Dalam artikel ini, yang aslinya ditulis untuk memperingati 100 tahun kelahiran Lenin pada 1970, Alan Woods menjelaskan kebangkitan birokrasi Soviet dan perjuangan yang diluncurkan Lenin untuk melawannya. Gejala-gejala awal degenerasi birokratik di Rusia sudah diperhatikan oleh Lenin di dua tahun terakhir kehidupan aktif politiknya, dan karya-karyanya selama periode ini merupakan warisan penting bagi perjuangan kaum revolusioner hari ini.
Selama periode aktif terakhir hidupnya, Lenin terutama bergelut dengan masalah ekonomi Soviet di bawah Kebijakan Ekonomi Baru (NEP, New Economic Policy). Pada 1921, di bawah tekanan jutaan petani pemilik lahan kecil, negara buruh terpaksa mundur dari jalur perencanaan sosialis dan industrialisasi, demi menyediakan gandum bagi para buruh yang kelaparan di kota-kota. Kebijakan penyitaan gandum selama Perang Sipil harus dibatalkan untuk menenangkan para petani, yang dukungannya diperlukan untuk melawan reaksi. Pasar bebas dipulihkan, dan konsesi diberikan kepada petani dan pedagang kecil, sementara pengungkit utama kekuatan ekonomi (bank dan industri berat milik negara, serta monopoli perdagangan luar negeri) tetap berada di tangan negara buruh
Kemunduran ini, yang dipaksakan kepada kaum Bolshevik, bukan untuk menciptakan masyarakat sosialis dan tanpa kelas, namun untuk menyelamatkan jutaan orang dari kelaparan, untuk membangun kembali perekonomian yang luluh lantak dan untuk menyediakan rumah dan sekolah dasar, dalam kata lain menyeret Rusia ke abad ke-20.
Kemenangan sosialisme menuntut perkembangan kekuatan produktif ke tingkat yang belum pernah tercapai dalam masyarakat sebelumnya. Hanya dengan menghapus kemiskinan dan kekurangan secara umum maka pemikiran manusia dapat diangkat ke cakrawala yang lebih tinggi, sehingga bisa meninggalkan perjuangan hidup sehari-hari yang berat. Syarat-syarat untuk transformasi seperti ini sudah ada di dunia saat ini. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia kita dapat mengatakan dengan jujur bahwa manusia tidak perlu lagi mengalami kelaparan, menjadi tunawisma, atau buta huruf.
Potensinya ada – dalam iptek dan industri yang diciptakan oleh perkembangan kapitalisme itu sendiri, yang memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada di bumi, meskipun dengan cara yang tidak sempurna, anarkis, dan terbelakang. Hanya berdasarkan rencana produksi yang terpadu dan harmonis, potensi ini dapat diwujudkan. Namun ini hanya dapat tercapai di atas basis kepemilikan kolektif atas alat-alat produksi dan perencanaan ekonomi sosialis yang demokratis.
Ide dasar Marxisme ini dipahami dengan baik oleh Lenin dan kaum Bolshevik. Mereka tidak memimpin kaum buruh menuju kemenangan pada bulan Oktober 1917 dengan maksud untuk ‘membangun sosialisme’ di dalam batasan wilayah bekas Kekaisaran Tsar Rusia, namun untuk menghantarkan pukulan pertama bagi revolusi sosialis internasional:
“Kita telah memulainya,” tulis Lenin pada peringatan empat tahun Revolusi Oktober. “Kapan, pada tanggal dan jam berapa, kaum proletar dari negara mana akan menyelesaikan proses ini tidaklah penting. Yang penting adalah bahwa kita telah memecahkan es; jalan telah terbuka, jalan telah ditunjukkan.”[1]
Keterisolasian Revolusi
Bagi Lenin, signifikansi pertama dari Revolusi Rusia adalah contoh yang diberikannya di mata buruh seluruh dunia. Kegagalan gelombang revolusioner yang melanda Eropa pada periode 1918-21 merupakan faktor penentu perkembangan selanjutnya. Dengan kemenangan revolusi Eropa, potensi kekayaan mineral Rusia yang sangat besar, serta angkatan kerjanya yang besar, akan dapat dihubungkan dengan sains, teknik, dan industri di Jerman, Inggris, dan Prancis. Perserikatan Sosialis Eropa dapat mengubah kehidupan rakyat Eropa dan Asia dan membuka jalan bagi Federasi Sosialis Dunia. Sebaliknya, sebagai akibat dari kepengecutan dan ketidakmampuan para pemimpin buruh, kelas buruh Eropa menghadapi periode kemiskinan, pengangguran, fasisme, dan Perang Dunia baru di dekade-dekade mendatang. Di sisi lain, keterisolasian satu-satunya negara buruh di dunia, yang merupakan negara tani terbelakang, membuka pintu bagi degenerasi birokratik dan reaksi Stalinis.
Kekalahan kelas buruh Jerman pada Maret 1921 memaksa Republik Soviet untuk mengandalkan sumber dayanya sendiri agar dapat bertahan. Dalam pidatonya pada 17 Oktober 1921, Lenin menjelaskan konsekuensinya:
“Kalian harus ingat bahwa negeri Soviet kita menjadi miskin setelah bertahun-tahun cobaan dan penderitaan dan tidak ada Perancis Sosialis atau Inggris Sosialis yang dapat membantu kita dengan teknologi dan industri mereka yang sangat maju. Ingat itu! Kita harus ingat bahwa sekarang semua teknologi dan industri mereka yang sangat maju adalah milik kaum kapitalis yang melawan kita.”[2]
Agar dapat selamat, Soviet harus memenuhi keinginan kaum tani untuk meraup profit, bahkan dengan mengorbankan kelas buruh dan pembangunan industri – yang merupakan satu-satunya fondasi nyata bagi transisi menuju sosialisme.
