Pangan dan Revolusi Sosialis
Hubungan disfungsional antara rakyat Amerika dengan pangan secara rutin diratapi dan dicemoohi dalam media massa serta dunia akademia. Sayangnya tidak pernah dijelaskan sama sekali apa sebenarnya akar dari disfungsi ini.
Hubungan disfungsional antara rakyat Amerika dengan pangan secara rutin diratapi dan dicemoohi dalam media massa serta dunia akademia. Sayangnya tidak pernah dijelaskan sama sekali apa sebenarnya akar dari disfungsi ini.
Pada bulan April 1917, yakni 97 tahun yang lalu, Lenin menerbitkan Tesis April-nya yang terkenal itu. Tesis ini memberikan gambaran bagaimana tugas-tugas selanjutnya dari partai Bolshevik pada periode revolusi sebagai “…sebuah minoritas kecil, [yang] berhadapan dengan sebuah blok dari seluruh elemen oportunis borjuis kecil, para Sosialis Populer dan Sosialis Revolusioner…yang telah menyerah pada pengaruh kaum borjuis dan menyebarkan pengaruh tersebut di antara kaum proletar.”[1]
Di dalam artikel ini, Trotsky memberikan penjelasan teoritik bahwa Stalinisme tidak bisa disamakan dengan Bolshevisme.
Pelajaran revolusioner tidaklah lengkap kalau tidak disertai dengan pengetahuan bagaimana mundur secara teratur.
Untuk mencapai pengembangan teknologi yang maha besar, tugas pertama kita adalah menghancurkan penghalang bagi kemajuan potensi kekuatan produksi, merebut semua kapital yang selama ini dinikmati oleh borjuasi ke tangan segenap rakyat pekerja. Kapital yang sudah direbut akan digunakan sepenuhnya melayani kebutuhan manusia.
Pada tahun 1931, rakyat pekerja Spanyol mencetuskan terbentuknya Republik Spanyol, yang merupakan gentang lonceng pertama dari Revolusi Spanyol yang berlangsung sampai pada 1937.
Revolusi bukanlah drama satu babak dengan naskah yang sudah jadi dan tinggal dibacakan dengan suara yang lantang.
Seperti juga umat manusia dapat mencapai penghapusan klas-klas hanya dengan melewati periode transisi dari kediktaktoran klas-klas yang tertindas, demikian juga umat manusia dapat mencapai keniscayaan persatuan bangsa-bangsa hanya dengan melewati periode kemerdekaan sepenuhnya dari semua bangsa-bangsa yang tertindas, yaitu kebebasan mereka untuk memisahkan diri.
Sekitar sebulan yang lalu saya membaca buku Kondisi Kelas Pekerja Inggris: Embrio Sosialisme Ilmiah. Karya Frederick Engels ini, yang ditulisnya lebih dari 150 tahun yang lalu, disadur dengan apik ke dalam bahasa Indonesia oleh Kawan Hidayat Purnama. Saya peroleh buku itu dari toko buku Buruh Membaca. Saya anjurkan Kawan-kawan sekalian membacanya pula karena banyak pelajaran yang bisa dipetik darinya, yang sangatlah relevan bagi perjuangan kelas pekerja Indonesia hari ini.
Memperingati hari ulang tahun Lenin, kami terbitkan artikel yang mengulas mengenai masa muda Lenin dan masa-masa awal yang membentuk perkembangan politik masa depannya.