tanggal 1 Desember. Itu merupakan langkah besar ke depan, tetapi masih langkah pertama. Apa yang dibutuhkan adalah sebuah pemogokan umum total dengan tujuan menggulingkan pemerintahan. Komite-komite aksi harus dibentuk untuk mengorganisasi perjuangan dan menyatukan perjuangan di tingkat lokal, kota, regional dan nasional. Dengan cara ini kekuatan dapat dibentuk, sehingga berani menantang negara borjuis yang bobrok, korup dan usang ini, serta menyiapkan jalan bagi revolusi baru di Meksiko yang akan mengguncang dunia.
Apa yang terjadi di Meksiko hanyalah refleksi lain lagi dari gelombang umum ketidakpuasan dan kemarahan terhadap sistem politik, meningkatnya ketimpangan, dll., yang telah kita lihat di tempat lain dengan implikasi-implikasi revolusioner. Dengan segenap hati dan jiwa, kami mendukung kaum buruh, petani, mahasiswa dan kaum muda revolusioner Meksiko.
– Dukung Sepenuhnya Gerakan Ayotzinapa
– Pelajar dan Buruh Bersatu!
– Tumbangkan Pemerintahan Peña Nieto!
– Pekerjaan, Pangan, dan Papan!
– Hidup Revolusi Meksiko!
London, 27 November 2014.
Meksiko: Kemarahan Atas Hilangnya Mahasiswa Ayotzinapa Yang Tak Kunjung Reda
Oleh Jorge Martin dan Ubaldo Oropeza
Rabu, 19 November 2014
Sekarang sudah tujuh minggu sejak polisi menyerang para mahasiswa dari sebuah institut keguruan Ayotzinapa, dan kemudian menculik 43 dari mereka dan menyerahkan mereka ke kelompok kartel narkoba. Insiden brutal di kota Iguala, Guerrero, ini adalah seperti jerami terakhir yang mematahkan punggung unta, yakni membuka gelombang protes massa yang terus membesar dan menyebar.
Serangan terhadap para mahasiswa Ayotzinapa tersebut mengungkapkan apa yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat Meksiko mengenai jaringan terselubung yang menghubungkan tiga partai politik utama (PRI, PAN dan PRD), aparatus negara dan kejahatan terorganisasi. Hal ini juga bertindak sebagai katalis bagi seluruh kemarahan yang terpendam terhadap pemerintahan yang, dengan kecepatan kilat, sedang menghancurkan apa saja yang tersisa dari pencapaian-pencapaian revolusi Meksiko. Ini mencakup kontra-reforma UU perburuhan, pembredelan terhadap serikat teknisi listrik Meksiko yang militan, kontra-reformasi pendidikan, kontra-reformasi sistem jaminan sosial dan pensiun, dan lain-lain.
Pemerintahan Enrique Peña Nieto, dari partai PRI yang memerintah Meksiko selama 70 tahun, kemudian menerapkan apa yang disebut “pembukaan industri minyak”, yang berarti memutar balik kebijakan-kebijakan revolusioner yang pernah diambil oleh jenderal Lazaro Cardenas pada tahun 1938 ketika dia mengambil alih perusahaan-perusahaan minyak Inggris.
Sebuah artikel di Washington Post dengan tepat menggambarkan gejolak akumulasi kemarahan ini:
“Tuntutan untuk menemukan para mahasiswa dan menghukum orang-orang yang bertanggung jawab atas hilangnya mereka telah meluas menjadi kemarahan yang lebih beragam terhadap para politisi korup dan kroni-kroninya dalam perdagangan narkoba, reformasi-reformasi dalam bidang ekonomi dan pendidikan yang ditekankan oleh Peña Nieto, dan terhadap meningkatnya kekayaan dari kelas politik ketika kemiskinan masih berlangsung di negara-negara bagian seperti Guerrero. Kemarahan tersebut mencerminkan ketidakpercayaan yang mendalam terhadap pemerintahan baru.” (Outrage in Mexico over missing students broadens into fury at corruption, inequality).