Konsesi kepada petani, pengusaha kecil dan spekulan (‘Nepmen’) berhasil mencegah keruntuhan ekonomi pada 1921-22. Perdagangan antara kota dan desa pulih, tetapi dengan kondisi yang tidak menguntungkan bagi kota. Pengurangan pajak terhadap petani mengurangi dana yang diperlukan untuk investasi industri. Industri berat mengalami stagnasi, sementara sebagian besar industri ringan berada di tangan swasta. Bahkan pertumbuhan di sektor pertanian memperkuat elemen kapitalis, bukan sosialis, dalam masyarakat Soviet. Profit besar diperoleh oleh para ‘kulak’ (petani kaya), dengan lahan pertanian terbesar dan paling subur serta modal yang diperlukan untuk peralatan tani, kuda, dan pupuk. Pada kenyataannya, di bawah NEP jurang antara petani kaya dan miskin di desa semakin melebar dan mengkhawatirkan. Para kulak menimbun gandum untuk menaikkan harga, bahkan membeli gandum milik petani miskin untuk dijual kembali di kemudian hari ketika harga naik.
Kecenderungan ini membuat cemas Lenin, yang berulang kali memperingatkan perlunya kelas buruh untuk memegang kendali ketat atas perekonomian. Pada Kongres Komunis Internasional ke-4, November 1922, Lenin menjelaskan permasalahan ini:
“Keselamatan Rusia tidak hanya terletak pada panen yang baik – itu saja tidak cukup; dan tidak hanya pada kondisi industri ringan yang baik, yang menyediakan barang-barang konsumsi bagi kaum tani – ini juga tidak cukup; kita juga membutuhkan industri berat. Dan untuk mengembangkannya diperlukan kerja keras selama beberapa tahun. Industri berat membutuhkan subsidi negara. Jika kita tidak mampu menyediakannya, kita tidak akan bisa menjadi negara beradab, apalagi menjadi negara sosialis.”[3]
Selama periode ini, Lenin bergulat dengan masalah elektrifikasi sebagai sektor yang perkembangannya dapat menghancurkan tembok kokoh keterbelakangan Rusia. Trotsky, di sisi lain, disibukkan dengan perencanaan industri oleh negara secara keseluruhan, yang praktis tidak lagi diperhatikan di bawah NEP. Ia menekankan perlunya memperkuat ‘Gosplan’, badan perencanaan negara, sebagai sarana untuk mendorong kebangkitan industri secara terencana. Lenin, pada mulanya, tidak mempercayai gagasan Trotsky – bukan karena ia menolak perencanaan namun karena keberadaan birokrasi di lembaga-lembaga Soviet, yang ia khawatirkan akan menjadikan Gosplan yang diperluas dan diperkuat menjadi birokrasi semata.
Betapa pun berbedanya pendekatan mereka terhadap persoalan ini, Lenin dan Trotsky sepakat sepenuhnya mengenai kebutuhan mendesak untuk memperkuat unsur-unsur sosialis dalam perekonomian dan mengakhiri kemunduran ke arah ‘kapitalisme petani’. Namun, tekanan dari kepentingan kulak begitu besar sehingga bahkan sebagian kepemimpinan Bolshevik mulai mengekspresikan kepentingan Kulak. Masalah mengenai jalan mana yang akan ditempuh oleh rezim Soviet diajukan secara gamblang dalam polemik mengenai monopoli perdagangan luar negeri, yang pecah pada Maret 1922.
Monopoli perdagangan luar negeri
Monopoli perdagangan luar negeri, yang dicanangkan pada April 1918, merupakan kebijakan penting untuk menjamin perekonomian sosialis dari ancaman penetrasi dan dominasi modal asing. Di bawah NEP, monopoli menjadi semakin penting sebagai benteng melawan kecenderungan kapitalis yang semakin menguat. Pada awal 1922, atas permintaan Lenin, AM Lezhava menyusun ‘Tesis tentang Perdagangan Luar Negeri’, yang menekankan perlunya memperkuat monopoli dan mengawasi ekspor dan impor secara ketat. Meskipun demikian, Komite Pusat Bolshevik terpecah. Stalin, Zinoviev dan Kamenev menentang usulan Lenin dan menganjurkan pelonggaran monopoli, sementara Sokolnikov, Bukharin dan Pyatakov bahkan menyerukan penghapusan monopoli.
Pada 15 Mei 1922, Lenin menulis surat berikut kepada Stalin:
“Kamerad Stalin,
“Mengingat hal ini, mohon agar diberikan arahan ke Politbiro dengan mengumpulkan suara dari para anggota bahwa ‘Komite Pusat menegaskan kembali monopoli perdagangan luar negeri dan memutuskan untuk menghentikan semua upaya untuk menggabungkan Dewan Ekonomi Tertinggi dengan Komisariat Perdagangan Luar Negeri.’ Semua Komisaris Rakyat menandatangani secara rahasia dan mengembalikan salinan aslinya ke Stalin. Tidak boleh ada salinan kopi.”[4]
Pada saat yang sama ia menulis surat kepada Stalin dan Frumkin (Wakil Komisaris Rakyat untuk Perdagangan Luar Negeri) yang menekankan bahwa “larangan formal harus diberlakukan pada semua pembicaraan dan negosiasi, komisi, dll., sehubungan dengan pelonggaran monopoli perdagangan luar negeri.”[5]
Stalin mengelak: “Saya tidak keberatan dengan ‘larangan formal’ terhadap langkah-langkah untuk melonggarkan monopoli perdagangan luar negeri pada tahapan saat ini. Meski begitu, saya pikir pelonggaran menjadi sangat diperlukan.”[6]
Pada 26 Mei 1922, Lenin menderita stroke pertamanya, yang membuatnya tidak bisa beraktivitas hingga September. Sementara itu, kendati permintaan Lenin, masalah pelonggaran monopoli kembali diajukan. Pada 12 Oktober 1922, Sokolnikov mengajukan resolusi pada sidang pleno Komite Pusat, untuk melonggarkan monopoli perdagangan luar negeri. Lenin dan Trotsky tidak hadir, dan resolusi tersebut disetujui dengan mayoritas besar.
