Mengapa Kita Harus Mengenal (Karya) Pramoedya Ananta Toer
Mencoba menelaah pengaruh dan relevansinya bagi kemanusiaan, terutama bagi generasi muda, diskusi ini mengambil topik “Pramoedya, Dalam Perspektif Perempuan”.
            
Mencoba menelaah pengaruh dan relevansinya bagi kemanusiaan, terutama bagi generasi muda, diskusi ini mengambil topik “Pramoedya, Dalam Perspektif Perempuan”.
            Pemeriksaan polisi terhadap Said Iqbal, Presiden KSPI, terkait dugaan makar sekali lagi merupakan usaha dari yang berkuasa untuk menyerang gerakan buruh.
            Rabu pagi (4/20), kami menyambangi kawan Abdul Hakam dan Agus Budiono, dua aktivis buruh dari FSPBI-KASBI Gresik yang saat ini berada di sel tahanan.
            Menulis sebuah ulasan untuk buku ini sangatlah sulit bagi saya. Bukan karena buku ini tidak bisa dipahami, tapi buku ini sangatlah kompleks dan menjabarkan segala hal yang tidak bisa saya jabarkan dalam beberapa lembar saja dalam artikel singkat ini.
            Yang dibutuhkan adalah perjuangan yang berperspektif kelas dan internasionalis. Alih-alih melihat buruh Tiongkok atau ASEAN sebagai saingan, kita harus melihat mereka sebagai rekan seperjuangan. Kalau kapital atau modal saja tidak memiliki kebangsaan, maka perjuangan buruh juga harus keluar dari sekat-sekat nasional.
            Di dalam sejarah pergerakan buruh di seluruh dunia, setiap kali buruh bergerak menuntut perbaikan kondisi kerja mereka (kenaikan upah, dll.) pemilik modal selalu mengancam akan menggantikan buruh dengan mesin.
            Kalau ada yang pemboros, itu adalah kelas kapitalis yang telah menyia-nyiakan potensi tenaga produksi masyarakat.
Mulai jam satu siang hingga jam lima sore, hari ini, tanggal 22 Oktober, sekitar 18 serikat buruh BUMN yang tergabung dalam 3 konfederasi besar (KASBI, KSBSI, KSPI) melakukan demonstrasi di depan Gedung DPR RI. Massa menuntut penghapusan outsourcing dan mengawal rekomendasi akhir Panja Outsourcing.
            Jangan harap kita menemui dokumenter sejarah konvensional. Jangan harap kita akan menemui cerita panjang berupa kumpulan pengakuan para keluarga korban pembantaian 1965-1966 di Indonesia. “The Act of Killing” tidak akan menyajikan latar belakang yang umum seperti itu. Siap-siaplah untuk menyaksikan hal yang lebih dahsyat, lebih meyakinkan, lebih menganggu, lebih mengerikan, dan bahkan lebih memikat.
            Hari ini adalah momentum besar bagi kaum buruh untuk mengkonsolidasi kekuatannya, dengan memberikan kepemimpinan terhadap gerakan menentang kenaikan harga BBM. Pada tahun lalu buruh bisa memukul mundur pemerintah, maka hari ini ketika gerakan buruh telah berlipat ganda dalam jumlah dan kualitas, maka tidak ada alasan mengapa gerakan buruh tidak bisa memukul mundur pemerintah hari ini.