Rakyat sekali lagi telah turun ke jalan-jalan di dalam demonstrasi-demonstrasi terbesar yang pernah terlihat di Mesir. Mereka menyebutnya “Hari Keberangkatan”. Sudah pagi ini Al Jazeera menayangkan sebuah kemurunan massa besar di Alun-alun Tahrir. Moodnya tidaklah tegang maupun takut, tetapi gembira. Segera setelah sembahyang Jumat selesai, rakyat meledak dengan pekikan “Mubarak Turun!” Beberapa pendukung Mubarak yang berjalan diam-diam di jalan-jalan di luar Alun-alun seperti anjing jakal impoten yang tidak dapat melakukan apa-apa.
Di Alexandria, ada demonstrasi besar anti-Mubarak dengan lebih dari satu juta peserta. Tidak ada orang-orang pro-Mubarak yang terlihat, dan tidak ada polisi ataupun aparat keamanan apapun di jalan-jalan. Ada demonstrasi-demonstrasi di Suer dan Ismailia pada hari Kamis, kota-kota industrial dimana inflasi dan pengangguran tinggi, dan walaupun saya belum melihat laporan apapun hari ini, tidak dapat diragukan kalau akan ada demo-demo besar hari ini (Jumat, 4/2) di seluruh Mesir. Rakyat mesir telah berbicara, dan pesannya tidak dapat salah didengar.
Dinamika kelas di dalam revolusi
Marx pernah berkata bahwa Revolusi membutuhkan pecutan konter-revolusi. Inilah yang terjadi di sini. Serangan brutal dari kelompok kontra-revolusioner kemarin menciptakan kondisi untuk sebuah dorongan yang baru bagi Revolusi hari ini. Sebuah revolusi dikarakterkan dengan adanya perayuan keras opini publik. Kita telah melihat ini dalam 24 jam terakhir. Kemarin mood demonstran gelap. Hari ini massa revolusioner mencium bau kemenangan di udara.
Ini merepresentasikan sebuah pembalikan haluan dalam waktu beberapa jam. Bagaimana transformasi ini dapat dijelaskan? Untuk memahami apa yang terjadi, penting untuk memahami dinamika kelas-kelas di dalam Revolusi. Kelas-kelas yang berbeda bergerak dengan kecepatan-kecepatan yang berbeda. Lapisan yang maju – terutama kamu muda – adalah pertama yang bergerak. Mereka menarik kesimpulan-kesimpulan yang paling maju. Tetapi mereka adalah minoritas. Massa rakyat terlambat di belakang. Kesadaran massa rakyat telah dibentuk oleh kekalahan-kekalahan besar. Mereka dibebani oleh berpuluh-puluh tahun rutinitas, kebiasaan, dan tradisi.
Bapak fisika moderen, Isaac Newton, menjelaskan bahwa benda yang diam tak bergerak cenderung tetap diam tak bergerak. Fenomena inersia (kelembaman) terjadi bukan hanya di dalam dunia fisika tetapi juga di dalam masyarakat. Untuk mengatasi resistensi inersia ini, diperlukan sebuah kekuatan eksternal besar. Epos sekarang sedang mempersiapkan shok-shok yang akan menggoncang massa keluar dari inersia mereka. Tetapi ini tidak terjadi sekaligus. Mubarak telah mencoba memainkan konservatisme penduduk, ketakutan mereka akan perubahan tiba-tiba dan bahaya kekacauan.
Mubarak memobilisasi kekuatan-kekuatan konter-revolusi dalam sebuah usaha untuk meremukkan revolusi dengan kekerasan. Pada saat yang sama dia membuat pidato yang menyejukkan, yang menawarkan reforma-reforma damai. Pidato ini memiliki sebuah pengaruh pada pikiran-pikiran massa populasi yang konservatif, terutama kelas menengah yang takut akan kekacauan. “Bila kau menyingkirkan aku, akan ada kekacauan, seperti Irak,” dia berkata pada mereka. Argumen seperti ini bisa mempengaruhi strata rakyat yang lebih terbelakang. Mereka belumlah mulai bergerak. Mereka menyaksikan apa yang terjadi melalui televisi, dan mereka khawatir. Dengan menjanjikan reformasi dan kembalinya normalitas, Presiden Mubarak mengatakan kepada mereka apa yang mereka ingin dengar.