Pada 13 Oktober, Lenin menulis surat kepada Komite Pusat melalui Stalin. Lenin memprotes keputusan tersebut dan menuntut agar masalah tersebut diajukan lagi pada sidang pleno berikutnya pada Desember. Stalin lalu menulis kepada anggota CC:
“Surat Kamerad Lenin belum meyakinkan saya bahwa keputusan CC salah … Meskipun demikian, mengingat desakan Kamerad Lenin agar pelaksanaan keputusan Rapat Pleno CC ditunda, saya akan memilih penundaan agar masalah ini dapat dibahas kembali pada Rapat Pleno berikutnya yang akan dihadiri oleh Kamerad Lenin.”[7]
Pada 16 Oktober, disepakati untuk menunda masalah tersebut hingga sidang pleno berikutnya. Namun, ketika tanggal sidang pleno semakin dekat, Lenin semakin khawatir kondisi kesehatannya tidak memungkinkan dia untuk hadir. Pada 12 Desember, ia menulis surat pertamanya kepada Trotsky dan memintanya untuk “membela opini bersama kita tentang perlunya mempertahankan dan memperkuat monopoli perdagangan luar negeri.”[8]
Surat-surat yang ditulis Lenin dengan jelas menunjukkan keberadaan blok politik Lenin dan Trotsky. Mereka menunjukkan keyakinan implisit Lenin terhadap penilaian politik Trotsky, keyakinan yang lahir dari kerja sama selama bertahun-tahun sebagai pemimpin negara Soviet. Dan bukan kebetulan pada saat itu Lenin tidak meminta bantuan orang lain untuk membela gagasannya di Komite Pusat. Bahkan orang kepercayaannya yang lain, Frumkin dan Stomoniakov, bukan anggota Komite Pusat.
Mengetahui persiapan Lenin dan bloknya dengan Trotsky, Komite Pusat mundur tanpa perlawanan. Pada 18 Desember, resolusi Oktober dibatalkan tanpa syarat. Ronde pertama pertempuran melawan unsur pro-kulak dalam kepemimpinan partai dimenangkan oleh faksi Leninis. Pertempuran ini dilanjutkan setelah kematian Lenin oleh Trotsky dan Oposisi Kiri, satu-satunya yang menjunjung tinggi panji dan program Lenin di hadapan kontra-revolusi Stalinis.
Ancaman birokrasi
Friedrich Engels sedari dulu telah menjelaskan bahwa dalam masyarakat mana pun di mana seni, ilmu pengetahuan, dan pemerintahan berada di tangan minoritas, maka minoritas tersebut akan memanfaatkan dan menyalahgunakan posisinya demi kepentingannya sendiri. Karena keterisolasian revolusi di negeri terbelakang, kaum Bolshevik terpaksa menggunakan jasa sejumlah mantan fungsionaris Tsar untuk menjalankan negara dan masyarakat. Unsur-unsur ini, yang sejak hari-hari pertama revolusi telah menentang revolusi, perlahan-lahan menyadari bahwa kekuasaan Soviet tidak akan ditumbangkan oleh angkatan bersenjata. Setelah bahaya Perang Sipil berlalu, banyak musuh Bolshevisme ini mulai menyusup ke negara, serikat buruh, dan bahkan partai.
‘Pembersihan’ pertama pada 1921 tidak sama dengan sidang fitnah yang diluncurkan oleh Stalin, yang mana seluruh pemimpin lama Bolshevik dibunuh. Tidak ada seorang pun yang diadili, dibunuh, atau dipenjarakan selama pembersihan 1921. Namun komisi-komisi khusus partai dibentuk untuk memecat dari partai ribuan pengejar karier dan borjuis yang bergabung demi kepentingan mereka sendiri. Orang-orang ini dipecat karena “birokratisme, karierisme, penyalahgunaan kekuasaan, pelanggaran hubungan persaudaraan dalam partai, penyebaran rumor yang tidak berdasar dan tidak dapat diverifikasi, insinuasi terhadap partai atau anggota, dan merusak persatuan dan otoritas partai.”[9]
Untuk melawan birokrasi, Lenin menganjurkan pembentukan “Komisi Pengawasan Buruh dan Tani” (RABKRIN), sebagai arbiter tertinggi dan penjaga moralitas partai, dan sebagai senjata untuk melawan unsur-unsur asing dalam aparatus negara Soviet. Sebagai kepala RABKRIN, Lenin menempatkan Stalin, yang ia hormati karena kemampuan organisasi dan karakternya yang kuat.
Di antara fungsi-fungsi penting lainnya, RABKRIN memeriksa dengan teliti pemilihan dan penunjukan staf-staf yang bertanggung jawab dalam pemerintahan dan partai. Siapa pun yang memiliki di tangannya kekuasaan untuk menahan promosi atau mendorong promosi seseorang jelas mempunyai senjata yang bisa menguntungkan kepentingan mereka sendiri. Stalin tidak segan-segan menggunakannya demi kepentingannya. RABKRIN berubah dari senjata melawan birokrasi menjadi sarang intrik karieris. Stalin dengan sinis menggunakan posisinya di RABKRIN, dan kemudian kendalinya atas Sekretariat partai, untuk mengumpulkan orang-orang yang patuh dan pemanut – orang-orang medioker, yang hanya setia pada orang yang membantu mereka memperoleh jabatan empuk. Dari penjaga moralitas partai yang tertinggi, RABKRIN tenggelam ke dalam sinisme birokrasi yang paling dalam.
