Sudah puluhan tahun sejak kematian tokoh Marxis besar Rusia Leon Trotsky, dunia masih dihinggapi pesimisme dan pertanyaan tentang bagaimana kehancuran Revolusi Rusia dan bagaimana masa depan umat manusia. Dalam keadaan dunia memasuki sebuah krisis, sebuah perjuangan hidup dimulai kembali. Kondisi pesimisme ini tidak hanya menghinggapi suasana massa yang hari ini bergejolak, kondisi ini juga memicu pesimisme di antara para pemikir jaman ini.
Setelah jatuhnya tembok Berlin dan keruntuhan Stalinisme, semua gagasan lama yang selama ini terkubur mulai bersemi satu demi satu. Anggapan dari komentator borjuis, bahwa keruntuhan dari Stalinisme adalah keruntuhan ideologi Marxisme dan Sosialisme bermunculan di mana-mana. Beberapa orang yang menganggap dirinya “kiri” dan “Marxis”, telah berbondong-bondong lari dan menjauhi klas proletariat, yang dianggapnya sudah menjadi borjuis dan sudah tidak revolusioner. Sungguh sebuah pemandangan dari sebuah kebangkrutan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Revolusi Rusia yang megah telah membangkitkan jutaan manusia dari suasana pesismisme massa yang pada saat itu dihantui perang, invasi dan krisis. Sama seperti revolusi borjuis Perancis yang paling megah di dunia, revolusi ini membangkitkan tidak hanya suasana massa tapi membangkitkan sejumlah pemikir besar sejamannya yang selalu mengedepankan Rasionalitas dan Atheis. Tapi, segera setelah kaum borjuis berkuasa, mereka menyapu seluruh capaian masa lalu ke bawah karpet dan membangkitkan kembali mistisisme, irrasionalisme, dan idealisme guna melanggengkan sistemnya.
Gagasan ini tidak selamanya langgeng. Setelah kemunculan Revolusi Oktober di Rusia, kaum borjuis dan kaum intelektualnya tergopoh-gopoh menutupi bahwa apa yang terjadi di Rusia adalah kudeta dari kaum Bolshevik. Apa yang dikatakan adalah bahwa kaum Bolshevick menggulingkan Pemerintahan Sementara yang merupakan hasil dari Revolusi Februari yang konon dikatakan adalah kehendak demokrasi rakyat. Jika Bolshevik tidak melakukan kudeta, tentu Rusia akan menjalankan sistem demokrasi parlemen yang bahagia selamanya. Dongeng ini telah berulang kali diulangi dan telah diterima secara tidak kritis. Seperti halnya sebuah dongeng, tujuannya adalah untuk meninabobokan akal supaya tertidur. Dan seperti juga dongeng lainya yakni meyakinkan anak-anak kecil bahwa apa yang terjadi di sana adalah benar adanya.
Satu hal yang ditanyakan kemudian adalah jika Pemerintahan Sementara mewakili kehendak mayoritas, dan Bolshevik adalah kelompok kecil yang tidak signifikan, bagaimana mungkin mereka bisa menggulingkan pemerintahan? Bagaimanapun, kalau Pemerintahan setidaknya didukung oleh badan bersenjata, polisi, tentara, serta aparutusnya, bagaimana mungkin Bolshevik yang hanya partai kecil pada waktu Februari beranggotakan 8.000 di seluruh Rusia bisa menggulingkan kekuasaan Negara? Jika kita menerima argumen ini, maka kita berasumsi bahwa Lenin dan Trotsky memiliki kekuatan magis. Tapi, sayangnya argumen tersebut tidak mempunyai tempatnya di dalam kehidupan nyata dan sejarah.
Teori konspirasi sejarah tidak bisa membuktikan apa-apa di dalam sejarah. Penjelasan ini seperti modus penalaran dangkal yang menganggap bahwa peristiwa-peristiwa seperti demonstrasi dan pemogokan adalah hasil hasutan beberapa individu dan bukan sebagai hasil dari akumulasi penindasan yang terjadi. Jika kita bertanya lebih lanjut kepada akademisi untuk menjelaskan peristiwa besar di dalam sejarah, kita akan mendapati orang ini hanya menggaruk-garuk kepala dan bingung.
