Louis XVI: “Apakah ini pemberontakan?”
La Rochefoucauld: “Tidak, Sire. Ini adalah revolusi.”
Percakapan singkat ini menjadi salah satu kutipan terkenal yang menggambarkan bagaimana seorang penguasa yang masih berpikir dalam kerangka lama tiba-tiba dihadapkan pada realitas revolusi yang jauh lebih besar daripada protes massa.
Ya, tentu saja kita tidak di Prancis revolusioner 1789. Tetapi kita berada di latar belakang, krisis dan situasi revolusioner yang sama. Terkadang kita hanya perlu mengganti dramatis personae dari tokoh-tokoh yang ada. Raja Louis XVI dengan Prabowo, maka drama ini akan sempurna.
Seperti orang yang bingung membedakan realita dan de javu, Prabowo dikutuk hidupnya melihat dua revolusi. Dia masih berpikir-pikir bagaimana bisa baru saja di awal kariernya sebagai presiden dia justru mewarisi revolusi.
Tetapi krisis dan revolusi adalah tak terelakkan dalam situasi dunia hari ini. Perubahan tiba-tiba dan tajam adalah implisit dalam kapitalisme yang sedang berada dalam krisis yang paling dalam. Pemerintahan di seluruh dunia menghadapi krisis, perang tarif, dan inflasi. Di mana pun tidak ada kelas penguasa yang imun terhadap revolusi.
Hari ini revolusi telah mengunjungi kelas penguasa Indonesia. Seperti pencuri di malam hari, ia datang secara tiba-tiba. Mereka begitu ketakutan begitu melihat api liar menjalar tak terkendali. Tetapi inilah esensi dari revolusi. Perubahan tiba-tiba dalam kesadaran massa.
Massa yang selama bertahun-tahun diperlakukan semena-mena oleh kelas penguasa kini menuntut balas. Suara-suara penderitaan yang selama ini terpendam dan dibalas sombong oleh kelas penguasa kini telah menjadi amuk. Rakyat memiliki ‘cara sendiri menghormati’ kelas penguasa yakni, dengan membakar dan menjarah mereka-mereka yang berada di kekuasaan. Inilah bahasa revolusi.
Para influencer dan media-media yang ada mencoba menciptakan opini publik bahwa gerakan ini ‘di luar batas’, ‘terlalu barbar’ dan harus mundur. Tidak! Tidak! Kita tidak akan mundur!
Apa artinya ‘di luar batas’? Kata-kata moral dari mana ini? Apakah itu datang dari langit? Moralitas yang ada adalah moralitas kelas penguasa. ‘Di luar batas’ bagi mereka berarti di luar batas-batas penguasa. Aturan dan moralitas penguasa hanya berlaku di masa-masa ‘relatif damai’. Dalam revolusi, semua ini luruh.
Revolusi ini baru saja dimulai dan belum mencapai kesimpulan akhir. Energi massa masih begitu besar dan terus dilepaskan. Dari kota-kota hingga ke desa-desa pembicaraan berlangsung panas mengenai apa yang terjadi. Semakin maju gerakan ini, maka semakin ia menginspirasi wilayah-wilayah lainnya—dan revolusi ini akan terus meraih momentum dan suplai energi. Bukan hal yang mustahil kalau revolusi ini akan memantik insting revolusioner kelas buruh. Bila demikian revolusi ini akan terus maju mendobrak batasan sistem kapitalisme.
Kelas penguasa sudah kehilangan kendali dan ingin segera ‘memulihkan ketertiban’. Ini berarti mereka ingin meluncurkan represi langsung. Tetapi tindakan tersebut dapat menjadi pecut ‘yang dibutuhkan’ untuk membuat massa semakin berani. Prabowo yang hidup dalam dua revolusi pasti memahami ini. Bila dia cukup bodoh, dia akan mengulangi nasib keledai malang terjatuh dua kali di lubang yang sama.
Kita tidak butuh pengkhotbah suci di pinggiran lapangan. Penjarahan terhadap rumah DPR dan pembakaran gedung-gedung simbol kekuasaan masih kecil bagi kita dan ini belum memuaskan kita. Kita tidak hanya ingin ‘menjarah’ dan membakar saja, tapi kita ingin mengambil alih kekayaan kelas kapitalis dan menempatkannya di bawah negara kelas pekerja. Revolusi ini harus bergerak maju sampai menggulingkan kapitalisme atau kalah seperti Gerakan 98.
Bubarkan DPR dan Turunkan Prabowo! Parlemen dan kursi kepresidenan ini tidak pernah mencerminkan kehendak rakyat pekerja dan kaum miskin. Sebaliknya, merekalah sumber dari semua kesengsaraan kita. Mereka harus kita singkirkan.
Bentuk Pemerintahan Kelas Pekerja dan Kaum Miskin! Inilah pemerintahan yang akan melayani kepentingan buruh, tani, miskin kota, dan kaum muda, bukan seperti pemerintahan yang ada hari ini yang hanya melayani kaum kaya.
Segera bentuk komite-komite aksi sebagai organ demokratik perjuangan rakyat, di kampus, sekolah, lingkungan pekerja, pabrik, pangkalan ojol, di manapun kita temui kegeraman rakyat pekerja terhadap rejim!
Alasan kelas penguasa masih cukup kuat adalah roda ekonomi dan kekayaan mereka belum tersentuh sama sekali. Kekuatan terampuh kita adalah kekuatan kelas pekerja yang menggerakkan produksi. Kitalah yang menciptakan kekayaan, bukan kapitalis ataupun para pelayan mereka di Senayan. Maka dari itu, lewat komite-komite aksi luncurkan Mogok Nasional!
Kelas tertindas di seluruh dunia sedang menatap tajam ke arah revolusi ini. Penggulingan rejim kapitalis di sini akan menjadi inspirasi bagi kelas tertindas di seluruh belahan dunia. Dunia memang sedang berganti rupa. Revolusi Indonesia telah dimulai; apapun nasibnya segala sesuatu tidak akan pernah sama lagi seperti sebelumnya.
Hidup revolusi Indonesia!
Bubarkan DPR!
Turunkan Prabowo!
Bentuk Pemerintahan Kelas Pekerja dan Kaum Miskin!
Bentuk Komite-komite aksi sebagai organ demokratik perjuangan rakyat pekerja dan kaum muda!
Luncurkan Mogok Nasional! Hentikan roda produksi!