Apa yang telah terjadi pada malam tanggal 26 sampai 27 bulan September adalah jelas: atas perintah wali kota Iguala, Abarca, polisi kota, tanpa ada peringatan sebelumnya, melepaskan tembakan terhadap para mahasiswa Ayotzinapa Normal Rural (sebuah institut keguruan). Enam orang tewas di tempat dan 43 yang selamat kemudian ditangkap oleh polisi dan diserahkan ke sebuah kartel narkoba, yang mana wali kota, istri wali kota, dan kepala kepolisian kota terlibat. Gubernur Aguirre, dari partai PRD yang dulunya Kiri, sama seperti wali kota, dipaksa untuk mengundurkan diri atas keterlibatannya dalam serangan tersebut.
Alasan kenapa para mahasiswa tersebut diserang? Wali kota takut bahwa keberadaan mereka di Iguala adalah untuk memprotes sebuah pertemuan politik dimana istrinya akan berpidato. Singkatnya, mereka dibunuh dan hilang karena tradisi militansi revolusioner mereka yang luar biasa.
Kemarahan kawan-kawan dan kerabat dari para mahasiswa yang hilang pertama-tama diarahkan kepada wali kota setempat dan gubernur Guerrero. Tetapi lepas 10 hari baru pemerintah ini mengeluarkan pernyataan publik dan mengintervensi kasus ini. Semakin banyak detil yang muncul pada kasus ini, semakin jelas bahwa kolusi negara dengan kejahatan terorganisasi bukan sesuatu yang hanya mempengaruhi satu bagian atau satu partai politik saja, tetapi seluruh aparatus negara pada semua tingkatan (kota, negara bagian dan federal). Dengan satu atau lain cara setiap orang telah mengetahuinya dan mencurigainya, sebuah kesimpulan yang tak dapat dielakkan dalam enam tahun berdarah dari apa yang disebut sebagai “perang melawan narkoba” di bawah presiden Calderón (pendahulu Peña Nieto, dari partai Katolik Sayap kanan PAN) yang mana, menurut angka resmi, lebih dari 120,000 orang telah terbunuh. Kasus para mahasiswa Ayotzinapa ini mengkristalisasikan semuanya menjadi sebuah gerakan massa.
Para aktivis telah menyadari, semakin jelas, bahwa pemerintah nasional tidak sungguh-sungguh tertarik dalam penyelesaian kasus ini, tetapi malah menunda semua pemberitaan sehingga pihak keluarga merasa lelah dan putus asa. Pertama-tama mereka menyebarkan desas-desus tentang dugaan adanya hubungan antara para mahasiswa yang diculik dan kejahatan terorganisasi. Mereka mencoba untuk mengatakan bahwa merekalah yang harus disalahkan karena mereka adalah kelompok “radikal” dan “gerilyawan”. Namun tak satu pun terbukti.
Perjuangan untuk Ayotzinapa menjadi seruan bagi gerakan mahasiswa yang semakin meningkat, berawal dari UNAM dan universitas IPN di Mexico City, tetapi kemudian menyebar ke lebih dari 140 institusi pendidikan tinggi di seluruh negeri. Ini adalah gerakan mahasiswa terbesar di Meksiko sejak tahun 1968 dan dalam penyebaran pada skala nasionalnya sudah lebih besar dari tahun itu.
Terdapat serangkaian hari-hari aksi nasional, pemogokan mahasiswa nasional 48 dan 72 jam, demonstrasi dengan jumlah ratusan ribu di Mexico City dan puluhan ribu di ibukota-ibukota negara bagian di seluruh negeri. Tentu saja, gerakan ini lebih kuat dan lebih radikal di Guerrero dan di negara bagian-negara bagian selatan lainnya seperti Michoacán dan Oaxaca, dengan tradisi perjuangan yang revolusioner dan seksi-seksi yang kuat dari organisasi guru demokratik militant CNTE. Tetapi secara signifikan gerakan ini juga telah menyebar ke utara, dengan tradisi yang lebih konservatif dan di bawah kontrol kuat kartel-kartel narkoba. Terjadi demonstrasi-demonstrasi besar di Sinaloa, San Luís Potosí, Sonora dan di negara-negara bagian lain di bagian utara negara tersebut.