Marxisme telah berulang kali menunjukkan postulat-postulatnya dasarnya dalam kehidupan sehari-hari (krisis kapitalisme, kontradiksi klas). Metode Marxisme ini yang digunakan oleh Leon Trotsky untuk menganalisa kontradiksi klas yang ada di Rusia. Di dalam bukunya Hasil dan Prospek yang ditulisnya pada tahun 1906, Leon Trotsky menunjukkan bagaimana karakter dari revolusi Rusia. Dengan menunjukkan jalan ke depan bagi perkembangan revolusi Rusia, ketepatan teorinya telah terafirmasi nyata oleh sejarah.
Meletusnya Perang Dunia Pertama pada tahun 1914, Lenin dan Trotsky bersama dengan kaum revolusioner yang lain mengecam Perang Imperialis ini, sedangkan hampir semua partai-partai Sosial Demokrat yang tergabung di dalam Internasional Kedua mendukung perang ini. Perang Dunia Pertama mengguncang situasi politik di Rusia dan mengakibatkan pecahnya Revolusi Februari 1917 dan menggulingkan kekuasaan Tsar Tua.
Tidak lama berselang, menyusullah Revolusi Oktober. Revolusi ini membuktikan prognosis Trotsky di tahun 1904, bahwa klas pekerja Rusia meraih kekuasaan sebelum para pekerja Eropa. Segera setelah berkuasa, klas pekerja Rusia mulai melaksanakan semua tugas-tugas revolusi borjuis demokratis. Tidak selesai di situ, klas pekerja dengan segera menasionalisasi industri dan menuju tugas-tugas transformasi sosialis.
Tidak ada satupun dari kaum borjuis mendukung revolusi. Mereka menyangkal tugas yang seharusnya mereka emban dan dengan terbuka. Mereka telah memainkan peran kontra-revolusioner. Oleh karena itu, Revolusi Oktober secara positif membuktikan kebenaran dari postulat-postulat Trotsky di dalam bukunya Revolusi Permanen. Tanpa merubah satupun titik koma di dalam buku Revolusi Permanen, teori ini telah membuktikan kebenaranya di dalam sejarah.
Kegagalan revolusi di Eropa memulai kembali sebuah perjuangan internal di dalam tubuh Negara Buruh Soviet yang masih muda ini. Setelah menghadapi perang sipil yang berkepanjangan, klas buruh dihadapkan pada tugas transformasi sosialis di sebuah negeri terbelakang. Keterisolasian dan kegagalan revolusi di Eropa telah membangkitkan elemen borjuis kecil dan perjuangan faksi di dalam tubuh partai Bolshevik.
Faksi birokrasi yang diwakili oleh Stalin telah berhasil memusatkan seluruh kekuasaan di tangannya. Pada masa awal 1923-29, Stalin mengadopsi kebijakan sayap kanan yang dicirikan dengan beradaptasi dengan petani kaya dan spekulan di Rusia dan menerapkan kebijakan bersatu dengan kaum reformis dan borjuis di negeri kolonial dalam masalah revolusi di negeri kolonial. Kebijakan dari birokrasi Stalin berimplikasi besar terhadap Internasional.
Setelah mengorganisir kekalahan dari revolusi Jerman 1923 dan kekalahan rakyat pekerja di Cina, Stalin dengan bangga menerapkan kebijakan sosialisme di satu negara. Kebijakan ini mencerminkan ketakutan birokrasi akan revolusi dunia yang akan mengancam hak istimewanya. Kaum birokrasi mengkonsolidasikan keunggulan mereka dalam bentuk hak istimewa. Hasil akhir dari kemenanganya adalah dengan mengorbankan rakyat pekerja.
