Bagian Tiga: Trostky dalam Revolusi 1905
Revolusi pertama pecah di Rusia. Tahun 1905. Dua puluh ribu buruh berjalan menuju istana Tsar. Mereka penyampaikan petisi: menuntut perbaikan kondisi kehidupan rakyat. Massa meneriakkan yel-yel dan menunjukkan keberaniannya di depan rejim. Tsar gerah dan bingung. Penguasa sebuah imperium di Eropa timur ini kemudian memerintahkan tentaranya menumpas para “pemberontak”. Terlihat letupan api pada moncong senapan para tentara. Terdengar bunyi tembakan bersahutan. Korban berjatuhan. Ratusan massa tewas tertembus peluru. Ribuan massa terluka.
Inilah yang disebut Bloody Sunday (Minggu Berdarah) dalam sejarah Rusia. Sebuah kobaran besar yang apinya mampu menggoyang tiang-tiang penyangga absolutisme otokrasi Tsar. Percikan apinya juga menyebar ke mana-mana, sampai ke Munich. Hingga membuat Trotsky meninggalkan Munich untuk membantu pemberontakan.
Trotsky adalah salah satu dari para pemimpin emigran yang pertama kembali ke Rusia dari pengasingan. Ia mulai bekerjasama dengan kalangan bawah dari kaum Bolshevik dan Menshevik serta memproduksi selebaran-selebaran, seruan-seruan, surat pernyataan, esai dan pamflet-pamflet mengenai strategi-taktik politik. Peristiwa heroik ini membuatnya lebih yakin tentang perlunya proletariat dalam mengambil alih kekuasan.
Dari semua jajaran pemimpin Sosial Demokrat[1], adalah Trotsky yang memainkan peran palin penting di tahun 1905. Lunacharsky, salah seorang kawan dekat Lenin, menceritakan perihal Trotsky sebagai berikut:
“ …Saya musti mengatakan bahwa dari seluruh pemimpin Sosial Demokrat tahun 1905-1906, tanpa diragukan lagi, Trotskylah yang sangat menonjol…. Trotsky mengerti dengan baik dibanding yang lain apa artinya perjuangan politik pada skala luas, pada skala nasional. Dia lahir dari revolusi yang tengah mencapai puncak popularitas…. Trotsky kemudian berdiri di peringkat paling depan.”
Trotsky masih berumur 26 tahun ketika pertama kali menjadi presiden Soviet[2] St Petersburg. Pemimpin yang pertama dari Soviet St Petersburg, seorang pengacara dan simpatisan Menshevik, G.S. Khrustalyov-Nosar[3], seperti halnya Pastor Gapon, adalah figur aksidental yang tidak memainkan peran independen. Pada kenyataannya, peran kepemimpinan di dalam Soviet dimainkan oleh Trotsky, yang menjadi pimpinan soviet setelah penangkapan Khrustalyov pada bulan Nopember. Trotsky banyak menulis pernyataan-pernyataan dan manifes-manifes mengenai Soviet dan mendapat sambutan besar dari kaum buruh. Lunacharsky menyebut bahwa Trotsky telah “membuat dirinya berbeda tidak hanya dengan kami, tetapi juga dengan Menshevik. Sebagian besar karyanya dikerjakan di dalam Soviet dan bersama-sama dengan Parvus mengorganisir suatu kelompok yang mempublikasikan sebuah koran kecil yang sangat militan dan murah, Nachalo[4].” Dan Lunacharsky menambahkan: “Saya ingat sesorang mengatakan di hadapan Lenin: ‘Bintang Khrustalyov sedang memudar dan sekarang orang kuat di dalam Soviet adalah Trotsky. Wajah Lenin tenggelam sejenak, kemudia ia berkata: ‘Yah, Trotsky telah mendapatkannya dengan karyanya yang brilian dan tak kunjung padam.”
Pada tanggal 14 Oktober 1905, pemogokan umum pecah di Petrograd. Semua orang terkejut, kecuali Trotsky. Pemogokan tersebut dipimpin oleh Soviet. Dan Soviet kemudian menjadi mesin penggerak perjuangan kaum buruh.
Trotsky dipilih menjadi presiden Soviet Petrograd. Ia terlibat aktif dalam pertemuan-pertemuan buruh, dan menulis serta mengedit tiga koran buruh. Tugas kepemimpinannya yang paling krusial pada waktu itu adalah bagaimana mengkaji peristiwa demi peristiwa kekuatan buruh sehingga mereka bisa memutuskan kapan harus menarik diri untuk menghindari kekalahan.