Sebuah pertemuan yang banyak diberitakan antara pihak keluarga para mahasiswa dan presiden Peña Nieto tidak berjalan sesuai rencana, dimana para sanak keluarga hadir dengan semangat perlawanan, alih-alih merasa puas dengan kata-kata dari presiden.
Pada tanggal 7 Oktober, dengan sebuah langkah yang putus asa, Peña Nieto memutuskan untuk mencoba cara lain untuk meredam protes. Dalam sebuah pernyataan yang ditayangkan di televisi, Jaksa Agung Murillo Karam mengumumkan bahwa mereka mengetahui apa yang telah menimpa para mahasiswa. Mereka dieksekusi oleh sebuah kartel narkoba, tubuh mereka dibakar dan abunya dibuang ke sungai. Wali kota Iguala dan istrinya sudah ditangkap pada minggu yang sama. Ini seharusnya mengakhiri kasus ini. Ini adalah sebuah insiden yang tragis, patut disayangkan, tetapi tak ada lagi yang dapat dilakukan dan kasus ini akan ditutup sekarang.
Pemerintah mengetahui bahwa pernyataan ini akan memancing demonstrasi-demonstrasi besar tetapi pemerintah siap untuk membayar harganya. Ini juga mestinya untuk mempersiapkan kunjungan kepresidenan ke Cina yang tertunda, yang dijadwalkan kembali pada tanggal 9 November.
Sekali lagi, rencana pemerintah ini diusik oleh semangat militan dari para orang tua yang tidak percaya dengan pemerintah. Mereka menunjukkan bahwa pemerintah belum memberikan bukti apapun dari apa yang telah dikatakan. Mereka sudah dibodohi sebelumnya, ketika pemerintah mengumumkan bahwa mayat-mayat yang ditemukan di deretan kuburan massal adalah mayat-mayat dari anak-anak mereka, yang lalu terbantah dengan tes DNA.
Pihak keluarga bersikeras bahwa pencarian anak-anak mereka dan mobilisasi mereka akan terus berlanjut hingga terdapat bukti konklusif tentang nasib anak-anak mereka. Beberapa hari kemudian kebohongan pemerintah mulai terkuak. Ada yang menunjukkan bahwa ada hujan yang lebat pada malam hari ketika mayat-mayat mahasiswa tersebut katanya dibakar selama 15 jam, menurut pernyataan pemerintah. Sebuah tim forensik Argentina menyatakan bahwa DNA yang ditemukan dalam kuburan massal di Cocula dan Iguala, pun sampel-sampel yang diambil dari tempat pembuangan sampah di Cocula (di mana diduga tubuh para mahasiswa dibakar), tidak cocok dengan DNA para mahasiswa. Sampel-sampel DNA dari abu yang ditemukan harus diproses dengan menggunakan alat khusus dan sampel-sampel tersebut telah dikirim ke Austria.
Karam membuat kesalahan lebih lanjut pada akhir jumpa pers ketika dia menolak wawancara dengan mengatakan “Ya me cansé” (“Saya lelah, saya kira cukup”). Ini benar-benar sebuah penghinaan. Pemerintah, yang setidaknya sebagian bertanggung jawab atas hilangnya para mahasiswa dan jelas terlihat sama sekali tidak tertarik untuk menemukan keberadaan mereka, sekarang mengatakan mereka “lelah” mengurusi masalah ini!
Reaksi dari massa jelas sangat geram. Di ibu kota Guerrero, Chilpancingo, para demonstran yang marah membakar beberapa mobil dinas dan istana negara bagian. Di Mexico City puluhan ribu massa melakukan arak-arakan pada hari Minggu, tanggal 9 November, dan kemudian membakar pintu gerbang Istana Negara. Adanya beberapa provokator di antara para demonstran dan membiarkan pintu dibakar jelas-jelas telah didesain untuk memberikan cap pada para demonstran sebagai tindakan premanisme anti-Meksiko. Pada saat yang sama terdapat rasa marah dan frustrasi yang mendalam atas sikap pemerintah. Ribuan pemuda siap menghadapi polisi anti huru-hara, bukan hanya segelintir saja.