Birokrasi di Rusia tidak diciptakan oleh sebuah negara buruh yang sehat. Menganggap bahwa birokrasi lahir dari sebuah negara buruh yang sehat adalah sebuah anarkisme yang menggelikan. Birokrasi tidak dapat diciptakan melalui kebijakan dari sebuah partai, seperti anggapan dari beberapa kaum anarkis. Sebelum sebuah kelompok sosial dapat mengambil bentuknya sebagai kelompok birokrasi yang memiliki hak istimewa dengan bantuan negara, ia harus berkembang lebih dahulu secara ekonomi dengan kemajuan-kemajuan sosial yang mendukungnya. Seperti dianalogikan oleh Trotsky dalam bukunya Revolusi yang Dikhianati :
“Ketika terdapat cukup barang di suatu toko, para pembeli dapat datang kapanpun mereka inginkan. Ketika barang sedikit, para pembeli terpaksa mengantri. Ketika antrian terlalu panjang, perlulah ditunjuk seorang polisi untuk menjaga ketertiban. Demikian awal munculnya kekuasaan birokrasi soviet. Mereka ‘tahu’ siapa yang harus mendapat jatah terlebih dahulu dan siapa yang harus menunggu.” (Revolusi yang Dikhianati hal. 127).
Birokrasi bukanlah sebuah kelas sosial baru di dalam tubuh negara buruh. Mereka mengambil nilai lebih dari kelas pekerja dan mereka terikat pada ekonomi ternasionalisasi yang memberikan mereka hak-hak istimewa. Mereka bukan kelas dalam artian Marxis tetapi sebuah kasta parasit di dalam tubuh negara buruh.
Perjuangan Trotsky melawan birokrasi di Uni Soviet telah mengakibatkan dia dipecat dari PKUS dan kemudian diasingkan. Di dalam pengasinganya Trotsky tanpa mengenal ampun mempertahankan negara buruh dari kemerosotan. Konflik antara Stalin dan Trotsky adalah konflik yang mewakili kepentingan bertentangan antara birokrasi dan kelas pekerja. Meskipun pada akhirnya dia dibunuh oleh agen Stalin, gagasan Trotsky di dalam lembaran-lembaran karyanya tetaplah menyimpan kekuatan dan pengalaman dari kelas pekerja Internasional. Tidak seperti kaum kiri lain, yang mempertanyakan keruntuhan Uni Soviet tanpa memberikan jawaban; tidak seperti kaum formalis yang menginginkan jawaban kapitalis atau sosialis, Trotsky di dalam karyanya memberikan jawaban sekaligus penjelasan dengan bahasa ABC Marxisme.
Penganiayaan yang mengerikan terhadap Trotsky tidak pernah membuat dia berhenti ataupun menyerah terhadap birokrasi yang menjijikan. Meskipun berakhir dengan kekalahan, Trotsky memberikan dasar untuk membangun ide, gagasan, dan tradisi untuk generasi masa depan. Dia adalah generasi Marxis yang sejati yang hidup sebelum, selama, dan sesudah Revolusi Oktober dan dengan gagasannya, Trotsky mengangkat dan membela panji-panji Marxisme, Bolshevisme dan Leninisme di tengah gempuran yang mengerikan hanya untuk kemenangan kelas pekerja dan internasionalisme proletariat.
Kita membela Trotsky bukan di dalam individu yang “Heroik” (seorang pemberontak, seorang buangan, tidak berhenti mempertahankan klas pekerja sampai kematiannya). Tetapi di atas semua itu, Trotsky memahami bagaimana ide sosialisme dibangun oleh para buruh itu sendiri – bukan oleh individu heroik. Dia mengerti bahwa klas pekerja harus belajar, berpraktek dan di situ akan terlihat wajah sosialisme di kalangan buruh – tidak hanya dari buku-buku dan surat kabar tapi dari perjuangan praktis di tempat kerja mereka sendiri, pabrik-pabrik dan serikat buruh. Inilah mengapa kami adalah Trotskis.
Surabaya, 2 Agustus 2012