Pemilihan umum secara serentak digelar di Meksiko minggu lalu pada 2 Juli. Lebih dari 89 juta pemilih terdaftar dalam pemilu ini, yang merupakan jumlah tertinggi sepanjang sejarah pemilu Meksiko. Dalam pemilu ini setidaknya ada sekitar 18 ribu jabatan publik yang dipertaruhkan. Tapi dari semua pemilihan yang ada pilpres adalah yang paling perlu kita soroti.
Medan perjuangan kelas di Meksiko tampaknya memasuki babak baru setelah Andres Manuel Lopez Obrador yang lebih dikenal dengan sebutan AMLO dari MORENA (Movimiento Regeneracion Nacional) atau Gerakan Regenerasi Nasional memenangi pemilu presiden dengan perolehan 53% suara. Oligarki dan Imperialisme yang terbiasa dipatuhi sekarang mesti terhenyak karena mereka harus berhadapan dengan sebuah pemerintahan baru yang tampaknya merongrong privilese mereka. Pemerintahan baru ini juga mengatakan bahwa mereka ingin memisahkan kekuatan politik dan ekonomi dan lebih memprioritaskan orang-orang miskin.
Kemenangan AMLO ini tentu saja tidak melalui jalan yang mulus. Sebelumnya ada serangkaian peristiwa yang menunjukkan konflik tajam diantara AMLO dan para borjuis.
Beberapa minggu sebelum pemilihan AMLO mengomentari proyek bandara baru di kawasan Mexico City yang sudah mulai digarap. Ia menyatakan ketidaksetujuannya. Proyek bandara ini rencananya akan menelan biaya sebesar 13 miliar dolar. Salah satu orang terkaya di Meksiko, Carlos Slim, merespons keras pernyataan AMLO dengan mengatakan bahwa upaya penangguhan pembangunan proyek bandara ini menghambat pembangunan kemajuan bangsa.
Setelah pertemuan antara AMLO dan para bankir, yang belakangan kemudian menyatakan ketidaksetujuan mereka atas sejumlah proposal AMLO. Perwakilan Bancomer, sebuah institusi finansial di Meksiko, melalui pesan Whatsapp mengatakan bahwa mereka menentang AMLO. Secara umum mereka-mereka yang mengendalikan bank-bank nasional dan keuangan internasional kurang percaya pada AMLO.
Dari sini semua kontroversi kemudian meningkat dengan tajam. Hari-hari menjelang pemilihan berubah menjadi sangat brutal. Para oligarki nasional menghimpun kekuatan untuk menjegal AMLO dengan meluncurkan banyak kampanye di media baik berupa video dan artikel di koran-koran yang mempropagandakan bahwa suara untuk MORENA (partainya AMLO) adalah berarti mengubah Meksiko menjadi seperti Venezuela. Di sisi lain ada 130 politisi dibunuh menjelang pemilu. Termasuk upaya lainnya adalah pencurian jajak pendapat oleh geng-geng bersenjata dan pembagian hadiah berupa alat-alat rumah tangga, bahan bangunan dan lain-lain untuk membeli suara. Tapi semua upaya ini sia-sia belaka.
Bagaimana Kita Melihat Situasi Ini?
Kemenangan AMLO tentu saja merupakan gempa politik di tengah-tengah krisis yang sedang berlangsung. MORENA, partainya AMLO, adalah partai yang relatif baru bila dibandingkan dengan partai-partai borjuis tua lainnya. Kelas pekerja menginginkan sebuah kepemimpinan baru yang berbeda dengan rezim lama dan AMLO nampak memenuhi harapan mereka.
Namun alasan sebenarnya dari situasi ini adalah krisis ekonomi, politik, sosial dan keamanan yang telah diciptakan oleh partai-partai oligarki dan imperialisme. Krisis ini telah menghasilkan setidaknya 300.000 pembunuhan, penculikan, kebrutalan terhadap perempuan, pemindahan ribuan orang akibat konflik bersenjata dan kesengsaraan yang tak tertahankan. Periode ini telah menjadi sekolah politik sekaligus pukulan bagi kelas buruh, kaum muda, perempuan dan kaum tani miskin. Sebagai akibatnya, kampanye yang dilayangkan borjuasi untuk memukul AMLO justru semakin meningkatkan profilnya di tengah-tengah massa. Sebelum pemilihan pun AMLO telah memenangi survei-survei pemilu pada bulan Maret.