Setelah pidato ini, banyak orang yang awalnya simpatik pada para demonstran berkata: “Ini sudah cukup! Kau telah mendapatkan apa yang kau inginkan. Si pak tua [Mubarak] akan turun bulan September. Kenapa kau tidak dapat menunggu beberapa bulan? Kami letih dengan semua ini. Kami ingin kehidupan yang damai, dengan toko-toko dan bank-bank yang buka, dan bisnis seperti biasa.” Ini adalah sebuah momem yang berbahawa bagi Revolusi. Mood kelas menengah berayun menuju Presiden. Kaum konter-revolusioner mulai mendapati kemenangan di jalan-jalan. Tentara pasif. Di titik ini, seluruh proses dapat saja mulai berputar balik.
Di titik kritis ini, nasib revolusi ditentukan oleh keberanian dan keteguhan dari penjaganya yang paling maju. Benar kalau kekuatan aktif dari Revolusi ini adalah minoritas. Tetapi juga sama benarnya kalau pasukan-gardadepan konter-revolusi adalah minoritas. Guna mengalahkan revolusi, Mubarak menghimpun semua dukungannya. Dia membus masuk orang-orang dari propinsi-propinsi dan mereka mengkonsentrasikan kekuatan mereka diluar alun-alun Tahrir.
Ini adalah titik pembalikan penentuan. Bila saja mereka berhasil mendorong para demonstran keluar dari Alun-alun, seluruh proses ini akan terlempar ke kebalikannya. Tetapi mereka gagal. Bukan hanya mereka didorong mundur oleh resistensi heroik dari para revolusioner, setelah tujuh jam bertarung untuk setiap inci, kaum revolusioner akhirnya berhasil membuat preman-preman Mubarak lari tunggang langgang. Ini adalal titik balik penentuan. Ini menghasilkan sebuah perubahan psikologi dari elemen-elemen yang goyah. Kekerasan brutal dari kaum konter-revolusioner menyebabkan perayunan baru di dalam opini publik yang dapat menjadi fatal bagi Mubarak.
Pertarungan ini disiarkan langsung oleh Al Jazeera, dan jutaan rakyat dapat melihat apa yang terjadi. Gambar-gambar mobil van polisi ngebut di jalanan, menabraki para demonstran; ini mengatakan semuannya. Orang-orang yang sebelumnya punya ilusi dalam janji reformasi Mubarak sekarang dapat melihat bahwa mereka telah ditipu. Kedok senyum Bapak Rakyat tersingkap, dan mengungkapkan rupa buruk seorang Firaun yang kejam dan despotik.
Jadi ternyata semuanya adalah bohong! Peringatan Mubarak kalau akan ada kekacauan bila ia turun dikontradiksi oleh gambar-gambar ini. Kekacauan telah eksis, dan Presidenlah yang bertanggungjawab. Al Jazeera melaporkan satu kasus yang menjelaskan proses dimana kesadaran rakyat ditransformasikan di dalam revolusi. Seorang pria datang ke Alun-alun Tahrir dan berkata: “Sebelumnya saya percaya kalau para demonstran dibayar oleh kekuatan-kekuatan asing, tetapi sekarang saya datang kemari dan melihat dengan mata saya sendiri, dan saya paham kalau ini tidak benar.” Dan pria ini, yang baru kemarin mendukung konter-revolusi, sekarang telah bergabung dengan revolusi.
Krisis Rejim
Kekalahan di Alun-alun Tahrir telah menyebabkan sebuah krisis di rejim ini. Dalam sebuah penunjukan kelemahan yang jelas, pemerintahan ini meminta maaf atas pertumpahan darah yang terjadi hari Rabu. Ada tanda-tanda perpecahan di atas. Ahmed Shafiq, perdana menteri yang baru, mengatakan bahwa di tidak tahu menahu siapa yang bertanggungjawab atas kekerasan tersebut. Ini sangatlah aneh karena semua orang di dunia tahu bahwa ini adalah kerjaannya polisi preman. Dia juga mengatakan bahwa Kemeinterian Dalam Negeri jangan menghalangi demo-demo damai hari Jumat nanti. Dari pihaknya, Kemeinterian Dalam Negeri menyangkal kalau orang-orangnya memerintahkan agen-agen atau aparat-aparat mereka untuk menyerang para demonstran, walaupun ibunya sendiri bahkan tidak mempercayainya.
Ada indikasi-indikasi kalau Presiden berumur 82 tahun ini, yang terus bersembunyi di dalam istananya yang dijaga ketat, sudah keletihan dan terdemoralisasi. Kemarin dia mengatakan kepada televisi Amerika ABC News: “Saya sudah muak. Setelah 62 tahun dalam pelayanan publik, sudah cukup saya. Saya ingin pergi.” Tetapi dia segera menambahkan: “Bila saya mundur hari ini, akan ada kekacauan.”
