Buku ini mewakili sebuah kontribusi yang penting bagi pemahaman kita tentang revolusi Iran. Pengarang mempunyai segala hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya, merupakan seorang partisipan yang menonjol dan berpengalaman dalam gerakan Marxis dan gerakan buruh di Pakistan, dengan hubungan lama yang dijalin dengan Iran maupun Afghanistan. Karyanya ini akan berguna terutama di Barat dimana disitu dipercaya secara universal bahwa revolusi tahun 1979 adalah sebuah gerakan fundamentalis Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini yang mendorong Iran kembali ke abad ke-6. Pandangan ini telah disebarluaskan dengan baik oleh yang berkuasa, yang memiliki sebuah vested interest dalam mendiskreditkan ide dasar revolusi dalam pikiran kelas pekerja di Barat. Hal seperti itu, dalam kenyataannya, adalah sebuah kebohongan yang keji.
Kontrak Politik Enam Partai Untuk Menjual Rakyat
Kemarin malam (15/10), para petinggi dari enam partai menandatangi kontrak politik untuk mendukung pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Mereka adalah Partai Demokrat, PKB, PPP, PAN, PKS, dan Golkar. Koalisi ini memberi mereka total 421 kursi, sebuah mayoritas yang absolut. Bila pada jaman Orde Baru kita memiliki satu partai, yakni Golkar, yang biasanya menguasai 60-70% parlemen, sekarang kita hanya berganti kulit dengan koalisi yang menguasai 75% parlemen.
The Revolution Betrayed: Refleksi Historis untuk Perjuangan Revolusioner Hari Ini
The Revolution Betrayed karya Leon Trotsky, yang rencananya akan diterbitkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Militan, merupakan salah satu karya besar Marxis. Ini adalah satu-satunya karya Marxis yang menganalisa dengan serius apa yang terjadi pada Revolusi Rusia setelah kematian Lenin. Karya ini, selain bisa menjadi refleksi historis untuk perjuangan revolusioner hari ini, juga bisa memberikan penjelasan ilmiah bagi publik yang sebagian besar telah diracuni oleh analisa-analisa “ilmiah” dari para intelektual kapitalis. Tanpa pengetahuan mendalam tentang karya ini adalah mustahil untuk memahami sebab runtuhnya Uni Soviet.
Venezuela, Indonesia, dan Perjuangan Untuk Kedaulatan Nasional
Satu pelajaran penting dari Venezuela adalah bahwa kedaulatan nasional tidak akan dapat tercapai di bawah kapitalisme.
Honduras: Pemerintah Menggunakan Kekerasan – Insureksi di Lingkungan-Lingkungan Tempat Tinggal Buruh
Kemarin pagi (22/9) pasukan polisi dan tentara secara brutal menyerang ribuan pendukung presiden Mel Zelaya dan mengusir mereka dengan kekerasan dari pelataran kedutaan besar Brazil di ibukota Tegucigalpa.
Mel Zelaya Kembali ke Honduras! Sekarang Aksi Massa Dibutuhkan Untuk Menumbangkan Kudeta!
Hari Senin lalu (21/9), baru dikonfirmasikan bahwa Mel Zelaya ada di ibukota Tegucigalpa. Dia menyerukan kepada rakyat untuk turun ke jalan dan melindungi dia.
Venezuela: Satu tahun setelah nasionalisasi SIDOR – Perjuangan untuk kontrol buruh berlanjut
Satu tahun yang lalu Pabrik SIDOR dinasionalisasi. Sejak saat itu telah terjadi pertarungan berkelanjutan antara para pekerja yang ingin mengimplementasikan kontrol buruh yang sejati dan elemen-elemen yang sedang melakukan segala cara yang memungkinkan untuk menggagalkan pembentukan “perusahaan sosialis” ini. Ini merupakan bagian dari perjuangan umum antara revolusi dan reformisme dalam gerakan buruh Venezuela.
Kalahkan kudeta militer reaksioner di Honduras – Mobilisasi Massa di jalanan dan adakan pemogokan umum!
Kudeta yang baru terjadi di Hoduras sekali lagi memperjelas fakta bahwa bahkan reformasi ringan dalam sistem kapitalisme tak dapat ditoleransi oleh kaum oligarki lokal di Amerika Latin dan para majikan imperialisnya. Namun Venezuela mengajarkan kalau massa dimobilisasi, reaksi dapat dihentikan. Kinilah saatnya untuk memobilisasi kekuatan penuh kaum buruh dan kaum miskin Honduras.
Revolusi Iran Telah Dimulai!
Peristiwa-peristiwa dramatik sedang terjadi di Iran. Ratusan ribu rakyat turun ke jalan dengan tenang melalui pusat kota Tehran pada hari Senin (15 Juni) untuk memprotes pemilihan presiden Iran. Ini adalah demonstrasi anti-pemerintah terbesar semenjak Revolusi 1979. Situasi revolusioner di Iran berkembang dengan sangat cepat. Dalam satu minggu semenjak artikel ini ditulis (15 Juni 2009) dan diterbitkan dalam Bahasa Indonesia (22 Juni 2009), situasi di Iran sudah bertambah akut.
Iran: Brumaire XVIII Mahmoud Ahmadinejad
Dua kandidat bersaing di dalam “pemilihan presiden” Iran, tetapi rejim Iran sudah menentukan siapa yang akan menang jauh sebelum pemilihan ini diselenggarakan. Walaupun Mousavi adalah “oposisi loyal” yang moderat, sebagian besar rakyat Iran menggunakan suara mereka untuk menyuarakan oposisi mereka terhadap rejim ini. Segera setelah “hasil pemilihan” diumumkan, kerusuhan meledak di jalan-jalan, yang menunjukkan kemarahan dan ketidakpuasan rakyat. Peristiwa ini menandai sebuah fase baru di dalam perkembangan Revolusi Iran.