Trotsky mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi sebelum Lenin, yang tidak mampu memperhatikan secara dekat kerja partai karena penyakitnya. Trotsky mengatakan, “mereka yang bekerja di RABKRIN sebagian besar adalah orang-orang yang sudah gagal di bidang lain,”, dan RABKRIN “penuh dengan intrik, yang sudah jadi buah bibir semua orang di seluruh Rusia.”[10]
Lenin terus membela RABKRIN dari kritik Trotsky. Namun dalam karya-karya terakhirnya kita melihat matanya terbuka terhadap ancaman birokrasi dari organisasi tersebut dan peran Stalin yang memimpinnya. Dalam artikelnya, ‘Bagaimana kita harus mengorganisir ulang Inspektorat Buruh dan Tani’, Lenin menghubungkan pertanyaan ini dengan deformasi birokrasi aparatus negara buruh:
“Kecuali Komisariat Rakyat Luar Negeri, aparatus negara kita sebagian besar adalah sisa-sisa masa lalu dan hampir tidak ada perubahan serius. Aparatus negara kita hanya diperbaiki di permukaan saja, tetapi dalam semua hal lainnya adalah peninggalan mesin negara lama.”[11]
Namun, dalam Better Fewer, But Better, artikel terakhir Lenin, yang ditulis pada 2 Maret 1923, ia meluncurkan kritiknya yang paling pedas terhadap RABKRIN:
“Mari kita katakan dengan terus terang bahwa Komisariat Rakyat Inspektorat Buruh dan Tani (RABKRIN) saat ini tidak memiliki otoritas sedikit pun. Semua orang tahu bahwa tidak ada lembaga lain yang terorganisir lebih buruk daripada Inspektorat Buruh dan Tani kita, dan dalam kondisi sekarang tidak ada yang dapat diharapkan dari Komisariat Rakyat ini.”[12]
Dalam artikel yang sama, Lenin mengikutsertakan sebuah pernyataan yang ditujukan langsung kepada Stalin: “Mari kita tambahkan bahwa ada birokrat di kantor-kantor partai kita dan juga di kantor-kantor Soviet lainnya.”[13]
Bahwa Lenin mencurigai Stalin sebagai dedengkot faksi birokratis dalam partainya adalah contoh wawasan Lenin yang jauh ke depan. Pada saat itu, kekuasaan Stalin dalam aparatus belumlah terlihat bahkan oleh mayoritas anggota partai, sementara sebagian besar pemimpin tidak percaya bahwa ia mampu menggunakan kekuasaan tersebut, mengingat pemahaman teori dan politiknya yang medioker. Bahkan setelah kematian Lenin, bukan Stalin, melainkan Zinoviev yang memimpin kelompok Troika (Zinoviev, Kamenev, Stalin), yang mendorong partai untuk mengambil langkah pertama yang fatal untuk menjauhi tradisi Oktober dengan kedok serangan terhadap ‘Trotskisme’.
Bukan kebetulan bila nasihat terakhir Lenin kepada partai adalah memperingatkan partai akan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh Stalin yang “tidak setia” dan “tidak toleran” dan menganjurkan pemecatannya dari jabatan Sekretaris Jenderal.
Masalah Georgia
Kekalahan revolusi buruh di Eropa membuat tugas Komunis Internasional semakin penting untuk memenangkan revolusi rakyat terjajah di Timur. Revolusi Oktober memberikan dorongan yang besar bagi perjuangan koloni-koloni jajahan melawan penindas imperialis mereka. Terutama slogan ‘hak bangsa untuk menentukan nasib sendiri’, yang terpatri di panji Bolshevisme memberikan harapan kepada jutaan rakyat tertindas di Asia dan Afrika.
Tindakan pertama pemerintah buruh adalah mengakui kemerdekaan Finlandia, meskipun ini berarti menganugerahi kemerdekaan kepada pemerintah kapitalis yang memusuhinya. Tentu saja, kaum Marxis berdiri teguh untuk menyatukan seluruh bangsa dalam Federasi Sosialis Dunia. Namun persatuan tersebut tidak dapat diwujudkan dengan kekerasan, melainkan hanya dengan persetujuan bebas dari kaum buruh dan tani di berbagai negara. Yang terpenting, ketika kaum buruh di negara bekas imperialis mengambil alih kekuasaan, kewajiban mereka adalah menghormati kehendak rakyat di negeri bekas jajahan – bahkan jika mereka ingin memisahkan diri. Persatuan dapat dilakukan di kemudian hari, berdasarkan teladan dan persuasi.
Pada 1921, Tentara Merah terpaksa mengintervensi Georgia, karena pemerintah Georgia secara konsisten berintrik dengan Inggris dan kekuatan kapitalis lainnya untuk menumbangkan negara Soviet. Lenin sangat cemas. Dia tidak ingin intervensi militer ini dianggap sebagai aneksasi Georgia oleh Rusia, sehingga negara Soviet tampak seperti rejim Tsar sebelumnya. Dia menulis surat demi surat yang menginstruksikan Ordzhonikidze, perwakilan Komite Pusat di Georgia, untuk menerapkan “kebijakan konsesi sehubungan dengan kaum intelektual Georgia dan pedagang kecil,” dan menganjurkan pembentukan “koalisi dengan kaum Menshevik Jordania atau Georgia.”[14] Pada 10 Maret, ia mengirim telegram yang mendesak perlunya “secara khusus menghormati kedaulatan Georgia; untuk menunjukkan perhatian dan kehati-hatian khusus terhadap penduduk Georgia.”[15]
Namun, aktivitas Ordzhonikidze di Georgia berhubungan dengan klik Stalin. Stalin sedang merumuskan proposal untuk menyatukan Federasi Sosialis Soviet Rusia dengan republik-republik Soviet non-Rusia lainnya. Pada Agustus 1922, ketika Lenin sakit dan tidak bisa beraktivitas, sebuah komisi yang dipimpin oleh Stalin dibentuk untuk menyusun syarat-syarat unifikasi tersebut.
Ketika tesis Stalin muncul, tesis tersebut ditolak mentah-mentah oleh Komite Pusat Partai Komunis Georgia. Pada 22 September, para pemimpin Komunis Georgia menyetujui mosi berikut:
“Persatuan dalam bentuk otonomisasi republik-republik independen, yang diusulkan tesis Stalin, adalah terlalu dini. Persatuan upaya ekonomi dan kebijakan bersama diperlukan, namun semua atribut kemandirian harus dipertahankan.”[16]
Protes kaum Komunis Georgia tidak dihiraukan. Stalin bertekad memaksakan proposalnya. Komisi bertemu pada 23 dan 24 September, di bawah kepemimpinan anteknya Stalin, Molotov. Komisi menolak mosi Georgia, dengan satu suara mendukungnya (Mdivani, perwakilan Georgia). Pada 25 September, materi Komisi dikirim ke Lenin, yang sedang menjalani pemulihan di rumah Maxim Gorky. Tanpa menunggu pandangan Lenin, dan bahkan tanpa diskusi di Politbiro, Sekretariat (pusat Stalin di partai) mengirim keputusan Komisi kepada seluruh anggota KP untuk persiapan Pleno Oktober.
