Kontroversi Civil Society Watch: siapa yang akan mengawasi sang pengawas?
- Detail
- Aji Guntur
Belum lama yang lalu, dosen Universitas Indonesia Ade Armando membuat geger dunia “masyarakat sipil” dengan deklarasi pembentukan Civil Society Watch.
Belum lama yang lalu, dosen Universitas Indonesia Ade Armando membuat geger dunia “masyarakat sipil” dengan deklarasi pembentukan Civil Society Watch.
Hari ini, kelas penguasa sangat ketakutan terhadap setiap demonstrasi. Pandemi dan krisis yang menyertainya telah mengekspose ketidakbecusan pemerintah.
Sebagai kaum Marxis dan internasionalis, kami membela hak rakyat Palestina untuk memiliki tanah air mereka dan hak mereka untuk melawan penindasan dan membela kehidupan mereka dengan cara apapun yang diperlukan.
Satu-satunya solidaritas sejati yang dapat diandalkan oleh rakyat Myanmar datang dari saudara-saudari kelas mereka di Indonesia dan negeri-negeri lainnya.
Apakah China/Tiongkok saat ini merupakan negeri sosialis sebagaimana yang diklaim oleh para petinggi Partai Komunis Cina (PKC)?
Bila ada satu hal yang bisa kita semua pelajari dari pandemi Covid-19, tidak ada bencana yang murni alam.
Kaum Komunard berusaha membangun sebuah negara yang baru, Negara Buruh, di atas puing-puing negara kapitalis. Namun, mereka tidak memiliki waktu untuk mengkonsolidasikan kekuasaan mereka. Keterisolasian – di Prancis yang mayoritas masih agraris – adalah hal yang fatal bagi mereka.
Hari ini, mayoritas rakyat adalah pekerja upahan. Fondasi untuk revolusi sosialis jauh lebih matang dibandingkan di abad ke-19. Oleh karenanya, semuanya tergantung pada kita untuk mewujudkan masyarakat sosialis yang demokratik, yang diperjuangkan oleh kaum Komunard sampai titik darah penghabisan.
Segera setelah rakyat menyingkirkan junta militer dari panggung politik, mereka akan dihadapkan dengan realitas keras bahwa tuntutan-tuntutan yang mereka kedepankan – pemilu yang bebas dan jujur, parlemen yang demokratik, pekerjaan untuk semua orang, upah layak, tanah untuk tani, akses universal ke pelayanan sosial – tidak akan bisa dipenuhi dalam batas-batas kapitalisme. Bahkan pelucutan sepenuhnya seluruh kekuatan militer di Myanmar hanya bisa terpenuhi secara efektif dan konsekuen akan membutuhkan langkah-langkah revolusioner di luar batas-batas kapitalisme.