Berbicara di dalam istana presiden, dengan anaknya Gamal di sampingnya, Mubarak mengatakan: “Saya tidak pernah bermaksud mencalonkan diri sebagai presiden lagi.” “Saya tidak pernah bermaksud mendorong Gamal untuk menjadi presiden setelah saya.” Karena setiap orang di Mesir tahu bahwa ini justru adalah niat-niatnya, ini menunjukkan kalau pak tua ini setidaknya tidak kurang rasa humornya. Dia kemudian mengulangi pernyataan lamanya bahwa Ikhwanul Muslimin akan mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan oleh keabsenannya.
Pemerintah memberikan kesan sedang berjuang kelas untuk merebut kembali kontrol situasi yang lepas dari tangannya. Pemerintah juga tampaknya tidak tahu apa yang mereka lakukan. Sementara Mubarak memberikan peringatan-peringatan gelap mengenai Ikhwanul Muslimin, perdana menterinya mengundang IM untuk berbicara, semua tawaran yang sangat baik yang ditolak dengan sopan oleh IM. Mereka [IM] tidaklah bodoh untuk menawarkan uluran tangan kepada orang yang sedang tenggelam, yang satu-satunya permintaan adalah untuk menarik mereka ke dalam air untuk menemaninya tenggelam.
Amerika terus mengulangi argumen mereka kalau ini adalah gerakan Islamis yang dipimpin oleh Im dan kalau Mubarak pergi maka kaum jihadis akan mengambil alih. Ini adalah kebohongan, walaupun para diplomat dan politisi Amerika tidak begitu bodoh untuk mempercayai ini. Gerakan ini tidak ada hubungannya dengan fundamentalisme jihadis atau politik Islamis. New York Times dengan benar menunjukkan: “Bagi banyak orang, Ikhwanul Muslimin sendiri adalah bagian dari orde lama yang gagal membawa perubahan.”
Gerakan revolusioner hebat ini tidak diorganisir oleh IM ataupun partai politik borjuis manapun. IM sangatlah terorganisir dan punya aparatus yang besar dan uang. Pemimpin-pemimpinnya sedang bermanuver di belakang layar. Tetapi gerakan kaum muda adalah komponen terbesar dan paling teguh di dalam revolusi ini. Merekalah yang telah memainkan peran utama dari awal hingga akhir.
Ketika pemuda dan pemudi pemberani ini turun ke jalan 25 Januari, semua partai politik termasuk IM terkejut. IM tidak mendukung mereka. Kaum muda 6 April adalah pihak yang menyerukan aksi. Merekalah yang menyerukan aksi hari ini. Dan hari ini, ketika massa revolusioner berdemo dalam jumlah jutaan, setiap partai politik termasuk IM adalah kecil tak berarti.
Rakyat revolusioner tidaklah berjuang untuk Islam ataupun agama apapun. Mereka sedang berjuang untuk hak-hak demokrasi dan untuk pembebasan nasional dan sosial. Di bawah Mubarak, kaum Islam ekstrimis membunuhi kaum Kristen. Tetapi di demo-demo ini, orang Kristen dan Muslim berbaris bersama. Di Alun-alun Tahrir, ada Muslim dan Kristen, ada yang percaya dan ada yang tidak percaya – semua tersatukan di dalam perjuangan yang sama melawan penindas yang sama. Revolusi telah memotong semua perpecahan sektarian. Ini adalah kekuatannya yang terbesar.
“Sebuah trasisi berarti” – kemana?
Ancaman segera dari konter-revolusi telah dikalahkan oleh keberanian dan determinasi rakyat revolusioner. Tetapi kemenangan belumlah terraih. Kelas penguasa masih punya banyak cara untuk mengalahkan rakyat. Ketika kekerasan negara gagal, mereka dapat menggunakan tipu daya dan kebohongan. Situasinya sangat jelas. Mubarak tidak dapat mengendalikan Mesir. Dia harus pergi, atau Revolusi akan menyapu bersih semuanya. Prospek inilah yang membuat Amerika dipenuhi dengan teror.
Washington telah kehilangan kendali. Dikejutkan di setiap tahapan, mereka bahkan tidak punya kebijakan yang koheren. CIA, Arab Saudi, dan Israel ingin Mubarak bertahan, bukan karena kesetiaan pribadi, tetapi untuk mencegah Revolusi dari menyebar ke negara-negara Arab lainnya. Tetapi Amerika sedang memaikan permainan ganda. Obata dan Departemen Luar Negeri dapat melihat kalau hari-hari Mubarak sudah terhitung, dan sedang bermanuver di belakang layar untuk mempertahankan rejim lama di bawah nama baru.