Di dalam My Life, Trotsky menggambarkan suasana Revolusi 1905 sebagai berikut:
“52 hari dari keberadaan Soviet pertama penuh dengan tumpukan pekerjaan…. Belum jelas bagaimana kami mengatur kehidupan di dalam pusaran air ini, bahkan untukku sendiri…. Kami tidak hanya berputar-putar di pusaran, tetapi telah membantu menciptakan pusaran itu. Semua dilakukan dengan tergesa-gesa. Tetapi, meskipun demikian, tidaklah terlalu buruk, dan beberapa hal bahkan dikerjakan dengan sangat baik…[5]”
Pemberontakan 1905 adalah percobaan yang sangat berani namun tidak berhasil. Kelas buruh belum memiliki pengalaman untuk mengambil alih kekuasaan. Soviet mulai membuat link dengan kaum tani dan tentara, tetapi tidak memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan proses ini. Karena buruh tidak bisa mengalahkan Tsar dengan senjata, Soviet menyerukan kepada kaum buruh untuk memboikot keuangan pemerintah. Khawatir ancaman ini mengganggu kas negara, Tsar memutuskan bahwa waktunya telah tiba untuk menghancurkan pemberontakan dan memerintahkan untuk menangkap para para pemimpin Soviet.
Pada tanggal 3 Desember 1905, Trotsky sedang memimpin rapat Komite Eksekutif Soviet ketika seorang polisi tiba-tiba masuk ruangan untuk menangkapnya. Perlawanan memang tidak mungkin untuk dilakukan, tetapi tidak berarti Trotsky menyerah begitu saja. Dengan berdasar pada prosedur, Trotsky mengusir pergi seorang polisi tersebut. Polisi tersebut kemudian keluar, tetapi tak lama berselang ia segera kembali dengan satu peleton tentara. Seorang anggota Soviet mendesak tentara agar tidak melawan rakyat. Seorang petugas dari kepolisian tersebut akhirnya mundur untuk kedua kalinya, takut para tentara akan berbalik melawannya. Tetapi akhirnya, satu detasemen polisi yang kuat masuk ruangan dan Trotsky menyatakan bahwa pertemuan ditutup.
Para pemimpin Soviet Petrograd dipenjara selama 15 bulan sebelum sidang pengadilan mereka dimulai. Namun, negara masih dalam pergolakan politik, dan mereka diperlakukan dengan baik serta berpeluang besar untuk segera bebas.
Trotsky menggunakan 15 bulannya di penjara untuk menulis Hasil dan Prospek, sebuah analisis yang jenius mengenai pemberontakan di Rusia dan pelajaran-pelajaran yang bisa diambilnya – yang dalam setiap aspeknya berisikan teori Revolusi Permanen.
Peristiwa tahun 1905 adalah gladi resik untuk perjuangan berikutnya. Seluruh elemen yang terlibat masih dalam skala kecil, yakni soviet buruh, kaum tani di pedesaan, dan para tentara pembelot. Ini juga sebagai permulaan dari kekuasaan ganda (Dual Power), di mana terjadi persaingan kekuatan antara Soviet dan pemerintah.
Seperti yang telah Trotsky duga, bahwa kaum borjuis akan mengambil peran reaksioner, menyokong Tsar dan kontra-revolusi. Protes di kota-kota memicu pemberontakan kaum tani di desa-desa, dan hanya proletariat yang bersedia mendukung perjuangan mereka. Soviet yang baru telah memperlihatkan suatu bentuk, bahwa pemerintahan buruh akan berkuasa, dan terus-menerus akan melawan dan mengekspos kebangkrutan rejim Tsar dan kebobrokan kaum borjuis.
Bersambung….
[1] Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, semua kaum revolusioner tersatukan di dalam Sosial Demokrasi, dan Sosial Demokrasi sangat dipengaruhi oleh ide-ide Marx. Pada saat itu, semua kaum Marxis menyebut diri mereka Sosial Demokrat. Tetapi setelah pengkhianatan partai-partai Sosial Demokrasi yang tersatukan dalam Internasional Kedua dimana pada tahun 1914 mereka mendukung Perang Dunia Pertama, maka kaum Marxis revolusioner mencampakkan Sosial Demokrasi, dan pecah dari Internasional Kedua.
[2] Sebuah dewan perwakilan buruh yang dipilih secara demokratis di pabrik.
[3] Khrustalyov-Nosar, atau yang sering dikenal dengan nama Georgy Nosar, alias Pyotr Khrustalyov, adalah seorang paralegal dan pemimpin pertama Soviet (Workers Delegates). Kegiatan Soviet pada waktu itu adalah melakukan pertemuan rutin dan mencetak selebaran-selebaran propaganda. Namun, kegiatannya segera berhenti karena represi dari pemerintah dan juga karena belum menemukan karakternya yang jelas. Dalam beberapa catatan Trotsky yang ditulis pada tahun 1905, dikatakan bahwa pertemuan pertama dari apa yang kemudian dikenal – hingga Revolusi Oktober – dengan nama “Soviet” (Workers Deputies) diadakan pada malam tanggal 13 Oktober 1905. Trotsky kemudian mengubah arti “Soviet” sebagai “Delegasi Buruh” menjadi “Soviet” yang berarti “Deputi (Dewan) Buruh”.
[4] Nachalo adalah majalah bulanan kaum Marxis Rusia yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1899 di Saint Petersburg.
[5] Baca di My Life.