Kegagalan rejim SBY dalam menangani korupsi harus membuat kita mempertanyakan kemampuan sistem pemerintahan kapitalis ini untuk memberantas penyakit akut ini.
Kegagalan rejim SBY dalam menangani korupsi harus membuat kita mempertanyakan kemampuan sistem pemerintahan kapitalis ini untuk memberantas penyakit akut ini.
Sifat korupsi tidak lepas dari sifat ekonomi-politik borjuis-kapitalis. Konsep demokrasi borjuis adalah jalan lebar yang dibuat untuk memuluskan gerak roda ekonomi-politiknya yang eksploitatif dan koruptif. Di dalam negara monarki atau totaliter, korupsi memang menjadi tradisi. Tetapi di dalam negara “demokrasi’ borjuis, praktek korupsi memiliki warna lebih buruk lagi.
Front Pembela Islam (FPI), yang dibentuk oleh para perwira tinggi dan para eks perwira tinggi polisi yang sudah kadung bejat dalam jejaring struktural kapitalisme birokrat dan kapitalisme kroni, dengan diberi pakaian Islam konservatif di bawah kharisma feodal seorang habib, para preman dan pengangguran itu benar-benar menjadi alat pemerasan dan penghajar siapa saja yang dipandang tidak seiring sejalan dengan kepentingan setan-setan birokratik dan kroni. Tak ayal lagi, para preman berseragam dan para preman bersorban bahu-membahu menjelma menjadi seekor monster reaksioner berkepala tujuh yang durjana bukan alang-kepalang.
Lev Davidovich Bronshtein adalah seorang teoritkus besar Marxis. Ia juga pendiri dan pemimpin pertama Tentara Merah. Bersama Lenin, Trotsky memainkan peran penting dalam Revolusi Rusia 1917. Banyak sekali usaha untuk mengubah dan bahkan menyangkal peran Trotsky dalam peristiwa besar tersebut – terutama oleh sejarawan resmi Stalinis. Tetapi bagi para pembaca sejarah yang serius akan ditunjukkan bagaimana nama Trotsky tidak pernah bisa dipisahkan dengan Lenin.
“Tahun 1848 berakhir dengan baik,” tulis Engels. “Dengan revolusi yang agung ini, kaum proletariat Prancis telah menempatkan dirinya sendiri lagi pada pucuk pimpinan gerakan Eropa. Segala hormat bagi kaum buruh Paris!” Revolusi itu meluas ke seluruh Eropa, menandai sebuah perkembangan penting dalam perjuangan klas.
Pandangan klasik tentang bagaimana kapitalisme berkembang adalah di dalam masyarakat feodal suatu kelas timbul, yang terdiri dari para pedagang, bankir, para industrialis awal, yakni burjuasi, dan bahwa supaya klas ini mampu mengembangkan potensi penuhnya sebuah revolusi burjuis diperlukan untuk mematahkan batas-batas yang diimposisikan oleh aristokrasi feodal bertanah. Itulah bagaimana hal-ihwalnya berkembang, kurang lebih, di negeri-negeri seperti Prancis dan Inggris, tapi tidak di Jepang.
Teroris-teroris lain — yang berkulit kuning, merah, gelap, putih; yang bermata sipit; hidung pesek, mancung; rambut kribo, pirang; beragama Kristen, Islam, Hindu, Budha ataupun atheis maupun agnostik — akan terus bermunculan kalau kapitalisme tidaklah ditumbangkan. Seratus tahun berlalu, dan pilihan kita masihlah sosialisme atau barbarisme.
Agama adalah keluh-kesah makhluk yang tertindas, hati dari sebuah dunia yang tak berhati, dan jiwa dari kondisi-kondisi yang tak berjiwa. Ia adalah pelipur lara bagi rakyat.
Keberadaan koran sangatlah penting bagi kaum revolusioner yang ingin mewujudkan revolusi Sosialis. Dan, tentu, koran milik kaum revolusioner bukanlah lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan bualan-bulan; bukan pula lembaran-lembaran yang dihiasi gambar-gambar produk untuk dipasarkan; bukan lembaran-lembaran yang sesak dengan berita para selebriti – yang sedang bermasalah, sedang jalan-jalan, sedang memburu makanan, sedang menikah; cerai, jatuh cinta, beli mobil mewah, dll. Koran revolusioner adalah lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan panduan bagaimana mewujudkan revolusi.
Berikut ini adalah saduran dari bab V dari buku “Revolusi yang Dikhianati” karangan Leon Trotsky tahun 1936. Kebangkitan Stalinisme dari Revolusi Oktober terus menjadi momok bagi sosialisme. Di satu pihak, kelas borjuasi terus menggunakan hantu Stalinisme untuk mendiskreditkan Marxisme. Di lain pihak, kaum revolusioner terus kebingungan dalam menjelaskan bagaimana Stalinisme bisa muncul. Karya Leon Trotsky yang bersejarah ini tetap merupakan satu-satunya analisa revolusioner mengenai sebab-musabab degenerasi Revolusi Oktober. Ditulis oleh pemimpin dan pembela Revolusi Oktober, karyanya ini memberikan senjata bagi kaum revolusioner untuk menghancurkan fitnah kaum borjuasi dan bagaimana melawan kekuatan kontra-revolusioner yang kerap menghantui setiap revolusi buruh.