Pada 26 September, Lenin menulis surat kepada Komite Pusat melalui Kamenev, yang mendesak KP agar berhati-hati dengan masalah Georgia dan mengkritik Stalin yang terburu-buru dalam memecahkan masalah ini. (“Stalin cenderung terburu-buru.”[17]) Lenin berencana bertemu dengan Stalin keesokan harinya. Dia belum menduga sejauh mana upaya Stalin untuk memaksakan unifikasi. Namun, surat ini bahkan telah menunjukkan bagaimana Lenin menolak semua penghinaan terhadap aspirasi nasional bangsa kecil yang dapat memperkukuh cengkeraman nasionalisme.
“Yang penting adalah tidak memberikan amunisi bagi elemen ‘pro-kemerdekaan’, tidak meremukkan kemerdekaan mereka, namun menciptakan bangunan baru, sebuah federasi republik yang setara.”[18]
Amandemen yang diajukan Lenin bertujuan melunakkan rumusan awal Stalin, dengan memberikan kelonggaran bagi elemen-elemen “pro-kemerdekaan”, yang pada saat itu ia anggap sebagai pihak yang keliru. Menanggapi komentar Lenin, Stalin menulis kepada anggota Politbiro pada 27 September sejumlah tanggapan yang masam, termasuk yang berikut:
“Mengenai paragraf empat, menurut pendapat saya, Kamerad Lenin sendiri ‘terburu-buru’… Hampir tidak ada keraguan bahwa ‘ketergesa-gesaan’-nya akan memberi amunisi bagi para pendukung ‘kemerdekaan’, sehingga merugikan liberalisme nasional Lenin.”[19]
Balasan kasar Stalin merupakan ekspresi kedongkolannya yang terbuka atas ‘campur tangan’ Lenin terhadap apa yang ia anggap sebagai wilayah pribadinya, dan juga ketakutan akan intervensi Lenin.
Kekhawatiran Stalin beralasan. Setelah berdiskusi dengan Mdivani, Lenin menjadi yakin masalah Georgia telah ditangani dengan keliru oleh Stalin, dan mulai mengumpulkan bukti-bukti. Pada 6 Oktober, Lenin menulis sebuah memo kepada Politbiro, “Tentang Memerangi Sauvinisme Nasional Bangsa yang Dominan”:
“Saya menyatakan perang sampai mati terhadap sauvinisme bangsa yang dominan. Saya akan mengunyahnya dengan seluruh gigi saya yang sehat segera setelah saya menyingkirkan gigi buruk terkutuk ini.”[20]
Lenin belum menyadari sepenuhnya signifikansi peristiwa yang terjadi di Georgia. Ia tidak mengetahui bahwa Stalin, demi mengonsolidasi kekuasaannya, telah menyingkirkan kader-kader terbaik Bolshevisme Georgia, menggantikan Komite Pusat Partai Komunis Georgia yang lama dengan elemen-elemen baru yang lebih ‘manut’.
Apa yang Lenin ketahui sudah cukup untuk membangkitkan kecurigaannya. Pada minggu berikutnya dia diam-diam mulai mengumpulkan informasi tentang masalah Georgia, dan meminta Komite Pusat mengirim Rykov dan Dzerzhinsky ke Tiflis untuk menyelidiki keluhan kaum Komunis Georgia.
Pernyataan Lenin
Pada 23 dan 24 Desember 1922, Lenin mulai mendiktekan kepada sekretarisnya surat-suratnya yang terkenal itu, yang ditujukan untuk Kongres. Dia menekankan kepada sekretarisnya bahwa ini harus dirahasiakan. Pekerjaan Lenin berjalan lambat dan penuh kesulitan karena terganggu oleh penyakitnya. Namun melalui semua itu, menjadi semakin jelas bahwa musuh utamanya adalah aparat birokrasi negara dan partai, dan sosok yang memimpinnya, Stalin.
Dalam The Real Situation in Russia, Trotsky mencatat percakapan terakhirnya dengan Lenin, tak lama sebelum serangan stroke kedua Lenin. Menanggapi usulan Lenin agar Trotsky ikut serta dalam komisi baru untuk melawan birokrasi (How We Should Reorganise the Workers’ and Peasants’ Inspectorate), Trotsky menjawab:
“Vladimir Ilyich, menurut keyakinan saya, dalam perjuangan melawan birokratisme di dalam aparatus Soviet saat ini, kita tidak boleh lupa bahwa sedang terjadi, baik di provinsi maupun di pusat, seleksi khusus pejabat dan spesialis, partai, non-partai, dan setengah-partai, di sekitar tokoh dan kelompok partai tertentu yang berkuasa – di provinsi, di distrik, di cabang-cabang partai dan di pusat – yaitu, Komite Pusat, dll. Bila kita menyerang para pejabat Soviet, kita akan berhadapan dengan pemimpin partai. Para spesialis adalah anggota rombongannya. Dengan keadaan seperti itu saya tidak dapat melakukan pekerjaan ini.
“Kemudian Vladimir Ilyich merenung sejenak dan – di sini saya mengutipnya secara verbatim – mengatakan: ‘Jadi, saya mengusulkan perjuangan melawan birokratisme Soviet, dan kamu ingin menambahkan birokratisme Biro Organisasi partai.’ Saya tertawa karena tidak menduga ini, karena saya belum merumuskan ide ini dengan sempurna. Saya menjawab, ‘Saya pikir demikian.’
“Kemudian Vladimir Ilyich berkata: ‘Baiklah, saya mengusulkan sebuah blok.’ dan saya berkata: ‘Saya selalu siap membentuk blok dengan orang yang baik.’”[21]
Percakapan ini penting karena ini menjelaskan isi karya-karya terakhir Lenin, terutama ‘Pernyataan’-nya yang terkenal itu, surat-surat mengenai masalah kebangsaan dan Better Fewer, But Better. Nada surat-suratnya kian hari kian tajam, sasarannya semakin jelas. Apapun masalah yang dia hadapi, pemikiran utamanya tetap sama, yaitu perlunya memerangi tekanan kekuatan kelas asing dalam negara dan partai, pembasmian birokrasi, perjuangan melawan sauvinisme Rusia Raya, perjuangan melawan klik Stalin dalam partai.