Telah terungkap kalau Gedung Putih telah berdiskusi dengan pemerintahan Kairo mengenai bagaimana Mesir dapat mulai membuat sebuah “transisi berarti”. Wakil Presiden AS Joe Biden berbicara dengan wakil presiden Mesir pada hari Kamis; satu hari setelah Suleiman melakukan pembicaraan serupa dengan Sekretaris Negara Hillary Clinton. Menurut New York Times, di antara proposal-proposal yang diajukan adalah sebuah rencana dimana Mubarak segera mundur dan menyerahkan kekuaasaan ke sebuah pemerintahan interim yang didukung militer di bawah Suleiman.
Gedung Putih dan Departemen Negara tidak menyangkal laporan ini. Tetapi seorang jurubicara Dewan Keamanan Nasional Presiden Barack Obama mengatakan bawah sekarang adalah “waktunya untuk memulai sebuah transisi yang damai, tertib, dan berarti, dengan negosiasi-negosiasi yang kredibel, inklusif”. Namun, Mark Mandel dari BBC di Washington mengatakan bahwa laporan lain mengindikasikan bahwa rencana AS ini telah ditolak di Mesir, dan bahwa administrasi telah “terkejut” dengan sikap militer dan Suleiman.
Amerika tahu benar kalau Suleiman terlibat di dalam serangan-serangan terhadap oposisi, dan biarpun begitu mereka mempertimbangkan bahwa dia adalah orang yang tepat untuk memimpin sebuah pemerintahan interim. Semua tahu kalau Omar Suleiman adalah orangnya CIA dan Israel. Ini hanyalah sebuah cara untuk mempertahankan sistem ini sementara memberikan kesan sebuah perubahan. Ini akan merupakan negasi dari semua aspirasi demokratik rakyat: sebuah dusta dan penipuan yang sinis.
Apa yang diinginkan rakyat
Di Alun-alun Tahrir hari ini ada plakat yang bertulis: “RAKYAT INGIN JATUHNYA SISTEM INI” Perhatikan tulisan lengkpatnya: bukan hanya jatuhnya Mubarak, tetapi jatuhnya seluruh sistem dimana dia bertengger. Rakyat membaca daftar dari semua pemimpin politik sekarang dan setelah setiap nama dibaca, disahuti: “Tidak sah!” Ini adalah peringataban kepada para politisi bahwa mereka tidak akan menerima perubahan apapun yang melibatkan siapapun dari rejim lama. Ini menunjukkan sebuah insting politik yang benar-benar tepat.
Masalahnya adalah kepemimpinan. Kaum borjuis liberal tidak dapat dipercaya. Orang-orang yang mencoba merebut kontrol adalah seperti pedagang di pasar yang akan menggunakan Revolusi sebagai alat tawar supaya mereka bisa mendesak rejim untuk memberikan mereka posisi dan karir. Mereka akan selalu mengkhianati rakyat untuk memajukan kepentingan pribadi mereka sendiri. Partai Wafd dan liberal lainnya segera menerima “konsesi-konsesi” Mubarak dan mengakhiri partisipasi mereka di dalam revolusi. Al-Baradei adalah seorang antek Amerika yang Washington ingin taruh di kekuasaan menggantikan Mubarak. Bagaimana kita bisa menaruh kepercayaan pada orang-orang seperti ini?
Kaum revolusioner harus waspada! Rakyat Mesir tidak berjuang dan mati untuk membiarkan oligarki yang sama dan pendukung imperialis mereka untuk terus berkuasa. Gerakan ini tidak boleh dimobilisasi. Gerakan ini harus ditingkatkan. Revolusi harus dibawa sampai garis akhir! Tidak boleh ada perjanjian dengan Suleiman atau figur-figur lain dari rejim lama! Tak seorangpun dari mereka boleh tinggal!
Rakyat revolusioner harus mengambil sapu besar di tangan mereka dan menyapu bersih seluruh yang berkuasa. Pembersihan menyeluruh dan pemecatan seluruh pejabat lama! Mereka yang bersalah korupsi harus diadili dan properti mereka disita dan digunakan untuk kepentingan orang miskin.
Selama aparatus represi negara lama masih ada, Revolusi tidak akan aman. Rakyat tidak boleh menerima kurang dari pembongkaran tuntas dari aparatus negara lama. Segera bubarkan aparatus represif! Bentuk pengadilan rakyat untuk mengadili dan menghukumg semua yang bersalah atas tindakan penindasan terhadap rakyat!