Hal kedua yang perlu kita soroti juga adalah penurunan drastis partai-partai tradisional borjuis yang ada: PRI, PAN dan PRD. Ketiga partai ini mendapat perolehan suara yang sedikit, terutama PRI. Partai ini hanya mendapat 16% suara dan ini akan menjadi yang terburuk sepanjang sejarahnya. PAN juga menderita krisis politik yang luar biasa. Sehari sebelum pemilihan dua pimpinan politiknya dipecatkarena mencela korupsi calon presidennya sendiri, Ricardo Anaya. Sangat mungkin bahwa krisis ini akan semakin dalam dan memungkinkan Anaya untuk dipenjara.
Sedangkan PRD, sebuah partai politik yang terbentuk dalam panasnya perjuangan melawan kecurangan pemilu 1988, yang telah mengorbankan lebih dari 600 martir untuk menciptakan alat perjuangan kelas, telah berakhir sebagai penopang kiri untuk elemen sayap kanan yang paling tengik. Sekarang ini adalah saat-saat terakhir mereka sebagai sebuah partai politik.
Kemenangan AMLO ini akan menjadi pengaruh diantara semua organisasi politik dan sosial di Meksiko. Dari mereka kita akan saksikan diskusi, pendekatan dan perpecahan untuk menentukan posisi mereka sehubungan dengan pemerintahan baru. Tidak hanya organisasi sayap kiri saja, tetapi juga perwakilan kapitalisme akan berusaha untuk beradaptasi dengan pemerintahan baru ini.
Jalan Untuk Perjuangan Kelas
Pemungutan suara yang didapat oleh AMLO dalam pemilu ini sangat signifikan. Di seluruh negeri, suara untuk kandidat sayap kiri sangatlah besar dan itu bisa dilihat dari perolehan suara yang ada. Di zona 1 yang meliputi Sonora, Sinaloa, Durango Zacateas, suara untuk kandidat kiri mencapai 61,2%. Di zona 2 meliputi Yucatan, Quintana Roo, Tabasco, Veracruz, Campeche, Oaxaza Puebla mencapai 77,4%. Zona 3 yang meliputi Cihuahua, Coahuila, Durango, Tamaulipas, Nuevo Leon mencapai 48,3%. Begitu juga dengan zona 4, 5, dan 6 mencapai 50-72% suara.
Perlu ditekankan, wilayah-wilayah yang banyak memberikan dukungan bagi AMLO adalah kawasan selatan dan tenggara, yang memiliki tradisi panjang perlawanan yang militan. Wilayah lainnya yang juga memberi suara tertinggi kedua untuk AMLO adalah Mexico City. Ada banyak kepercayaan dan modal politik yang terkumpul di tangan AMLO sekarang ini.
Modal politik ini dapat digunakan dalam dua cara. Pertama, semua dukungan ini dapat digunakan untuk memobilisasi massa dan mengubah negara dari atas sampai bawah (inilah yang dijanjikan oleh AMLO). Ini berarti mengakhiri ketergantungan Meksiko dalam semua aspek terhadap imperialisme Amerika dan oligarki yang rakus, yang mengendalikan semua perdagangan dan sumberdaya alam negara dan mengeksploitasi kelas pekerja. Atau kedua, AMLO dapat menggunakan dukungannya ini untuk menahan mobilisasi massa dan mempertahankan rezim eksploitatif yang ada sekarang ini, dan dengan demikian mengkhianati aspirasi rakyat yang memilihnya.
AMLO mengatakan bahwa perjuangannya sekarang ini adalah memberantas korupsi dan menciptakan program sosial. Ia akan menerapkan program “penghematan kaum republik” dimana gaji PNS dan pejabat publik lainnya akan dipotong untuk menaikkan gaji para guru, dokter, perawat dan sebagainya. Tentu kita mendukung sepenuhnya program sosial untuk pendidikan, jaminan sosial nasional, beasiswa pendidikan dan lain-lain. Tetapi masalahnya, di semua negara di Amerika Latin yang memiliki pemerintahan demokratis, kaum oligarki dan imperialis akan mencegah bahkan reformasi minimum sekalipun. Ini adalah kontradiksi fundamental yang membutuhkan massa dan gerakan yang terorganisir.
Dalam perjuangan ini jutaan orang akan menempatkan program reformis pemerintah sebagai ujian pertama, yang pada gilirannya akan menciptakan prospek tendensi revolusioner. Tanpa bayangan keraguan, kemenangan AMLO membuka periode baru perjuangan kelas di Meksiko. Pemilu ini barulah tahap awal kemenangan massa. Krisis kapitalisme masih akan merudung Meksiko. Selama AMLO dan partainya MORENA masih berkutat di bawah kapitalisme maka mereka akan jadi alat kelas penguasa untuk menindas rakyat pekerja. Di lain pihak, rakyat pekerja Meksiko yang sudah terbangunkan sekarang akan sulit ditidurkan kembali. Perjuangan kelas di Meksiko akan menapak lebih tinggi dalam periode mendatang.