
Peran Lenin dalam Revolusi Oktober
Peran Lenin dalam menjamin kemenangan Revolusi Oktober di Rusia pada 1917 adalah tak tergantikan.
Peran Lenin dalam menjamin kemenangan Revolusi Oktober di Rusia pada 1917 adalah tak tergantikan.
Pada tanggal 25 Oktober 1917, kelas buruh Rusia merebut kekuasaan ke tangannya sendiri dan menghapus kapitalisme. Dengan aksinya ini, mereka memulai langkah pertama menuju sosialisme. Peristiwa ini dikenal sebagai Revolusi Oktober. Tidak bisa dipungkiri kalau ini adalah peristiwa terbesar di dalam sejarah umat manusia. Sejarah seluruh dunia sungguh berubah pada hari itu.
Bagi kaum Marxis, akar masalah dari segala bentuk penindasan terdiri dalam pembagian masyarakat ke dalam kelas. Tapi penindasan dapat mengambil banyak bentuk. Di samping penindasan kelas, kita menemukan penindasan satu bangsa di atas yang lain, penindasan rasial, dan penindasan terhadap perempuan.
Pada 28 September1864, delegasi-delegasi dari berbagai negeri berkumpul di Balai St. Martin di London. Inilah upaya yang paling serius untuk mempersatukan lapisan-lapisan kelas pekerja yang paling maju dalam suatu skala internasional. Pertemuan itu dilakukan sebagai suatu konsekuensi dari solidaritas internasional dalam menanggapi perlawanan Polandia pada 1863.
Kita harus mengkaji masalah pilkada ini dari kepentingan kelas-kelas yang ada.
Para pelajar Hong Kong yang heroik telah memulai babak baru dalam perjuangan demokrasi. Puluhan ribu telah turun ke jalan selama seminggu terakhir, melawan represi polisi yang brutal.
Kaum borjuis dan para pendukungnya ingin membingungkan kaum buruh dan pemuda dengan mencoba menyamakan komunisme dengan rezim Stalinis Rusia yang birokratis dan totaliter. “Kalian ingin Komunisme? Ini! Itulah Komunisme! Tembok Berlin itu Komunisme! Hungaria 1956 adalah Komunisme! Gulag-gulag Soviet adalah Komunisme!” Sayangnya, kaum anarkis juga menggaungkan argumen-argumen macam ini.
Setelah menyaksikan gerakan buruh yang meledak-ledak sejak 2012, dengan dua pemogokan nasional dan gelombang aksi massa radikal, gerakan kelas buruh ini tampak terinterupsi oleh “karnival” demokrasi borjuasi.
Kapitalisme yang dalam tahapan tertingginya yakni Imperialisme telah menghancurkan seluruh pengharapan tidak hanya bagi rakyat pekerja secara umum, namun juga lapisan-lapisan rakyat lain termasuk juga kaum muda.
Akan tetapi, terlepas dari karakter brutal ISIS, dalam analisis terakhir saya tentang gerakan-gerakan Islam fundamentalis, seluruh gerakan fundamentalis Islam yang berorientasi Khilafah (dan anti-Kapitalis), yang jauh dari perspektif kelas, akan mengalami, setidaknya, tiga jalan buntu: akan menjadi gerakan politik utopis (seperti Hizbuttahrir), menjadi gerakan teroris (seperti al-Qaeda), dan menjadi gerakan politik barbar (seperti ISIS).