Meskipun Lenin terus-menerus meminta agar catatannya dirahasiakan, bagian pertama Pernyataan ini sampai ke tangan Sekretariat dan Stalin, yang segera menyadari bahaya intervensi Lenin dan mengambil tindakan untuk mencegahnya. Sekretaris Lenin mendapat tekanan keras untuk mencegah Lenin memperoleh berita yang dapat ‘membuatnya kesal’.
Meskipun demikian, Lenin mengetahui dari Dzerzhinsky bahwa Ordzhonikidze telah bertindak keterlaluan dengan memukul salah satu anggota oposisi Georgia. Insiden ini mungkin tampak sepele jika dibandingkan dengan teror Stalinis di kemudian hari, namun ini sangat mengejutkan Lenin. Sekretaris Lenin mencatat apa yang dikatakan Lenin dalam buku hariannya tertanggal 30 Januari 1923: “Tepat sebelum saya jatuh sakit, Dzerzhinsky memberi tahu saya tentang pekerjaan Komisi dan tentang ‘insiden’ tersebut dan ini sangat menyakiti saya.”[22]
Untuk memahami signifikansi insiden pemukulan ini, kita perlu mengetahui hubungan antara bangsa Rusia (lebih tepatnya bangsa Rusia Raya) dan bangsa-bangsa minoritas yang, di bawah pemerintahan Tsar, diperlakukan secara hina, biadab, dan dengan kesewenang-wenangan yang sama seperti yang dialami oleh orang hitam dan orang India di bawah Kerajaan Inggris. Tugas historis Revolusi Rusia adalah mengangkat bangsa-bangsa minoritas yang tertindas ini menjadi manusia yang seutuhnya, dengan hak dan martabat mereka sendiri. Penganiayaan atau pelecehan yang dilakukan oleh perwakilan bangsa Rusia-Raya terhadap orang Georgia adalah kejahatan terhadap internasionalisme proletar, kekejian Tsaris yang bisa dihukum dengan hukuman paling berat – paling tidak pemecatan dari partai. Itulah sebabnya Lenin menumpahkan kemarahannya kepada Stalin dan Ordzhonikidze, menuntut “hukuman keras” terutama untuk Ordzhonikidze.[23]
Stalin terus mencegah Lenin menerima informasi dari Georgia. Banyak kutipan dari buku harian para sekretaris Lenin yang memberikan gambaran jelas mengenai pelecehan birokratik ini:
“Pada hari Kamis tanggal 25 Januari, dia [Lenin] menanyakan apakah materi [dari komite Georgia] telah diterima. Saya menjawab bahwa Dzerzhinsky baru akan tiba pada hari Sabtu. Oleh karena itu saya belum dapat menanyakannya.
“Pada hari Sabtu saya bertanya kepada Dzerzhinsky, dia mengatakan Stalin memiliki materi tersebut. Saya mengirim surat kepada Stalin, tetapi dia sedang berada di luar kota. Kemarin, 29 Januari, Stalin menelepon, mengatakan dia tidak dapat memberikan materi tersebut tanpa seizin Politbiro. Ditanya apakah saya memberi tahu Vladimir Ilyich hal-hal yang tidak boleh diberitahu kepadanya – bagaimana dia bisa tahu tentang peristiwa terkini? Misalnya, artikelnya tentang WPI (RABKRIN) menunjukkan bahwa dia mengetahui situasi tertentu, saya menjawab saya tidak mengatakan apa pun dan tidak punya alasan untuk percaya bahwa dia diberi tahu tentang situasi terkini. Hari ini Vladimir Ilyich meminta saya untuk memperoleh jawaban dan mengatakan bahwa dia akan berjuang untuk mendapatkan materi tersebut.”[24]
Baris-baris di atas ini dengan jelas mengungkapkan bagaimana Stalin berupaya mempertahankan posisinya dengan intimidasi dan metode birokratik. Stalin takut pada Lenin, bahkan ketika Lenin terbaring sekarat. Tidak ada ilustrasi yang lebih jelas mengenai “kelancangan” dan “ketidaksetiaan” Stalin yang dimaksud oleh Lenin dalam Pernyataannya.
Lebih Baik Lebih Sedikit tapi Lebih Baik
Lenin tidak percaya pada komisi Dzerzhinsky dan Komite Pusat, dan ketidakpercayaan ini tercermin dalam instruksinya kepada sekretarisnya:
“1) Mengapa Komite Pusat lama Partai Komunis Georgia dituduh melakukan penyimpangan?
“2) Pelanggaran disiplin apa yang dituduhkan kepada mereka?
“3) Mengapa Komite Transkaukasia dituduh menindas KP Partai Komunis Georgia?
“4) Cara penindasan fisik (bio-mekanik).
“5) Garis KP Partai Komunis Bolshevik saat Vladimir Ilyich tidak ada dan di hadapannya.
“6) Sikap Komisi [Georgia]. Apakah Komisi ini hanya memeriksa tuduhan terhadap KP Partai Komunis Georgia atau juga terhadap Komite Transkaukasia? Apakah Komisi ini memeriksa insiden ‘bio-mekanik’ [yang dimaksud Lenin adalah insiden pemukulan anggota oposisi Georgia oleh Ordzhonikidze]?
“7) Situasi saat ini (kampanye pemilu, kaum Menshevik, penindasan, perselisihan nasional).”[25]
Namun Lenin semakin sadar akan ketidaksetiaan dan ketidakjujuran selapisan kepemimpinan partai, dan ini juga membuatnya tidak percaya pada para sekretarisnya. Bukankah mulut mereka juga disumpal oleh Stalin?