Perjalanan Presiden ke Cina, jauh dari mengakhiri protes, justru mengkonsentrasikan kemarahan yang bahkan lebih tertuju pada dirinya. Dia dikritik karena komentar-komentar yang tak pada tempatnya dari anak perempuannya, karena membawa serta peñata rias pribadi istrinya ke Cina, karena biaya pesawat kepresidenan, dan karena biaya tempat tinggal istrinya, dsb., dsb.
Di Guerrero and Michoacán, para demonstran telah mengambil alih balai kota dan di banyak kota dan desa masyarakat yang dipersenjatai, melalui “polisi masyarakat” terorganisasi, adalah satu-satunya otoritas yang diakui. Di Michoacan, di mana pemerintah telah berhasil mengkooptasi dan membubarkan organisasi-organisasi pertahanan diri yang diciptakan untuk membela masyarakat dalam melawan pasukan pemerintah dan narcos [organisasi narkoba], sekarang mereka mulai kembali mempersenjatai diri.
Untuk memberikan indikasi seberapa besar gerakan di antara kaum muda ini, pada tanggal 11 November terjadi sebuah pertemuan massa yang melibatkan 5000 orang: mahasiswa, dosen, dan para pekerja kampus universitas UAM Azcapotzalco. Mereka memutuskan untuk melakukan pemogokan demi 43 mahasiswa Ayotzinapa. Ini bukan pemogokan penuh dengan okupasi kampus, melainkan keadaan mobilisasi permanen dengan menggelar pertemuan-pertemuan, kegiatan-kegiatan, diskusi-diskusi, dll.
Sekretaris Negara, Chong, dicemooh pada acara pembukaan Central American Games pada tanggal 14 November di Veracruz, ketika ia menyebut nama presiden. Ini lebih mengejutkan karena mayoritas besar adalah suporter setia partai PRI yang didatangkan dengan bus-bus. Terjadi protes dari publik pada menit 43 babak pertama dan babak kedua selama pertandingan sepak bola Meksiko-Belanda.
Kemudian pada Sabtu malam, tanggal 14 November, saat presiden mendarat dalam perjalanan pulang dari Cina dan KTT G20, terjadi insiden lain yang membuat situasi semakin berkobar. Sepasukan polisi memasuki universitas UNAM dan mulai mengambil foto dari para mahasiswa dari luar ruang kuliah Che Guevara yang telah diduduki oleh mahasiswa. Ini merupakan provokasi yang terang-terangan (dilakukan dengan dalih menindaklanjuti pencurian ponsel) dan ketika para mahasiswa menghalangi polisi, salah satu dari polisi tersebut mengeluarkan tembakan yang melukai salah seorang mahasiswa di bagian kaki.
Malam itu ratusan mahasiswa bentrok dengan polisi anti huru-hara yang memasuki UNAM (melanggar otonomi universitas). Tanggapan Peña Nieto ketika dia turun dari pesawat kepresidenan adalah sebuah peringatan yang tidak mengancam bahwa “negara memiliki legitimasi untuk melakukan represi jika perlu”. Seolah-olah negara tidak bertanggung jawab dengan dilepaskannya tembakan kepada para mahasiswa yang tidak bersenjata dan penculikan 43 dari antara mereka! Seolah-olah sudah tidak ada 23.000 orang hilang dan pelanggaran hak asasi manusia yang tak terhitung jumlahnya yang dilakukan oleh negara!
Pemerintahan Peña Nieto nampak semakin terisolasi ketika sebuah gerakan nasional berkembang ke arah tuntutan pengunduran dirinya. Tetapi seekor binatang buas akan sangat berbahaya ketika ia terluka. Kita tidak akan lupa bahwa Peña Nieto adalah gubernur Negara Bagian Meksiko yang menggunakan represi polisi secara brutal terhadap desa San Salvador Atenco pada tahun 2006. Ratusan orang ditangkap selama pendudukan desa, dan 26 perempuan mengalami pelecehan seksual, dan juga banyak pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia lainnya.
Di balik topeng Peña Nieto sebagai sang pembaharu hebat, yang dipoles oleh media kapitalis dunia, sebenarnya dia sedang melakukan tindakan kontra-reforma sebagaimana yang tengah dituntut oleh kapital internasional, dan pada kenyataannya ini adalah wajah brutal lama yang sama dari rezim PRI tak pernah hilang.
