Bank dunia baru-baru ini memberi peringatan akan ancaman resesi dunia. Bila pemerintah di seluruh dunia melakukan pengetatan kebijakan moneter terlalu tinggi, maka akan ada resesi global yang “menghancurkan”. Presiden Bank Dunia David Malpass seperti yang dikutip di koran Financial Times (15/9) mengatakan, momentum ekonomi global tengah mengalami kemunduran dan semakin banyak negeri yang sudah jatuh ke resesi. Tetapi masalahnya, kapitalisme tidak memiliki jalan keluar. Pilihan mereka hanya dua: inflasi atau resesi.
Sejak krisis finansial 2008, roda kapitalisme hanya bisa berjalan dengan kebijakan suku bunga ultra rendah, yang hampir-hampir mencapai nol. Dengan ongkos meminjam yang rendah ini, bank-bank sentral berharap kapitalis akan melakukan investasi produktif yang bisa menggeliatkan kembali perekonomian yang lesu. Tetapi kenyataannya, kapitalis tidak menggunakan uang murah ini – serta banyak kebijakan stimulus lainnya – untuk meningkatkan produktivitas, tetapi justru melakukan spekulasi di bursa saham dan mata uang kripto. Inilah gejala dari kapitalisme yang sudah uzur.
Sekarang inflasi telah memukul. Untuk menjinakkan inflasi ini, pemerintah terpaksa menaikkan suku bunga. Masalahnya, kaum kapitalis sudah tergantung pada kebijakan suku bunga rendah. Kenaikan sedikit saja dapat mengancam keberlangsungan banyak bisnis dan industri. Inilah yang dikhawatirkan oleh Bank Dunia dan banyak ekonom lainnya.
Presiden Bank Dunia menyerukan kepada pemerintah dan kapitalis untuk mengambil lebih banyak tindakan yang mendorong produksi, guna meringankan tekanan inflasi. Ini benar dalam situasi normal. Bila terjadi inflasi, karena lebih banyak uang beredar di pasar ketimbang komoditas, maka salah satu solusinya adalah meningkatkan produksi agar jumlah komoditas meningkat. Tetapi seperti yang telah dijelaskan di atas, kita sudah tidak lagi berada dalam situasi normal. Kelas kapitalis sudah tidak lagi tertarik untuk meningkatkan produktivitas. Sebaliknya, selama inflasi ini, perusahaan-perusahaan mencetak profit dalam jumlah rekor. Inflasi ini menguntungkan bagi banyak kapitalis, walaupun untuk jangka panjang ini dapat menghancurkan fondasi perekonomian serta menciptakan gejolak sosial. Namun, kapitalis hari ini tidak lagi punya perspektif jangka panjang. Maka dari itu, seruan Bank Dunia ini adalah mimpi di siang bolong.
Banyak ekonom, termasuk Bank Dunia, yang menganjurkan kenaikan suku bunga yang lebih terarah dan berhati-hati. Tetapi tidak ada yang bisa mengatakan secara konkret, apa maksudnya terarah, dan apa maksudnya berhati-hati. Bila bank-bank sentral terlalu lambat dalam menaikkan suku bunga, justru yang bisa terjadi adalah stagflasi: stagnasi ekonomi yang disertai dengan inflasi. Kenaikan suku bunga terlalu kecil dan lambat untuk bisa mengendalikan inflasi, tetapi cukup besar untuk menghentikan roda ekonomi.
Kapitalisme ada dalam jalan buntu. Momok resesi global kini menggantung. Kapitalis memang tengah meluncur ke bencana dengan mata terbuka, tetapi yang akan membayar untuk bencana ini adalah kelas buruh. Ini adalah resep untuk menajamnya perjuangan kelas.