Revolusi ini harus diorganisir. Ia membutuhkan organisasi-organisasi yang terstruktur, demokratis, popular, dan sebuah mesin perjuangan yang mampu membelanya dari semua agresi. Bentuk komite-komite popular untuk pertahanan Revolusi! Bentuk milisi rakyat! Segera setelah rakyat dipersenjatai, tidak akan ada kekuatan apapun di muka bumi yang dapat menindas mereka.
Rakyat bersenjata adalah satu-satunya kekuatan yang dapat menjamin kemenangan Revolusi, membela hak-hak demokratis dan menyelenggarakan pemilu yang benar-benar bebas untuk Majelis Konstituante.
Rakyat yang bangga bangun
Kemarin New York Times mempublikasikan wawancara-wawancara yang mengungkapkan isi sesungguhnya dari revolusi ini:
“‘Saya menyerukan dunia Arab untuk mendukung kami sampai kami memenangkan kebebasan kami,’ kata Khaled Yusuf, seorang klerus dari Al Azhar, sebuah institusi riset agama yang dulunya disegani, yang sekarang dibawah pemerintah. ‘Setelah kami bebas, kami akan membebaskan dunia Arab.’”
“Selama berpuluh-puluh tahun, dunia Arab telah menunggu seorang penyelamat – biarlah itu Gamal Abdel-Nasser, presiden Mesir yang berkarisma, atau bahkan, pada satu waktu, Saddam Hussein. Tak ada seorangpun yang menunggu seorang penyelamat pada hari Rabu. Di hadapan hampir tiga dekade otoritas yang terakumulasi – kekuatan sebuah negara yang mampu memobilisasi ribuan untuk menurutinya – rakyat memiliki diri mereka sendiri.
“ ‘Saya sedang berjuang untuk kebebasan saya,’ kata Noha al-Ustaz seraya dia mencomot batu bata dari trotoar. ‘Untuk kebebasan berekspresi saya, Untuk akhirnya sebuah penindasan. Untuk akhirnya sebuah ketidakadilan.’”
Mubarak dianggap sebagai seorang pengkhianat dan antek Amerika dan Israel. Sentimen yang sama juga ada di banyak bagian dunia Arab. Kondisi-kondisi yang sama yang telah memprovokasi revolusi di Tunisia dan Mesir akan menyebabkan efek domino di seluruh negara-negara Arab. Inilah mengapa tuntutan-tuntutan rakyat Mesir menemukan gaungnya di jalan-jalan dari Aljazair hingga Moroko, dari kamp-kamp Palestina di Yordan hingga kampung-kampung kumuh di Sadr City Baghdad.
Pemerhati barat yang sinis kerap menggambarkan rakyat Mesir apatis dan pasif. Sekarang steriotip ini, yang merupakan produk dari pemikiran dangkal dan perasaan superioritas rasial, telah jungkir balik. Dimana apati ini sekarang? Rakyat Mesir adalah orang yang berbudaya, bangga, dan luhur, yang telah dieksploitasi, ditindas, dihina, dan dipermalukan selama bergenerasi oleh tuan-tuan asing dan agen-agen lokal korup mereka. Mereka ada di dalam proses memecahkan diri dari masa lalu dan membangun masa depan yang baru dan lebih baik.
Revolusi telah memberikan suara kepada mereka yang tidak bersuara, ia telah mengekspresikan perasaan tak berdaya, frustasi, kemaluan di tangan polisi, dan kemarahan kaum muda yang tidak dapat punya cukup uang untuk menikah dan membesarkan keluarga. Rakyat bukan hanya berjuang untuk roti dan hak-hak asasi manusia dasar. Mereka berjuang untuk martabat mereka. Terimakasih pada Revolusi, rakyat Mesir telah berdiri melawan dan mengangkat diri mereka ke martabat mereka yang sesungguhnya.
“Dari menit-ke-menit, liputan dari channel-channel Arab sampai ke percakapan dari Irak hingga Moroko, Timur Tengah menyaksikan dengan menahan napas sebuah momen yang paling menakjubkan di dunia Arab dalam hidup mereka. Untuk pertama kalinya dalam sebuah generasi, kaum Arab sedang melihat ke Mesir lagi untuk kepemimpinan, dan rasa takdir tersebut disuarakan sepanjang hari.”
Kalimat-kalimat dari New York Times di atas menunjukkan situasi yang sesungguhnya. Semua ini memiliki impak besar yang melewati batas-batas Timur Tengah dan Afrika Utara. Mesir revolusioner sekarang dapat mulau menempati tempatnya yang sesungguhnya di sejarah dunia.
London, 4 Februari 2011