Ancaman Peña Nieto, karena ini bukan “peringatan”, dapat menjadi awal untuk pelepasan gelombang represi terhadap gerakan secara keseluruhan dan juga, secara khusus, terhadap para aktivisnya yang paling menonjol. Satu-satunya hal yang telah menghentikan dia dari cara ini, sejauh ini, adalah fakta, yang bahkan dipahami oleh kelas penguasa, bahwa pada poin ini represi pemerintah hanya akan memiliki dampak untuk lebih memperkeruh situasi.
Untuk memberikan gambaran tentang pola pikir para pemimpin PRI, mari kita kutip Beatriz Pagés, Sekretaris Kebudayaan partai: “Hilangnya dan kemungkinan terbunuhnya 43 mahasiswa muda Ayotzinapa merupakan bagian dari suatu jebakan melawan Meksiko. Beberapa elemen yang merupakan bagian darinya: kejahatan terorganisasi, kelompok-kelompok gerilya, serikat-serikat buruh seperti Koordinasi Guru Guerrero, kelompok-kelompok anarkis seperti mereka yang telah membakar pintu gerbang Istana Negara, dan partai-partai politik—seperti Morena—yang mengambil manfaat dari instabilitas ini.” Dengan tegas dia menambahkan adanya konspirasi dari “para mahasiswa Polytechnic, yang tidak lagi tertarik dengan penyelesaian tuntutan-tuntutan mereka, tetapi secara artifisial memperpanjang pemogokan mereka untuk menciptakan kekacauan.”
Tentu saja tidak ada konspirasi semacam itu. Penyebab sesungguhnya dari ledakan ini adalah akumulasi kontra-reforma ekonomi, represi, kecurangan pemilu, dll. Mengenai Morena, sementara benar bahwa anggota-anggotanya terlibat di dalam gerakan, para pemimpinnya tidak memberikan kepemimpinan sama sekali terhadap protes-protes ini.
Kemudian dia beranjak ke titik krusial yang mengkhawatirkan kelas penguasa, di Meksiko dan di luar negeri: “Ada orang-orang yang jelas-jelas sedang beroperasi melawan kepentingan Meksiko, dan kaum muda—yang di Ayotzinapa atau yang di Polytechnic—telah dipilih dalam rangka untuk menciptakan kondisi-kondisi yang bertentangan dengan investasi dan kepentingan Meksiko.”
Inilah yang sesungguhnya penting. Ini bukan mengenai perlunya untuk mengakhiri dominasi dari geng-geng kriminal dan kolusinya dengan aparatus negara. Ini boleh-boleh saja, selama tak ada seorang pun yang protes terhadapnya, karena akan mengganggu “investasi”, yakni, menghancurkan iklim “keramahan bisnis” yang diciptakan oleh kontra-reforma kapitalis Peña Nieto. Itu membuat negara kurang aman dari sudut pandang kepentingan perusahaan-perusahaan multinasional dan bisnis-bisnis besar Meksiko.
Dan di dalam sebuah pengakuan bahwa mayoritas rakyat bersimpati dengan gerakan kaum muda dan dapat mengambil langkah untuk bergabung, dia menyimpulkan: “Para kriminal ini tidak boleh mendapatkan ruang di jalanan, tetapi yang terutama sekali tidak boleh mendapatkan ruang di antara opini publik.”
Tidak diragukan bahwa sebuah sayap dari negara dan kelas penguasa menginginkan sebuah seksi dari mahasiswa, petani dan guru di Guerrero serta Mexico City mengambil jalan aksi-aksi terisolasi seperti perjuangan gerilya dan teror. Ini akan membantu mereka mengisolasi elemen-elemen yang lebih maju dari gerakan umum dan membenarkan penggunaan kekuatan dari negara secara penuh dalam melawan mereka.
