Bukan Soal ‘Bad Mining’: Kapitalisme sebagai Masalah Ekologis
Mereka menyalahkan rakyat pekerja untuk menutupi akar masalahnya. Sementara mereka sendiri di biang kerusakan lingkungan.
Mereka menyalahkan rakyat pekerja untuk menutupi akar masalahnya. Sementara mereka sendiri di biang kerusakan lingkungan.
Mereka yang menikmati hasil dari kerusakan alam ini menyebutnya sebagai karunia Tuhan, tetapi bagi mayoritas kelas pekerja bencana ini adalah penderitaan yang tak terelakkan. Sistem kapitalisme hanya mementingkan keuntungan segelintir parasit kapitalis, dan mereka tidak peduli dengan dampaknya pada alam dan manusia.
Banjir di Sumatera Utara bukan ulah manusia, tetapi akibat kelas penguasa yang mendukung deforestasi demi keuntungan segelintir. Bencana ini mengorbankan lebih dari 600 nyawa, merekalah yang bertanggung jawab atas bencana ini.
Meskipun sering disebut sebagai bencana alam, kenyataannya perubahan iklim yang kita hadapi saat ini adalah dampak langsung dari perusakan lingkungan yang dilakukan oleh kelas kapitalis, yang hanya mengejar keuntungan.
Banjir dan tanah longsor kembali menghantam Halmahera Tengah, memaksa ribuan orang mengungsi dan mengungkapkan wajah buruk dari eksploitasi tambang nikel.
Kehancuran di Halmahera dan bencana serupa di seluruh dunia menyoroti dampak destruktif kapitalisme terhadap ekosistem.
Bahaya polusi ini tidak hanya mengancam generasi yang hidup hari ini, tapi juga akan terus mengancam generasi masa depan.
Pencemaran plastik telah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Permasalahan sampah plastik kini menjadi horor baru bagi umat manusia. Upaya mengatasinya lewat mekanisme pasar telah gagal total.