“Pada 24 Januari Vladimir Ilyich berkata: ‘Pertama-tama tentang pekerjaan ‘rahasia’ kita ini. Saya tahu kamu mengelabui saya.’ Saya mencoba meyakinkan Lenin bahwa tidak ada orang yang mengelabuinya, dan dia menjawab, ‘Saya punya pendapat saya sendiri mengenai ini’”.[26]
Dengan susah payah, Lenin yang sakit berhasil mengetahui bahwa Politbiro telah menerima kesimpulan Komisi Dzerzhinsky. Pada saat inilah (2-6 Februari) Lenin mendiktekan artikel Better Fewer, But Better, yang merupakan serangan paling terang-terangan terhadap Stalin dan birokrasi partai. Peristiwa Georgia telah meyakinkan Lenin bahwa sauvinisme negara yang busuk adalah indikasi paling berbahaya adanya tekanan dari kelas-kelas asing:
“Aparatus negara kita begitu menyedihkan, dan bahkan buruk sekali, sehingga pertama-tama kita harus memikirkan dengan sangat hati-hati bagaimana memerangi kecacatannya, mengingat bahwa kecacatan ini berakar dari masa lalu, yang meskipun sudah ditumbangkan, namun belum dapat diatasi.”[27]
Dalam penampilan publiknya yang terakhir di pertemuan politik, yaitu Kongres Partai Ke-11, Lenin telah memperingatkan bahwa mesin negara sedang lepas dari kendali Komunis:
“Mesin ini tidak mau menuruti tangan yang menuntunnya. Bagaikan sebuah mobil yang tidak merespons kemudi, namun melaju ke arah yang diinginkan orang lain, seolah-olah sedang dikemudikan oleh tangan yang misterius, tangan yang tak terkendali – entah milik siapa, mungkin milik seorang pencatut, atau seorang kapitalis swasta, atau kedua-duanya. Terlepas dari itu, mobil ini tidak berjalan ke arah yang dibayangkan oleh sang pengemudi, dan sering kali mobil ini bergerak ke arah yang sama sekali berbeda.”[28]
Racun nasionalisme, ciri yang paling karakteristik dari semua bentuk Stalinisme, berakar dari reaksi kaum borjuis kecil, kulak, nepman, dan pejabat Soviet yang membenci internasionalisme revolusioner Revolusi Oktober
Pecah dengan Stalin
Lenin mengusulkan membentuk aliansi dengan Trotsky untuk melawan reaksi ini di Kongres mendatang. Trotsky adalah satu-satunya anggota Komite Pusat yang dapat ia percayai untuk membela sudut pandangnya.
Lenin ingin menangani sendiri masalah RABKRIN dan tengah “mempersiapkan kejutan” untuk Stalin.[29] Keyakinannya bahwa ‘aparat’ Partai bersekongkol untuk mencegahnya terlibat dengan cara apapun diilustrasikan oleh pernyataan sekretarisnya bahwa “tampaknya, lebih jauh lagi, Vladimir Ilyich mendapat kesan bahwa bukan para dokter yang memberikan instruksi kepada Komite Pusat, melainkan Komite Pusat-lah yang memberikan instruksi kepada para dokter.”[30]
Kecurigaan Lenin sangat beralasan. Salah satu usulan yang secara serius dipertimbangkan di Komite Pusat pada saat itu adalah mencetak edisi khusus Pravda untuk Lenin saja, untuk mengelabuinya mengenai masalah Georgia!
Argumen bahwa semua ini demi kesehatan Lenin tidak berlandasan sama sekali. Seperti yang dia jelaskan sendiri, tidak ada yang lebih mengganggu dan membuatnya kesal selain tindakan tidak loyal dari anggota KP dan tumpukan dusta yang mereka sembunyikan. Sikap sesungguhnya Stalin terhadap Lenin yang sekarat terungkap dalam sebuah insiden keji yang melibatkan Krupskaya, istri Lenin. Ketika Krupskaya berusaha membela suaminya yang sakit dari desakan kasar Stalin, ia dimaki dengan kasar oleh ‘murid setianya’. Krupskaya menggambarkan kejadian tersebut dalam suratnya kepada Kamenev tertanggal 23 Desember 1922:
“Lev Borisovich [Kamenev],
“Mengenai surat singkat yang saya tulis dari dikte Vladimir Ilyich dengan seizin dokter, Stalin menelepon saya kemarin dan berbicara kepada saya dengan cara yang paling kasar. Saya bukan orang baru di partai. Selama 30 tahun saya belum pernah mendengar satu kata kasar pun dari kamerad mana pun. Kepentingan Partai dan Ilyich sama berharganya bagi saya seperti halnya bagi Stalin. Saya harus benar-benar mengendalikan emosi saya. Saya lebih tahu daripada dokter mana pun apa yang boleh atau tidak boleh dikatakan kepada Ilyich, karena saya tahu apa yang membuatnya kesal dan apa yang tidak, lebih baik daripada Stalin.”[31]
Krupskaya memohon kepada Kamenev, teman pribadinya, untuk melindunginya “dari campur tangan lancang dalam kehidupan pribadi saya, pelecehan dan ancaman yang tidak pantas,” dan menambahkan bahwa sejauh menyangkut ancaman Stalin untuk melibatkan Komisi Kontrol: “Saya tidak punya tenaga dan waktu untuk dibuang-buang untuk pertengkaran bodoh seperti itu. Saya juga manusia dan saraf saya sudah hampir putus.”
Ancaman Lenin untuk memutuskan semua hubungan persahabatan dengan Stalin dan kecamannya atas “kelancangan” Stalin dalam Pernyataan-nya sering kali dijelaskan oleh referensi kabur mengenai insiden ini. Namun pertama-tama, apa yang dilakukan Stalin bukanlah masalah ‘pribadi’ melainkan pelanggaran politik berat, yang dapat dihukum dengan pemecatan dari Partai. Pelanggaran ini diperparah oleh fakta bahwa posisi Stalin di Partai mengharuskannya untuk memerangi perilaku seperti itu, bukan justru melakukannya.
Namun ‘insiden kecil’ ini harus dilihat dalam konteksnya. Ini tidak lain adalah manifestasi ketidaksetiaan Stalin yang paling keterlaluan dan gamblang.