Pada hari Minggu, setelah provokasi di UNAM, terjadi demonstrasi di kampus. Sekelompok kecil mahasiswa bertopeng berusaha untuk mengambil alih gedung rektorat. Sekelompok besar menghadangnya dan bahkan menyerukan diadakannya pertemuan-pertemuan massa yang dilakukan di sekolah-sekolah, sehingga setiap okupasi akan menjadi keputusan gerakan secara keseluruhan. Ini merupakan cara maju yang tepat untuk mempertahankan kesatuan dan keutuhan gerakan. Tentu saja, apa yang sedang kita bicarakan di sini bukan tentang nasib pintu gerbang Istana, tetapi nasib gerakan secara keseluruhan dan apa strategi yang dapat membuatnya lebih kuat dan bagaimana gerakan dapat memberikan pukulan terbaik terhadap musuh untuk mencapai tujuannya.
Di Guerrero misalnya, setiap kekerasan dan perusakan properti yang telah terjadi dilakukan sebagai hasil dari keputusan gerakan secara keseluruhan yang melibatkan mahasiswa, keluarga dari para mahasiswa Ayotzinapa, serikat guru CETEG dan organisasi-organisasi massa yang lain.
Akan tetapi, yang benar-benar akan mengguncang rejim—dan kita tidak akan lupa bahwa Peña Nieto, sebagaimana pendahulunya Calderón hanya berkuasa sebagai akibat dari kecurangan pemilu—adalah masuknya kelas buruh ke dalam gerakan dengan cara-cara yang menentukan. Para mahasiswa sudah memahami hal itu dan sedang bekerja ke arah itu.
Pada tanggal 20 November, yakni Hari Revolusi Meksiko, terdapat seruan untuk pemogokan mahasiswa nasional dan hari aksi nasional. Di Mexico City sebuah seruan dikeluarkan untuk menduduki bandara internasional. Semua ini diikuti oleh demonstrasi massa yang bergabung dengan empat kolom dari keluarga para mahasiswa Ayotzinapa yang sedang berkeliling ke seluruh negeri mengumpulkan dukungan bagi perjuangan mereka.
Pada tanggal 29 November, para pengajar Ayotzinapa menyerukan sebuah konggres mahasiswa nasional untuk bertemu di ruang kuliah mereka di Guerrero. Akhirnya pada tanggal 1 Desember terdapat seruan pemogokan umum selama 24 jam. Sulit untuk mengetahui apa yang akan menjadi dampaknya. Di satu sisi, serikat-serikat yang sedang menyerukan mogok ini hanyalah minoritas kecil dari kelas buruh terorganisasi, sebagian besar terkonsentrasi pada profesi pengajar (tingkat dasar, menengah, universitas), bersama-sama dengan buruh perusahaan telekomunikasi dan juga beberapa bagian dari para penambang di wilayah utara. Akan tetapi dengan mogok yang ada aksi-aksi pada tanggal 20 dan 1 dapat bergerak jauh melampaui lingkup organisasi-organisasi yang sedang menyerukan mereka.
Peristiwa-peristiwa di Meksiko menunjukkan betapa cepatnya sebuah situasi, yang tampaknya terlihat tenang pada permukaan, dapat berubah menjadi kebalikannya. Masih beberapa minggu yang lalu, pada awal September, pemerintahan ini tampak seperti sebuah pemerintahan yang kuat, yang telah menghancurkan seluruh perlawanan terhadap program kontra-reforma kapitalisnya, dan akan memperkenalkan “pembukaan” (privatisasi) industri minyak. Majalah The Economist, Financial Times dan Washington Post, bahkan semua media kapitalis di seluruh dunia, sedang memuji Peña Nieto, yang pada akhirnya “membawa Meksiko ke abad 21”.
Dua peristiwa yang tampak kebetulan, pemogokan sebuah Institut Politeknik yang dimulai pada tanggal 25 September mengenai sebuah isu yang tampak kecil dan serangan terhadap para mahasiswa Ayotzinapa pada tanggal 26 September, berpadu melepaskan sebuah gerakan massa yang mengguncang seluruh situasi. Gerakan ini masih jauh dari kemenangan, masih berada dalam pendakian, sedang mencari kekuatan dan dukungan dari hari ke hari dan meluaskan lingkupnya menjadi sebuah gerakan melawan seluruh rejim ini dengan sebuah tuntutan yang jelas: Peña Nieto harus turun.