Hari-hari aktif terakhir Lenin dihabiskan untuk mengorganisir perjuangan melawan faksi Stalin di Kongres. Dia menulis surat kepada Trotsky memintanya untuk membela kamerad-kamerad di Georgia. Dia juga menulis surat kepada para pemimpin Georgia, dan menyampaikan dengan hangat bahwa dia akan mendukung mereka. Perlu dicatat bahwa ungkapan seperti “dengan sepenuh hati” dan “dengan salam persahabatan yang terhangat” sangat jarang ditemukan dalam surat-surat Lenin, yang biasanya lebih kaku. Ini mengekspresikan komitmennya terhadap perjuangan tersebut. Perlu juga dicatat bahwa blok Lenin merupakan sebuah faksi politik – yang kemudian dijuluki oleh kaum Stalinis sebagai “blok anti-partai”. Kaum Stalinis telah mengorganisir faksi mereka, yang mengendalikan mesin partai.
Fotieva, sekretaris Lenin, mencatat catatan terakhir Lenin mengenai masalah Georgia, yang tampaknya merupakan persiapan pidato di Kongres:
“Instruksi Vladimir Ilyich agar Soltz [A.A. Soltz, anggota presidium Komisi Kontrol Pusat] diberi sinyal bahwa dia [Lenin] berdiri di sisi pihak yang dirugikan. Seseorang dari pihak yang dirugikan harus diberitahu bahwa dia ada di pihak mereka. Tiga momen: 1) Kita tidak boleh bertikai. 2) Konsesi harus diberikan. 3) Bangsa besar tidak bisa disamakan dengan bangsa kecil. Tahukah Stalin? Mengapa dia tidak merespons? Sebutan ‘deviasionis’ untuk penyimpangan ke arah sauvinisme dan Menshevisme juga sama dengan penyimpangan sauvinis bangsa yang dominan. Mengumpulkan materi untuk Vladimir Ilyich.”[32]
Pada 9 Maret 1922, Lenin menderita stroke ketiga, yang membuatnya lumpuh dan tidak berdaya. Perjuangan melawan degenerasi birokratik dilanjutkan oleh Trotsky dan Oposisi Kiri. Namun Lenin telah meletakkan fondasi bagi program Oposisi dalam melawan birokrasi, melawan ancaman Kulak, untuk industrialisasi dan perencanaan sosialis, untuk internasionalisme sosialis dan demokrasi buruh.
[1] V I Lenin, “Fourth Anniversary of the October Revolution”, Lenin Collected Works, Vol. 33, Progress Publishers, 1966, hal. 57
[2] V I Lenin, “The New Economic Policy And The Tasks Of The Political Education Departments”, Lenin Collected Works, Vol. 33, Progress Publishers, 1966, hal. 72
[3] V I Lenin, “Five Years of the Russian Revolution and the Prospects of the World Revolution”, Lenin Collected Works, Vol. 33, Progress Publishers, 1966, hal. 426
[4] V I Lenin, “Note to J. V. Stalin with a Draft Decision for the Politbureau of the C.C., R.C.P.(B.) on the Question of the Foreign Trade Monopoly”, Lenin Collected Works, Vol. 42, Progress Publishers, 1971, hal. 418
[5] ibid. footnote no. 476
[6] ibid.
[7] Quoted in V I Lenin, “Letter To J V Stalin For Members Of The CC, RCP(B) Re
The Foreign Trade Monopoly”, Lenin Collected Works, Vol. 33, Progress Publishers, 1966, hal. 375, footnote no.115
[8] V I Lenin, “Letter to L D Trotsky”, Lenin Collected Works, Vol. 45, Progress Publishers, 1976, hal. 607
[9] E H Carr, A History of Soviet Russia, MacMillan, 1950, hal. 203
[10] ibid. Hal. 227
[11] V I Lenin, “How We Should Reorganise the Workers’ and Peasants’ Inspection”
Lenin Collected Works, Vol. 33, Progress Publishers, Moscow, 1965, hal. 481
[12] V I Lenin, “Better Fewer, But Better”, Lenin Collected Works, Vol. 33, Progress Publishers, Moscow, 1965, hal. 490
[13] ibid. hal. 494
[14] E H Carr, A History of Soviet Russia, MacMillan, 1950, hal. 349-350
[15] V I Lenin, “Telegram to the Revolutionary Military Council of the 11th Army”, Lenin Collected Works, Vol. 35, Progress Publishers, 1976, hal. 479
[16] M Lewin, Lenin’s Last Struggle, Pantheon Books, 1968, hal. 48
[17] V I Lenin, “On the Establishment of the U.S.S.R.” Lenin Collected Works, Vol. 42, Progress Publishers, 1971, hal. 421
[18] ibid. hal. 422
[19] L Trotsky, The Stalin School of Falsification, Pathfinder Press, 1972, hal. 67-68
[20] V I Lenin, “Memo Combatting Dominant Nation Chauvinism”, Lenin Collected Works, Vol. 33, Progress Publishers, Moscow, 1965, hal. 372
[21] L Trotsky, The Real Situation in Russia, Harcourt Brace and Co., 1928, hal. 304-305
[22] L A Fotieva, “Journal of Lenin’s Duty Secretaries”, Lenin Collected Works, Vol. 42, Progress Publishers, 1969, hal. 484
[23] V I Lenin, “The Question of Nationalities or “Autonomisation””, Lenin Collected Works, Vol. 36, Progress Publishers, 1971, hal. 610
[24] L A Fotieva, “Journal of Lenin’s Duty Secretaries”, Lenin Collected Works, Vol. 42, Progress Publishers, 1969, hal. 484, emphasis added
[25] ibid. hal. 485, footnote no. 607
[26] ibid.
[27] V I Lenin, “Better Fewer, But Better”, Lenin Collected Works, Vol. 33, Progress Publishers, Moscow, 1965, hal. 487
[28] V I Lenin, “Political Report Of The Central Committee Of The R.C.P. (B.)”, Lenin Collected Works, Vol. 33, Progress Publishers, 1966, hal. 279
[29] L Trotsky, The Stalin School of Falsification, Pathfinder Press, 1972, hal. 75
[30] L A Fotieva, “Journal of Lenin’s Duty Secretaries”, Lenin Collected Works, Vol. 42, Progress Publishers, 1969, hal. 492-493
[31] M Lewin, Lenin’s Last Struggle, Pantheon Books, 1968, hal. 152-153
[32] L A Fotieva, “Journal of Lenin’s Duty Secretaries”, Lenin Collected Works, Vol. 42, Progress Publishers, 1969, hal. 493, footnote no. 614